You are on page 1of 33

UROLITHIASIS

1. Definisi Urolithiasis Urolithiasis adalah terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium dan penimbunan asam urat, sehingga membantuk CaCO3 (kalsium karbonat) pada ginjal atau saluran urin yang dapat menyebabkan kesulitan pengeluaran urin. Bisa terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari ginjal atau di dalam saluran ureter.

2. Insiden Urolithiasis Urolithiasis dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu bulibuli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien seharihari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk menderita batu saluran kemih. Penyakit batu ginjal yang diderita 0,5% penduduk Indonesia ini lebih banyak menyerang kaum pria dibandingkan wanita. Bila 1-2% dari populasi diperiksa kadar kalsium air seninya akan meninggi, tetapi hanya 10% yang terkena penyakit batu ginjal.

3. Klasifikasi Urolithiasis Komposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu kalsium (80%) dengan terbesar bentuk kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. Adapun macammacam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain: a. Batu Oksalat/Kalsium Oksalat Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup besar, sejumlah 30%, 50% yang lain dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat melakukan metabolisme oksalat, sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal dan

asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu oksalat di ginjal/kandung kemih. b. Batu Struvit Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amonium sehingga pH urine makin tinggi. Karbon dioksida yang terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis. c. Batu Urat Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik). Batu urat dapat juga terbentuk karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin). Penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin menjadi asam sehingga terjadi pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu terbentuknya batu urat. d. Batu Sistina Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut

akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu. e. Batu Kalium Fosfat Batu ginjal berbentuk batu kalium fosfat dapat terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium fosfat juga dapat terjadi karena asupan kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya endapan kalium di dalam tubuh yang akan menyebabkan timbulnya batu ginjal.

4. Etiologi Urolithiasis Beberapa faktor yang menjadi etiologi pembentukan batu, antara lain meliputi: a. Hiperkalsiuria Kelainan ini dapat menyebabkan hematuria tanpa ditemukan pembentukan batu. kejadian hematuria diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh ekskresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentukan batu kalsium idiopatik. b. Hiposituria Suatu penurunan ekskresi inhibitor perbentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal. c. Hiperurikosuria Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium. d. Penurunan jumlah air kemih Keadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan yang sedikit. selanjutnya dapat menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih. e. Hiperoksaluria Merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. ekskresi oksalat air kemih normal di bawah 45 mg/hari (0,5 mmol/hari).

f. ISK Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme pemecah urea (Proteus mirabilis). g. Dehidrasi Kurangnya cairan tubuh yang menyebabkan produksi air seni sedikit dan pekat. Pada mereka yang setiap hari bekerja di udara terbuka (petani, pekerja lapangan) atau di ruang mesin yang panas, terutama yang kurang minum, akan cepat menimbulkan efek perubahan keasaman atau kebasaan air seni. Masalahnya, di sini faktor penghambat pembentukan batu jadi berkurang atau hilang sama sekali.

Beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal antara lain: a. Gaya hidup Penyakit gagal ginjal juga banyak dipengaruhi makanan. Semakin makmur suatu masyarakat, semakin banyak terjadi endapan batu pada ginjal, dibandingkan pada kandung kemih. Konsumsi minuman dan makanan yang kurang higienis memicu terjadinya air seni pekat, sehingga memudahkan terbentuknya infeksi atau kristal batu pada kandung kemih. Sebaliknya pola makan masyarakat maju yang cenderung memilih makanan berkadar kalsium-oksalat (misalnya makanan dengan olahan bahan susu, minuman cola, makanan bergaram tinggi, makanan manis, vitamin C dosis tinggi, kopi, teh kental, dll.) serta asam urat (tinggi protein), memudahkan terbentuknya endapan pada piala ginjal karena konsentrasi air seni cepat meningkat. Konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi pada seseorang yang secara genetik berbakat, akan memudahkannya terserang penyakit ini. Pada orang berbakat batu, mengkonsumsi 100-300 mg vitamin C setiap hari, memudahkan terbentuknya batu. Hal ini disebabkan vitamin C mengandung kalsium oksalat tinggi. Vitamin D dosis tinggi juga dapat menyebabkan absorbsi kalsium ke dalam usus meningkat. Obat sitostatik untuk penyakit

kanker pun memudahkan pembentukan batu karena meningkatkan asam urat. Jenis minuman yang dikonsumsi juga berpengaruh dalam

pembentukan batu ginjal. minuman soft drink lebih dari 1 liter per minggu menyebabkan pengasaman dengan asam fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit batu. kejadian ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih serta mengurangi kadar sitrat air kemih. Jus apel dan jus anggur juga dihubungkan dengan peningkatan risiko pembentukan batu. b. Lingkungan Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah suhu. Penduduk yang tinggal di wilayah yang suhunya dingin akan cenderung sedikit minum, sehingga produksi urin menjadi pekat dan sedikit. c. Imobilitas Terjadi peningkatan kalsium dalam urine karena mobilisasi kalsium tulang akibat seseorang tidak lagi bisa bergerak karena sakit lumpuh.

