You are on page 1of 20

TURUNNYA PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PILKADA PUTARAN PERTAMA DI JAKARTA TAHUN 2012

Anisa Ganing Permata 1206205572

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2012

ABSTRAKSI

Makalah ini memaparkan kajian tentang Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada Putaran Pertama di Jakarta Tahun 2012. Pilkada merupakan momentum penting untuk mengukur demokrasi. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Pilkada, pentingnya partisipasi politik, partisipasi masyarakat dalam pilkada, dan mengapa partisipasi masyarakat dalam pilkada kemarin cenderung menurun dan apa yang menjadi faktornya. Berdasarkan pemaparan di atas, akan di dapat bahwa pilkada, partisipasi politik dan masyarakat nya sangat berkaitan satu dengan lainnya dan memberi efek satu dengan lainnya pula.

DAFTAR ISI

Abstraksi................................................................................................................................ 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 4 1.3 Ruang Lingkup................................................................................................... 4 1.4 Tujuan Penulisan................................................................................................ 4 1.5 Metodologi........................................................................................................... 4

BAB II. Kerangka Teori atau Kerangka Konsep.............................................................. 5 BAB III. Pembahasan 3.1 Pilkada Jakarta................................................................................................... 9 3.1.1 Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada Jakarta Putaran Pertama 2012........................................................ 10 3.2 Penyebab Menurunnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada Jakarta Putaran Pertama 2012 ....................... 12 BAB IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan....................................................................................................... 16 4.2 Saran.................................................................................................................. 16 Daftar Pustaka..................................................................................................................... 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pilkada atau pemilihan kepala daerah merupakan momen politik yang besar untuk mengukur demokrasi. Pilkada merupakan tolak ukur masyarakat dalam menilai sudah berjalankah demokrasi secara benar atau belum. Demokrasi adalah mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, di pilih langsung oleh rakyat. Adalah sebuah kegembiraan sendiri jikalau melihat masyarakat berbondong-bondong dan antusias jika pergi ke TPS untuk menyalurkan aspirasi dan hak politik nya. Merupakan suatu apresiasi juga jikalau suatu masyarakat menggunakan hak politik nya secara benar dan menggunakan nya secara sungguh-sungguh. Tetapi mungkin masih ada beberapa masyarakat yang masih tidak menggunakan hak politik nya atau menggunakan nya tetapi tidak secara sungguh-sungguh. Tidak menggunakan hak politiknya adalah misalnya golput (golongan putih) dalam pilkada, yaitu sama sekali tidak memilih calon pemimpin nya. Masyarakat yang sama sekali tidak menggunakan hak politik nya benar-benar masih di rasakan keberadaan nya. Misalnya golput terbanyak pada pilkada kemarin adalah di Jakarta Selatan dengan presentase mencapai sebesar 30%. Perhitungan ini berdasarkan hasil quick count yang di lakukan oleh pihak Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) dengan sampel 440 TPS yang ada di Jakarta. Dalam demokrasi, masyarakat sangat di tuntut dalam hal kesadaran partisipasi politik nya. Karena kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal pembentukan demokrasi yang baik dan benar. Momen sederhana yang bisa di gunakan untuk berpartisipasi politik adalah pilkada. Momen ini juga di anggap sebagai pembelajaran masyarakat untuk berdemokrasi yaitu dengan memilih pemimpin sesuai hati nurani mereka. Masyarakat sangatlah perlu di didik kesadaran berdemokrasi nya agar asas demokrasi dapat berjalan lancar dan momentum politik seperti pilkada dapat maksimal partisipasi dari masyarakat nya.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana partisipasi politik masyarakat Jakarta pada pilkada putaran pertama 2012 2. Apakah penyebab menurunya partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama dan adakah faktor yang mempengaruhinya? 1.3 Ruang Lingkup Lokasi penelitian ini adalah di Jakarta, terutama Jakarta Selatan karena Jakarta Selatan merupakan kawasan dengan tingkat ke tidak di gunakan nya partisipasi politik nya (misal golput) cukup banyak di banding kawasan lain di Jakarta yaitu 30%. Serta kebetulan Jakarta Selatan merupakan kawasan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan data, wawancara dengan sumber, fasilitas dan kemudahan transportasi nya. 1.4 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui seberapa besar partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama 2012 2. Untuk mengetahui apakah penyebab dari turun nya partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama 2012 dan apa saja yang menjadi faktor turun nya partisipasi politik masyarakat itu, hal apa sajakah yang mempengaruhi nya

1.5 Metodologi Metode yang di gunakan untuk mendapatkan data-data alam penelitian ini adalah dengan wawancara terhadap sumber partisipan politik dalam pilkada di Jakarta, studi literatur, observasi (pengamatan) dan dokumentasi.

