You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Salah satu sumber gizi ialah vitamin D [1]. Vitamin D adalah nama yang diberikan untuk dua zat terlarut-

lemak yang terkait, yaitu kolekalsiferol dan ergokalsiferol. Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D dikenal juga dengan nama kalsiferol. Pada tahun 1920, Mellanby dan Huldschinsky mendapatkan bahwa rakitis dapat dicegah ataupun diobati dengan minyak ikan atau dengan sinar matahari yang cukup. Ternyata sterol yang terdapat pada hewan atau tumbuh-tumbuhan merupakan provitamin D yang dengan penyinaran ultraviolet akan diubah menjadi vitamin D. Provitamin yang terutama didapatkan pada jaringan hewan adalah 7-dehidrokolesterol yanga kan diubah menjadi vitamin D3 (kolekalsiferol). Provitamin yang terdapat pada ragi dan jamur adalah ergosterol yang akan diubah menjadi vitamin D2 (ergokalsiferol). Setelah percobaan

tersebut, vitamin D mulai dikenal dan dibedakan dari vitamin A di dalam minyak ikan, yang sanggup menghindarkan penyakit rickets dan mendorong

pertumbuhan, efek yang terakhir ini dianggap pengaruh vitamin A. Diketahui

bahwa vitamin A rusak oleh penyinaran ultraviolet dan oleh oksidasi. Ternyata bahwa minyak ikan yang telah disinari ultraviolet dan oksidasi oleh oksigen udara, masih sanggup menghindarkan atau mengobati rachitis, tetapi sudah tidak menunjukan efek vitamin A [2,3]. Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang memainkan peran dalam banyak fungsi tubuh penting. Hal ini paling terkenal untuk bekerja dengan kalsium dalam tubuh Anda untuk membantu membangun dan mempertahankan tulang yang kuat. Vitamin D juga terlibat dalam mengatur sistem kekebalan tubuh dan sel, di mana mungkin membantu mencegah kanker dan berbagai penyakit [3].

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah definisi vitamin D? Apa saja fungsi vitamin D? Apa saja sumber vitamin D? Bagaimanakah metabolisme vitamin D? Bagaimanakah defisiensi vitamin D? Apa saja akibat kelebihan vitamin D?

2. 3.
4.

5.
6.

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1.

Mengetahui definisi vitamin D Memahami dan mengetahui fungsi vitamin D Mengetahui sumber vitamin D Mengetahui metabolisme vitamin D Mengetahui defisiensi vitamin D Mengetahui akibat kelebihan vitamin D

2. 3. 4. 5.
6.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Vitamin D (Kalsiferol) Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon, 2

bentuk

utamanya

adalah

vitamin

D2

atau ergokalsiferol

dan

vitamin

D3 atau kolekalsiferol. Vitamin D juga merujuk pada metabolit dan analogi lain dari substansi ini. Vitamin D3 diproduksi di dalam kulit yang terpapar

sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet B. Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)2D3 merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan vitamin beberapa D penyakit,

termasuk diabetes dan kanker. Sumber terpapar radiasi ultraviolet [3].

utama

adalah kulit yang

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat sintesis di

dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan [3,4]. Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan vitamin D, tetapi ternyata kemudian ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organik yang mempunyai kegiatan vitamin D ini. Berbagai jenis vitamin D ini terdapat dari hasil penyinaran beberapa jenis kolesterol dengan sinar ultraviolet antara lain :
1.

Vitamin D1 terdapat pada penyinaran ergosterol dari bahan tumbuhan. Kemudian ditemukan bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis vitamin, yang diberi nama Vitamin D2 dan vitamin D3, sedangkan struktur molekuler vitamin D1 sendiri sebenarnya tidak ada.

2.

Vitamin D3 didapat dari bahan hewani, 7-dehidrokolesterol, suatu minyak yang terdapat dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3 terbentuk di bawah kulit dari 7-dehidrokolesterol tersebut dengan penyinaran ultraviolet yang berasal dari sinar matahari vitamin D3 disebut juga kolekalsiferol.

3.

Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama vitamin D2 atau ergokalsiferol. Ergokalsiferol yang dilarutkan di dalam minyak terdapat di pasaran dengan nama viosterol.

4.

Ada lagi vitamin D4 yang berasal dari minyak nabati yang mengandung 22dehidrokolesterol, setelah disinari ultraviolet [3].

