You are on page 1of 14

TEKNIK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT I. II.

TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS Tujuan Instruksional Umum : Setelah pelajaran selesai, peserta dapat : Memahami teknik pembuatan kompos

III.

Tujuan Instruksional Khusus : Setelah pelajaran selesai, peserta dapat : 1. Memahami dan mengerti bahan-bahan organic yang dapat dikomposkan 2. Mengerti tahapan-tahapan dalam pembuatan kompos 3. Membuat sendiri kompos dari bahan sampah organic
IV.

Waktu :

6 jam pelajaran Materi I. Pendahuluan -

Pengertian Kompos Kompos adalah proses dekomposisi secara aerob bahan organik (berasal dari tumbuhan dan hewan). Kompos digunakan di perkebunan dan pertanian untuk memperbaiki tanah, dan secara komersial digunakan dalam industri lanskap dan tanaman. Selain itu juga digunakan untuk pengendalian erosi, reklamasi lahan/aliran, konstruksi lahan basah, dan penutup lahan urug. Kompos digunakan pula sebagai media untuk pembenihan, biasanya dicampur dengan sedikit pasir untuk meningkatkan drainase. Kompos adalah bahan organic yang dapat digunakan untuk memperbaiki tanah atau sebagai media untuk pertumbuhan tanaman. Kompos yang telah matang adalah bahan yang telah stabil dengan kandungan humus, berwarna coklat gelap atau hitam dan mirip serta berbau tanah. Kompos terbentuk dari kombinasi bahan organic (contoh: sampah halaman, sisa makanan, kotoran ternak) dalam suatu rasio tertentu pada tumpukan, barisan atau alur; dengan menambahkan bahan pemadat (contoh: potongan kayu) bila diperlukan untuk mempercepat penghancuran bahan organic; dan membiarkan bahan terkomposkan benarbenar stabil dan matang melalui proses pendiaman.

Gambar di bawah menunjukkan kompos yang sudah matang

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-1

Gambar 1. Kompos yang yang sudah matang

Pengkomposan secara alamai, atau dekomposisi secara biologi, dimulai oleh tanaman pertama di bumi dan kemudian terus berlanjut. Saat vegetasi jatuh ke lahan, ia akan menguraikan secara lambat, menyediakan mineral dan nutrient yang dibutuhkan tanaman, binatang dan mikroorganisma. Kompos matang, merupakan suatu produk dari proses dengan suhu tinggi yang bias menghancurkan pathogen dan bibit-bibit, yang tidak dapat rusak paa dekomposisi natural. Manfaat Kompos : a. Menekan penyakit dan hama tanaman. b. Mengurangi atau menghilangkan kebutuhan akan pupuk. c. Mendukung hasil tanaman pertanian lebih tinggi. d. Memfasilitasi penghutanan kembali, perbaikan lahan basah, dan usaha penguatan habitat dengan perbaikan tanah yang terkontaminasi, terlalu padat dan miskin. e. Perbaikan tanah terkontaminasi sampah beracun dengan hemat biaya. f. Menghilangkan padatan, minyak, lemak dan logam berat dari air larian. g. Menangkap dan merusak 99.6% volatile organic chemicals (VOCs) industri pada udara tercemar. Bila dapat menerapkan, akan menghemat biaya paling sedikit 50% untuk teknologi perbaikan tanah, air dan udara terpolusi. Proses pelapukan ( dekomposisi) bahan organik, dipengaruhi oleh faktor- faktor - yang mempengaruhinya, antara lain: 1. Rasio C/ N : rasio yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40: 1. Mikroba pengurai ( dekomposer) memecah senyawa Carbon ( C) sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/ N di antara 30 s/ d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Rasio C/ N yang terlalu tinggi, mikroba pengurai akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel sampah organik juga menentukan besarnya ruang antar bahan ( porositas) . Untuk meningkatkan luas permukaan kontak dilakukan dengan memperkecil ukuran

