You are on page 1of 8

Penggunaan unt uk perawatan bat uan

Candi Borobudur menghasilkan resi du yang mampu


mer usak kual itas air t anah di sekit ar kawasan Candi
Borobudur. Penel iti an ini bertuj uan untuk menget ahui
perubahan f i siol ogi i kan mas ( ) yang
di papar kan dengan l imbah cai r perawat an Candi
Borobudur. Penelit i an i ni di laksanakan pada t anggal 12
Juli 2011 hi ngga 20 Jul i 2011 di Laboratori um Balai
K onser vasi Peninggalan Borobudur Magelang, Jawa
Tengah. I kan mas ber umur 3 mi nggu dengan berat 2-4
gram di uji kan pada medi a yang mengandung limbah dari
perawat an Candi Borobudur. L imbah cai r tersebut diduga
mengandung yang t erl ar ut aki bat akt i f i t as
perawat an. Per ubahan f i si ologis ikan mas dal am peneli ti an
i ni diamati melalui per rhi tungan f rekuensi gerakan mul ut
dan sirip i kan ( ), serta morf ol ogi str uktur
j ari ngan i nsang dan hat i ikan mas. H asil penel iti an ini
menunjukkan bahwa t erhitung 20 Juni 2011, secara umum
l imbah cair yang di hasi l kan dari kegi atan perawatan Candi
Borobudur ti dak menyebabkan f i si ol ogi ikan mas
( ) terganggu. Semua pembanding ant ar
perlakuan tidak menunj ukan perbedaan nyata, kecuali
pada sayat an insang i kan. I kan yang di beri perlakuan ai r
l imbah akan muncul par tikulat hi t am yang ada di sekit ar
insang ikan. Par tikul at hit am t ersebut kemungkinan
mer upakan sisa-sisa abu l et usan Gunung Merapi.
Penggunaan dalam perawat an bat uan
Candi Borobudur seri ngkali meninggal kan residu yang
masih memi liki si f at racun (Santoso, 2004). Beberapa
yang di gunakan menyebabkan gangguan kesehatan
manusi a (D af f us, 1980), seper ti j enis H yami n . Jeni s
ini digunakan unt uk menghi ndari pertumbuhan
mi kroorganisme pada batuan Candi Borobudur yang
mampu menyebabkan pelapukan (Swastikawati , 2007).
Penggunaan pada batuan candi dapat
mencemari l ingkungan ket i ka terlar ut bersama ai r.
Pel arutan t ersebut dapat ter jadi ketika proses
penyemprotan uap bertekanan (unt uk perawatan candi )
at aupun akibat pel ar utan ai r huj an. Ai r yang mengandung
(li mbah) tersebut di tampung dalam sumur resapan
yang berada di dekat bak kont rol (Santoso, 2004). Li mbah
perawat an candi tersebut beresi ko dapat mencemari
l ingkungan. Oleh karena i tu keberadaan li mbah t ersebut
bi oci de
Cypr i nus car pi o
bi oci de
pect or al fi n
Cypr i nus car pi o
l amel l a
bi oci de
bi oci de
bi oci de
bi oci de
bi oci de
bi oci de
bi oci de
1. PEN DAH ULUAN

perlu di tangani dengan t epat dan perlu dil akukan anal isi s
untuk menentukan ti ngkat pencemaran dari li mbah
perawat an candi tersebut.
D i ketahui pula bahwa ikan mas ( )
merupakan sal ah sat u bioindi kat or yang memi l i ki
sensi ti f i t as yang t i nggi pada pencemaran perairan
(Chahaya, 2003). Sensi ti f i tas t ersebut dapat terli hat pada
perubahan f isi ol ogi i kan mas tersebut ket i ka ter j adi
perubahan pada habitat nya. Per ubahan f i siologis t ersebut
dapat terl ihat mel al ui per ubahan peril aku, st rukt ur
j ari ngan, ataupun akti f i tas f i siol ogis l ai nnya (K ikkawa,
1974). Sel ai n i t u, ikan mas juga mer upakan sal ah satu
komudi tas pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat
( Rusdi , 2008 . M en gkon sumsi i kan mas yang
terkont aminasi dengan bahan pencemar tent u akan
memberikan dampak buruk bagi tubuh (Whit e, 2007).
Ol eh karena i tu, i kan mas di nil ai cocok di gunakan sebagai
bi oindikator untuk meli hat dampak penggunaan
terhadap pencemaran li ngkungan perai ran.
Sebel um mel akukan penanganan li mbah dari
perawat an candi, di perl ukan suat u anal i sis untuk menilai
besarnya dampak dari pencemaran. D ampak pencemaran
tersebut dapat di anal isis dengan menggunakan agen biotik
sebagai bi oindi kator (Molles, 2008). D ari beberapa hal
t er sebut maka di adakan suat u penel i t i an unt uk
menganali sis dampak li ngkungan dari hasil buangan
l imbah perawat an Candi Borobudur ( ) mel alui
perubahan f isiol ogi s ikan mas. D alam peneli ti an ini
per ubahan f i si ol ogi s di anal i si s mel al ui per ubahan
f rekuensi peril aku, dan perubahan str uktur morf ol ogi
j ari ngan organ i kan mas.
Penel iti an dil akukan selama 9 hari, di mul ai pada
tanggal 12 Juni 2011 hi ngga tanggal 20 Juni 2011.
