You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

Disusun Oleh VIKE DWI HAPSARI U.P 22020111200063

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XVIII POGRAM SUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2011

A. PENGERTIAN Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. Terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara dan akan mengalami kejang demam. (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434) B. ETIOLOGI Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) etiologi kejang demam meliputi : 1. Demam itu sendiri Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. 2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme. 3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. 4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. 5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas. Faktor presipitasi kejang demam cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas ; demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bacterial ; lain-lain : enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intracranial, idiopatik.

C. PATOFISIOLOGI Sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paruparu dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler. Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut neurotransmitter dan terjadi kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

40oC atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan 2002). D. MANIFESTASI KLINIK Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todds hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang. permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Betz Cecily L, Sowden Linda A.

E. KLASIFIKASI klasifikasi kejang demam adalah: 1. Kejang demam sederhana yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu : a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun. b. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit. c. Kejang bersifat umum. d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam. e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan. g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. 2. Kejang kompleks Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Anak dapat mempunyai riwayat kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga. F. KOMPLIKASI Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu : 1. Kerusakan otak Dapat terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat reseptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.

2. Retardasi mental Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus. (Hidayat, aziz alimun. 2006). G. PENCEGAHAN Pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan pencegahan segera saat kejang berlangsung. 1. Pencegahan berulang a. Mengobati infeksi yang mendasari kejang. b. Pendidikan kesehatan tentang : 1) 2) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter. Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C). 3) 4) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat. Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi. 2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi : a. Baringkan pasien pada tempat yang rata. b. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh. c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas. d. Lepaskan pakaian yang ketat. e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera. (Ngastiyah. 2005).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) pemeriksaannya adalah : 1. EEG Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks. 2. Lumbal Pungsi Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak. 3. Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan : a. Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom. b. Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml). c. Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L). I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktifitas / Istirahat 1) Gejala Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja. 2) Tanda Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

b. Sirkulasi 1) Gejala Hipertensi, peningkatan nadi sianosis, posiktal : tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan. c. Eliminasi 1) Gejala Inkontinensia episodik., tanda : iktal terjadi peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter, tanda posiktal otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia (baik urine/fekal). d. Makanan dan cairan 1) Gejala Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktifitas kejang. e. Neurosensori 1) Gejala Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral. f. Nyeri/gangguan kenyamanan 1) 2) Gejala Sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posiktal. Tanda Sikap/tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot. tingkah laku distraksi/gelisah. g. Pernafasan 1) Gejala Fase iktal gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, fase posiktal terjadi apnea.

2. Diagnosa Keperawatan. a. Resiko terhadap bersihan jalan nafas/pola nafas tidak efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat gangguan persyarafan otot. b. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan gerakan tonik/klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang. c. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) berhubungan dengan proses penyakit. d. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan (orang tua) tentang kondisi, pengobatan dan aktifitas kejang selama episode kejang. 3. Rencana Keperawatan a. Resiko terhadap bersihan jalan nafas/pola nafas tidak efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat gangguan persyarafan otot. Intervensi 1) 2) 3) 4) Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang tongue spatel. Singkirkan bendabenda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan (misal : gurita). Lakukan penghisapan sesuai indikasi. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 dan obat anti kejang. b. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan gerakan tonik/klonik yang tidak terkontrol selama episode kejang. Intervensi 1) Jauhkan bendabenda yang ada disekitar klien.

2) 3) 4) 5)

Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak jatuh ke belakang, menyumbat jalan nafas. Awasi klien dalam waktu beberapa lama selama/setelah kejang. Observasi tandatanda vital setelah kejang. Kolaborasi dengnan dokter untuk pemberian obat anti kejang.

c. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) berhubungan dengan proses penyakit. Intervensi 1) 2) 3) 4) 5) Kaji saat timbulnya demam. Berikan penjelasan pada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan masukan cairan 1,5 liter / 24 jam. Beri kompres dingin terutama bagian frontal dan axila. Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan obat antipiretik.

d. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan (orang tua) tentang kondisi, Intervensi 1) 2) 3) Jelaskan pada keluarga tentang pencegahan, pengobatan dan aktifitas selama kejang. Jelaskan pada keluarga tentang faktor faktor yang menjadi pencetus timbulnya kejang, misal : peningkatan suhu tubuh. Jelaskan pada keluarga, apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama walaupun diberikan obat, segera bawa klien ke rumah sakit terdekat. 4. Evaluasi. Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan klien dengan kejang demam adalah mencegah / mengendalikan aktifitas kejang, melindungi klien dari cedera, mempertahankan jalan nafas dan pemahaman keluarga tentang pencegahan, pengobatan dan aktifitas selama kejang. pengobatan, aktifitas, kejang selama perawatan.

DAFTAR PUSTAKA Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama. Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC. Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

You might also like