BAB II KERANGKA TEORI ATAU KERANGKA KONSEP Verba dan Nie (1972) mendefinisikan partisipasi politik sebagai berbagai aktivitas yang dilakukan individu-individu warga negara yang kurang lebih secara langsung bertujuan untuk mempengaruhi pemilihan aparat pemerintahan dan/atau aksi yang mereka ambil. Brady (1999) , partisipasi politik mencakup empat konsep dasar : aktivitas atau aksi, warga negara biasa, politik dan pengaruh. Aksi atau Aktivitas dalam partisipasi politik merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Hal itu bukan hanya pemikiran, perilaku atau kecenderungan. Partisipasi politik bukan sekedar aksi, melainkan aksi oleh warga negara biasa, bukan elite pemerintah. Aksi oleh pemerintah bersifat politis, tetapi bukan merupakan partisipasi politik. (Verba, Schlozman, dan Brady; 1995: 38-9) Aktivitas dalam perkumpulan sosial seperti kerja sosial di gereja, klub olahraga, dan klub budaya tidaklah bersifat politis, sebab ia tidak di arahkan untuk mempengaruhi kebijakan atau aktivitas pemerintah, walaupun mempengaruhi suatu aksi politik seseorang. Partisipasi politik adalah adalah tindakan sukarela, yang berarti bahwa para pesertanya tidak di paksa untuk melakukan nya dan tidak di bayar. Rousseau, hanya melalui partisipasi seluruh warga negara dalam kehidupan politik secara langsung dan bekelanjutan, maka negara dapat terikat ke dalam tujuan kebaikan sebagai kehendak bersama. (Saiful Mujani; 1995: 15-16).Setidaknya ada tiga alasan mengapa orang tidak mengambil bagian dalam partisipasi politik. Ada tiga jawaban yaitu : karena mereka tidak mampu, karena mereka tidak mau, dan karena tidak ada yang meminta. Tidak bisa menunjukkan kurangnya sumber-sumber yang di perlukan-waktu untuk ambil bagian, uang untuk di sumbangkan dalam kampanye dan kegiatan politik lain, dan keterampilan untuk menggunakan uang dan waktu secara efektif. Tidak mau memusatkan perhatian pada ketiadaan keterlibatan politik-kecilnya minat terhadap politik dan kecilnya kepedulian terhadap masalah publik, kecilnya atau tidak adanya pengetahuan mengenai proses politik atau prioritas lain. Tidak ada yang meminta mengimplikasikan seseorang dari jaringan rekrutmen di mana warga negara di mobillisasi ke dalam arena politik.

Theodorson dalam Mardikanto, 1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagikeikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Dalam konteks ini, salah satu bentuk partisipasi politik adalah pilkada. Masih banyaknya masyarakat yang masih belum melek politik menjadikan salah satu turun atau kurang nya partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Mengacu pada pendapat Saiful Mujani tentang alasan mengapa orang tidak mengambil bagian dalam partisipasi politik, Tidak mau, yaitu memusatkan perhatian pada ketiadaan keterlibatan politik-kecilnya minat terhadap politik dan kecilnya kepedulian terhadap masalah publik, kecilnya atau tidak adanya pengetahuan mengenai proses politik atau prioritas lain, masih ada beberapa masyarakat yang masih belum tahu kandidat kepala daerah nya, lalu apa keuntungan yang akan di dapat dari kandidat, serta siapa saja tokoh-tokoh masyarakat yang berafiliasi dengan si calon kepala daerah itu. Budiardjo (1996:183) memaknai partisipasi politik adalah: Kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan Pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat Pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya.

Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, teroraganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau melalui kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. (By political participan we mean activity by private citizens designed to influence government decision making. Participan may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or

sporadic, peacefulk or violence, legal or illegal, effective or ineffective).1 Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya di perhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat memengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.

