You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri selain memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat dan negara juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan, tanah maupun udara. Pembangunan merupakan kegiatan sadar dan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan negatif. Untuk mengeliminasi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif, setiap kegiatan pembangunan harus ditelaah aspek kelayakan lingkungannya. Pengelolaan sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan berkelanjutan antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mutu hidup rakyat, oleh karenanya perlu dijaga keserasian antar berbagai usaha dan atau kegiatan. Setiap usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, perlu dilakukan analisis sejak perencanaannya sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Pembangunan lingkungan hidup diarahkan pada terwujudnya kelestarian lingkungan dalam keseimbangan dan kelestarian yang dinamis untuk menjamin terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan, melalui berbagai kebijakan yakni pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, upaya rehabilitasi dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan sumber daya manusia yang diikuti dengan peningkatan kelembagaan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang penerapan metode koagulasi pada berbagai industri.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian air dari koagulasi flokulasi secara garis besar? 2. Apakah pengertian air dari koagulasi? 3. Apa jenis-jenis dan dosis koagulan? 4. Bagaimana mekanisme kerja pada proses koagulasi? 5. Apakah pengertian air dari flokulasi? 6. Bagaimana mekanisme kerja pada proses flokulasi? 7. Bagaimanakah contoh penerapan metode koagulasi pada berbagai industri? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari koagulasi flokulasi secara garis besar. 2. Mengetahui pengertian dari koagulasi. 3. Mengetahui jenis-jenis dan dosis koagulan. 4. Mengetahui mekanisme kerja pada proses koagulasi. 5. Mengetahui pengertian air dari flokulasi. 6. Mengetahui mekanisme kerja pada proses flokulasi. 7. Mengetahui contoh penerapan metode koagulasi pada berbagai industri.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koagulasi Flokulasi Secara Umum

Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikelpartikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula. Proses flokulasi dilakukan setelah setelah proses koagulasi dimana pada proses koagulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi.Penggoyahan partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel oleh koagulan hanya mungkin terjadi jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan gaya tarik menarik antar partikel koloid. Proses flokulasi berlangsung dengan pengadukan lambat agar campuran dapat membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan dapat mengendap dengan cepat. Keefektifan proses ini tergantung pada konsentrasi serta jenis koagulan dan flokulan, pH dan temperatur
2.2 Pengertian Koagulasi Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble).

Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok, Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid, dan penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap. Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:

1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan; 2. Jumlah dan karakteristik koloid; 3. Derajat keasaman air (pH); 4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle; 5. Temperatur air; 6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur; 7. Karakteristik ion-ion dalam air.

Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk :


Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik didalam air. Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air. Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae, dan organisme plankton lain. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.

Ada tiga faktor yang mempegaruhi keberhasilan proses koagulasi yaitu:


o o o Jenis koagulan yang dipakai Dosis pembubuhan koagulan Proses pengadukan

Gambar Proses pengikatan partikel koloid oleh kougulan (CG)


2.3 Jenis-jenis dan Dosis Koagulan 2.3 A. Jenis Koagulan Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan kriteria desain dari sistem pengadukan, serta sistem flokulasi yang efektif. Jenis koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan polimer kationik. Contoh koagulan garam logam diantaranya adalah: Alumunium sulfat atau tawas (Al3(SO4)2.14H2O) Feri klorida (FeCl3) Fero klorida (FeCl2) Feri sulfat (Fe2(SO4)3)

Koagulan yang umum digunakan adalah alumunium sulfat atau tawas. Sedangkan contoh koagulan polimer atau sintetis adalah:
Poli Alumunium Klorida (PAC) Sitosan Currie flock

Koagulan polimer yang umumnya digunakan adalah PAC. Perbedaan dari kedua jenis koagulan diatas adalah pada tingkat hidrolisa dalam air. Koagulan garam logam mengalami hidrolisa ketika dicampurkan ke dalam air sedangkan koagulan polimer tidak. Pembentukan unsur hidrolisis tersebut terjadi pada periode yang sangat singkat yaitu kurang dari 1 detik. Reaksi hidrolisis menghasilkan senyawa hidrokompleks seperti Al(OH)2+, Fe(H2O)33+, dan Fe(OH)2+. Setelah terbentuk, produk tersebut langsung teradsorbsi ke dalam partikel koloid serta menyebabkan destabilisasi muatan listrik pada koloid tersebut. Hal ini mengakibatkan

polimerisasi dari reaksi hidrolisis. Oleh sebab itu, pada pembubuhan koagulan yang berupa garam logam, proses pengadukan cepat (flashmixing/rapid mixing) sangat penting, karena :
Hidrolisis dan polimerisasi adalah reaksi yang sangat cepat Suplai koagulan dan kondisi pH yang merata sangat penting untuk pembentukan unsur hidrolisis Adsorpsi koagulan ke dalam partikel koloid berlangsung cepat. Apabila pengadukan lambat, maka reaksi koloid dengan koagulan tidak akan sempurna.

