You are on page 1of 9

Pada umumnya jenis endapan logam dan non logam terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh

aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatis tersebut. Pembentukan mineral secara magmatis erat hubungannya dengan temperature pendinginan magma asalnya, dimana komponen mineralnya terbentuk pada thermometer geologi tertentu. Pada kondisi thermometer geologi tertentu kadang tidak hanya ditemukan satu jenis mineral saja, tetapi kadang-kadang terbentuk asosiasi beberapa mineral baik logam maupun non logam. Aktivitas vulkanik gunung api sering menghasilkan endapan baik berupa mineral logam maupun non logam. Endapan tersebut terbentuk karena proses sublimasi dari gas dan uap yang dikeluarkannya. Akibat sampingan dari aktivitas vulkanik terhadap material disekitarnya yang berupa air tanah dan air meteorik sering pula menghasilkan endapan mineral tertentu. Material atau bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktivitas vulkanik terdiri dari bahan-bahan piroklastik (bomb, lapili, abu) dan uap serta gas. Material berupa gas/uap ini bisa dihasilkan oleh proses peledakan gunung api aktivitas akhir vulkanisme (post volcanic activity, misal fumarola) Gas/uap yang dikeluarkan oleh aktivitas tersebut sering mengandung unsur-unsur logam dan non logam. Proses sublimasi/pembekuan daripada material gas/uap tersebut sering membentuk endapan-endapan mineral logam maupun non logam disekitar dan pada kepundaan gunung berapi bersangkutan. Proses sublimasi ini terjadi di dalam keadaan tekanan dan temperatur yang relatif rendah tanpa melalui fasa cair. Endapan mineral yang terbentuk jarang sekali terdapat dalam jumlah banyak, tetapi kadang-kadang bisa bernilai ekonomis. Endapan mineral karena proses vulkanisme ini antara lain; belerang, garam-garam KCL, Na Cl serta beberapa jenis endapan mineral logam. Mineral logam yang sering ditemukan berupa khlorida daripada besi, tembaga, seng serta oksida besi dan tembaga. Endapan lain yang ada hubungannya dengan aktivitas vulkanik yang disertai pengaruh larutan hidrotermal adalah endapan Kuroko. Endapan Kuroko adalah endapan yang berupa urutan pengendapan dari logam-logam sulfida dan sulfat. Proses pembentukannya erat sekali dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan dipengaruhi oleh aktivitas hidrotermal. Contoh endapan yang dapat dihasilkan adalah : belerang, fosfor dan mineral-mineral logam (Pb, Zn, Bi, Cu, Fe). Kadang-kadang endapan tersebut dapat bernilai ekonomis. Disamping endapan mineral tersebut, aktivitas gunungapi juga dapat menghasilkan panas bumi yang disebut energi panas bumi / geothermal energy.

Mineral non logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logam.Material yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat,cairan, dan gas. onlogam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih mudah menarik elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Yang termasuk dalam nonlogam adalah halogen, gas mulia, dan 7 unsur berikut: hidrogen (H), karbon (C), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P), belerang (S), dan selenium (Se). Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan (Enrichment Factor atau Concentration Factor). Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen tunggal (native element).

Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam (metallic mineral). Apabila kandungan logamnya relatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan (byproduct), misalnya mineral kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut gangue mineral apabila terdapat bersama-sama mineral logam didalam suatu batuan. Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai waste mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat,

cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

Klasifikasi /pengelompokan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi menurut James D.Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal, adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Native Element (Unsur Murni) Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari tiga bagian yaitu:. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6. A. Logam a) Aurum (Au) Emas telah banyak digunakan di dunia sebagai kendaraan untuk moneter tukar, baik dengan penerbitan dan pengakuan koin emas atau jumlah besi kosong, atau melalui konversi kertas instrumen-gold dengan mendirikan standar emas di mana nilai total uang yang dikeluarkan