Vitamin D berbentuk kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan oksidasi. Penyinaran ultraviolet mula-mula menimbulkan aktivitas vitamin D, tetapi bila terlalu kuat dan terlalu lama maka akan terjadi perusakan dari zat-zat yang aktif tersebut [1,3]. B. Fungsi Vitamin D Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai sifat sebagai vitamin dan hormon yang diperlukan untuk penyerapan dan penggunaan kalsium dan phosphorus. Vitamin D juga perlu untuk pembentukan struktur tulang dan gigi yang normal pada kanak-kanak. Vitamin D yang cukup selama masa kanak-kanak juga bisa menurunkan risiko terkena osteoporosis di kemudian hari. Vitamin D mencegah otot menjadi lemah dan terlibat untuk mengatur denyutan jantung. Vitamin D juga penting dalam pencegahan dan rawatan kanker kolon, osteoarthritis, dan hypocalcemia, juga berperan dalam meningkatkan imunitas [1,5]. Generasi lokal spesifik jaringan aktif vitamin D diperkirakan menjadi komponen kunci dari non-klasik fungsi vitamin D. Kami menyimpulkan bahwa vitamin D mengurangi respon inflamasi terhadap infeksi virus pada saluran napas epitel tanpa membahayakan pemberantasan virus. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin D yang memadai akan berkontribusi pada tingkat peradangan berkurang dan kurangnya penyakit parah pada individu yang terinfeksi RSV [6]. Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hidroksilasi untuk mendapat

aktifitasnya sebagai hormon. Pertama dihidroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian disusul oleh hidroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di ginjal. 1,25 dihidroksi ergokalsiferol merupakan hormon yang mengatur sintesa protein yang mentranspor kalsium ke dalam sel, disebut Calcium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Di dalam tubuh, vitamin D diserap di usus dengan bantuan senyawa garam empedu. Setelah diserap, vitamin ini kemudian akan disimpan di jaringan lemak (adiposa) dalam bentuk yang tidak aktif [3]. Efek kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal berikut :
1.

Meningkatan absorpsi Ca dan fosfat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca yang baik, diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya fosfat didalam hidangan. Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P, penyerapan Ca akan terganggu bila perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4 fosfat. Perbandingan ini akan memberikan sifat rakhitogenik kepada hidangan, yaitu hidangan yang akan mendukung terjadinya rakhitis. Pada perbandingan Ca dan fosfat yang sesuai, vitamin D meningkatkan penyerapan Ca. penyerapan Ca ke dalam sel usus dilaksanakan melalui mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang sintesanya diatur oleh hormon 1,25 dihidroksi ergokalsiferol.

2.

Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang memerlukannya. Garam Ca diperlukan di beberapa jaringan untuk memperkuat struktur jaringan tersebut misalnya pada tulang-tulang dan gigigeligi. Yang terdapat didalam jaringan keras ini garam karbonat dan garam

fosfat, juga flouride dari Ca. Garam Ca di dalam jaringan keras terdapat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan kondisi cairan tubuh, artinya terjadi suatu fluks yang sama antara Ca yang masuk ke jaringan keras dengan yang keluar dari jaringan tersebut. Melalui pengaturan sintesa CaBP, Vitamin D menyediakan kondisi yang optimum bagi pembuatan garam Ca di dalam jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihidroksi

Ergokalsiferol, hormon paratiroid juga berpengaruh pada pengaturan kadar Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam jaringan.
3.

Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan reabsorpsi fosfat di dalam tubuli ginjal, sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan fosfat di dalam jaringan untuk sintesa garam Ca fosfat [3,5].

C. Sumber Vitamin D Matahari merupakan sumber vitamin D terbaik. Berjemurlah di pagi hari tapi jangan berlebihan agar terhindar dari risiko terkena kanker kulit. Sumber vitamin D dari matahari memang berisiko terkena polusi udara dan terhalang sintesanya bila kita menggunakan tabir surya atau pun pakaian. Sekitar 80 persen vitamin D yang kita butuhkan berasal dari sinar matahari. Waktu yang disarankan untuk berjemur adalah pukul 06.00 - 09.00 pagi ke seluruh bagian tubuh selama 10 menit. Untuk mencegah risiko kanker kulit, hindarilah paparan sinar matahari pada pukul 09.00-15.00 [8].