Ada beberapa kegiatan yang di maksud sebagai partisipasi politik. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara yang dapat di amati, bukan perilaku dalam yang yang berupa sikap dan orientasi. Kegiatan di arahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat di lakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti individu mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara, sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang di anggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya termasuk dalam kategori partisipasi politik. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) dan tak berupa kekerasan (non violence) seperti ikut memilih dalam pemilihan umum atau pilkada, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka dan menulis surat, maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang yang wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan (violence), seperti demonstrasi (unjuk rasa), masyarakat ini pembangkangan halus (seperti lebih memilih kotak kosong daripada memilih calon yang di sodorkan pemerintah), huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata, dan gerakan-gerakan politik seperti kudeta dan revolusi.2

Orang yang secara aktif berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik di sebut politisi. Partisipasi politik berbeda dengan kegiatan politik. Kegiatan politik yang dilakukan warga negara dalam kedudukan nya sebagai rakyat biasa di sebut partisipasi politik. Tapi, kegiatan politik yang dijalankan oleh para penguasa politik-mereka juga warga negara dan anggota masyarakat dalam kedudukan mereka sebagai pengambil keputusan politik tidak dapat dinamakan partisipasi politik. Kegiatan itu hanya dapat disebut sebagai kegiatan politik saja.
1

Samuel P Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice : Political Participation in Developing Countries (Cambridge, Mass: Harvard University Press, 1977), hlm 3. 2 Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, hal 141.

Jadi partisipasi politik mengandung adanya sasaran yang dituju, yaitu proses pembuatan keputusan politik: partisipan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan politik yang akan di ambil agar keputusan itu menguntungkannya atau, paling tidak, tidak merugikannya.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pilkada Jakarta Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi merupakan hak bagi setiap warga negara, presentase warga yang berpartisipasi politik pastilah berbeda satu sama lainnya. Setiap warga negara yang memenuhi persyaratan undang-undang berhak memilih baik dalam pemilihan wakil rakyat ataupun pilpres/pilkada. Ini merupakan suatu hak warga negara, jadi jika tidak menggunakan hak nya pun tidak akan ada tuntutan atau sanksi apapun. Tidak semua warga negara ikut serta dalam proses politik. Dalam konteks Negara, partisipasi politik rakyat adalah keterlibatan rakyat secara perseorangan (privat citizen) untuk mengerti, menyadari, mengkaji, melobi dan memprotes suatu kebijakan yang ditelurkan oleh pemerintah dengan tujuan mempengaruhi kebijakan agar aspiratif terhadap kepentingan mereka. Menjadikan kepala daerah bertanggungjawab langsung kepada para pemilihnya berpotensi besar untuk memperkuat tata pemerintahan, karena hal ini menimbulkan perubahan mendasar dalam hubungan politisi dan pemilihnya. Melalui Pilkada, politisi maupun calon pejabat akan belajar berkomunikasi dengan konstituennya, dan ketika berkuasa akan memenuhi janjinya. Hal ini akan mengubah kultur politik daerah, mengingat para pemilih akan menggunakan suaranya untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu melayani masyarakat dengan lebih baik.3 Tetapi pada pilkada Jakarta putaran pertama 2012, tingkat partisipasi politik nya cenderung rendah. Masih banyak presentase warga Jakarta yang tidak ikut serta dalam proses politik ini. Seharusnya pilkada menjadi momentum untuk memperkuat partisipasi politik rakyat, bukan hanya menjadi euphoria politik semata. Dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung ini berarti partisipasi politik rakyat akan lebih efektif. Tetapi pilkada Jakarta putaran pertama kemarin malah menunjukkan bahwa partisipasi politik warga Jakarta masih cukup rendah dalam Pilkada.4

3 4

Program Pilkada The Asia Foundation di Indonesia pada 2007 didanai oleh Australia Indonesia Partnership. Maswadi Rauf, Ciri-Ciri Teori Pembangunan Politik: Kasus Partisipasi Politik dalam Jurnal Ilmu Politik, 9, 1991, 9.