5. Patofisiologi Urolithiasis Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah : a. Teori Nukleasi Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih. b. Teori Matriks Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristalkristal batu. c. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain: magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.

Batu ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garamgaram yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu (kalkulus) ginjal dapat juga terbentuk dari timbunan kristal pada air seni pada ginjal atau pelvis ginjal. Seringkali batu ini tersusun atas kalsium oksalat. Terjadinya infeksi atau buang air kecil kurang teratur dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Kadang munculnya batu ginjal terjadi pada saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika kelenjar paratiroid kelebihan memproduksi air seni. Terkadang batu tersebut dapat terbentuk ketika tingkat asam urat dalam darah terlalu tinggi, biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak mengkonsumsi kalsium dan oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan dengan pembentukan batu ginjal ini. Pada banyak kasus yang ada, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Batu ginjal dapat menyebabkan peradangan atau infeksi, pendarahan, sakit pada saat buang air kecil, atau kencing tidak lancar. Namun batu yang kecil cenderung mengalir. Selain batu kalsium oksalat (60-80%), ada lagi campuran kalsium oksalatfosfat yang sifatnya lebih keras. Pada pemeriksaan radiologi, batu ini tampak putih seperti tulang karena kandungan kalsiumnya lebih tinggi. Ada lagi batu tripel fosfat (10-15%) yang tersusun dari kalsium-magnesium-ammonium fosfat (struvite). Batu ini terbentuk akibat infeksi saluran kemih karena kuman golongan

Proreous, Pseudomonas, Klebsicla, atau Stafilok. Bentuk batu menyerupai tanduk rusa karena mengisi saluran kemih yang berbentuk seperti tanduk rusa. Lalu ada batu sistin yang terjadi akibat faktor genetik. Namun campuran fosfat dan sistin ini jarang terjadi. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine. Batu ginjal bervariasi ukurannya, dapat bersifat tunggal atau ganda. Batu-batu tinggal dalam pasu ginjal atau dapat masuk ke dalam ureter dan dapat merusak jaringan ginjal. Batu yang besar akan merusak jaringan dengan tekanan atau mengakibatkan obstruksi, sehingga terjadi aliran kembali cairan. Kebanyakan batu ginjal dapat terjadi berulang-ulang. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan mengakibatkan pembengkakan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

6. Manifestasi Klinis Urolithiasis Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala yang lebih nyata seperti sakit atau pegal pinggang bawah yang kadang-kadang terasa sampai ke perut depan bawah, terjadi kolik (sumbatan mendadak pada saluran atau ureter yang mengakibatkan sakit luar biasa karena

batu tajam yang turun ke saluran menyebabkan mengembangnya saluran) yang sering diiringi muntah dan berkeringat banyak. Gejala lainnya adalah perut membesar, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Bila batu menyangkut di kandung kemih, dapat timbul nyeri pada daerah atas kemaluan saat buang air kecil, buang air kecil tidak tuntas dan pancaran air seni tidak kuat.

7. Pemeriksaan Diagnostik Urolithiasis Dokter akan menanyakan beberapa gejala yang dapat dialami penderita urolitiasis, seperti gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas, kemudian melakukan beberapa tes sebagai berikut: a. Urinalisis Warna urin mungkin kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan mineral, bakteri, pus. pH mungkin asam (meningkatkan sistin, dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat). b. Urine (24 jam) Urine 24 jam dapat menunjukkan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin. c. Kultur Urine Kultur urine mungkin dapat menunjukkan ISK (Staphilococcus aureus, Proteus, Klebsiela, atau Pseudomonas). d. Survei Biokimia Untuk mengetahui adanya peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein, dan elektrolit. e. BUN/kreatinin serum dan urin Keadaan yang abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urin) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia / nekrosis.

f. Kadar Klorida dan Bikarbonat Serum Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat

menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. g. Hitung Darah Lengkap SDP mungkin meningkat yang menunnjukkan infeksi / septisemia. SDM biasanya normal. Hb/Ht dapat menjadi abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/gagal ginjal). h. Hormon Paratiroid Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urin). i. Foto Ronsen KUB Dapat menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. j. IVP Dapat memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli. k. Sistoureterokopi Merupakan visualisasi langsung kandung kemih dan ureter yang dapat menunjukkan batu dan/atau efek obstruksi. l. Ultrasound Ginjal Dapat untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

