You are on page 1of 25

MATA KULIAH SEMESTER SKS POKOK BAHASAN WAKTU DOSEN

: ASKEB II (PERSALINAN) : III (BD.302) : 4 SKS (T : 1 SKS; P : 3 SKS) : PEMERIKSAAN DALAM DAN AMNIOTOMI : 50 MENIT : RIZKI AMALIA, AM.KEB

OBJEKTIF PERILAKU SISWA Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang PD dan Amniotomi pada ibu bersalin dengan kemajuan persalinan dengan membaca dan berlatih setiap langkah yang terdapat dalam job sheet dan dengan menggunakan alat, bahan dan perlengkapan yang terdapat di laboraturium. BUKU SUMBER 1. JNPK-KR (2009), Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi menyusu dini, Jakarta : JHPIEGO-Dep Kes RI, Hal : 43-57. 2. JNPK-KR (2009), Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO-Dep Kes RI, Hal 43-57. 3. Johnson, Ruth (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan, Jakarta : Buku Kedokteran, Hal 201-209.

4.

Wiknjosastro, Hanifa (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Hal 180-193. PENDAHULUAN Periksa Dalam (PD) merupakan pemeriksaan rutin dalam ilmu kebidanan dan

kandungan selain inspeksi (pemeriksaan dari luar). Pada dasarnya pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kehamilan dan kelainan lain pada organ reproduksi, sehingga berbagai risiko atau dampak negatif pada kehamilan yang muncul bisa ditangani. Untuk memantau kehamilan, PD umumnya dilakukan pertama kali pada usia kandungan sekitar 34-36 minggu. Pemeriksaan Dalam dilakukan kembali pada usia kehamilan 38-40 minggu, dan menjelang persalinan. Saat itu, Anda biasanya mulai mengalami mulas secara teratur. Kali ini PD bertujuan untuk memantau atau menilai kemajuan persalinan, besarnya pembukaan mulut rahim, sudah mencapai pembukaan berapa, atau sejauh mana pembukaannya. PD juga dilakukan untuk memantau bagaimana turunnya bagian tubuh janin ke dalam rongga panggul. Bidan juga akan memeriksa kondisi air ketuban, bagaimana selaput ketuban, apakah masih utuh atau sudah pecah. The UK Amniotomy Group (1994) menemukan bahwa persalinan dapat dipercepat dengan melakukan amniotomi. Tetapi tidak boleh dilakukan secara rutin. Amniotomi dilakukan untuk memperbesar pembukaan dan induksi persalinan. Banyak bidan yang tidak melakukan amniotomi kecuali jika ada indikasi khusus; banyak bidan yang menyakini bahwa pecahnya selaput ketuban secara spontan merupakan bagian dari proses persalinan alami.

MATERI A. Pemeriksaan per Vaginam/ PD Prinsip-prinsip pemeriksaan per vaginam selama persalinan, yang biasanya disebut sebagai pemeriksaan vagina atau periksa dalam (PD). Hal ini merupakan keterampilan yang penting bagi bidan untuk merawat ibu bersalin. Prosedur ini bersifat intim dan oleh karena itu hanya dilakukan secara sensitif dan hati-hati, tidak hanya itu informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini dapat membantu secara efektif pengkajian perkembangan dan informasi asuhan. Prosedur untuk melakukan amniotomi dan pemasangan elekrode janin. 1. Indikasi Selama persalinan bidan dapat melakukan PD untuk : Memastikan awitan persalinan Mengkaji perkembangan persalinan Menetapkan presentasi dan posisi janin Melakukan pemecahan selaput ketuban Memasang elekrode janin Mengeluarkan prolaps tali pusat setelah ruptur spontan membran pada ibu yang bagian terendah janinnya belum turun ke dasar panggul Memastikan awitan kala II terutama untuk kasus dengan presentasi bokong. 2. Kontraindikasi Bidan tidak boleh melakukan PD pada keadaan :

Perdarahan Plasenta previa Ketuban pecah dini Persalinan preterm (PD pertama harus dilakukan oleh dokter kebidanan; bidan dapat melakukan PD berikutnya).