Sedangkan pada penggunaan koagulan polimer, pengadukan cepat tidak terlalu kritis karena reaksi hidrolitik tidak terjadi dan adsorpsi koloid terjadi lebih lambat karena ukuran fisik polimer yang lebih besar. Waktu pengadukan sekitar 2-5 detik. Koagulan sebagai bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air tentunya memiliki berapa sifat atau kriteria tertentu, yaitu :
Kation trivalen (+3). Koloid bermuatan negatif, oleh sebab itu dibutuhkan suatu kation untuk menetralisir muatan ini. Kation trivalen merupakan kation yang paling efektif. Non toksik Tidak terlarut pada batasan pH netral

Jenis koagulan yang sering dipakai adalah :

a. Alumunium Sulfat (Alum) Alumunium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang umum digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang ada di dalam air bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan alumunium hidroksida sesuai dengan persamaan: Al2(SO4)3.14H2O + 3 Ca(HCO3)2 3 CaSO4 + 2 Al(OH)3 + 6 CO2 + 14 H2O Bila air tidak mangandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi: Al2(SO4)3.14H2O + 3 Ca(OH)2 3 CaSO4 + 2 Al(OH)3 + 14 H2O

Alkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan penambahan natrium karbonat. Nilai pH optimum untuk alum sekitar 4,5-8,0. a. Ferrous Sulfate ( FeSO4) Ferreus Sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 dan NaOH biasanya ditambahkan untuk meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai Fe(OH)3. Reaksinya adalah: 2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O Agar reaksi diatas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 7.0 sampai 9,5. Selain itu, Ferreus Sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi:

3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.

b. Ferreus Sulfate dan Ferric Chloride Reaksi sederhana ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam membentuk ferric hydroxide dengan reaksi: Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Sedangkan reaksi ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu: 2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk membentuk hidroksida. Reaksinya adalah: 2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2

2.3 B. Dosis Koagulan

Dosis

koagulan

berbeda-beda

tergantung

dari

jenis

koagulan

yang

dibubuhkan,temperatur air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan dapat 7

dilakukanmelalui penelitian laboratorium dengan metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya merupakan proses pengolahan air skala kecil.
2.4 Mekanisme Kerja pada Proses Koagulasi Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat dimanapengadukan cepat (koagulasi) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 2. Pengadukan Mekanis Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller. 3. Pengadukan Pneumatis Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan. 4. Pengadukan hidrolis Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).

a. Terjunan hidrolis Metode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua peralatan yang digunakan berupa peralatan diam/statis.

b. Aliran dalam pipa Salah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis dan simple adalah pengadukan melalui aliran dalam pipa. Metoda ini sangat banyak digunakan pada instalasi-instalasi berukuran kecil dengan tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan alat. Efektivitas pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa, dan panjang pipa pengaduk yang digunakan.

c. Aliran dalam saluran (baffle)

Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum digunakan yaitu pola aliran mendatar (round end baffle channel) dan pola aliran vertikal (over and under baffle).

Operasional dan Pemeliharaan.

Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat keasaman (pH) air baku. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH air baku ditentukan dengan komparator pH; Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan setiap jam oleh operator instalasi; Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi, dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser;

2.5 Pengertian Flokulasi Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok berukuranlebih besar. Proses fokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan. Secara garisbesar pembentukan flok terbagi dalam empat tahap yaitu : a) Tahap destabilisasi partikel koloid b) Tahap pembentukan mikroflok c) Tahap penggabungan mikroflok d) Tahap pembentukan makroflok

Tahap a dan b terjadi pada proses koagulasi sedangkan tahap c dan d terjadi pada prosesflokulasi.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi :

1. Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi 2. Kualitas tujuan dari proses pengolahan 3. Headloss tersedia dan variasi debit instalasi

2.6 Mekanisme Kerja pada Proses Flokulasi Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat. Tujuan dari proses ini adalah untuk mempercepat laju tumbukan partikel, hal ini menyebabkan aglomerasi dari partikel koloid terdestabilisasi secara elektrolitik kepadaukuran yang terendapkan dan tersaring. Terdapat beberapa kategori sistem pengadukan untuk melakukan flokulasi ini, yaitu : Pengaduk MekanisPengadukan mekanis merupakan satu metode yang umum digunakan untuk pengadukan lambat. Pengaduk (disebut juga flokulator) mekanis yang seringdigunakan dalam pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi hinggamembentuk roda (paddle wheel), baik dengan posisi horizontal maupun vertikal. Pengadukan HidrolisJenis pengadukan hidrolis yang digunakan pengadukan lambat berbeda denganpengadukan cepat. Pada pengadukan lambat, energi hidrolik yang diharapkan cukupkecil dengan tujuan menghasilkan gerakan air yang mendorong kontak antarapartikel tanpa menyebabkan pecahnya gabungan partikel yang terbentuk. Jenisaliran yang sering digunakan sebagai pengadukan lambat adalah baffle channel

2.7 Contoh Penerapan Metode Koagulasi pada Berbagai Industri

2.7 A. Industri Tekstil Proses Koagulasi menggunakan koagulan chitosan dengan FeSO4 sebagai koagulan pembanding Kemampuan chitosan sebgai bahan koagulai limbah cair industri tekstil, diteliti dengan mengikuti tahap-tahap penelitian sebagai berikut :

1. Chitosan yang dihasilkan dari proses pengolahan chitin, dijadikan bahan koagulan dengan cara melarutkannya dalam asam asetat (CH3COOH) 2% sampai diperoleh larutan chitosan dengan kadar 1%. 2. Limbah cair dari industri tekstil diambil sebagai sampel, agar tidak terlalu pekat limbah cair tersebut diencerkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses koagulasi dengan koagulan chitosan. Sebagai pembanding digunakan bahan koagulan FeSO4 400 ppm. 3. Optimalisasi proses koagulasi dipelajari dengan melakukan perubahan variabel proses seperti konsentrasi chitosan dan pH larutan. Variabel konsentrasi chitosan yang dipelajari adalah 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm dan 70 ppm dengan waktu pengadukan konstan (15 menit) dan pH juga tetap (pH=8). Sedangkan untuk variabel pH dilakukan dengan

10

membuat pH larutan dari 5, 6, 7, 8 sampai 9 dengan jalan menambahkan larutan NH4OH atau CH3COOH. Penurunan terbesar dari analisa parameter air limbah menunjukkan proses koagulasi maksimum

2.7 B. Industri Jamu PT. Sidomuncul

DAFTAR PUSTAKA

http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/koagulasi-dan-flokulasi/

11

12

You might also like