8. Penatalaksanaan Urolithiasis Cara penatalaksanaan batu ginjal dan kemih memang bervariasi. Yang utama dicari kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Apabila letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Apabila ginjal yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Adakalanya khusus dibuat jalan

pintas aliran air seni bila sumbatan batu sulit atau tidak bisa dihilangkan, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Kemungkinan kambuh memang bisa terjadi apabila penderita kurang memperhatikan kesehatannya. Pada umumnya batu kandung kemih tidak kambuh lagi, tapi tidak demikian dengan dengan batu pada ginjal. Namun, setiap tindakan seharusnya dapat mengenyahkan batu sampai bersih. Setelah dikeluarkan batu dianalisa kembali jenisnya, penyebab terjadinya batu, bagaimana terbentuknya, dan seterusnya. Yang secara teknis sulit dihancurkan atau dibersihkan apabila letak batu jauh dari pusat saluran kemih, atau jumlahnya banyak dan tersebar. Paling repot kalau tidak mungkin dilakukan operasi besar pada diri pasien karena kondisinya lemah atau mempunyai penyakit lain. Dalam kasus seperti itu tentu sebelum tindakan dilakukan perlu dipelajari secara saksama kadar zat pembentuk batu dengan memeriksa kadar zat pembentuk dalam urine(ditampung selama 24 jam) kemudian bisa dianalisis konsentrasi adanya zat-zat tersebut. Baru kemudian tindakan apa yang paling tepat dan aman bisa dilakukan. Batu bukan organik (kalsium oksalat dan fosfat) biasanya tidak bisa larut hanya dengan obat-obatan, jadi harus dilakukan tindakan seperti di atas tadi. a. Mengatasi Gejala (Medikamentosa) Ditujukan untuk batu ginjal yang ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan banyak minum supaya dapat mendorong batu keluar. Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau infeksi di dalam sumbatan saluran kemih. nyeri akibat batu saluran kemih dapat dijelaskan melalui dua mekanisme, yaitu: dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan pelepasan mediator sakit. Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain: anti spasmodik bila ada kolik, anti mikroba bila ada infeksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam urat dengan alopurinol

10

b. Pengambilan Batu 1) Endourologi Endourologi adalah tindakan di bidang urologi secara invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kencing dengan menghancurkan batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui uretra atau melalui irisan kecil pada kulit. Keuntungannya, tidak nyeri, penyembuhan lebih cepat dan waktu rawat inap lebih singkat. Endourologi meliputi litotripsi, Percutaneous nephroletomy, dan Ureterorenoscopic. a) Litotripsi Litotripsi yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Litotripsi ada beberapa macam antara lain ESWL dan Percutaneous Lithotripsy. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Sebelum batu ditembak, dilakukan foto rontgen untuk mengetahui posisi batu. Kemudian melalui layar monitor, dicari lagi sasaran yang tepat. Di sini pasien tidak harus dibius. Posisi pasien telentang atau telungkup tergantung letak batu. Setelah tembakan berulang kali tepat sasaran, pecahan batu akan keluar bersama air seni (kencing bercampur darah selama 12 jam). Agar pasien tidak kesakitan tentu proses penembakan tidak boleh dengan tekanan tinggi. Percutaneous Lithotripsy (tusukan pada kulit) Metode percutaneous lithotripsi berupa alat nefroskop (alat teropong mirip bor kecil) yang dilengkapi alat penghantar gelombang getar ultrasosonik, dimasukkan ke dalam ginjal

11

melalui lubang sayatan di panggul. Dengan gelombang getar ultrasonik tersebut, batu dapat dipecahkan dan disingkirkan, kemudian pecahan juga keluar bersama air seni. Mungkin penderita akan merasa nyeri sewaktu kencing keluar melalui kateter karena saluran kencing agak terhalang oleh pecahan batu tadi. Pemecahan batu dengan kedua alat tersebut mengharuskan pasien tinggal di rumah sakit selama 2 - 3 hari sampai kencing jernih kembali. Setelah seminggu pasien bisa kembali aktif. b) Perkutaneus nefrolitomi Perkutaneus nefrolitomi yaitu prosedur untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu. c) URS (Ureterorenoscopic) Memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.

2) Sinar laser Tipe laser yang digunakan semula adalah tipe pulse dye. Belakangan sejak Agustus 1997 RS PGI Cikini menggunakan laser tipe Ho:Yag atau Holmium asal AS. Caranya, melalui saluran ureta dimasukkan selang fiber mini, yang langsung dapat mengenai batu sasaran. Apabila tipe pulse dye hanya untuk batu ginjal atau kemih saja, tipe Holmium ini lebih multiguna. Misalnya juga untuk pengobatan pembesaran atau infeksi prostat serta tumor jinak kandung kemih. Holmium ini pandai mengatur frekuensi tembakan agar batu tidak terdorong ke atas. Jarak antara selang fiber dengan batu paling-paling hanya 1 mm. Dengan sistem gelombang pulsasi batu dengan segera bisa