diwakili di toko cadangan emas. Selain itu, emas juga berfungsi sebagai alat investasi, industri, komersial kimia dan yang paling umum digunakan sebagai perhiasan. b) Cuprum (Cu) Cuprum atau tembaga biasa digunakan sebagai bahan peralatan listrik (kabel) dan bahan campuran logam (kuningan, perunggu). Bahkan oleh manusia purba digunakan sebagai perabotan dan senjata, serta perlengkapan ritual kepercayaan. c) Platinum (Pt) Digunakan untuk perhiasan, kimia, dan kegunaan industry lainnya serta stabilizer mata uang. Platinum biasa digunakan sebagai perhiasan dengan istilah emas putih karena kilaunya lebih indah dari emas, selain itu juga digunakan sebagai bahan instrumen mekanik dan listrik dengan presisi tinggi, serta sebagai katalis (pereaksi) dalam kimia analisis. B. Semi Logam a) Bismuth ( Bi ) Sebuah bijih bismut dan sebagai spesimen mineral dan Karena titik penggabungannya yang rendah, Bismuth utamanya digunakan sebagai bahan campuran logam. Selain itu, juga digunakan sebagai bahan dalam industri farmasi dan kosmetik. b) Arsenik (As) Sampai saat ini, Arsenik belum dapat diketahui manfaat lain selain menjadi bahan racun, termasuk yang meracuni tokoh pembela HAM, Munir. C. Non Logam a) Intan (C) Merupakan karbon, sama seperti grafit, tetapi karena kenampakkannya yang indah dengan kemampuan dispersi cahaya yang besar, sehingga sering digunakan sebagai batu mulia dan perhiasan. Selain itu, kekerasannya menjadi standar tertinggi, sehingga digunakan dalam industri sebagai alat pemotong atau mata bor.

b) Sulfur Sulfur digunakan sebagai bahan utama pembuatan asam sulfur, vulkanisasi karet sehingga menjadi ban, bahan peledak, fungisida, dan pupuk. 2. Kelompok Sulfida Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya unsure utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas). Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya. Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam. Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

A. Pirit (FeS2) Dalam industry, pirit diolah menjadi asam sulfur dengan metode bilik timbal. Serbuk pirit juga digunakan dalam pemurnian besi, emas, tembaga, kobalt dan nikel. B. Kalkosit (Cu2S) Dengan keberadaannya yang cukup langka, Kalkosit yang mengandung banyak unsur tembaga (Cuprum) menjadi sumber tambang yang penting. Galena (PbS) Karena terdapat banyak di alam, Galena menjadi bijih timbal yang utama dalam pertambangan. Sphalerite [(Zn, Fe) S] Dengan keberadaannya yang sangat melimpah di alam, Sphalerite menjadi mineral bijih seng yang utama dalam pertambangan. Terkadang juga menghasilkan produk sampingan berupa Kadmium, Galium, dan Indium. Kalkopirit (CuFeS2) Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam, Kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh tembaga dengan persentase 80% dari ekstraksi tembaga di dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan, yaitu emas dan perak. 3. Kelompok Oksida dan Hidroksida Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-). OKSIDA Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa

mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2). Kuprit (Cu2O) Kuprit memiliki sistem kristal isometrik adalah salah satu mineral bijih yang penting untuk memperoleh tembaga. Selain itu, kristal Kuprit yang transparan dipotong dan dibentuk sebagai batu mulia. Zincite (ZnO) Karena keberadaannya yang sangat langka, Zincite lebih populer menjadi mineral koleksi daripada sebagai mineral bijih untuk seng. Rutil (TiO2) Sebagai mineral yang cukup jarang, Rutil sangat penting dalam hal komersial karena menjadi mineral bijih untuk logam Titanium. Pirolusit (MnO2) Pirolusit umumnya ditambang untuk komersial karena menjadi sumber untuk logam Mangan. Hematite ( Fe2O3) Dengan kelimpahannya di alam, menjadikan mineral ini sangat penting dalam pertambangan untuk memperoleh besi. Selain itu, mineral Hematit yang berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna dan semir Korundum (AL2O3) Varietas Korundum yang tidak transparan dan menarik biasanya digunakan sebagai alat penggosok karena kekerasannya yang terkenal tinggi. Sedangkan varietas yang lain menjadi batu mulia, misalnya Safir (biru) dan Rubi (merah).

Spinel (MgAl2O4) Spinel yang berwarna merah atau disebut sebagai Rubi Spinel dikenal sebagai batu mulia karena kenampakannya yang seperti Rubi.

You might also like