3.

Informasi yang diperoleh melalui PD Genetalia Eksternal Berbagai abnormalitas seperti varices, edema, kutil atau tanda-tanda infeksi harus diperhatikan dengan baik, terutama jaringan perut, terutama jika mengindikasikan riwayat trauma perineum atau mutilasi genetalia wanita. Warna, konsistensi, jumlah dan bau rabas atau perdarahan dari vagina harus dicatat. Cairan amnion akan terlihat jika selaput ketuban sudah pecah.

(gambar 1 : Genetalia Eksterna)

Vagina Vagina harus tersa hangat dan lembab, dengan dinding yang lembut. Vagina yang panas dan kering mengindikasikan adanya dehidrasi, infeksi atau obstruksi persalinan. Vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Adanya varices, sistokel atau rektokel juga harus dicatat. Rektum penuh akan teraba dari dinding vagina bagian belakang.

Serviks Pemeriksaan serviks meliputi posisi, konsistensi, penipisan, dilatasi dan hubungannya dengan presentasi janin. Sebelum persalinan serviks biasanya berada pada posisi sentral atau posterior, keras, belum menipis dengan ostium masih menutup (belum matang). Pada mingguminggu terakhir kehamilan dan awal persalinan, struktur, dan posisi serviks berubah akibat pematangan, teraba tidak keras dan berada pada posisi anterior. Serviks yang terasa lunak dan dapat meregang berkaitan dengan dilatasi yang baik pada ostium uteri, sedangkan serviks yang belum matang pada akhir kehamilan biasanya dapat diikuti dengan persalinan yang lama. Serviks yang tidak matang memerlukan kekuatan uterus tiga sampai empat kali besar daripada serviks yang matang (Burnhill et al, 1962).

Serviks yang sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan dengan aktivitas uterus yang baik. Sebaliknya, serviks yang belum sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan dengan aktivitas uterus yang kurang efisien dan kemajuan persalinan yang lamban. Misalnya, pada Posisi janin oksipito posterior, kepala janin tidak terdorong langsung ke serviks, melainkan ke arah bawah dan depan bagian belakang simfisis pubis yang mengakibatkan menurunya efektifitas kontraksi uterus, dilatasi serviks yang lebih lambat dan persalinan yang lama. Hubungan bagian terendah janin dengan serviks dapat dikaji dengan meraba bagian tersebut. Pada primigravida penipisan biasanya mendahului pembukaan; pada multigravida hal ini terjadi secara simultan. Penipisan dikaji dengan mengukur panjang serviks dan derajat penonjolannya ke dalam vagina. Serviks yang belum menipis teraba panjang dan berbentuk tubuler, dengan ostium tertutup atau dilatasi sebagian. Bila telah terjadi penipisan, serviks menipis, dan teraba lebih pendek, karena segmen uterus bagian bawah mendorongnya ke atas. Penipisan serviks yang sempurna akan teraba menyatu dengan segmen uterus bagian dan tidak menonjol ke dalam vagina. Dilatasi (pembulan) ostium uteri diukur dalam sentimeter, dan dikaji dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam ostium uteri eksternal dan membentangkan kedua jari tersebut untuk mengkaji diameternya. Di awal persalinan, bila pembukaan serviks kurang dari 2

cm, biasanya hanya satu jari saja yang dapat dimasukkan. Pada akhir kala I akan lebih mudah memperkirakan pembukaan melalui perabaan terhadap tepi serviks.