Penel iti an di laksanakan Bal ai K onservasi Peni nggal an
Borobudur, Magel ang Jawa Tengah. H ewan yang
digunakan dal am penel it ian ini adal ah i kan mas (
Li nn) berumur 3 bul an, dengan ukuran berkisar 7-
10cm, memi l iki berat badan berki sar 2-4 gram, war na yang
sama, memil iki kondi si yang sehat, dan berasal dari
pembi bi tan kolam yang sama.
bi oci de
Cypri nus capr i o
)
bi oci de
bi oci de
Cypri nus
car pi o

2. M E T ODE PEN ELI T I AN
13
PE N GARUH LI M BAH CAI R PE RAWATAN CAN D I BOROBU D UR
T E RH ADAP FI SI OLOGI S I KAN M AS ( ) Cypri nus capri o
D anni Gathot H arbowo
Program Studi Jurusan Biologi
Sekolah I lmu dan Teknologi H ayati, I nstitut Teknologi Bandung
Proses Aklimatisasi.
Proses Per lakuan.
Proses Pengambilan D ata.
Proses Pengolahan Data.
Sebel um diberi perl akuan, i kan
mas di akl imat i sasi selama 3 hari dal am keadaan nor mal
mas dibagi secara acak menjadi 8 kel ompok dengan
j uml ah yang sama. Set iap kel ompok ditempatkan di
aquarium yang t el ah t eri si dengan medi um sebanyak 6
l iter. Sel ama proses tersebut i kan dibiarkan dengan
keadaan pencahayaan mengikuti si klus harian dan
tanpa si rkulasi ai r. D al am peneli tian ini t erdapat dua
perlakuan, yai tu perlakuan pendedahan ai r li mbah dan
perlakuan kontrol . Pengulangan sistem pada set i ap
perlakuan sebanyak 4 kali dengan j uml ah i ndivi du at au
bejana sebanyak 4 ekor
Set el ah di akl i mi t asi , i kan
dipi ndahkan ke bej ana perl akuan. Terdapat 4 bejana
perlakuan yang beri si air limbah dan 4 bej ana yang tel ah
terisi air kran. Air li mbah yang di gunakan adal ah
gabungan air bak kont rol dari 8 t it i k yang t el ah
di homogeni sasi secara merata. Proses perl akuan
dil akukan selama 4 hari.
Sel ama 4 hari proses
perlakuan, dat a di ambil 2 kal i sehari (pukul 9.00 dan
15.00). D ata yang diambi l adalah f rekuensi gerakan
mul ut i kan dan gerakan si ri p dada ikan. Frekuensi
dihi tung dengan sat uan gerakan per meni t. D ata yang
diambi l mer upakan sampel dari popul asi . I kan yang
digunakan sebagai sampel dipi lih secara acak diseti ap
bejana dengan menggunakan metode .
D i akhi r perl akuan (hari terakhi r) selur uh ikan dibedah
l al u diamati str uktur, morf ol ogi jari ngan insang dan
hati i kan. Perbedaan yang dibandingkan adalah
keadaan sert a st ruktur jari ngan dalam
preparat . N ilai pH ai r, t emperat ur air, dan sel isih berat
badan i kan di gunakan sebagai data sekunder. D ata pH
dan t emperatur ai r di ambi l sejak dilakukan proses
akl imati sasi hi ngga akhi r perl akuan sebanyak 2 kali
dalam sehari, sedangkan sel isi h berat badan diambi l
diawal dan diakhi r perlakuan.
D ata yang di ol ah secara
kuanti tati f dan pengamatan kuali tati f . D at a yang
didapat di akhir penelit i an adalah f rekuensi gerakan
mul ut dan si ri p ikan, gambar str uktur dan morf ologi
j ari ngan hat i dan i nsang i kan mas ( dan
preparat), seli sih berat badan ikan, pH dan temperatur
ai r bej ana perl akuan. D ata yang t el ah di dapat
dibandi ngkan dan dianal isi s secara st at istik dengan
menggunakan tabel sidik ragam, graf i k, dan analisis
vari ans (AN OVA). Gambar str ukt ur dan morf ologi
j ari ngan hat i dan i nsang i kan mas ( dan
preparat ) di bandi ngkan dal am bentuk f ot o.
random number
si t us fi cer um
si t us fi cer um
si t us fi cer um
3. H ASI L
Gambar 3.1 Frekuensi (per menit) gerakan mulut Cyprinus
caprio selama perlakuan
Gambar 3.2 Frekuensi (per menit) gerakan sirip Cyprinus
caprio selama perlakuan.
Gambar 3.3 Situs ficerum ikan mas yang setelah perlakuan
Graf ik di atas (gambar 3.1) menunjukan bahwa
perubahan f rekuensi gerakan mul ut dari hari pertama
per l ak uan hi ngga akhi r per l akuan memi l i ki ar ah
kecender ungan yang sama dan berdasarkan anal i sis st at isti k
menunjukan kedua perl akuan tersebut tidak berbeda nyat a.
Sama hal nya dengan f rekuensi gerakan mulut,
gambar 3.2 menunjukan bahwa gerakan si ri p ti ap perlakuan
memil iki kecender ungan yang sama dan berdasarkan anali si s
st at isti k menunj ukan kedua perl akuan t ersebut t idak
berbeda nyat a. Berdasarkan gambar (gambar
3.3), terli hat st rukt ur morf ol ogi insang dan hati i kan yang
masih segar. Gambar tersebut menunj ukkan t idak ada
perbedaan warna insang dan warna hati i kan yang sangat
mencol ok ant ara perl akuan. Kesel uruhan ikan
tersebut menunjukan war na merah tua pada insang dan
merah hi tam pekat pada hati i kan.
si tus fi cer um
si t us fi cer um
14
Terli hat j el as
d i g am b ar 3 . 4 ,
hampi r di sel ur uh
j a r i n g a n h a t i
terdapat sel
y an g m en y u su n
jaringan hati i kan. Sel
hep at osi t no r mal
akan memi l i ki inti
berbent uk bundar
dengan titi k keci l di
bagi an t engahnya.