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-2

partikel bahan material kompos tersebut dengan mencacah sampah organik sebelum dilakukan proses dekomposisi lebih lanjut.
2. Pengomposan ( dekomposisi) akan cepat bila terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen

( aerob) Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh ukuran partikel, posiritas dan kandungan air bahan ( kelembaban) . Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses dekomposisi tanpa oksigen ( anaerob) sehingga menghasilkan bau tidak sedap. Kecukupan oksigen ( aerasi) dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. 3. Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga- rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses penguraian material organik juga akan terganggu. 4. Kelembaban ( moisture content) memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40% , aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15% . Apabila kelembaban lebih besar dari 60% , hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba pengurai akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. 5. Berdasar persyaratan bagi berlangsungnya proses pengomposan yang baik- sebagaimana diatas- maka, satu tahapan menyiapkan pengomposan sampah organik yang penting adalah pengecilan ukuran bahan organik. Pengecilan ukuran sampah bisa dilakukan dengan merajang atau mencacah dengan mesin pencacah. Mesin pencacah ini berguna untuk memudahkan proses pencacahan sampah organik menjadi bahan pembuatan kompos dan pupuk cair. Sampah organik ( material sisa berasal dari makhluk hidup meliputi manusia, hewan dan tumbuhan) akan lebih cepat terurai jika berukuran kecil ( 10- 15 mm) . Bahan Kompos Segala yang awalnya hidup, bisa dikomposkan. Sampah taman, seperti daun yang gugur, rumput yang dipotong, tanaman kebun yang mati, adalah bahan kompos yang baik. Sampah taman yang berkayu dapat dipotong dan diperkecil ukurannya hingga cukup untuk kayu bakar atau diserut untuk menjadi mulsa dan pelapis sela. Mulsa dan pelapis sela akhirnya juga terdekomposisi dan kemudian menjadi kompos. Kompos ini akan menambah tekstur tanah kebun. Mengkomposkan sampah dapur harus dengan perhatian khusus. Sebaiknya daging, tulang dan makanan berlemak (seperti keju, mayones, dan sisa minyak goreng) sebaiknya dibuang ke kontener.

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-3

Gambar 2. Membuat Kompos dan Manfaatnya Penggunaan kompos Kompos dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman bunga dan sayur, untuk memperbaiki tanah sekitar pepohonan, dan sebagai bahan perbaikan tanah untuk tanaman dalam ruangan dan tanaan dalam kotak, dan bisa digunakan sebagai campuran media pembenihan dan pelapis permukaan media tanam. Potongan/serutan kayu yang digunakan sebagai mulsa atau pelapis sela akan terdekomposisi dan terkomposkan. Kompos ini akan menambah tekstur tanah kebun. Pengkomposan ini dimulai begitu bahan mentah bercampur. Selama tahap awal proses, oksigen dan komponen bahan mentah yang mudah diurai, segera dikonsumsi oleh mikroorganisme. Temperatur tumpukan terkait langsung dengan aktifitas mikroorganisme dan menjadi indikator yang baik untuk mengetahui apa yang terjadi dalam tumpukan. Temperatur bahan pengkomposan biasanya mengikuti pola peningkatan suhu 120-1400C yang dipertahankan beberapa minggu. Saat masa aktif proses pengkomposan menjadi lambat, temperatur akan menurun secara bertahap sampai temperatur kompos mencapai temperatur udara terbuka.

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-4

Proses Pengkomposan Secara Alami Ada beberapa faktor yang harus dikontrol untuk mendapatkan proses pengkomposan yang baik.
Esensial pengkoposan, Dengan prinsipprinsip berikut, setiap orang dapat memanfaatkan sampah organic mereka secara optimal

Gambar 3 Inti Pengkokposan

Biologi Tumpukan kompos sebenarnya adalah kumpulan pembiakan mikrobia. Bakteri memulai proses penghancuran bahan organik. Pertama mereka memecah jaringan tumbuhan dan menjadi penghasil kompos paling besar dan paling efektif. Jamur dan protosoa segera bergabung dengan bakteri dan kemudian diikuti oleh kelabang, lipan, kumbang dan cacing.