Berlandaskan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di harapkan rakyat mengetahui dan memahami isi dari undang-undang tersebut untuk lebih meningkatkan pengetahuan, wawasan serta pendidikan politik. Dengan landasan itu juga di harapkan masyarakat menjadi lebih sadar politik dan masyarakat lebih kreatif dan kritis dalam memilih calon kepala daerahnya. Pilkada berpeluang untuk membangun

pematangan berdemokrasi, masyarakat yang mempunyai kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal menuju demokrasi yang benar. Pilkada Jakarta kemarin di anggap penting hingga menyedot perhatian tidak hanya oleh warga Jakarta saja tetapi warga Indonesia. Jakarta sangat penting sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Jakarta menjadi icon atau acuan bagi daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu tidaklah heran jika media massa selalu menayangkan hiruk pikik pesta demokrasi di Jakarta. Jakarta bisa di ibaratkan sebagai miniatur proses demokrasi Indonesia. Rakyat dari berbagai agama, suku, ras dan budaya bercampur di Jakarta. Pilkada Jakarta juga bisa di jadikan gambaran untuk pilpres 2014. Kecerdasan rakyat dalam memilih calon kepala daerah dalam pilkada juga secara tidak langsung telah mendidik rakyat juga untuk memilih calon presiden mendatang.

3.1.1

Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pelaksanaan Pilkada

Jakarta Putaran Pertama 2012 Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menuturkan bahwa pada putaran pertama partisipasi politik bisa mencapai kisaran 70-80 persen. Tetapi ia mengkhawatirkan akan ada peningkatan jumlah golput dalam pilkada putaran kedua. KPUD harus mengantisiapsi hal itu dari awal. Caranya adalah dengan melakukan penyadaran secara terus menerus kepada masyarakat Ibu Kota.5 Golput terbanyak pada pilkada kemarin terjadi di Jakarta Selatan dengan presentase mencapai sebesar 30%. Perhitungan ini berdasarkan hasil quick count yang di lakukan oleh pihak Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) dengan sampel 440 TPS yang ada di Jakarta. Ketua Kelompok Kerja Sosialisasi, Pemungutan dan Perhitungan

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/06/02/m4zurf-pengamat-golput-berpeluangmeningkat-di-putaran-kedua di akses pada 8 Oktober 2012

10

Suara Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Sumarno, juga menyebutkan bahwa golput pada pilkada Jakarta putaran pertama kemarin mencapai 36,3 persen.6 Menurut Sumarno, pasangan calon sangat perlu meyakinkan pemilih agar tidak terjadi golput. Dengan diketahui angka pasti pemilih yang golput, maka KPU DKI perlu melakukan sosialisasi yang lebih baik lagi mengenai pilkada. Lembaga Survey Indonesia juga melakukan survey kemarin saat pilkada putaran pertama. Hasilnya adalah LSI masih belum bisa memprediksi siapa pemenang pilkada Jakarta kemarin. Hal ini di sebabkan karena ada nya suara mengambang dan tingkat golput. Dalam survey nya kemarin, Foke mempunyai tingkat popularitas oleh publik Jakarta sebesar 95 persen. Adapun Jokowi memiliki tingkat popularitas di publik Jakarta sebesar 88,7 persen. Tingkatan golput saat itu di prediksi tidak akan berubah. Jika pada pilkada Jakarta 2007 tercatat 35 persen, sementara pilkada Jakarta 2012 tercatat 37 persen. Pada putaran kedua pun di prediksi angka golput masih berada pada kisaran 30 sampai 40 persen. Tabel Perkembangan Tingkat Golput dalam Pilkada di Pulau Jawa

DKI

11-07-2012

36,3

Nomor 1-5 Sumber: PPs UNIS Tangerang 2008, Kompas diolah. Nomor 6 Sumber: data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Kamis (27/9)7

http://www.antaranews.com/berita/322509/golput-pilkada-dki-putaran-pertama-363-persen di akses pada 5 Oktober 2012

11

Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif tingkat golput cukup signifikan yakni 30% dari jumlah pemilih terdaftar, tentu ini memberikan suatu pukulan bagi demokrasi di Indonesia.

3.2

Penyebab Menurunnya Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam

Pelaksanaan Pilkada Jakarta Putaran Pertama 2012

Banyak hal-hal yang menjadi penyebab mengapa warga negara tidak ikut serta dalam partisipasi politik. Jika partisipasi politik adalah adalah tindakan sukarela, yang berarti bahwa para pesertanya tidak di paksa untuk melakukan nya dan tidak di bayar, saat ini masih saja di temukan kegiatan politik seperti kampanya yang oleh kandidat masih menggunakan cara money politic. Kegiatan perpolitikan di Indonesia masih tidak bisa di jauhkan oleh kegiatan money politic. Masyarakat belum bisa memilih secara rasional dan cerdas sehingga mudah tergiur oleh uang. Faktor yang menjadi pengaruh terhadap tinggi-rendah nya tingkat partisipasi politik di antara nya adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik).