G amb ar t er seb ut
j uga menunj uk an
t erdapat beber apa
b agi an j ar i n g an
m en g al am i
.
m e r u p a k a n
f enomena kemat ian
b e b e r a p a s e l
h ep at o si t ak i b at
pengar uh dan di
bagian t ert ent u pada jaringan. N amun dari gambar
preparat i ni ti dak bi sa digunakan untuk mengukur ukuran
sel , kepadatan sel, sert a f rekuensi pada jari ngan
hati ikan. Ol eh sebab it u suli t unt uk mengkuanti f ikasi
perubahan str ukt ur j ari ngan hati aki bat perlakuan. Hal it u
disebabkan karena gambar preparat kurang memadai
untuk proses perhi tungan, gambar memil i ki ketaj aman
yang rendah sert a memili ki kecerahan gambar yang terlal u
gel ap sehingga sul it ditentukan tent ang perlakuan li mbah
m e m b e r i k a n
p e n g a r u h
terhadap jari ngan
hati ikan mas.
hepat ocyte
f oca l
necr osi s Focal necr osi s
focal necr osi s
G a m b a r 3 . 5
Struktur jaringan
insang ikan mas
yang setelah 4hari
perlakuan, dengan
perbesaran 40
Keter angan l abel :
: Bak K ont r ol -1, : Bak Kontr ol -2,
: Bak K ont r ol -3, : Bak Kont r ol -4,
: Kont r ol -1, : K ontr ol -2,
: Kont r ol -3, : Kontr ol -4.
A B
C D
E F
G H
Terl ihat j el as di gambar 3.4, hampir di jaringan
hati i kan perl akuan terdapat sel . Sel hepatosi t
nor mal akan memi li ki inti berbentuk bundar dengan titi k
kecil di bagi an t engahnya. Berdasrkan gambar tersebut
terlihat pul a beberapa bagi an jaringan mengalami
. t ersebut mer upakan f enomena akibat
kemat ian beberapa sel hepatosit aki bat pengaruh dan di
bagian t ertentu pada jaringan. N amun dari gambar
preparat i ni , t idak bisa digunakan untuk mengukur
ukuran sel , kepadatan sel , serta f rekuensi pada
j ari ngan hati ikan.
Sedangkan pada gambar 3.5 bahwa insang yang
diberi perl akuan kont rol terdapat beberapa agregat hi t am
yang t erkumpul di dekat karti lago insang. Part ikulat hi tam
tersebut menempel dan melekat di insang.
Part ikulat hi tam tersebut juga terdapat pada i nsang yang
diberi perlakuan kontrol walaupun jumlahnya ti dak
sebanyak perlakuan li mbah. Belum diket ahui secara pasti
komposisi dari part ikulat hi tam t ersebut , di mungkinkan
part ikul at tersebut mer upakan sisa abu vulkanik dari
l etusan gunung Merapi yang ter jadi pada Okt ober 2010
dan N ovember 2010.
K emudian berdasarkan pengukuran t emperatur
dan pH air dal am bejana perlakuan menunj ukan
kecender ungan graf ik yang sama. Setelah di anal isi s secara
hepat ocyte
focal
necr osi s Focal necr osi s
focal necr osi s
l amel l a
Gambar 3.7 Derajat Keasaman (pH) sistem bejana
perlakuan.
Gambar 3.4 Struktur jaringan hati
ikan mas yang setelah perlakuan
perbesaran 400
15
stat i st ik, di dapat bahwa keadaan bej ana antara perl akuan
kontrol dan li mbah ti dak menunjukan perbedaan nyata.
N amun dari dat a rataan sel isi h berat badan ikan
sel ama perl akuan menunjukan perbedaan nyata secara
stat i st ik. Perlakuan kontrol memi li ki seli sih relatif lebih
besar dibandi ngkan perl akuan l i mbah.
Rangkai an penel it iaan i ni di l akukan unt uk
membant u mengk uant i f i kasi , menganal i si s, dan
merancang rencana penanganan limbah l ebih akurat dan
ef ekti f . Sal ah satu met ode yang di gunakan untuk
menganal i si s dampak l i mbah t ersebut di gunakan
bi oindikator. Bi oindikator mer upakan agen bi ol ogi s
(organisme) yang dapat digunakan unt uk mengindikasi
suat u per ubahan l i ngkungan yang di i ndi kasi dari
per ubahan akt i f i t as f i si ol ogi organi sme t er sebut
(Chahaya, 2003).
I kan mas ( ) mer upakan ikan yang
dapat digunakan sebagai bi oindi kator pencer maran
perairan. I kan mas memi li ki respon terhadap per ubahan
l ingkungan yang lebih sensiti f dibandi ngkan ikan l ai nnya.
Terdapat beberapa kri t eri a yang mendukung bahwa ikan
mas dapat digunakan sebagai bioindi kator (Chahaya,
2003), yait u:
perubahan l i ngkungan
j uml ah yang banyak
ekol ogi
dan parasi t
Per ubahan pada l i ngkungan perai ran diamati mel alui
perubahan f isi ologi s i kan mas berdasarkan per ubahan
peril aku dan morf ologi organ. Untuk meli hat per ubahan
tersebut dalam penelit ian i ni , peri laku ikan mas dan
Tabel 3.1 Rataan selisih berat ikan (gram)
selama 4 hari (48 jam)
Keter angan:
: sel i si h ber at i k an (gr am);
* Per l ak uan k ontr ol ;
* * Perl ak uan l i mbah
Cypr i nus capr i o
4. PE M BAH ASAN
perubahan st ruktur j aringan organ diamat i sebagai
i ndi kat or ut ama dalam per ubahan l i ngkungan perai ran.
Peri l aku i kan mas yang di amat i adalah peril aku gerakan
sirip dada ( ) dan gerakan mul ut i kan. Sedangkan
perubahan st r ukt ur j aringan di amati pada perubahan
str uktur j aringan i nsang dan hati .