Gambar 4. Organisme dalam Kompos

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-5

Bahan-bahan Segala yang tumbuh di kebun anda adalah makanan potensial bagi pengurai-pengurai kecil ini. Karbon dan nitrogen dari sel-sel tanaman mati dan mikrobia mati, menjadi bahan bakar bagi aktifitas mereka. Mikroorganisme menggunakan karbon pada sampah daun dan kayu sebagai sumber energi. Nitrogen menjadi bahan pembentukan protein bagi tubuh mikrobia. Segala bentuk organik memiliki perbandingan karbon nitrogen (C\N) di jaringannya, berkisar dari 500:1 untuk serbuk gergaji, hingga 15:1 untuk potongan kecil. Rasio C\N 30:1 ideal untuk aktifitas mikrobia pengkomposan. Keseimbangan ini dapat tercapai dengan mencampurkan dua bagian potongan rumput ( yang mempunyai rasio C\N 20:1) dengan satu bagian daun yang gugur (60:1) di kompos kita. Cara pelapisan dapat pula dilakukan, tetapi percampuran merupakan cara terbaik untuk pengkomposan. Materi lain dapat pula digunakan, seperti ganggang dan sampah kebun. Rasio C\N 30:1 sangat ideal untuk pengkomposan yang cepat, panas. Sementara rasio lebih tinggi (seperti 50:1) akan mencukupi untuk pengkomposan lambat. Tabel di bawah memberikan perkiraan rasio beberapa bahan organik.

Tabel 1. Beberapa rasio C/N (berdasar berat kering)

Area Permukaan Semakin banyak permukaan bahan diaman mikroorganisma dapat bekerja, maka semakin cepat bahan dapat didekomposisi. Ini seperti es yang berukuran besar akan lebih lambat meleleh bila dibandingkan dengan es yang terpecah dalam ukuran yang lebih kecil. Oleh karena itu sebaiknya sampah organik kita perkecil ukurannya sebelum dikomposkan. Kelembaban dan Aerasi

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-6

Semua kehidupan di bumi membutuhkan sejumlah air dan udara untuk bertahan. Mikrobia di tumpukan kompos demikian pula. Mereka berfungsi terbaik ketika bahan kompos selembab kondisi karang dengan banyak jalan udara. Matahari atau hujan secara ekstrem dapat berpengaruh terdahap keseimbangan kelembaban di tumpukan. Waktu dan Temperatur Semakin cepat pengkomposan, semakin panas tumpukan. Jika anda menggunakan bahan dengan rasio C/N yang sesuai, maka akan memberikan permukaan area kontak yang besar dan sejumlah besar volume, dan lihatlah bahwa kelembaban dan aerasi mencukupi. Anda akan memiliki panas, pengkomposan cepat (terlalu panas bagi tangan) dan kemungkinan memerlukan pembalikan.

Langkah-langkah untuk memproduksi kompos dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Seleksi lokasi pengkomposan: Lokasi yang baik sangat membantu keberhasilan dari tumpukan kompos. Tumpukan kompos harus dipaparkan sinar matahari paling sedikit 6 jam/hari. Lokasi seharusnya tidak mengganggu lanskap. Air harus tersedia. Drainase yang baik sangat penting, karena kalau tidak maka air menggenang akan menghambat proses dekomposisi.

Gambar 5 Rumah Kompos

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-7

2.