Golput karena masalah teknis, di karenakan Daftar Pemilih Tetap (DPT) karena kesalahan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang amburadul dalam pendataan calon-calon pemilih menyebabkan masyarakat tidak terdaftar dalam DPT ini. Permasalah DPT ini sudah merupakan permasalahan yang lazim terjadi di tiap-tiap momentum politik seperti ini. Permasalahan ini seakan-akan tidak mempunyai solusi, tentu ini sangat berakibat pada rendahnya partisipasi pemilih.

Partisipasi juga di pengaruhi oleh kepentingan individual itu sendiri. Banyak pemilih yang sudah terdaftar tetapi tidak hadir di hari pilkada tersebut karena kepentingan individu yang di anggap lebih penting. Misalnya dalam hal ekonomi, biasanya yang mendahulukan kepentingan individu terlebih dahulu ini adalah golongan rakyat kecil yang bekerja oada sektor informal, dimana penghasilan nya sangat bergantung pada tingkat intensitas ia bekerja. Oleh karena itu masyarakat golongan seperti ini akan merasa rugi jika meninggalkan pekerjaan mereka. Misalnya adalah pergi kerja ke pabrik bagi para buruh
7

http://www.metrotvnews.com/jakartamemilih/news/2012/09/27/107687/Angka-Golput-Pemilu-Kada-DKI-Turun/6 di akses pada 9 Oktober 2012

12

Masyarakat yang bersifat apatis. Mereka sadar mempunyai hak pilih, tetapi tidak menggunakan hak pilih nya. Biasanya sikap apatis ini timbul karena pandangan mereka yang meyakini bahwa para calon tidak mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan harapan mereka. Mereka tidak percaya dengan pemerintah dan calon yang ada. Mereka juga bingung terhadap calon pemimpinnya, mereka belum mengetahui atau mengenali calon nya. Para calon juga di nilai kurang memaparkan program-program nya dengan jelas.

Alasan lainnya adalah ada nya rasa bosan masyarakat terhadap politik, mereka merasa bosan terhdap janji-janji yang muluk dari para calon serta bosan karena sudah seringnya momentum pilkada tetapi tidak memberikan perubahan sama sekali terhadap daerahnya. Alasan ini biasanya di anut oleh golongan masyarakat yang sudah tidak percaya lagi dengan sistem atau pemerintah nya.

Bagi mahasiswa dan masyarakat lainnya juga bisa terpaksa golput karena sedang berada di luar daerah karena terikat suatu pekerjaan. Walaupun masih ada beberapa masyarakat yang sadar untuk pulang ke daerahnya untuk memberikan suara pada pilkada.

Ada pula golongan masyarakat yang menggunakan hak pilih nya dalam pilkada, tetapi tidak menggunakan nya secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini banyak berbagai contoh kasus, di antaranya : Memilih calon tetapi tidak di sertai kesungguhan (Asal-asalan daripada tidak memilih sama sekali) Mencoblos beberapa gambar calon agar suara tidak sah Membiarkan surat suara kosong sama sekali tidak di coblos Tidak ikut dalam pilkada

Sikap abstain atau tidak ikut berpartisipasi dalam proses politik pasti selalu terjadi dalam proses demokrasi. Tetapi jika sikap abstain ini di biarkan terus menerus tentulah akan berakibat besar pada kemajuan demokrasi kita. Besarnya tingkatan golput pada pilkada harus di sikapi secara arif. Kita juga tidak boleh serta merta menyalahkan rakyat karena golput, karena siapa tahu saja letak kesalahannya ada pada pemerintah itu sendiri.