12

dipunahkan. Tindakan dengan mesin canggih ini dinilai lebih cepat (1,5 jam untuk batu besar), risiko perdarahan atau kerusakan jaringan sekitarnya hampir tidak ada serta nyeri pascaoperasi dan risiko komplikasi hampir tidak terasa. Penderita tidak perlu menginap di rumah sakit, bisa langsung pulang begitu kesadaran sudah pulih. Komplikasi berupa terasa sedikit demam dan nyeri setelah tindakan, yang bisa diatasi dengan obat antibiotika. Sedangkan terciptanya semacam kepulan debu (perforasi) akibat sistem pulsasi tadi, bisa diatasi dengan mengalirkan terus menerus cairan NaCl fisiologis. Untuk menangani batu pada kantung kemih misalnya, diperlukan pulsasi rata-rata 10-20 kali per detik. Untuk batu saluran kemih (ureter) hanya 5-10 kali per detik. Di sini pasien perlu dibius dan kondisi jantung, paru-paru dan ginjal harus baik agar sasaran tercapai dengan sukses.

3) Pembedahan a) Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter. b) Bedah terbuka Bedah terbuka meliputi beberapa klasifikasi, antara lain: Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu berukuran besar (batu staghorn). Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter. Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria. Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra.

9. Pencegahan Urolithiasis Pengobatan serta pencegahan agar tidak kambuh banyak ditentukan oleh jenis batunya. Misalnya batu kalsium akibat ekskresi kalsium yang meningkat di air seni dapat dicegah atau dikurangi dengan mengurangi asupan kalsium dalam

13

makanan seperti makanan olahan dari susu sapi, tinggi kedelai misalnya. Atau, dokter memberikan obat yang berkhasiat mengurangi ekskresi kalsium. Untuk jenis batu ekskresi asam urat biasanya diberikan obat alupurinol yang dapat mengurangi batu kambuhan dari asam urat. Karena batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam maka perlu juga pengubahan suasana keasaman misalnya dengan garam natrium bikarbonat di samping obat alupurinol tadi. Sedangkan batu yang tidak disertai adanya ekskresi kalsium atau asam urat tinggi, dicoba dengan minum banyak dulu, belum perlu obat. Bagi seseorang yang berbakat penyakit batu ginjal atau batu kemih, hendaknya selalu memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari. Minum air putih paling tidak 5-8 gelas sehari. Soto jerohan sapi, es krim, keju, milk shake, kopi, cola yang terlalu banyak akan memudahkan pembentukan batu dalam ginjal. Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, beberapa cara yang disarankan antara lain : a) Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih encer sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk saling menyatu. Dengan minum banyak, air seni biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi. b) Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap semalamam tergantikan dengan yang baru. c) Jangan menahan kencing; kencing yang tertahan dapat menyebabkan urin menjadi lebih pekat, atau infeksi saluran kemih. Urin yang pekat dan infeksi saluran kemih merupakan faktor pendukung terbentuknya batu. d) Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal e) Banyak makan buah alpukat dengan cara: Minum air seduhan tujuh helai daun alpukat dengan gelas air panas setiap pagi dan sore.

10. Prognosis Urolithiasis Prognosis batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang hebat, tapi biasanya setelah dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen.

14

Memang sering terjadi kambuh lagi, terutama bila tidak didapatkan penyebabnya dan diobati.

11. Komplikasi Urolithiasis Beberapa komplikasi yang sering terjadi, antara lain: a) Timbul kembali batu ginjal. b) Infeksi saluran urine. c) Penyumbatan pada ureter. d) Kerusakan sebagian jaringan ginjal. e) Menurunnya atau hilangnya fungsi ginjal yang terkena.

15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN UROLITHIASIS

1. Pengkajian Aktivitas Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi

sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medula spinalis) Sirkulasi Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal Kulit hangat dan kemerahan, pucat Eliminasi Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh Rasa terbakar, dorongan berkemih Diare Tanda : Oliguria, hematuria, piuria Perubahan pola berkemih Makanan/cairan Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen Diet tinggi purin, kalsium okasalat, dan/atau fosfat Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus Muntah Nyeri/kenyamanan Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat pah/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal

16

Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain Tanda : Melindungi, perilaku distraksi Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi Keamanan Gejala : Penggunaan alkohol, Demam, menggigil

Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut marah, apati Faktor-faktor stress multiple, misalnya finansial, hubungan, gaya hidup Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang. Stimulasi simpatis

2. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan. b) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi. c) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pascaobstruksi. d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif/alat (contoh kateter urin) e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia seluler. Kriteria Hasil: 1. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol 2. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat 17

No Mandiri 1

Intervensi
Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar

Rasional
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genetalia sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tibatiba dan hebat dapat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat. Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai dengan waktu (membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping Mengarahkan kembali pehatian dan membantu dalam relaksasi otot Hidrasi kuat meningktkan lewatnya batu, mencegah stasis urine, dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya

Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/ karakteristik nyeri.

Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapeutik Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perineal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut.