Selain sinar matahari, sumber vitamin D dapat diperoleh dari beberapa macam makanan dan minuman lainnya. Beberapa sumber vitamin D yang lain, yaitu: 1. Suplemen minyak ikan memiliki reputasi rasa yang tidak enak. Namun saat ini dipasaran tersedia berbagai variasi suplemen minyak ikan yang membuatnya lebih enak di lidah. Suplemen minyak ikan selain kaya akan omega-3 ternyata juga mengandung vitamin D yang cukup tinggi. 2. Ikan salmon termasuk ikan yang kaya akan omega-3. Tersedia dalam bentuk ikan beku, segar atau kalengan. Ikan salmon ternyata mengandung vitamin D empat kali lebih banyak dibanding produk pertanian. 3. Tuna merupakan jenis ikan laut yang juga kaya akan vitamin D, selain juga tinggi protein dan omega-3. 4. Susu sapi, baik itu yang full lemak atau skim, secara alamiah mengandung vitamin D dan juga diperkaya dengan nutrisi penting lainnya. Satu gelas susu mengandung sekitar 100 IU vitamin D. 5. Kebanyakan produk sereal siap makan yang beredar di pasaran sudah difortifikasi dengan vitamin D. Kombinasikan sereal Anda dengan susu yang kaya vitamin D sebagai bagian dari menu sehat setiap hari. 6. Dengan kandungan vitamin D sekitar 21 IU dalam kuning telur dan protein murni dalam bagian putihnya, telur merupakan bahan pangan yang bernutrisi yang wajib dikonsumsi. 9

7.

Menurut sebuah riset yang dimuat dalam Journal of the Federation of American Societies for Experimental Biology, jamur kancing putih yang diekspos dengan sinar ultraviolet B selama beberapa jam memiliki kandungan vitamin D sekitar 400 persen lebih tinggi.

8.

Udang merupakan sumber omega-3 yang tinggi protein namun rendah lemak dan kalori. Udang yang disajikan dalam takaran 85 gram mengandung 129 IU vitamin D [8].

D. Metabolisme Vitamin D Vitamin D dimetabolisme menjadi metabolit aktif, kalsitriol di hati dan ginjal. Kolekalsiferol, baik yang disintesis di kulit maupun dari makanan, mengalami dua kali hidroksilasi untuk menghasilkan metabolit aktif, 1,25 dihidroksivitamin D ataun kalsitriol. Ergokalsiferol dari makanan yang diperkaya mengalami hidroksilasi serupa untuk menghasilkan erkalsitriol. Di hati, kolekalsiferol dihidroksilasi menjadi bentuk turunan 25-hidroksi, yaitu kalsidiol. Senyawa ini dibebaskan ke sirkulasi dalam keadaan terikat pada globulin pengikat vitamin D yang merupakan bentuk simpanan utama vitamin ini. Di ginjal, kalsidiol mengalami 1-hidroksilasi untuk menghasilkan metabolit aktif 1,25dihidroksi-citamin D (kalsitriol), atau 24-hidroksilasi untuk menghasilkan metabolit yang mungkin inaktif, 24,25-dihidroksivitamin D (24-hidroksikalsidiol) [4]. Metabolisme vitamin D juga mengatur dan diatur oleh homeostasis kalsium. Kalsitriol bekerja untuk mengurangi sintesis dirinya sendiri dengan menginduksi 10

24-hidroksilase dan menekan 1-hidroksilase di ginjal. Salah satu fungsi vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium plasma. Kalsitriol mencapai hal inimelalu tiga cara, yaitu: 1. 2. Senyawa ini meningkatkan penyerapan kalsium di usus. Senyawa ini mengurangi ekskresi kalsium (dengan merangsang penyerapan di tubulus distal ginjal). 3. Senyawa ini memobilisasi mineral tulang. Selain itu, kalsitriol berperan dalam sekresi insulin, sintesis dan sekresi hormon paratiroid dan tiroid, inhibisi pembentukan interleukin oleh limfosit T aktif dan imunoglobulin oleh limfosit B aktif, diferensiasi sel prekursor monosit, dan modulasi proliferasi sel. Pada kebanyakan efek ini, vitamin D berfungsi layaknya suatu hormon steroid, berikatan dengan reseptor di nukleus dan meningkatkan ekspresi gen meskipun senyawa ini juga memiliki efek cepat pada pengangkut kalsium di mukosa usus[4].