13

Pendidikan politik saat ini sangatlah di butuhkan. Karena dengan pendidikan politik itu akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan politik dengan baik. Partai politik pun saat ini juga di tuntut untuk membantu masyarakat dalam menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat akan politik, partai politik saat ini di harapkan tidak hanya sibuk mengurusi urusan nya sendiri. Seiring perkembangan zaman saat ini sudah banyak muncul organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang politik, misalnya Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR). JPPR adalah suatu jaringan nasional yang berkembang dari suatu lokakarya pendidikan pemilih nasional yang disponsori oleh The Asia Foundation di tahun 1998. JPPR menjadi suatu media yang sangat efektif untuk menyampaikan pendidikan maupun pesan-pesan bagi para pemilih mengenai asas dan nilai demokrasi. JPPR sering menyelenggarakan pertemuanpertemuan pendidikan pemilih, memproduksi poster dan menyebarkan leaflet, yang memberikan informasi kepada para pemilih (miskin maupun mereka yang berada di daerah terpencil) mengenai informasi yang diperlukan untuk berperan serta secara penuh dalam proses demokrasi tersebut. Untuk pilkada, JPPR telah menerjunkan 60.000 pemantau. Karenanya, JPPR memberi kesempatan penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam partisipasi demokratis selain memberikan suara, dan memiliki dampak besar terhadap demokratisasi Indonesia dengan menghasilkan aktivis-aktivis demokrasi yang terdidik dan berkomitmen sebagai kader yang berdedikasi di setiap desa di seluruh negeri.8 Untuk mengantisipasi tingginya angka golongan putih dalam pilkada kedua, Ketua Pokja Sosialisasi Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU Provinsi DKI Jakarta, Sumarno, mengingatkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta. Partisipasi aktif ini diwujudkan dengan mendatangi TPS pada 20 September dan menggunakan hak suara dengan memilih pasangan cagub dan cawagub yang diyakini mampu memimpin DKI Jakarta. Liburan jangan di jadikan alasan untuk tidak datang ke TPS, justru liburan seharusnya di jadikan kesempatan untuk masyarakat pergi ke TPS. Sumarno juga menjelaskan negara Indonesia menganut sistem demokrasi yang sehingga peran masyarakat sangat penting dalam mengawal berbagai kebijakan dan menentukan para pemimpinnya. Pandangan berlibur lebih penting daripada memiliha dalah pemikiran yang salah. Dalam pendidikan kewarganegaraan sudah di ketahui bahwa pemerintahan Indonesia dalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Itu berarti, jika kita ikut memilih, kita mewakilkan
8

Program Pilkada The Asia Foundation di Indonesia pada 2007 didanai oleh Australia Indonesia Partnership.

14

kedaulatan kita kepada orang yang kita percayai. Partisipasi pemilih pemula, seperti anakanak SMA, dalam menentukan pemimpin DKI Jakarta pun dinilai sangat penting. Sumarno menilai pemilih pemula ini bersikap kritis dan jumlahnya cukup signifikan. Kontribusi mereka akan memberikan hal positif untuk pilkada kali ini. Untuk itu, Sumarno berharap para calon pemilih tersebut tidak menjadi golput atau mengabaikan hak pilihnya.9

http://pilkada.kompas.com/berita/read/2012/09/11/01262018/Pilkada.Jangan.Terima.Uangnya.Jangan.Pilih.Orangnya di akses pada 18 Oktober 2012

15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Partisipasi politik masyarakat di Jakarta meliputi kegiatan kampanye dan pemberian suara. Bentuk partisipasi yang paling dominan adalah voting, melalui pilkada. Tingginya tingkat penurunan partisipasi politik masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama ini antara lain di sebabkan oleh faktor masalah teknis, kepentingan individu (misal dalam hal ekonomi), sifat apatisme masyarakat, rasa bosan terhadap politik dan alasan tidak berada di tempat. Alasan masalah teknis terjadi karena pemilih tidak terdaftar dalam DPT, alasan kepentingan individu karena masyarakat tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, sifat apatisme masyarakat karena tidak percaya pada siapa yang akan dipilihnya, rasa bosan terhadap politik dikarenakan masyarakat sudah bosan terhadap janji-janji muluk para calon pemimpin nya, dan alasan tidak berada di tempat di karenakan sedang terikat suatu pekerjaan yang mengharuskan mereka meninggalkan Jakarta. Bisa di simpulkan juga bahwa pemberian suara (voting) dimana tingginya penurunan tingkat partisipasi politik masyarakat Jakarta di pengaruhi oleh tingkat pekerjaan. Masyarakat dengan status pekerjaan lebih tinggi cenderung lebih tinggi tingkat partisipasinya dibandingkan masyarakat dengan status pekerjaan yang lebih rendah. Sebagai contoh seorang buruh yang bekerja di pabrik lebih mementingkan kegiatan ekonomi nya daripada ikut memilih karena kalau ia meninggalkan pekerjaan nya, ia tidak mendapatkan upah.