Kolaborasi 7
Berikan obat sesuai indikasi: Narkotik, contoh meperidin (demerol), morfin Antispasmodik, contoh flavoksat (uripas), oksibutin (ditropan) Kortikosteroid Biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.

18

8 9

Berikan kompres hangat pada punggung Pertahankan patensi kateter bila digunakan

Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme Mencegah stasis / retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi

Dx.

Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi. Kriteria Hasil: 1. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya 2. tidak mengalami obstruksi
No Mandiri 1 Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urin. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mngindikasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. Catatan: perdarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jarang. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkt bila kalkulus mendekati pertemuan uterovesikal. Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu. Penemuan batu memungkinkan identifikai tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi. Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan potensial risiko infeksi, gagal ginjal. Intervensi Rasional

Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi

3 4

7 8

Dorong meningkatkan pemasukan cairan Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa. Selidiki keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran. Kolaborasi Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin. Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas

Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. Menetukan adanya ISK

19

Berikan obat sesuai dengan indikasi: Asetazolamid (Diamox), alupurinol (Ziloprim) Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton)

Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika) Agen antigout, contoh alupurinol (Ziloprim) Antibiotic Natrium Bikarbonat

Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan batu asam Mungkin digunakan untuk mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasar seperti hipertiroidisme primer Menurunkan pembentukan batu fosfat Menurunkan produksi asam urat/potensial pembentukan batu Adanya ISK/alkalin urine potensial pembentukan batu Mengganti kehilangan yang tak dapat teraasi selama pembuangan bikarbonat dan/atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin Mungkin diperlukan unuk membantu aliran urine/mencegah retensi dan komplikasi. Catatan: selang mungkin terhambat oleh fragmen batu. Mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentuan batu selanjutnya

Asam askorbat 10 Pertahankan patensi kateter tak menetap (ureteral, uretral, atau nefrostomi) bila menggunakan Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi. Siapkan pasien/bantu untuk prosedur endoskopi, contoh Prosedur Basket

11

12

Stents Ureteral

13

14

Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefrolitotomi, ureterolitotomi. Litotripsi ultrasonik perkuaneus

Kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu dalam kantung kateter Kateter diposisikan di atas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu. Irigasi kontinyu atau intermitten dapat dilakukan untuk membilas ureter dan mempertahankan pH urine Pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter Tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvik/kaliks ginjal atau ureter atas

20

15

Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal (extracorporeal shockwave lithotripsi [ESWL])

Prosedur non-invasif di mana batu ginjal dihancurkan dengan syok gelombang dari luar tubuh.

Dx. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pascaobstruksi. Kriteria Hasil: mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
No 1 Intervensi Mandiri Awasi pemasukan dan pengeluaran Rasional Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat stasis / kerusakan ginjal. Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus. Mempertahankan keseimbangan cairan utnuk homeostasis juga tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar. Dehidrasi dan keidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebihan (muntah dan diare). Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Catatan: penurunan LFG merangsang produksi renin, yang bekerja unuk meningkatkan TD dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal Peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi. Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi. Mempertahankan volume sirkulasi (bila pemasukan oral tidakcukup) meningkatkan fungsi ginjal. Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas

Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.

Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter perhari dalam toleransi jantung.

Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Timbang berat badan tiap hari Kolaborasi Awasi Hb/Ht, elektrolit Berikan cairan intravena

6 7

Berikan diet tepat, cairan jernih,

21

makanan lembut sesuai toleransi. 9 Berikan obat sesuai indikasi, antiemetik, contoh proklorperazin (compazin).

GI/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi. Menurunkan mual/muntah

Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif/alat (contoh kateter urin) Kriteria Hasil : tidak mengalami tanda/gejala infeksi
No 1 2 Intervensi Mandiri Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf Hindari prosedur invasif, instrumen, dan manipulasi kateter tak menetap, kapanpun mungkin, gunakan teknik aseptik bila merawat / memanipulasi IV/area infasif. Ubah sisi/balutan per protokol. Perhatikan edema, drainase purulen Berikan perawatan kateter rutin dan tingkatkan perawatan perianal. Pertahankan sistem drainase urine tertutup dan lepaskan kateter tak menetap sesegera mungkin Dorong napas dalam, batuk dan pengubahan posisi sering Kaji integritas kulit Awasi tanda vital Rasional Menurunkan risiko kontaminasi silang Membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini / pengobatan terjadinya infeksi dapat mencegah sepsis.

Menurunkan kolonisasi bakteri dan resiko ISK asenden

5 6

Mencegah atelektasis dan memobilisasi sekret untuk menurunkan risiko infeksi paru. Ekskoriasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder Demam dengan peningkatan nadi dan pernapasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari proses inflamasi meskipun sepsis dapat terjadi tanpa respons demam Peningkatan SDP dapat mengindikasikan infeksi umum Memastikan infeksi dan identifikasi organisme khusus membantu pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.