Sortasi bahan organik

Hampir semua bahan alami, yaitu bahan organik akan menjadi kompos, tapi sebaiknya tidak semua diperlakukan dengan cara kompos tumpukan. Beberapa sampah menarik hama: beberapa mengandung patogen yang dapat hidup selama proses pengkomposan. Tabel di bawah mendaftar bahan yang dapat diterima dan tidak diterima pada pengkomposan di rumah:
Diterima Potongan rumput Daun, ganggang Kotoran hewan Potongan kayu, serbuk gergaji Ranting, cabang Sampah kebun Buah dan sayuran Tidak diterima Daging Tulang Cabang besar Produk sintetik Plastik Kotoran piaraan

Gambar 2. Pemilihan bahan organik. Pertimbangan lain dalam memilih bahan untuk dimasukkan dalam tumpukan kompos adalah waktu yang mereka perlukan untuk diurai. Material berkayu, seperti potongan, cabang, ranting dan kertas memerlukan waktu hingga dua tahun untuk dikomposkan, kecuali bila sebelumnya dipotong kecilkecil atau diserut. Pengecilan ukuran akan mempercepat proses pengkomposan. Kondisi pengkomposan optimum didapatkan dengan kisaran ukuran diameter partikel 0,3cm hingga 5cm. Tumpukan kompos perlu bahan kaya karbon dan nitrogen untuk dekomposisi yang efisien. Mikroorganisma menggunakan karbon untuk energi dan pertumbuhan, sementara nitrogen esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi. Karbon ditemukan pada bahan yang kering dan kecoklatan seperti daun, serbuk kayu, serbuk gergaji dan jerami. Nitrogen banyak terdapat pada sampah kebun dan halaman yang segar dan hijau, potongan sayur, dan kotoran ternak. Campuran kompos yang baik perkiraannya 2 bagian bahan kaya karbon dan 1 bagian bahan kaya nitrogen. Jangan masukkan kotoran piaraan di tumpukan kompos.

Gambar 6. Sortasi Sampah Domestik

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-8

Jika tumpukan mengandung sangat sedikit karbon, maka karbon yang tersedia tersebut seutuhnya digunakan tanpa menstabilkan nitrogennya. Hal ini akan menyebabkan produksi amonia dan bau yang berlebihan. Jika tumpukan sangat sedikit nitrogennya, tidak cukup N tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisma dan proses pengkomposan sangat lambat. Jika tambahan N dibutuhkan, tambahkan sekitar 0.5 kg N untuk tiap 1m3 bahan yang dikomposka. Campur nitrogen dengan kompos dan buat tumpukan. Tabel berikut mendaftar kandungan berbagai bahan dan tingkat konversi pemakaian pada 1m3 kompos.

Gambar 18. Kandungan nitrogen pada berbagai bahan. Dalam tahap ini, kita memisahkan sampah organik dan anorganik. Pemotongan diperlukan untuk memperbesar permukaan bahan mentah kompos; sehingga bahan dikomposkan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Penumpukan Beberapa wadah dapat digunakan. Wadah tersebut mudah digunakan, tidak cepat hancur/rusak dan mengalirkan udara. Bagaimana anda memutuskan wadah yang terbaik untuk bekerja? Pertimbangkan waktu dan ruang yang anda miliki, dan kuantitas bahan yang akan dikomposkan. Kebanyakan wadah kompos termasuk dalam kategori ini: timbun (penumpukan sederhana), menimbun dalam wadah (ket: seperti bentuk kandang), tempat sampah (ket: bentuk seperti kotak), dan drum. Untuk pengkomposan cepat dan panas, ukuran tumpukan ideal adalah 1m3 Volume ini secara efektif mempertahankan panas yang dihasilkan bakteria. Volume tumpukan tunggal sebaiknya tidak melebihi 2m3 untuk tetap dapat mempertahankan lubang udara tumpukan. Jika ruang merupakan faktor pembatas, sisi tumpukan agak tertutup sehingga temperatur yang lebih tinggi dapat dipertahankan dalam volume tumpukan yang lebih kecil.
Heap It (tidak ada ongkos, baik jika mempunyai ruang cukup) tumpuk bahan di atas komposter, idealnnya paling sedikit volume 1m3. Jika dilakukan secara baik, tumpukan tersebut tidak memerlukan pembalikan. Biarkan tumpukan selama beberapa bulan.

Hoop It (ongkos rendah, lebih rapi daripada heap it) jaring kawat melingkar atau pemagaran, menjadikan tumpukan tertata dan
Program Studi / Bidang Studi: Dikeluarkan oleh: Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-9

rapi. Wadah ini dapat dipergunakan lagi untuk proses baru berikutnya.