(gambar 2 : Pembukaan Serviks)

Selaput janin. Selaput janin yang masih utuh akan teraba sebagai permukaan licin yang menutupi bagian terendah janin. Hal ini mungkin sulit untuk dirasakan, terutama pada awal persalinan, atau bila air ketuban sedikit dan selaput janin melekat pada bagian terndah janin. Bila selaput janin sulit untuk diraba, dapat disalahartikan dengan selaput janin yang sudah pecah. Bila bagian terendah janin tidak pas dengan serviks, selaput janin akan berisi banyak cairan amnion dan menonjol di serviks. Selama kontraksi, tekanan air ketuban akan meningkat dan menyebabkan selaput janin menegang dan akhirnya pecah secara spontan. Hal ini biasanya terjadi lebih cepat jika bagian terendah janin tidak pas dengan serviks. Bila selaput janin teraba utuh

tetapi air ketubanya sudah bocor, kemungkinan terjadi robekan selaput janin yang tersembunyi.

(Gambar 3 : Pecahnya Selaput Ketuban)

Presentasi Dalam hubungannya dengan informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan abdomen, identifikasi petunjuk bagian terendah janin dapat membantu dalam konfirmasi presentasi janin : Untuk Presentasi kepala teraba rata, bulat dank eras, dan sutura atau fontanel dapat juga teraba. Moulding dapat dikaji berdasarkan derajat tumpang tindih antara tulang-tulang tersebut di ubun-ubun. Untuk presentasi bokong dan wajah akan teraba lembek dan tidak rata. Sekrum dapat teraba sebagai tulang yang keras, dengan anus tertutup. Bila jari pemeriksa masuk ke dalam anus,

akan terasa seperti dicengkram. Mekonium segar juga cenderung terdapat di dalam anus. Pada presntasi wajah, tulang dahi dapat teraba, dan jari yang masuk ke dalam mulut akan diisap oleh janin. Bila dicurigai atau dikonfirmasi terjadi presentasi wajah, berhati-hatilah agar tidak mencederai mata janin; pemakaian elektrade janin dank rim obstetric tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan konjugtivis Bila tali pusat teraba, akan teraba juga adanya pulsasi di balik selaput janin, pada keadaan ini selaput janin tidak boleh dirobek karena adanya bahaya prolaps uteri. Tinggi bagian presentasi ditentukan dengan mengkaji jarak antara bagian terendah dengan spina iskiadikus dalam ukuran cm. spina iskiadikus disebut sebagai tingkat 0, dengan bagian yang terendah berada di atasnya (-cm) atau di bawahnya (+cm). spina iskiadikus mungkin sulit untuk diraba; hal ini menyebabkannya menjadi pengukuran yang subjektif. Penting bagi bidan untuk memastikan bahwa titik tersebut merupakan bagian terendah janin yang sedang dikaji dan bukan suksedaneum. Penurunan bagian terendah janin merupakan indicator kemajuan persalinan.

(Gambar 4 : Bagian terbawah janin dalam hubungannya dengan spina iskiadika)

Posisi Pada presentasi kepala, identifikasi sutura dan fontanel dapat memastikan posisi dan sikap janin. Sutura sagitalis mudah

diidentifikasi sebagai sutura yang panjang dan lurus; posisinya ditentukan dengan kaitannya dengan panggul ibu, kanan akan teraba bergerak fari kuadran kanan belakang dari panggul ibu menyerong ke kuadran kiri depan. Fontanel anterior teraba sebagai area yang lebih besar, berbentuk segi empat, dengan empatsutura berasal darinya dan hal ini berkaitan dengan posisi kepala defleksi, biasanya dengan posisi oksipito posterior. Kemajuan persalinan dapat dikenali bila terjadi fleksi progesif (atau ekstensi pada presentasi wajah) dan rotasi. Membandingkan posisi landmark dengan pemeriksaan per vaginam sebelumnya harus dilakukan.