Gerakan mul ut ikan mas merupakan respon dari
f isi ol ogi s i kan mas dal am proses respi rasi dan proses
pencernaan. D al am wakt u yang konst an, gerakan mul ut
i kan akan berbandi ng l ur us dengan gerakan
i kan. D al am proses respirasi i kan, ikan akan memasukan
ai r melal ui mulut untuk di ter uskan ke rongga i nsang yang
ada di bagian dal am . Ai r akan berkont ak
l angsung dengan insang ikan unt uk proses di f usi gas
oksi gen dari molekul ai r menuju pembuluh darah ikan.
Oksigen yang masuk ke dal am pembuluh darah tersebut
akan disalurkan unt uk proses respi rasi intraseluler pada
j al ur metaboli sme aerob (K ramer, 1987). Oleh sebab it u
gerakan mul ut ikan dapat digunakan unt uk mel ihat
akti f it as respirasi ikan. I kan mas akan menggerakan mulut
l ebih cepat (f rekuensi rel ati f t i nggi ) ket ika kebut uhan
oksi gen di dalam t ubuh ti dak t ercukupi ataupun keti ka
kandungan oksi gen pada perairan t ersebut relat if l ebi h
rendah. K eadaan tersebut akan memicu ikan untuk
men gamb i l ai r seb an yak - b an yak n ya d en gan
menggerakan mul ut lebi h cepat untuk mencukupi
kebutuhan oksi gen. Jika kebut uhan oksigen t idak dapat
tercukupi maka ikan mengal ami penur unan f rekuensi
gerakan mul ut yang signi f ikan dan kemudian pi ngsan atau
mat i (K ramer, 1987).
Frekuensi si ri p dada ( ) juga di amati
dalam penel iti an ini. Siri p dada mer upakan salah satu
organ kesei mbangan yang t erdapat di luar tubuh ikan.
Sirip dada ikan mas terlet ak di bagi an ventral, di bawah
, baik sisi kanan ataupun ki ri dari sumbu tubuh
(Soui sa, 2010). Sirip dada ikan mas di susun ol eh karti lago
yang tersusun sejaj ar dan dil api si sel aput ti pi s. D al am
keadaan st ati s (diam), gerakan berguna untuk
menjaga kesei mbangan l at eral i kan (D r ucker, 1996). Siri p
dada tersebut akan digerakan secara konstan dan
beriri ngan antara sirip dada kanan dan ki ri. Perubahan
kondisi perai ran dapat mengganggu sistem koordi nasi
saraf pusat ikan, khususnya pada sistem kesei mbangan
tubuh. Gangguan sepert i pendedahan racun ataupun
perubahan kondisi f i sik perai ran mampu mengganggu
respon f isi ologi s yang kemudi an menganggu si st em
kesei mbangan tubuh (White, 2007). Gangguan pada
sist em keseimbangan tubuh akan terli hat pada gerakan
sirip dada ikan mas. Rendahnya f rekuensi gerakan si ri p
i kan mas akan menganggu keseimbangan tubuh yang
pector al fi n
oper cul um
oper cul um
pector al fi n
oper cul um
pect or al fi n
1 2 3 4
Perlakuan
Kontrol*
Bakon* *
Ulangan
Rataan
-7,33 -4,62 0, 01 -5,33 -4,32
-,33 5, 15 4, 86 -1,22 2, 11
16
kemudi an posisi i kan menj adi tidak l ur us at au mi ri ng
(D r ucker, 1996). Posi si yang ti dak nor mal ini menunjukan
bahwa terdapat ker usakan atau gangguan pada sistem
saraf , khususnya sist em kesei mbangan. Ol eh karena i t u
perubahan kondi si perai ran dapat diamati dari f rekuensi
gerakan sirip dada ikan mas.
Berdasarkan dat a yang di dapat dari hasi l
pengamatan, menunjukan bahwa gerakan mul ut dan sirip
antara i kan yang diberi perl akuan kont rol dan li mbah t idak
memberikan perbedaan nyata. D alam data yang t elah
dianali sa terli hat bahwa rataan f rekuensi gerakan mulut
i kan mas antara perlakuan kontrol dan perlakuan l imbah
memil iki nil ai yang berdekat an, yai tu 112 gerakan per
menit untuk perlakuan kontrol dan 112 gerakan per per
menit untuk perl akuan li mbah. K edua ni lai i ni hampir
sama dengan nil ai yang didapat oleh Soui sa (2009) 111
gerakan per meni t . Untuk f rekuensi gerakan sirip, ni l ai
rat aan f rekuensi gerakan si rip i kan t ersebut , yaitu 103
gerakan per menit unt uk perlakuan kontrol dan 97
gerakan per meni t untuk perl akuan l imbah. D engan
demiki an dapat di simpulkan bahwa perlakuan l i mbah
ti dak memberi kan pengaruh terhadap f i si ologi s ikan mas
yang t erkait dengan gerakan mul ut dan siri p i kan mas.
Berdasarkan hasi l pengamat an ,
bagian hati dan insang pada keselur uhan perl akuan
memi l i ki warna yang sama dan t i dak mengalami
perbedaan st ruktur pada organ. Warna yang t eramati pada
saat pembedahan adalah merah t ua pada bagi an insang
dan merah pekat pada bagi an hat i insang. Penampakan
war na ini , menunj ukan bahwa organ-organ tersebut
masih berf ungsi dan memil iki sel jari ngan yang masih
hi dup. Warna merah yang terli hat pada sel adal ah warna
senyawa kompl eks dari hemoglobi n darah yang memi l iki
i katan dengan unsur besi. Unsur besi yang ada dal am
hemogl obin tersebut akan membantu dal am pengi katan
oksi gen dal am proses respirasi i ntrasel uler.