4.2 Saran Partisipasi masyarakat Jakarta dalam pilkada putaran pertama kemarin masih tergolong rendah karena lebih dari 30% warga nya golput, tidak memberikan suara dalam pilkada. Berbagai macam alasan dan faktor timbul karena kurang nya minat partisipasi masyarakat. Baik pemerintah maupun masyarakat sebaiknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita. Kalau komitmen untuk berdemokrasi tidak ada, maka sulitlah membangun kesadaran warga negara untuk aktif berpartisipasi politik.

16

Semoga hasil penelitian ini dapat di pergunakan dalam proses menyadarkan masyarakat Jakarta akan pentingnya pilkada dan betapa di butuhkan nya suara masyarakat tersebut dalam pilkada. Semoga penelitian ini dapat di teliti lebih jauh demi peningkatan ilmu pengetahuan, waasan, dan kesadaran masyarakat Jakarta dalam berpolitik.

17

DAFTAR PUSTAKA

A.Rahman.H.I. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Budiardjo, M. (1996). Demokrasi di Indonesia: Demokrasi parlementer dan demokrasi Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Budiardjo, Miriam. 2004. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gaffar, Affan. 1998. Merangsang Partisipasi Politik Rakyat. Dalam Demetologasi Politik Indonesia. Syarofin Arba MF (edt). Jakarta: Pustaka Cidesindo. Mansur Semma, 2008, Negara dan korupsi: pemikiran Mochtar Lubis atas negara,manusia Indonesia, dan perilaku politik. Yayasan Obor Indonesia. Maswadi Rauf (1991) Ciri-ciri Teori Pembangunan Politik, Kasus Partisipasi Politik, dalam Jurnal Ilmu Politik Mujani, Saiful.2007 Muslim Demokrat: Islam, Budaya, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muluk, MR Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah (Sebuah Kajian Dengan Pendekatan Berfikir Sistem). Bayu Media Malang. Nelson, Joan M., and Samuel P. Huntington. 1976. No Easy Choice :Political Participation in Developing Countries. Harvard University Press. Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Perilaku politik. IKIP Semarang Press. Semarang. Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Susanto, Budi (ed.). Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. 2003.

18

http://books.google.co.id/books?id=Gg_hyf7VG2sC&pg=PA142&lpg=PA142&dq=parti sipasi+politik&source=bl&ots=KO2WXAkv1g&sig=UBrjOcQEL_65uqq3jCW85XefJg&hl=id&sa=X&ei=4OtwUMm3GYOGrAezgIHYDA&ved=0CDEQ6AEwA Q#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20adalah&f=false http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PARTISIPASI-POLITIKMASYARAKAT-DALAM-PELAKSANAAN-PEMILU-KADA.pdf http://isnuansa.blogspot.com/2009/08/pilkada-dan-partisipasi-politik.html http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/8141c4beae79dde4e73aa111d63fbfd369e0bc 4d.pdf http://books.google.co.id/books?id=Gg_hyf7VG2sC&pg=PA142&lpg=PA142&dq=parti sipasi+politik&source=bl&ots=KO2WXAkv1g&sig=UBrjOcQEL_65uqq3jCW85XefJg&hl=id&sa=X&ei=4OtwUMm3GYOGrAezgIHYDA&ved=0CDEQ6AEwA Q#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20indonesia&f=false

http://www.unj.ac.id/fe/sites/default/files/PEDOMAN%20PENULISAN%20SKRIPSI% 20TAHUN%202012.pdf http://www.metrotvnews.com/jakartamemilih/news/2012/09/27/107687/Angka-GolputPemilu-Kada-DKI-Turun/6 http://books.google.co.id/books?id=hl5ZE620VIC&pg=PA198&lpg=PA198&dq=partisipasi+politik+di+indonesia&source=bl&ots =nSc4nk9h7E&sig=8NrOP0DEtLKF7mzc5LalLw1fbf8&hl=en&sa=X&ei=G_B_UP7IIo3xr QfGo4B4&redir_esc=y#v=onepage&q=partisipasi%20politik%20di%20indonesia&f=false http://books.google.co.id/books?id=mMKxsD7xAHgC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=parti sipasi+politik+di+jakarta&source=bl&ots=mTLgZtY4ov&sig=UUFBk26cF8PfIopKPTbtID BNZws&hl=en&sa=X&ei=T9p_UJroEYqyrAfMnICgAg&redir_esc=y#v=onepage&q=partis ipasi%20politik%20di%20jakarta&f=false

19

You might also like