You are on page 1of 5

PRAKTEK PENGELOLAAN HUTAN MATERI : PEMANENAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

Tujuan. Tujuan dari Praktek Pemanenan HHBK adalah :

A. PENYADAPAN GETAH PINUS Pendahuluan. Hutan pinus mempunyai potensi yang cukup besar dalam menunjang

1. Mahasiswa dapat melakukan penyadapan getah pinus dengan menerapkan metode quarre. 2. Mengetahui pengaruh pemberian stimulansia pada penyadapan getah pinus. Penyadapan Getah Pinus Metode Quarre 1. Pembersihan bagian batang yang akan disadap, kulitnya dibersihkan setebal 3 mm lebar 20 cm tinggi 70 cm pada ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah tanpa melukai kayunya. Alat yang digunaan adalah parang/golok / bark shaver. 2. Pembuatan rencana sadap dengan mal sadap lebar 10 cm tinggi 60 cm. 3. Pembuatan luka sadap dengan petel/kadukul dengan ukuran 10 x 10 cm kedalaman 2 3 cm ( tidak termasuk ketebalan kulit) 4. Pemasangan talang sadap pada tepi bawah koakan dan penampung getah 5. Pemberian stimulansia dilakukan dengan menyemprotkan cairan stimulansia pada bidang sadap yang dilukai sebanyak 1 cc.

pembangunan karena kemampuannya yang majemuk sebagai sumberdaya yang menguntungkan. Di Hutan Pendidikan Gunung Walat penyadapan getah pinus telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan mengikut sertakan masyarakat sekitar hutan sebagai penyadap. Penyadapan dilakukan secara terbatas dimana jumlah bidang sadap untuk setiap pohon berjumlah 2 bidang sadap. Getah yang dihasilkan oleh Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu tersebut tersayat. Oleoresin pinus berbeda dengan natural resin yang merupakan getah alami yang keluar dari rongga-rongga jaringan kayu pada genus dipterocarpaceae. Getah pinus terdapat pada saluran interseluler sel atau saluran damar traumatis dimana saluran damar tersebut dibentuk dari oleh suatu mekanisme baik secara lysigenous (sel pada jaringan kayu hancur dan meninggalkan celah) maupun schizogenous (sel memisahkan diri) atau schizolysigenous. Saluran resin memanjang batang diantara sel-sel trakeida atau melintang radial dalam berkas jaringan jari-jari kayu. Saluran vertikal memanjang batang biasanya lebih besar dibandingkan saluran ke arah radial dan sering kedua saluran tersebut berhubungan dan membentuk jaringan transportasi getah didalam pohon. Faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu; faktor pasif : kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat , sedangkan faktor aktif adalah kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh faktor; luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan penyadap serta pemberian stimulansia.

Prosedur Praktek. 1. Setiap regu menentukan 5 pohon pinus sebagai objek praktek. Pada setiap pohon dibuat 2 bidang sadap menghadap ke Barat dan ke Timur. 2. Pada masing-masing bidang sadap dilakukan penyadapan getah pinus dengan metode quarre. Pada bidang sadap yang mengarah ke Barat dilakukan pemberian stimulansia sedangkan bidang sadap yang mengarah ke Timur tidak diberikan stimulansia. 3. Setelah 3 hari dilakukan pemanenan getah untuk masing-masing bidang sadap pada 5 pohon tersebut dan hasilnya ditimbang. 4. Perbandingkan hasil penyadapan getah pinus dengan stimulansia dan tanpa stimulansia serta kemukakan kelebihan dan kekurangannya (Tabel 1)

Tabel 1. Hasil Pengamatan penyadapan getah pinus. Nomor Pohon 1 2 3 4 5 Produksi getah Stimulansia Tanpa Stimulansia Kelebihan dan kekurangan Stimulansia Tanpa Stimulansia

B. PENYADAPAN KOPAL Pendahuluan. Kopal merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang penting dalam dunia perdagangan dan industri. Kopal di Indonesia hanya diartikan untuk getah yang berasal dari pohon yang termasuk dalam marga Agathis (Araucariaceae). Kopal merupakan senyawa kimia dengan komposisi yang kompleks, tidak larut dalam air, larut dalam beberapa pelarut organik, rapuh, meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap. Kopal merupakan eksudat dari kulit dalam pohon Agathis berupa cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Secara garis besar kopal dapat dibagi ke dalam dua jenis menurut asal dan cara dihasilkannya yaitu Kopal Sadap dan Kopal Galian. Kopal sadap didapat dengan cara melukai kulit pohon, maka akan keluar getah yang selama beberapa waktu aliran menjadi keras pada pohon tersebut. Jenis kopal sadap meliputi Kopal Loba (umumnya kopal murni) dan Kopal Melengket (berupa getah damar yang menempel pada pohon, diambil sebelum mengering). Kopal Galian adalah kopal yang diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari getah yang keluar dari pohon damar yang tersimpan dalam tanah tanpa disadap atau yang biasa dikenal dengan Kopal Bua. Di luar Indonesia kopal dikenal dengan nama yang berbeda-beda, seperti di Philipina dikenal dengan manila copal, di Afrika dikenal dengan nama zanzibar copal,