K emudian pada pengamat an str ukt ur j aringan
hati i kan (Gambar 3.3) t erl ihat adanya akti f i tas
pada jari ngan hat i ikan pada sel ur uh perlakuan.
adal ah kondi si di mana proses kemati an sel yang
diaki batkan ol eh f akt or eksternal sel yang t er jadi pada luas
area yang ti dak dapat terlihat oleh mata (mi kroskopi k).
ini dapat di sebabkan oleh racun, inf eksi,
at aupun trauma sel (Raskovi c, 2010). K ematian sel seperti
i ni akan menyebabkan f ungsi hati menj adi menur un,
proses detoksi f ikasi racun yang ada dalam tubuh akan
semakin terhambat yang kemudi an dapat menyebabkan
i kan menjadi keracunan (Ayotunde, 2011). Pada penel it ian
i ni hampir terj adi disel ur uh perl akuan. H al i ni
mungkin di sebabkan oleh peni ngkat an ammonium pada
si t us fi cer um
focal necr osi s
Focal
necr osi s
Focal necr osi s
focal necr osi s
bejana perlakuan. Senyawa ammoni um mer upakan
senyawa racun yang dieksresi kan oleh ikan mel alui f eses
at aupun uri n. D alam perkembangan str uktur organ,
pendedahan ammoni um pada i kan akan menyebabkan
perubahan jari ngan pada i nsang, hati , dan ginjal. Ef ek
r acun yang di t i mbul kan seper t i ,
meningkatkan akt ivi tas pernaf asan, dan meningkatnya
f rekuensi detak jant ung. Pada konsent rasi t inggi , ikan
dapat mengalami kejang, koma, hi ngga kematian (Lewis,
1986).
N amun data pengamat an st r uktur j aringan hati
tersebut (Gambar 3.4) ti dak bisa di gunakan untuk
mengukur ukuran sel, kepadatan sel , sert a f rekuensi
pada j aringan hat i ikan sebagai anal i sis kerusakan.
Ol eh sebab i tu sulit unt uk mengkuanti f ikasi per ubahan
str uktur jaringan hat i akibat perl akuan. H al it u di sebabkan
karena gambar preparat yang di dapat kurang memadai
untuk proses perhi tungan, gambar memi li ki ketaj aman
yang rendah ser ta memil iki kecerahan gambar yang t erl al u
gel ap.
K emudian pada gambar sayat an insang (Gambar
3.5) terli hat bahwa i nsang yang di beri perlakuan kontrol
terdapat beberapa agregat hitam yang terkumpul didekat
kar til ago insang. Parti kulat hi tam t ersebut menempel dan
mel ekat pada i nsang dalam juml ah yang rel ati f
l ebih banyak di bandingkan perl akuan kont rol. Part i kulat
hi t am t ersebut juga t erdapat pada i nsang yang di beri
perlakuan kont rol wal aupun juml ahnya t i dak sebanyak
per l akuan l i mbah. Bel um di ket ahui secar a past i
komponen dari parti kulat hit am tersebut, di mungkinkan
part ikul at t ersebut mer upakan sisa abu vul kanik dari
l etusan gunung Merapi yang ter jadi pada Oktober 2010
dan N ovember 2010.
N ampaknya par tikulat hitam tersebut menutupi
sebagi an insang yang merupakan j aringan t empat
ter jadi nya proses di f usi oksi gen. Penampakan jaringan
i nsang pada perl akuan kont rol memil iki kondi si yang
l ebih bersi h dibandi ngkan j aringan i nsang yang di beri
perlakuan l imbah. Berdasrkan hasi l pengamat an yang
di l akukan, par t i kul at hi t am t er sebut sul i t unt uk
dideter mi nasi komponennya. N amun dari penampakan
ai r keti ka perlakuan, t erli hat air bak kontrol (l imbah) l ebih
ker uh di bandingkan dengan ai r kran (kontrol). D iduga
dalam air bak kont rol memil iki kandungan TD S (
) yang lebih ti nggi di bandi ngkan ai r kran
sebagai kontrol. H al i ni di dukung oleh hasi l anal isi s kimia
ai r bak kontrol yang di l akukan oleh Laborat ori um K imia
Balai K onser vasi Peni nggal an Borobudur pada bulan
April 2010 menunjukan bahwa kandungan suspensi pada
ai r bak kontrol rel ati f lebi h ti nggi dibandingkan air
hyper ex ci t abi l i t y
focal
necr osi s
l amel l a
l amel l a
Total
D i ssol ved Sol i d
17
kontrol (dal am hal i ni ai r hujan). Perbedaan kandungan
ini di duga disebabkan ol eh erosi atau
pengiki san t anah pengisi Candi Borobudur (Santoso,
2004).
Sel ai n itu dari hasil pengamat an ketika mengamat i
bak kontrol di lokasi (lapangan) t erli hat dalam ai r yang ada
dalam bak tersebut banyak mengandung suspensi abu
vulkanik si sa dari l et usan Gunung Merapi yang terjadi
pada bulan Oktober dan N ovember 2010. Abu vulkanik
t ersebut t i dak dapat l ar ut bersama ai r dan akan
membentuk suspensi pada yang mudah terbawa bersama
ai r.
Penut upan i nsang oleh par tikul at hit am pada
bagian i kan, mampu menyebabkan gangguan pada
sist em respirasi ikan. Proses dif usi oksigen menuju
pembul uh darah akan terganggu dan l aj u dif usi oksigen
akan menurun. Penur unan l aju dif usi oksigen t ersebut
akan menyebabkan kurangnya jumlah oksi gen pada sel
sehi ngga proses metaboli sme aerob pada sel i kan akan
menur un. Ji ka kebutuhan oksi gen ikan ti dak dapat
terpenuhi , met abolisme ikan akan ber j al an secara anaerob
pada j angka waktu t er tentu. Met abol i sme anaerob akan
menghasi lkan senyawa asam yang dapat mer usak tubuh.