10

(Gambar 5 : Rotasi presentasi kepala, teraba pada pemeriksaan pervaginam)

Pintu bawah panggul Dikaji melalui perabaan spina iskiadika; bila teraba menonjol berarti diameter tranversal pintu atas panggul sempit dan dapat memengaruhi kemajuan persalinan, terutama kala II. Pengkajian sudut subpubis dilakukan dengan mengerakkan ujung jari pemeriksa ke arah pubis. Bila kedua jari sesuai dengan bagian bawah arkus pubis, hal ini mengindikasikan bahwa besar sudut 90 atau lebih. Sudut subpubis yang sempit terkadang ditemukan pada spina iskiadika yang menonjol dan biasanya terjadi pada panggul android. Kondisi ini dapat menimbulkan tekanan yang lebih keras pada perineum dan meningkatkan trauma perineal serta keterlambatan kala II. Pengkajian sudut subpubis harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari klitoris; tekanan pada daerah ini dapat menimbulkan nyeri.

11

4.

Prosedur pemeriksaan per vaginam/ PD Prosedur pemeriksaan harus dilakukan dengan teknik aseptik, dibantu seorang asisten. Persiapan Tindakan 1. Pasien : Selimut mandi Kapas sublimat. Air DTT dalam kom. Bengkok Larutan klorin 0,5 % Status ibu dan alat tulis. Petugas : Apron plastik, masker, kacamata pelindung Sarung tangan DTT/steril Alas kaki/sepatu boot karet 3. Lingkungan :

2.

Ruangan dalam keadaan tertutup Persetujuan Tindakan Medik 4. Menjelaskan pada ibu apa yang

akan

dikerjakan

dan

memberitahukan kemungkinan ketidaknyamanan serta memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan 5. Dengarkan apa yang disampaikan oleh ibu 6. Berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan Tindakan 7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

serta

12

8. 9. 10 11 12 13

mengeringkannya dengan handuk bersih. Meminta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genetalia dengan sabun dan air bersih Meminta ibu berbaring di tempat tidur Menutupi badan ibu dengan selimut atau kain Mengatur posisi ibu dorsal recumbent Mengunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air DTT. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang sudah terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut

dengan benar di dalam larutan dekontaminasi) 14 Memeriksa genitalia luar ; Inspeksi : Perdarahan. Cairan amnion ; warna, bau, jumlah. Mekoneum ; kental atau encer Bagian yang menumbung. Lendir darah. Perlukaan Massa Varices

13

Edema Haemoroid Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan

pemeriksaan dalam. 15 Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan kiri pemeriksa. Masukkan jari telunjuk tangan kanan pemeriksa dengan hati-hati diikuti oleh jari tengah. Setelah kedua jari tangan berada dalam vagina, tangan kiri pemeriksa diletakkan di fundus ibu. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannyasebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi. 16 Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi. 17 Nilai pembukaan dan penipisan serviks 18 Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan pervaginam. 19 Nilai penurunan kepala janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dari pemeriksaan abdomen untuk menentukan kemajuan persalinan. 20 Jika kepala sudah dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitali untuk menentukan penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakan kepala janin sesuai dengan diameter jalan

14

lahir. 21 Setelah pemeriksaan lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksa dengan hati-hati, sambil meminta ibu untuk menarik nafas panjang. 22 Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor dedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan tersebut selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas) 23 Merapihkan ibu kembali dan membantu ibu mengambil posisi yang nyaman 24 Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan. 25 Mencatat /mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan pada status ibu. B. Amniotomi 1. Pemecahan selaput ketuban : Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus Kantung ketuban akan pecah secara spontan Variasi denyut jantung janin terlihat setelah amniotomi (deselerasi awal) yang dapat memerlukan intervensi lebih lanjut. Emboli cairan amnion berhubungan dengan amniotomi. Tindakan kewaspadaan umum harus ditaati dan bidan harus berhati-hati dalam menggunakan amnihook yang merupakan

15

benda tajam agar tidak terjadi cedera dan membuang alat tersebut ke dalam kotak khusus benda tajam. 2. Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban : Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin. 3. Alasan untuk menghindari pemecahan ketuban dini : Kemungkinan kompresi tali pusat Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang 4. Indikasi amniotomi Induksi persalinan Persalinan dengan tindakan

16

Penggunaan FSE dan/atau pengkajian warna cairan ketuban Permintaan ibu Sering dilakukan sebelum persalinan bayi kembar kedua