Box It (terlihat baik, mudah untuk ditutup, ongkos menengah) anda dapat menggunakan bahan bangunan hingga menarik dan berfungsi baik untuk pengkomposan. Yakinkan terdapat ruang tersisa untuk sebagai jalan udara, dan permukaan mudah dibuka/ambil untuk keperluan pembalikan dan pengambilan kompos. Bangun beberapa kotak berdampingan untuk mempermudah proses pembalikan.

Barrel It (baik untuk ruang yang terbatas, mudah dibalik, ongkos menengah) jika anda tidak mempunyai cukup ruang utntuk tumpukan atau menyediakan wadah (komposter), drum ukuran 200 liter dapat bekerja sangat baik. Dengan melubangi drum untuk lubang udara dan memotong sebagian sisi drum untuk memasukkan dan mengeluarkan. Biasanya sistem ini dilengkapi dengan dudukan dan pemutar untuk memfasilitasi proses pembalikan, walaupun beberapa orang hanya menggelindingkan drum sepanjang kebun untuk mendapatkan efek yang sama. Kontrol kandungan air Kelembaban diperlukan untuk mendukung proses metabolik mikroorganisma. Pengkomposan bahan harus dipertahankan dalam kisaran kelembaban 40% sampai dengan 65%. Bahan terlalu basah bila air dapat menetes keluar saat bahan diremas, dan terlalu kering jika tangan tidak merasa lembab saat menyentuh. Jika tumpukan sampah terlalu kering, proses akan menurun. Jika tumpukan kompos terlalu basah, air akan menempati ruang untuk udara di bahan yang dikomposkan. Aliran udara terganggu dan menyebabkan terjadinya proses anaerobik. Kandungan kelembaban biasanya menurun begitu proses pengkomposan terjadi, sehingga anda kemungkinan perlu untuk secara periodik menambahkan air ke kompos. Perlunya menambah air, dapat diketahui dengan meremas bagian tengah bahan yang di tumouk tersebut secara manual. Jika tidak ada air yang menetes, kita harus menambah tumpukan. Jika sebelum diremas terdapat air menetes itu berarti bahwa tumpukan terlalu basah dan kita perlu membalik tumpukan. Kontrol Temperatur.
Program Studi / Bidang Studi: Dikeluarkan oleh: Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-10