Ji ka metaboli sme anaerob i ni ter us di lakukan, ikan akan
mengal ami keracunan asam ot ot dan kemudi an
mengalami kemati an. N amun sel ai n TD S, t emperat ur dan
pH ai r juga mempengar uhi f i siol ogis i kan mas unt uk
mel akukan proses met abol isme.
Untuk mengkonf i rmasi dan mendukung hal
tersebut , digunakan dat a t emperatur dan pH air pada
bejana perlakuan selama pengamat an. D ari data yang
dihasilkan menunj ukan bahwa temperatur dan pH sel ama
perlakuan antara perl akuan kontrol dan perl akuan li mbah
suspense sol i ds
l amel l a
Tabel 4.1 Total
Suspeded Solids
( TDS) ai r bak
kon t r ol Can di
Borobudur pada
bulan April 2010
( S u m b e r :
L a b o r a t o r i u m
K i m i a B a l a i
K o n s e r v a s i
P e n i n g g a l a n
Borobudur, 2011)
t i dak berbeda nyat a. D engan demi ki an dapat
disi mpul kan, keadaan f i sika dan kimia pada bejana
tersebut tidak memberi kan ef ek negati f pada f isi ol ogis
i kan. I kan mas akan memberi kan respon f isi ologi s
yang nor mal pada keadaan pada kisaran pH 5,5 8,5
dan dal am perl akuan ini, pH dan tempert ur air pada
bejana masi h dalam keadaan yang lebi h baik.
Peni ngkatan ammoni um dan terdapatnya
part ikel abu vulkani k dalam suatu perai ran secara
ber t ahap mampu meni ngkat kan per t umbuhan
f itoplankt on yang ada dal am bejana perlakuan.
Senyawa anorgani k yang terl arut dal am ai r akan
d i ser ap o l eh f i t o pl an k t on un t uk ak t i f i t as
pert umbuhan. Selain itu f i topl ankton j uga mer upakan
makanan ikan (ter masuk ikan mas). Pert umbuhan
f itoplankt on dalam bejana ikan akan menjadi sumber
makanan pada i kan sel ama perlakuan. N ampaknya,
hal t ersebut ter jadi pada perl akuan, terli hat bahwa
berat i kan yang diberi perlakuan l imbah mengal ami
peni ngkatan rata-rata sebesar 2,11 gram, sedangkan
pada perl akuan kont rol berat i kan mengalami
penur unan rata-rata sebesar 4,23 gram. Penur unan
berat ikan merupakan hal yang wajar mengi ngat
sel ama perl akuan (perlakuan kontrol dan bak kontrol ),
i kan ti dak di beri makan selama 4 hari. H al i ni sengaj a
dil akukan unt uk mencegah penumpukan senyawa
organik dan akumulasi racun tubuh yang dihasilkan
dar i f eses dan uri n i kan (H argreaves, 2004).
Penump uk an sen yawa- sen yawa i n i mampu
menyebabkan keracunan, penur unan kadar oksigen,
bahkan kemati an pada i kan. Ol eh karena it u, dapat
dii ndi kasikan bahwa dengan meni ngkat nya berat
badan i kan pada perl akuan l i mbah menunjukan bahwa
terdapat pertumbuhan f i t opl ankton yang l ebi h cepat
pada bak kontrol. H al t ersebut akan menunjukan
bahwa dalam bejana bak kontrol tersebut terdapat
mat eri -mat eri anor gani k yang mampu memi cu
pert umbuhan f it opl ankton dal am bejana.
Berdasarkan hasil anal isi s data yang telah
dil akukan maka dari peneli ti an i ni dapat di si mpulkan
bahwa perlakuan ikan mas ( ) pada
perlakuan li mbah t idak menyebabkan per ubahan yang
signi f ikan pada f rekuensi gerakan mulut dan si ri p dada
( ) i kan mas. N amun perl akuan i kan mas pada
per l akuan l i mbah menyebabkan penumpukan
part ikul at hi tam pada i nsang dan menutupi sebagi an
i nsang i kan. Sel ai n i tu, tidak di temukan
5. KESI M PULAN
Cypr i nus car pi o
pect or al fi n
l amel l a
JE N I S SAM PE L AI R T DS ( ppm)
Ai r H ujan
Ai r bak kont rol Utara 2
Ai r bak kont rol barat l aut
Ai r bak kont rol barat daya
Ai r bak kont rol sel at an
Ai r bak kont rol Utara 1
Ai r bak kont rol Ti mur
46.11
175.8
139.7
223.6
187
366.1
420.3
18
perbedaan str uktur j ari ngan hati i kan yang mas yang
diberi perlakuan bak kontrol dan perlakuan kontrol .
K esi mpul an tersebut menunj ukan bahwa
sej auh ini (terhi tung t anggal 20 Juni 2011), kegi atan
perawatan Candi Borobudur tidak menyebabkan
gangguan pada f i siologi i kan mas ( ). H al
i ni menunj ukan bahwa l imbah dari perawat an Candi
Borobudur tidak memi li ki potensi bahaya yang ti nggi
bagi kesehat an l ingkungan atau masih di bawah ambang
batas. Masi h diperlukan peneli tian pendukung unt uk
mengkuant i f i kasi pot ensi bahaya dar i l i mbah
per awat an candi t ersebut dari beber apa aspek
l ingkungan yang terkait .
Ayotunde, E.O; Fagbenro, O.A; dan Adebayo, O.T.
2011.
. Turkish Journal of
Fisheries and Aquati c Sci ences 11: 37-43
Black, Jacquel yn G. 2005.