7 8

Kolaborasi Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh SDP dengan diferensial Ambil spesimen untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai idikasi

22

Dx. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi Kriteria hasil: 1. Menyatakan pemahaman proses penyakit 2. Menghubungkan gejala dan faktor penyebab 3. Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan
No Mandiri 1 Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari atau 6-8 L/hari. Dorong pasien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan / berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak Kaji ulang program diet, sesuai individual Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan / dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari. Diet tergantung pada tipe batu. Pemahaman alasan pembatasan memberikan kesempatan pada pasien membuat pilihan informasi, meningkatkan kerja sama dalam program dan dapat mencegah kekambuhan. Menurunkan pemasukan oral terhadap prekursor asam urat. Menurunkan risiko pembentukan batu kalsium Menurunkan pembentukan batu kalsium oksalat Mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tak larut dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain. Catatan: dapat menyebabkan konstipasi. Intervensi Rasional

Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum. Alkohol. Diet rendah kalsium, contoh membatasi keju, susu, sayur berdaun hijau, yoghurt. Diet rendah oksalat, contoh pembatasan coklat, minuman mengandung kafein, bit, bayam Diet rendah kalsium/fosfat dengan jeli karbonat alumunium 30-40 mL, 30 menit pc/jam

23

Diskusikan program obat-obatan, hindari obat bebas dan membaca semua label produk / kandungan dalam makanan

Mendengar dengan aktif tentang program terapi / perubahan pola hidup Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh nyeri berulang, hematuria, oliguria Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap insisi / kateter bila ada

10

11

Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine, tergantung pada penyebab dasar pembentukan batu. Makan produk yang mengandung bahan yang dikontraindikasikan secara individu (contoh kalsium, fosfat) potensial pembentukan obat ulang. Membantu pasien bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi. Dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi serius Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan kemandirian

PRE-OPERATIF Diagnosa Keperawatan a) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi b) Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ketidakakraban dengan lingkungan, ancaman kematian, berpisah dengan sistem

pendukung yang biasa

Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi Kriteria Hasil a) Klien dapat mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan harapan pasca operasi b) Klien akan melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan c) Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen keperawatan

24

No 1 2

Intervensi Keperawatan Mandiri Kaji tingkat pemahaman klien Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan

Rasional Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi, dan setuju untuk mengikuti prosedur, dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan belajar untuk pasien Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi. Penjelasan dari selang dan jalur IV yang diantisipasi (misal selang NG, drain, kateter) dapat mengurangi stress yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak diketahui/diharapkan. Peningkatan pemahaman akan pentingnya aktivitas penampilan dan kerja sama dengan restriksi akan mengurangi kemungkinan komplikasi pasca operasi dan meningkatkan pengembalian secara cepat ke arah fungsi tubuh normal. Meningkatkan pengajaran dan aktivitas pasca operasi Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi (misalnya ruang pemulihan, penetapan ruang pasca operasi) dan juga dimana dan kapan ahli bedah akan berkomunikasi dengan orang terdekat untuk mrngurangi stress dan menjelaskan kesalahan konsep, mencegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien.

Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual. Pembatasan dan prosedur praoperasi/pascaoperasi, misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat/perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskular, kontrol rasa sakit

5 6

Sediakan kesempatan untuk melatih batuk, napas dalam, dan latihan otot Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat

Dx. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ketidakakraban dengan lingkungan, ancaman kematian, berpisah dengan sistem pendukung yang biasa Kriteria Hasil a) Klien dapat menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka.

25

b) Klien dapat tampil santai c) Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang dapat diatasi
No 1 Intervensi Keperawatan Mandiri Sediakan waktu kunjungan oleh personel kamar operasi sebelum pembedahan jika memungkinkan. Diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi yang dapat menakutkan/menjadi perhatian pasien Rasional Dapat menjamin dan meredakan keresahan pasien dan juga menyediakan informasi untuk perawatan intraoperasi formulatif. Mengetahui bahwa lingkungan yang asing dapat menakutkan, dan menghilangkan rasa takut yang berhubungan dengan hal tersebut. Kembangkan rasa percaya/hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing. Rasa takut yang berlebihan atau terusmenerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realistis Pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan Mengurangi ansietas bahwa pasien akan melihat prosedur Menciptakan hubungan dan kenyamanan psikologis Memberikan identifikasi positif, mengurangi rasa takut bahwa mungkin terjadi prosedur yang salah. Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit. Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

Informasikan pasien/orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi Identifikasi tingkat rasa takut yang megharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan.

Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual Catat ekspresi yang berbahaya/perasaan tidak tertolong, preokupasi dengan antisipasi perubahan/kehilangan, perasaan tercekik Beritahu pasien bahwa akan dilakukan general anestesi Perkenalkan staf pada waktu pergantian ke ruang operasi Bandingkan jadwal operasi, grafik, gelang, identifikasi pasien dan tanda tangan persetujuan operasi Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada ruang operasi Berikan petunjuk/penjelasan sederhana pada pasien. Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan

6 7 8

10

11

Kontrol stimuli eksternal

26

12

13

14

Kolaborasi Rujuk pada perawatan oleh kerohanian/spiritual, spesialis klinis perawat psikiatri, konseling psikiatri jika diperlukan Diskusikan penundaan pembedahan dengan dokter, anestesiologi, pasien, dan keluarga sesuai kebutuhan Berikan obat sesuai indikasi, misal sedatif

Konseling profesional mungkin dibutuhkan pasien untuk mengatasi rasa takut Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang/teratasi Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan, meningkatkan kemampuan koping.

INTRA OPERASI Diagnosa Keperawatan a) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktif antara individu dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur fisik dan lingkungan, pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zatzat anestesi), dan lingkungan internal (faktor pembekuan darah, kerusakan kulit) b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen.

Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktif antara individu dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur fisik dan lingkungan, pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zat-zat anestesi), dan lingkungan internal (faktor pembekuan darah, kerusakan kulit)

Kriteria Hasil a) Mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu b) Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber-sumber secara tepat
No 1 Intervensi Keperawatan Mandiri Lepaskan gigi palsu atau kawat gigi sesuai protokol pra operasi. Informasikan ahli anestesi akan gigi yang telah dilepaskan Rasional Benda asing dalam tubuh dapat teraspirasi selama intubasi/ekstubasi selang endotrakhea

27

Singkirkan alat buatan pada praoperasi atau setelah induksi, tergantung pada perubahan sensori/persepsi dan ketidakseimbangan mobilitas

Lepaskan perhiasan pada masa praoperasi

Periksa identitas pasien dan jadwalkan prosedur operasi dengan membandingkan grafik pada pasien dan jadwal pembedahan. Pastikan secara verbal nama, prosedur, dan dokter yang tepat. Stabilkan kereta pasien dan meja operasi pada waktu memindahkan pasien ke dan dari meja operasi.

Lensa kontak dapat menyebabkan abrasi kornea pada waktu pasien berada dalam anestesi, kacamata dan alat pendengaran bersifat obstruktif dan dapat pecah. Bagaimanapun juga pasien akan merasa lebih dapat mengontrol lingkungan jika alat bantu dengan dan penglihatan dibiarkan selama mungkin Benda-benda yang terbuat dari logam akan berkonduksi dengan alat-alat elektrik dan membahayakan tubuh terhadap pemakaian elektrokauter Memastikan pasien dan prosedur yang tepat

Antisipasi gerakan, jalur, dan selang yang tidak berhubungan selama melakukan pemindahan dan mengamankan atau mendukung mereka pada posisi yang tepat. 7 Amankan pasien pada meja operasi dengan sabuk pengaman pada paha sesuai kebutuhan. Menjelaskan perlunya restrain. 8 Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi yang dibutuhkan sesuai prosedur operasi dan kebutuhan spesifik pasien. 9 Ekstremitas diletakkan sedemikian rupa sehingga tim operasi dapat secara periodik memeriksa keselamatan, sirkulasi, tekanan saraf, dan posisi tubuh. 10 Pastikan keamanan elektrikal dari alatalat yang digunakan selama prosedur

Kereta/meja yang tidak stabil dapat terpisah, menyebabkan pasien terjatuh. Kedua sisi rel harus berada pada posisi di bawah agar pemberi perawatan dapat membantu pasien memindahkan dan mencegah kehilangan keseimbangan. Mencegah terjadinya tegangan dan dislokasi, jalur IV, selang NG, kateter, dan selang dada. Pertahankan gravitasi jika diperlukan. Meja di ruang operasi dan papan lengan sangat sempit dan pasien ataupun lengan dan kaki dapat terjatuh yang akan menyebabkan perlukaan. Alat dan bantalan yang dibutuhkan ini sesuai dengan berat, ukuran, dan kondisi pasien. Mencegah terjadinya trauma.

Kegagalan fungsi alat dapat terjadi selama prosedur operasi.

28

operasi. 11 Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan selama prosedur operasi dilakukan. 12 Pastikan dan catat jumlah pemakaian kassa, alat, jarum, dan mata pisau dengan benar.

Kemungkinan terjadi kekurangan cairan yang mempengaruhi keselamatan pemakai obat anestesi, fungsi organ, dan kondisi pasien. Benda asing yang tertinggal dalam rongga badan yang telah dijahit akan menyebabkan peradangan, infeksi, perforasi, dan pembentukan abses.

Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen, prosedur invasif Kriteria Hasil a) Mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi. b) Pertahankan lingkungan aseptik yang aman
No 1 Intervensi Keperawatan Mandiri Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptik Uji kesterilan semua peralatan Rasional Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi. Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya. Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi Gangguang pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi luka. Kontaminasi dengan lingkungan atau kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi. Penampungan akan mencegah penyebaran infeksi pada lingkungan / pasien lainnya dan personel

3 4

Siapkan lokasi operasi menurut prosedur Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi. Tampung cairan dan sisa yang terkontaminasi pada tempat-tempat tertentu di dalam ruang operasi dan kemudian dibuang sesuai dengan metode pembuangan yang telah ditetapkan rumah sakit. Kolaborasi Berikan antibiotik sesuai indikasi

Dapat diberikan bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.

29

POST OPERATIF

Diagnosa Keperawatan a) Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan akumulasi sekret, general anestesi, ketidakmampuan mengontrol bersihan jalan napas. b) Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi), munculnya saluran/selang c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik pada kulit d) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress fisiologis, efek anestesi

Rencana Intervensi Keperawatan Dx. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan akumulasi sekret, general anestesi, ketidakmampuan mengontrol bersihan jalan napas Kriteria Hasil a) Klien akan mempertahankan patensi jalan napas b) Bunyi napas jelas, tidak ada bising
No 1 2 3 Intervensi Keperawatan Mandiri Observasi frekuensi/irama pernapasan. Perhatikan suara stridor Periksa mulut terhadap akumulasi sekret Awasi TTV dan perubahan mental Rasional Dapat mengindikasikan terjadinya gagal napas Mengindikasikan penyebab ketidakefektifan jalan napas Takikardi/peningkatan gelisah dapat mengindikasikan terjadinya hipoksia / pengaruh terhadap pernapasan. Dapat membuka jalan napas Pengeluaran sekret dapat membuka jalan napas

4 5

Berikan posisi jawthrust Lakukan penghisapan/suction terhadap sekret jika diperlukan

Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi), munculnya saluran/selang Kriteria Hasil a) Klien mengatakan bahwa rasa sakit telah berkurang b) Klien tampak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan

30

No 1

2 3 4

Intervensi Keperawatan Mandiri Kaji TTV, perhatikan takikardia, hipertensi, dan peningkatan pernapasan Kaji tingkat nyeri Berikan pasien posisi yang nyaman Dorong penggunaan teknik relasasi, misalnya latihan napas dalam

Rasional Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan Untuk mengetahui kedalaman nyeri Posisi yang nyaman dapat mengurangi tingkat kedalaman nyeri Lepaskan tegangan emosional dan otot. Tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping Dapat menurunkan rasa nyeri

Kolaborasi Berikan analgesik sesuai indikasi

Dx. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik pada kulit Kriteria Hasil a) Klien akan mencapai penyembuhan luka b) Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah komplikasi
No 1 Intervensi Keperawatan Mandiri Beri penguatan pada balutan awal/ penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat Gunakan barier kulit sebelum perekat jika diperlukan. Periksa luka secara teratur. Catat karakteristik dan integritas kulit. Rasional Lindungi luka dari kontaminasi

2 3

Mengurangi resiko terjadinya trauma Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius Menurunnya cairan menandakan proses penyembuhan. Apabila pengeluaran cairan terus-menerus atau adanya eksudat yg bau menunjukkan terjadinya komplikasi Mencegah kontaminasi luka

Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka

Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka

Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress fisiologis, efek anestesi

31

Kriteria Hasil a) Klien akan meningkatkan tingkat kesadaran b) Mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai bantuan
No 1 Intervensi Keperawatan Mandiri Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari pengaruh anestesi. Nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman Kaji kembali pengembalian kemampuan sensorik dan proses berpikir sesuai indikasi Rasional Dukungan dapat membantu menghilangkan ansietas

Stimulus eksternal seperti suara bising, cahaya dapat menyebabkan abrasi psikis akibat pengaruh obat anestesi Pasien yang mengalami pembedahan dan telah melakukan ambulasi harus dapat merawat dirinya sendiri dengan bantuan orang dekat/keluarga.

32

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. Batu Ginjal - Pengertian dan Penyebab Batu Ginjal. http://www.g-excess.com/content/view/481/. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2009 Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. diterjemahkan oleh I Made Kariasa, dkk. Jakarta: EGC Hadipratomo. 2007. Batu Ginjal, Penyebab, dan Pencegahannya.

http://health1000.info/?p=3. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2009 Harnawatiaj. 2008. Batu Ginjal. http://keperawatan-gun.blogspot.com

/2008/05/batu-ginjal.html. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2009 Mayo Clinic (2008). Kidney Stone Channel. U.S. News & World Report. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2009 Moe, Orson W. 2006. Kidney stones: pathophysiology and medical management. The Lancet 367 O'Connor, Anahad. 2008. The Claim: Too Much Cola Can Cause Kidney Problems. The New York Times, January 22, 2008. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2009 Parmar, Malvinder S. 2004. Kidney stones. British Medical Journal 328 (7453): 14201424. Smeltzer, Suzanne C; et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth: Volume 2. Edisi 8. Diterjemahkan oleh Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC

33

You might also like