5. Kontraindikasi Bagian terendah janin masih tinggi (resiko prolaps tali pusat) Persalinan praterm Adanya infeksi vagina Tindakan kewaspadaan harus dilakukan pada polihidramnion atau malposisi atau malpresentasi Plasenta previa Vasa previa Amniotomi terkontrol terkadang dilakukan jika kondisi bagian terndah janin masih tinggi. Dokter melakukan amniotomi sedangkan bidan memberi sedikit tekanan pada fundus. Hal ini membantu bagian terendah janin masuk ke panggul pada saat selaput ketuban ruptur. Dokter harus memastikan bahwa seluruh air ketuban sudah mengalir ke luar dan tidak terjadi prolaps tali pusat. 6. Prosedur Amniotomi 1. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya

17

tali pusat atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera) 2. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2. 3. Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari2 tangan kanan anda goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah 4. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan 5. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan. 6. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran bayi) atau darah 7. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 8. Cuci kedua tangan

18

9.

Periksa kembali denyut jantung janin

10. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

7. Keuntungan amniotomi Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium Dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu Kateter perekam bisaditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat Lamanya persalinan bisa diperpendek Bukti2 yang ditemukan akhir2 ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus. 8. Kerugian amniotomi

19

Tekanan diferensial yang meningkat diekitar kepala janin bis amenimbulkan cacatnya tulang kepala janin

Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat

EVALUASI Pertanyaan : 1. Untuk alasan apa bidan melakukan pemeriksaan

per vaginam selama proses persalinan ? (point 25) 2. Sebutkan Kontraindikasi dari pemeriksaan

pervaginam/ pemeriksaan dalam dan indikasi amniotomi ? (point 25) 3. Pemeriksaan Dalam? (point 25) 4. Jawaban : 1. Alasan bidan melakukan pemeriksaan per Sebutkan prosedur Amniotomi ? (point 25) Sebutkan alat dan bahan untuk melakukan

vaginam/ pemeriksaan dalam selama proses persalinan :

20

Memastikan awitan persalinan Mengkaji perkembangan persalinan Menrtapkan presentasi kepala janin Memasang electrode janin Melakukan pemecahan selaput janin Mengeluarkan prolaps tali pusat setelah rupture spontan membrane pada ibu yang bagian terendah janinya belum turun ke dasar panggul

2.

Memastikan awitan kala II terutama untuk kasus dengan presentasi bokong. Kontraindikasi pemeriksaan per vaginam/

pemeriksaan dalam yaitu : Bidan tidak boleh melakukan PD pada keadaan : a. b. c. d. Perdarahan Plasenta previa Ketuban pecah dini Persalinan preterm (PD pertama harus dilakukan oleh dokter kebidanan, bidan dapat melakukan PD selanjutnya). Sedangkan, Indikasi Amniotomi yaitu : a. b. c. d. e. Induksi persalinan Persalinan dengan tindakan Penggunaan FSE dan/atau pengkajian warna cairan ketuban Permintaan ibu Sering dilakukan sebelum persalinan bayi kembar kedua.

21

3.

Alat dan Bahan yang diperlukan pada saat

melakukan pemeriksaan dalam yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tempat tidur ginekologi Celemek Kaca mata Sepatu Both Selimut mandi Sarung tangan steril Bengkok Kapas sublimat larutan clorin Air (hanya bila diperlukan) Tempat sampah

4. 1.

Prosedur Amniotomi : Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam

(PD), sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera) 2. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan

yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari

22

tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2. 3. Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan

bantuan jari2 tangan kanan anda goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah 4. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan

yang digunakan untuk pemeriksaan 5. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem

kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan. 6. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah

ada mekonium(kotoran bayi) atau darah 7. Celupkan tangan yang masih menggunakan

sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 8. 9. 10. Cuci kedua tangan Periksa kembali denyut jantung janin Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan

selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

23

Palembang, April 2010 Menyetujui Dosen Pembimbing

(Nuryusmarni, S.Pd, M.K

24

You might also like