. John Wi ley and Sons,
I nc: San Franssisco
Camargo, Marina P. M; Mar tinez, Cludi a B. R. 2007.
.
N eotropical I chtyol ogy, 5(3), hal. 327-336
Chahaya, I ndra. 2003.
. D i ser t asi : Fakul t as K esehat an
Masyarakat- Universitas Sumatera Utara.
D af f us, J.H 1980. . Edward
Arnold Publi sher, Lt d: London
D emirkalp,F Yi ldi z.2007.
. H acett eoe Journal of Biology and
Chemi st ry, 35(1), hal. 1-8
D r ucker, El iot G; dan Jensen, Jef f rey S. 1996.
. T he Journal
of Experiment al Biol ogy, 199, hal. 22352242
D uPont L and Management.
[ onl i ne] . D i dapat dar i :
. [akses: 23 Juni 2011]
Fl ajhans, M; dan Hul ata, G. 2006.
. Genimpact Fi nal Sci encti f i c
Report. Vodnany: Universi ty of Sout h Bohemia.
H argreaves, John A; dan Turker, Crai g S.2004.
. Sout her n Regional
Aquacul ture Centre Publicati on N o. 4603
Cypr i nus car pi o
H i st ol ogi cal Changes i n
(L i nnaeus I 779) E x posed to A queous E x t r act of
Seeds Powder
M i cr obi ol ogy: Pr i nci pl es and
E x pl or ati ons Si x t h E di ti on
H i st opat hol ogy of Gi l l , Ki dney, and L i ver of a
N eotr r opi cal F i sh Caged i n an U r ban Str eam
I k an Sebagai A l at M oni t or
Pencemar an
E nvi nr oment al Tox i col ogy
Gr owth Char acteri st i cs of Car p
( L ., 1758) i n L i man L ak e (Samsun,
T ur k ey)
Pect or al
F i n L ocomot i on i n t he St r i ped Surfper ch (Ki nemat i c
E ffect of Swi mmi ng Speed and Body Si ze)
D uPont H erbi ci des and Water
Q ual i t y St andar ds
Common car p -

M anagi ng
A mmoni a i n F i sh Pound
DAFTAR PUSTAKA
Or eochr omi s ni l ot i cus
M or i nga ol ei fer a
Cypri nus car pi o
Cypr i nus car pi o
www2.dupont.com/ Land_Management/ en_US
/ .../ K -14744.pdf
dan Buszewski ,B. 2004. Some Consi derati ons
A bout Bi oi ndi cator s i n E nvi r onmental M oni t or i ng
I mpact of Subl et hal Consent r at i on of
E ndosul fan on Bi ochemi cal s and H i st ol ogy of Or gan
T i ssue of Fr eshwater Fi sh, (H ami l ton,
1822)
T he Behavi our of
A ni mal s
D i ssol ved Ox ygen and F i sh
Behavi or
Tox i ci ty of N i t ri t e o F i sh: A Revi ew
Br ock : Bi ol ogy of
M i cr oor gani sm 12t h edi t on
E col gy Concept & A ppl i cati ons
Four t h E di ti on
H i st opathol ogy of Car p
( L .) L ar vae E x posed to Cyanobacter i a
E x t r act
E ffect s
of Chr omi um i n H i st ol ogi cal A l ter at i on of G i l l , L i ver,
and Ki dney of Fr esh Wat er Tel eost,
(L )
Penet uan T i ngk at Pencemar an
L i mbah I ndustr i Tek sti l Ber dasark an N utr i ti on
V al ue Coefi ci ent Bi oi ndi k at or
H i st ol ogy of Car p ( , L .) G i l l s and
Pond Wat er Qual i t y i n Semi i nt ensi ve Pr oducti on
Pemanfaat an T i ngk ah L ak u
I k an M as ( ) sebagai Bi o-I ndi k ator
Pencemaran L i mbah D omesti k
.
Polish Jour nal of Environmental St udi es, 13(5),
hal . 453-462
I ndirabai, W. P. S; Tharani , G. Geetha; dan Seet ha, P.
2010.
. The Bi oscan (an I nt ernat ional Quarterly
Journal of Lif e Science), 5(2), hal. 215-218
K ikkawa, J; dan T horne, J. 1974.
. John Murray Publi shers l t d: London.
K ramer, D onald L. 1987.
. Enviroment al Biol ogy of Fi shes, 18(2),
hal . 81-92
L ewi s, Wil liam M; dan Morris, D onal d. P. 1986.
. Transacti ons
of the Ameri can Fisheries Soci ety, 115, hal . 183-
195
Madigan, Michael T; Mart i nko, John M; D unl ap, Paul
V; dan Cl ark, D avi d P. 2009.
. Pearson Benyami n
Cummings: San Francissco
Mol les, Manuel C. 2008.
. N ew York : McGraw-Hi l l.
Pali kova, M; dkk. 2004.
. ACTA VET-BRN O, 73, hal. 253-257
Par vat hi , K ; Sivakumar, P; dan Sarasu, C. 2011.
. Jour nal of Fisheries I nternational, 6 (1),
H al . 1-5
Pratiwi , Yul i. 2006.
. Jur nal Teknologi ,
3(2), hal 129-137
Raskovi c, B; Pol eksi c, V; Z ivic, I ; dan Spasic, M.2010.
.
Bulgarian Journal of Agri cult ural Sci ence,
16(3), hal . 253-262
Rusdi ; Riyant i; Si f a, Seli a; Wahyudi, D edi P; dan
H amzah, Asep. 2008.
. Laporan Program
K reati f i t as Mahasi swa - Penul isan I l miah
.I nstitut Pertani an Bogor: D epok
Saenphet , Supap; Thawor n, Worawut; dan Saenphet,
L abeo Rohi t a
Cypri nus car pi o
Cypri nus car pi o
Cypr i nus Car pi o
Cypr i nus car pi o
19
K anokpor n. 2009.