Keterangan : 1 = Pola sadap 2 = Bidang sadap ( pelukaan) 3 = Talang sadap 4 = Penampung getah Gambar 1. Penyadapan Getah Pinus dengan metode Quarre

congo copal dan sieralione copal, di Amerika Selatan dikenal dengan nama brazil copal dan di Australia dan New Zeland dikanal dengan kauri copal. Kopal dapat berasal dari fosil ataupun pohon yang masih hidup. Berbagai macam kopal yang digunakan untuk keperluan industri cat, masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Kopal yang keras (hard copal) disebut sebagai Congo Copal sedangkan Manila Copal lebih lembut dibanding kopal lainnya. Kopal tidak larut dalam terpentine atau petroleum solvent ( hanya manila copal yang larut dalam alkohol). Kopal dilelehkan kedalam minyak panas untuk mendapatkan varnish, proses ini disebut gum running. Kopal meleleh pada temperatur tinggi tergantung pada tingkat kekerasannya.

Tujuan. Tujuan dari Praktek Pemanenan HHBK adalah : 1. Mahasiswa dapat melakukan penyadapan kopal dengan menerapkan metode quarre dan metode sayatan 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode penyadapan kopal dengan metode quarre dan sayatan. Penyadapan Kopal dengan Metode Quarre 1. Pembersihan kulit Kulit bagian batang yang akan disadap terlebih dahulu dibersihkan setebal 3 mm, lebar 20 cm dan tinggi 70 cm pada ketinggian 50 cm di atas tanah tanpa melukai kayu. 2. Pembuatan mal sadap Mal sadap diplotkan pada bagian tengah dari pohon contoh yang telah dibersihkan. Untuk memberi tanda batas rencana sadapan digunakan cat warna putih. Ukuran mal sadapan lebarnya 10 cm dan tinggi 60 cm. 3. Pembuatan luka sadapan pertama Luka sadapan pertama dibuat pada ketinggian 50 cm di atas tanah dengan menggunakan pisau sadap ( kudikoni), di dalam pola sadap dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Dalam luka sadapan 2 cm tidak termasuk kayu dengan lebar sadapan 10 cm. 4. Pemasangan talang sadap Talang sadap diletakkan di bawah luka sadapan pertama dengan cara dipaku. 5. Pemasangan penampung getah Penampung getah dipaku tepat di bawah talang seng. 6. Pemberian stimulansia dilakukan dengan menyemprotkan stimulansia sebanyak 1 cc pada bidang sadap yang telah dilukai

Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan 1. Pembersihan kulit Pembersihan kulit luar dengan menggunakan parang/golok dengan ukuran 30 cm x 30 cm. 2. Pembuatan mal sadap Mal sadap dibuat dengan menggunakan cat warna putih pada bagian tengah pohon contoh dengan lebar 20 cm, panjang miringnya 28 cm dengan kemiringan 45 dan tinggi 20 cm. 3. Pembuatan luka sadap pertama Sadapan awal dibuat pada pola sadap bagian bawah membentuk alur dari panjang mal sadap sepanjang 20 cm. 4. Pemasangan talang sadap Talang sadap diletakkan tepat di bawah luka sadapan pertama dengan cara dipaku. 5. Pemasangan penampung getah Penampung getah dipaku tepat di bawah talang seng. 6. Pemberian stimulansia dilakukan dengan menyemprotkan stimulansia sebanyak 1 cc pada bidang sadap yang telah dilukai

Gambar 2. Penyadapan Kopal dengan Metode Quarre.

PRAKTEK PENGELOLAAN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN IPB ( 11 Juli s/d 1 Agustus 2009)

Gambar 3. Penyadapan kopal dengan metode sayatan.

PEMANENAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU 1. PENYADAPAN GETAH PINUS 2. PENYADAPAN KOPAL

Prosedur Praktek. 1. Setiap regu menentukan 3 pohon damar sebagai objek praktek. Pada setiap pohon dibuat 2 bidang sadap menghadap ke Barat dan ke Timur. 2. Pada bidang sadap yang mengarah ke Barat dilakukan penyadapan kopal dengan metode quarre sedangkan yang mengarah ke Timur dilakukan penyadapan kopal dengan metode sayatan. Pemberian stimulansia dilakukan untuk kedua bidang sadap. 3. Setelah 3 hari dilakukan pemanenan getah untuk masing-masing bidang sadap pada 3 pohon tersebut dan hasilnya ditimbang. 4. Perbandingkan hasil penyadapan kopal dengan metode quarre dan sayatan serta kemukakan kelebihan dan kekurangannya (Tabel 2) Oleh Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS

Tabel 2. Hasil Pengamatan penyadapan Kopal Nomor Pohon 1 2 3 FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Produksi Kopal Quarre Sayatan Kelebihan dan kekurangan Quarre Sayatan

You might also like