Pengkomposan secara esensial berada di kisaran temperature mesofilik (50-105 F) dan termofilik (diatas 105 F). Pada temperature antara 110 dan 150 F pathogen, benih dan larva lalat mati dalam bahan kompos. Jika temperatur tumpukan kompos berada pada kisaran mesofilik, campur, aduklah tumpukan. Jika temperatur masih belum mencapai kisaran temperatur termofilik, tinjau tahapan-tahapan yang telah dijelaskan diatas untuk mengetahui apakah ada faktor yang menjadi pembatas/penghalang proses pengkomposan. Jika anda masih tidak dapat meningkatkan temperatur kompos, tahap aktif pengkomposan lengkap. Setelah 30-40 hari temperatur tumpukan akan menurun hingga temperatur ruangan. Pada saat itu tumpukan sudah terurai, coklat gelap atau menghitam. Pematangan memrlukan waktu 14 hari. Pembalikan. Pengkomposan secara aerobik memerlukan sejumlah besar oksigen, terutama selama proses awal. Jika suplai oksigen terbatas, proses pengkomposan menjadi anaerobik, sehingga menjadi proses terjadi lebih lambat dan berbau. Kandungan oksigen dalam tumpukan akan berubah dengan pembalikan secara manual. Cobalah bahan kering di bagian luar dipindah ke bagian tengah tumpukan yang baru saja dibalik. Balik tumpukan perminggu akan menghasilkan kompos dalam 1 hingga 2 bulan, dengan kombinasi dan tingkat kelembaban yang baik.Pembalikan perbulan akan menghasilkan kompos dalam waktu 4 6 bulan. Tanpa pembalikan pengkomposan memrlukan waktu 6 bulan hingga 2 tahun. Aerasi biasanya menjadi faktor utama yang mempengaruhi waktu produksi kompos hingga jadi. Pembalikan juga dikerjakan untuk mengurangi panas berlebih, menambah udara segar, meratakan proses penguraian, meratakan penambahan air, membantu penghancuran bahan menjadi partikel yang lebih kecil. Pemanenan. Kompos jadi berwarna gelap, berupa remah dan berbau seperti tanah. Temperatur tumpukan pada kompos jadi masih lebih tinggi daripada temperatur udara terbuka. Kebanyakan kompos meningkat kualitasnya dengan adanya fase pendiaman. Fase pendiaman adalah membiarkan kompos jadi dalam tumpukan tanpa perlakuan sampai dengan lebih 1 bulan, untuk memaksimalkan bahan kimia dan reaksi dekomposisi terjadi dan kompos menjadi stabil. Tidak tepatnya atau tidak lengkapnya bahan terkomposkan, dapat menimbulkan panas pada saat aplikasi di tanah, sehingga merusak tanaman. Pendiaman tersebut memastikan bahwa proses pengkomposan telah lengkap dan potensi permasalahan tersebut diminimalkan. Sebaiknya fase pendiaman menjadi jaminan tambahan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam penggunaan kompos. Pengemasan Kompos yang telah diayak dikemas dalam kantong untuk keperluan pemasaran. Kompos terkemas dapat dismpan di gudang yang ada pelindungnya dan aman dari jamur dan hama bibit yang dapat terbawa oleh angin.

Masalah Bau tidak sedap

Penyebab Terlalu padat (kurang oksigen) Terlalu lembab

Solusi Balik tumpukan untuk meningkatkan sirkulasi udara Balik tumpukan atau tambahkan bahan yang kering
Dikeluarkan oleh: Tanggal:

Program Studi / Bidang Studi:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-11

dan banyak pori-pori seperti serbuk gergaji Tumpukan basah tapi tidak panas Tidak cukup nitrogen Bahan terlalu basah Tambah pupuk atau potongan rumput segar Biarkan tumpukan mengering, balik tumpukan untuk mengeringkan bagian tengah atau beri tambahan bahan kering Tumpukan tidak terlalu runcing, tambah air untuk melembabkan Tambah bahan kaya karbon, seperti serbuk gergaji, potongan kayu, jerami dan balik tunpukan Kurangi ukuran tumpukan Balik tumpukan Perbesar tumpukan atau tutup sisi tumpukan Tambah air saat membalik tumpukan Balik tumpukan Campur sumber nitrogen seperti potongan rumput, kotoran ternak atau pupuk Besarkan ukuran tumpukan, atau tutup tumpukan dengan suatu lapisan bahan, seperti dengan jerami Hilangkan daging dan makanan berlemak dari tumpukan, atau tutup dengan lapisan tanah atau serbuk gergaji; buat penghalang agarbinatang tidak bisa masuk; balik tumpukan untuk maeningkatkan temperatur

Kering dan tidak terjadi proses pengkomposan Bau amonia Temperatur tumpukan tinggi Temperatur tumpukan rendah

Tidak cukup air

Terlalu banyak nitrogen Tumpukan terlalu besar Tidak cukup ventilasi Tumpukan terlalu kecil Tidak cukup lembab Aerasi sedikit Kurangi nitrogen Cuaca dingin

Hama (tikus, serangga)

Adanya sampah daging atau makanan berlemak

Gambar 19. Panduan penyelesaian permasalahan.

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-12

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

0-13

Program Studi / Bidang Studi:

Dikeluarkan oleh:

Tanggal:

Pendidikan Lignkungan Hidup


Nama :

Sukatma - Bekti

20/Dec/12

Halaman:

8 0 0 4 0 4 1 1 9 0 3 0 2 2 1 2 1 2

1-1

You might also like