E. Kebutuhan Vitamin D Sejak tahun 1997 Dietary Referensi Intake (DRI) nilai untuk vitamin D dan kalsium didirikan data baru telah tersedia pada hubungan mereka, baik secara individu dan gabungan, untuk berbagai hasil kesehatan. Institusi Obat/Makanan dan Dewan Gizi telah membentuk sebuah komite DRI untuk melakukan review dan revisi bukti potensi nilai DRI saat ini untuk nutrisi. Untuk mendukung kajian

11

ini, AS dan Kanada beberapa instansi pemerintah federal menugaskan kajian sistematis literatur ilmiah untuk digunakan selama musyawarah oleh panitia [7]. Kebutuhan akan vitamin D belum diketahui dengan pasti, karena vitamin ini dapat disintesa dari jenis kolesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Namun demikian diperkirakan bahwa konsumsi 400 IU sehari sudah mencukupi untuk semua umur dan jenis kelamin. Di Amerika mula-mula dianjurkan konsumsi sebanyak 800 IU seorang sehari, tetapi kemudian terdapat tanda-tanda bahwa dosis itu terlalu tinggi, sehingga kemudian diturunkan menjadi 400 IU.

F.

Defisiensi Vitamin D

Defisiensi vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut pula penyakit Inggris, karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di Inggris. Sebelum diketahui adanya vitamin sebagai zat gizi. Penyakit ini merupakan problema gawat sekali di Inggris, di mana anak-anak tidak dapat dikenai cukup sinar matahari untuk jangka waktu sangat panjang, karena hidup di lorong-lorong kota London, yang tidak pernah terkena sinar matahari karena terlindung oleh bayangan gedung-gedung yang tinggi [1,3]. Secara umum di Indonesia penyakit ini tidak perlu dirisaukan, tetapi kasus sporadis mungkin masih dijumpai pada anak-anak atau para wanita yang karena adat-istiadat sedikit sekali terkena sinar matahari [1].

12

Sementara frekuensi yang paling kekurangan vitamin rendah di Amerika Serikat, terutama karena asupan makanan dan penggunaan multivitamin, kekurangan vitamin D adalah umum. Prevalensi kekurangan vitamin D (35-60%) jauh lebih tinggi dari vitamin lain antara Amerika. Frekuensi tinggi kekurangan vitamin D berasal dari fakta bahwa kebanyakan vitamin D diproduksi secara alami dari paparan kulit terhadap sinar matahari, dan paparan sinar matahari terbatas untuk sebagian besar orang Amerika yang tinggal di lintang utara dan bagi mereka yang berlatih menghindari matahari. Selain itu, hanya sejumlah kecil vitamin D berasal dari sumber makanan dan multivitamin. Vitamin D memainkan peran penting dalam sejumlah fungsi tubuh termasuk penyerapan kalsium, metabolisme tulang, fungsi kekebalan, fungsi otot, dan regulasi seluler, dan defisiensi yang memiliki konsekuensi luas luas seperti hipokalsemia, keropos
tulang, dan kelemahan otot [9].

Dominasi epidemiologi data yang menunjukkan kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan insiden kanker payudara. Selanjutnya, studi terbaru menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah berhubungan dengan kekambuhan kanker payudara meningkat dan angka kematian. Selain itu, pasien kanker payudara berada pada peningkatan risiko untuk sejumlah komplikasi medis yang terkait dengan defisiensi vitamin D termasuk kehilangan tulang, jatuh, patah tulang, dan infeksi [9]. Konsumsi berlebihan vitamin D dapat pula memberikan gejala-gejala Hypervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka waktu lama. 13

Hypervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan yang bukan biasanya, sepertidi dalam organ-organ vital ginjal dan sebagainya [1,3]. Vitamin D semakin diakui sebagai hormon pluripoten dengan fungsi yang melampaui peran klasik dalam homeostasis kalsium. Bukti berkembang pesat dari penelitian epidemiologi dan dasar mengungkapkan bahwa vitamin D dapat memodulasi respon imun. Kekurangan vitamin D adalah sangat lazim dan telah dikaitkan baik dengan peningkatan risiko beberapa penyakit inflamasi dan dengan kerentanan terhadap infeksi, termasuk infeksi virus pernapasan [6]. Vitamin D memainkan peran penting dalam kalsium, fosfat, dan metabolisme tulang. Defisiensi hasil vitamin D dalam mineralisasi tulang yang miskin, menyebabkan rakhitis pada anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Rendah kadar vitamin D berhubungan dengan resiko lebih tinggi untuk penyakit kronis, termasuk penyakit autoimun, penyakit kardiovaskular, dan diabetes melitus. Data epidemiologi yang muncul telah menyarankan bahwa vitamin D status berbanding terbalik dikaitkan dengan risiko untuk berbagai kanker, seperti kanker usus besar, kanker payudara, dan kanker prostat. Selain itu, vitamin D memiliki efek antitumor ditunjukkan dalam model praklinis. Meskipun pemahaman yang jelas kami dari metabolisme vitamin D, prevalensi tak terduga tinggi kekurangan vitamin D telah dilaporkan pada orang dewasa yang sehat yang tinggal di Kanada dan Amerika Serikat. Prevalensi lebih tinggi telah diamati di antara pasien rawat inap sebanyak 57% dan orang tua tinggal di rumah sebanyak 42%. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga 14

menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanella terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan vitamin D, riketsia banyak terdapat di negara-negara dengan empat musim. Sekarang masih terdapat pada anak-anak miskin di kota-kota industri yang kurang mendapat sinar matahari [1,10]. Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kandung empedu atau ginjal. Tulang melembek yang memyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah dan kadang muka menggamit (twitching), tulang membengkok (bentuk O atau X) dan dapat menyebabkan fraktur (patah) [1]. Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tubuh, diantaranya: 1. 2. 3. Menimbulkan rakhitis. Gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor. Gangguan pada sistem pertulangan [1].

15

G. Akibat Kelebihan Vitamin D Konsumsi vitamin D dalah jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih dari 25 mikrogram (1000 IU) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan absorpsi vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang di beri vitamin D berlebihan, menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan mental [1,3]. Pada orang dewasa dengan asma persisten, lebih tinggi kadar vitamin D berhubungan dengan fungsi paru-paru membaik, AHR (airway

hyperresponsiveness) berkurang, dan ditingkatkan dalam menanggapi in vitro untuk GCs (glucocorticoid). Temuan ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D pada pasien dengan asma, bila sesuai, dapat mengakibatkan peningkatan dalam beberapa parameter keparahan asma dan respon pengobatan [11].

16

BABIII PENUTUP

A. Kesimpulan Vitamin D disebut juga kalsiferol. Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai sifat sebagai vitamin dan hormon yang diperlukan untuk penyerapan dan penggunaan kalsium dan phosphorus dan beberapa fungsi lainnya. Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan 17

vitamin D, tetapi ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organik yang mempunyai kegiatan vitamin D ini, yaitu vitamin D1, D2, D3, dan D4. Sumber utama vitamin D adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet. Sumber lainnya bisa ditemukan pada susu, ikan salmon, tuna, telur, dan lain-lain. Vitamin D dimetabolisme menjadi metabolit aktif, kalsitriol di hati dan ginjal. Vitamin D juga mengatur dan diatur oleh homeostasis kalsium. Defisiensi vitamin D pada anak-anak dapat menimbulkan riketsia dan osteomalasia pada orang dewasa bahkan osteoporosis. Kelebihan vitamin D dapat mengakibatkan keracunan, kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, serta akibat lainnya.

B.

Saran Vitamin D sangat penting bagi tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin

D di dalam tubuh, maka kita perlu mengkonsumsi vitamin D sesuai dengan kebutuhan yang tidak melebihi batas ataupun kurang dari kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh. Untuk memperoleh sumber vitamin D, disarankan untuk berjemur adalah pukul 06.00 - 09.00 pagi ke seluruh bagian tubuh selama 10 menit. Beberapa sumber vitamin D yang lainnya adalah susu, ikan salmon, tuna, telur, dan lain-lain.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Sunita, A. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. 2. Suyatna FD, Azalia A, Amir S, dkk. Farmakologi dan terapi FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009. 3. Dewoto, H. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995. 4. Harper, HA. Biokimia Kedokteran. Jakarta: EGC, 1979.
5. Guyton, AP. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 2007.

19

6. Hansdottir S, Martha MM, Nina L, dkk. Vitamin D decreases RSV induction of NF-B-linked chemokines and cytokines in airway epithelium while maintaining the antiviral state. J Immunol 2010 January 15; 184(2): 965974. 7. M Chung , Balk EM, Brendel M, dkk. Vitamin D and calcium: a systematic review of health outcomes. Evid Rep Technol Assess (Full Rep) 2009 Aug; (183):1-420. 8. Lusia KA. 9 Sumber Vitamin D 2010; (online), (http://www.kompas.com, diakses tanggal 24 Desember 2011) 9. Peppone LJ, Alissa JH, Mary ER, dkk. The effect of various vitamin D supplementation regimens in breast cancer patients. Breast Cancer Res Treat 2011 May; 127(1): 171177. 10. Gillam AW, Dorothy AM, Laura FH. Evaluation of vitamin D deficiency in breast cancer patients on bisphosphonates. The Oncologist 2008 July; 13(7): 821-827. 11. Sutherland ER, Elena G, Leisa PJ, dkk. Vitamin D levels, lung function, and steroid response in adult asthma. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicinea, 2010 April 1; 181(7): 699-704.

20

You might also like