. Sout h Asi an J Trop
Med Publ i c Healt h, 40(3), hal. 1121-1126
Sant oso, A. I . 2004.
. Magel ang: Balai
Studi dan K onser vasi Borobudur
Souisa, D evian. 2010.

[onl ine]. D idapat dari:
[diakses pada 23 Juni
2011]
Swastikawat i, Ari. 2007.
. D esert asi. D epartemen K ebudayaan
d an Par i w i sat a, Bal ai K on ser vasi dan
Peni nggalan Borobudur.
Wardoyo, STH . 1981.
. D eserasi PPLH -
UN D P, I nstitut Pertanian Bogor. Bogor: 15-38
Whi te, D.; dkk. 2007.
. Toxicol ogy and Appl ied
Phar macol ogy 225 (1): 127.
Wil son, Jonat han. M; dan L aurent, Pier re. 2002.
. Jour nal of
Experiment al Z oology, 293, hal . 192-213
Wurt s, Wil li am A. 2004. .
D ail y pH Cycl e and Ammoni a Toxici ty, Worl d
Aquacul ture, 34(2), hal. 20-21
Vei l, John A; Ri ce, James K ; dan Raivel, Mary E.S.
1997.
. L aporan.
U.S. D epartment of Energy, Of f i ce of Fossil
Energy
Vel mur ugan, Babu; Sel vanayagam, Mariadoss; Cengiz,
El if I pek; Unl u, Erhan. 2009.
. Braz.
arch. bi ol. technol .52(5)
Yudhi st i r a, A ngga; Ant ono, D wi Ri an; dan
H endriyanto. 2003.
. D i sert asi. D epart emen
Budi daya Perairan, Fakul t as Peri kanan dan I lmu
K elaut an, I nsti tut Pertanian Bogor
Anoni m . [onli ne].
d i d ap at d ar i :
H i spathol ogi cal A l terat i on of t he
Gi l l s, L i ver , and Ki dney i n (Bl och)
F i sh L i vi ng i n an U nused L i gni t e M i ne, L i D i str i ct ,
L amphun Pr ovi nce, T hai l and
L apor an A nal i si s M engenai D ampak
L i ngk ungan Candi Bor obudur
Respon F i si ol ogi I k an M as
( ) pada Per ubahan Sal i ni tas M edi a
L apor an Pemagangan U j i
Tok si si tas
Kr i ter i a K ual i t as A i r unt uk
Keper l uan Per t ani an dan Per i k anan
N ew and E vol vi ng Concepts i n t he
N eur ot ox i col ogy of L ead
F i sh
G i l l M or phol ogy: I nsi de O ut
Pond pH and A mmoni a Tox i ci ty
Bi oci de U sage i n Cool i ng Tower s i n the E l ect ri c
Power and Petr ol eum Refi ni ng I ndustr i es
H i st opat hol ogi cal
Changes i n t he Gi l l and L i ver T i ssues of Fr eshwat er
F i sh, E x posed t o D i chl or vos
Respon Or gani sme A k uati k
t erhadap V ar i abel L i ngk ungan (pH , Temper atur,
Kek er uhan, dan D et er gen)
Safety D at a Sheet H yami n 1622
A nabas Test udi neus
Cypri nus car pi o
Ci r rhi nus mr i gal a
ht tp:/ / deviansouisa.-
bl ogspot .com/ -search-?updated-min= 2009-01-
01T 00%3A 00%3A 00- 08%3-A 00& updat ed-
m ax = 2 0 1 - 0 - 0 1 - 0 1 T 0 0 % 3 A 0 0 % 3 A 0 0 -
08%3A00& max-resul ts= 4
w w w. f i sh er sc i . se/ s a-
1
f enet/ pdf / 0446441.pdf
h t t p : / / w w w . w a t e r -
research.net/ Wat ershed/ ammoni a.htm
D i dapat dar i
ht t p:/ / chest of books.com/ heal t h/ -di sease/ -
Pat hol ogy/ Focal-N ecrosi s.html
h t t p : / / w w w . v i v o . c o -
l ostat e.edu/ hbooks/ pathphys/ di gesti on/ l iver/ h
ist o_hcyt es.ht ml
ht tp:/ / www.s igmaaldric-h.com/ str uct urei
mages/ 42/ m f cd00011742.gi f
ht t p:/ / www.car p- f i shi ng-t act i cs.com/ i mage-
f il es/ carpana t omy.jpg
ht tp:/ / konservasi borobudur.org/ v3/ 201101031
09/ st at is/ BK PBorobudur.ht ml.
ht tp:/ / konser vasi borobud ur.org/ v3-
/ 20110104110/ stati s/ candi -borobudur.html
. [akses: 23 Juni 2011]
Anoni m . [onli ne]. D idapat
d a r i :
. [diakses
pada 23 Juni 2011]
Anoni m . [onl i ne].
. [di akses pada 23
Juni 2011]
Anoni m . [onl i ne]. D idapat
d i :
. [diakses pada 23 Juni 2011]
Anoni m . [onl i ne]. D idapat
di:
[di akses pada 23
Juni 2011]
Anoni m . [onli ne]. D i dapat di:
[di akses pada 23 Juni 2011
Anoni m . [online].
D i d a p a t d i :
[di akses pada 4
Juli 2011]
Anoni m . [onl ine]. D idapat di :
.
[di akses pada 4 Jul i 2011]
2
3
4
5
6
7
8
N i tr ogen - A mmoni a i n Water
Focal N ecr osi s
H epati c H i st ol ogy: H epat ocytes
H yami ne M ol ecul e St r uct ur e
Cypri nus car pi o A natomy
Bal ai Konser vasi Peni nggal an Bor obudur
Candi Bor obudur
20

You might also like