You are on page 1of 8

I.

Latar Belakang Permasalahan


Ketentuan pasal 29 ayat 1 UUD RI 1945 menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu esensi dari ketentuan tersebut adalah bahwa Pemerintahan Republik Indonesia bertanggung jawab memfasilitasi dan menjaga penyelenggaraan ritual agama yang mana dalam proses penyelenggaraannya, peran dan keterlibatan pemerintah sangat diperlukan demi terciptanya penyelenggaraan ibadah yang aman, tertib, dan lancar sesuai dengan tuntutan agama. Ibadah Haji adalah merupakan Rukun Islam Ke-5 yang harus dijalankan oleh setiap muslim manapun yang mampu di seluruh belahan bumi ini tanpa terkecuali, termasuk di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, maka salah satu tugas penting yang harus dijalankan oleh pemerintah setiap tahunnya adalah memfasilitasi penyelenggaraan ibadah haji. Oleh karena itu, dengan besarnya pemeluk Agama Islam di Indonesia, maka setiap tahunnya penyelenggaraan ibadah haji selalu semarak dengan jamaah haji yang begitu besar. Bahkan dalam setiap tahunnya selalu ada calon jamaah yang tidak mendapatkan/kehabisan kuota padahal Indonesia termasuk pemilik kuota terbesar sedunia. Alangkah ironisnya apabila ternyata penyelenggaraan ibadah haji di negeri ini sering mendapat sorotan publik karena berbagai kendala yang selalu terjadi setiap tahunnya. Dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka semestinya permasalahan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia setiap tahunnya adalah hal yang patut mendapat prioritas perhatian besar dari pemerintah melalui sebuah pengelolaan penyelenggaraan ibadah haji yang baik, profesional, dan memberikan kenyamanan bagi setiap jamaah. Pasal 29 Ayat 2 UUD RI 1945 menetapkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sebagai pemegang otoritas penyelenggaraan ibadah haji, maka semestinya ketentuan pasal 29 ayat 2 UUD RI 1945 tersebut menjadi acuan bagi pemerintah untuk menyelenggarakan sistem manajemen penyelenggaraan ibadah haji yang baik, profesional, dan memberikan kenyamanan bagi jamaah haji demi mewujudkan jaminan negara atas kemerdekaan beribadah tiap-tiap penduduk. Sebagai Rukun Islam ke-5, maka ibadah haji adalah merupakan ibadah penyempurna dari Rukun-rukun Islam lainnya. Oleh karena itu, kekhusyuan dalam menjalankan ibadah haji sangatlah diperlukan dan kekhusyuan tersebut dapat tercipta apabila kondisi

dan situasi dalam menjalankan ibadah haji dapat memberikan kenyamanan bagi jamaah haji. Peristiwa keterlambatan katering pada musim haji tahun 2006 kemarin adalah salah satu contoh bobroknya sistem manajemen penyelenggaraan haji di Indonesia. Belum lagi hal-hal lainya yang terjadi yang mana semakin membuat kenyamanan ibadah haji jamaah sangatlah terganggu. Padahal, biaya yang harus dibayar oleh jamaah untuk menjalani ibadah haji di Indonesia terbilang sangatlah tinggi. Dengan biaya yang tinggi tersebut, jamaah haji di Indonesia masih belum mendapat proses pelayanan yang memadai dan memberikan kenyamanan dam proses menjalani ibadah. Ironisnya lagi bahwa dalam alam bawah sadar jamaah haji Indonesia, fenomena tersebut diterjemahkan sebagai sesuatu yang given atau sebagai cobaan/ujian dari Allah yang akan memperteguh keimanan (memjadi mabrur) bila dapat melaluinya dengan sabar & tawakal, bukan sebuah kesalahan sistem manajemen penyelenggaraan haji. Indonesia telah mempunyai Undang-Undang No. 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Dengan Undang-Undang tersebut, semestinya proses penyelenggaraan ibadah haji dapat lebih optimal diselenggarakan karena telah mempunyai payung hukum yang jelas. Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama Republik Indonesia semestinya dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam proses penyelenggaraan ibadah haji, tetapi hal itu rupanya tidak terjadi di Indonesia. Departemen Agama sebagai pemegang otoritas penyelenggaraan ibadah haji sangatlah tidak memperlihatkan perannya yang jelas yang menjamin proses penyelenggaraan ibadah haji yang baik, profesional dan memberikan kenyamanan bagi para jamaah. Bakornas LDMI PB HMI merasa terpanggil untuk meneliti dan mengupas tuntas persoalan tersebut selain permasalahan ini adalah hal yang perlu disikapi dan dicarikan solusinya secara bersama karena hal tersebut menjadi tugas dan kewajiban Bakornas LDMI PB HMI selaku agen perubahan yang harus mengedapankan kepentingan umat diatas segalanya.
GAMBARAN UMUM Program Penelitian Haji ini diselenggarakan oleh Bakornas LDMI / PB HMI dengan tajuk kegiatan bertema EFISIENSI HAJI; Plus Minus Penyelenggaraan Haji 2007 dengan format penelitian dan kepustakaan yang secara sistematis disusun menjadi: 1. Random Sampling kepada jamaah Haji 2006 dengan target 2000 (dua ribu) orang responden jamaah Haji reguler dan Haji Plus. 2. Adanya data dan pustaka tentang haji Indonesia. 3. Diskusi Publik 4. membuka posko konsultasi dan pengaduan haji 2007 yang dipusatkan di Jakarta dan di Embarkasi Haji tiap daerah yang dilaksanakan oleh

pengurus LDMI HMI Cabang TUJUAN 1. Menanamkan penghayatan keagamaan, khususnya persoalan haji yang menjadi problem kemanusiaan. 2. Menawarkan perspektif baru dalam pengelolaan pemberdayaan dan menyelenggaraan haji agar kemudian tidak terulang kembali kelalaian tersebut. 3. Memberikan penyadaran dan merubah paradigma masyarakat terutama jamaah haji bahwa persoalan tersebut dapat diperbaiki dan murni dari sistem manajemen, bukan sesuatu yang sifatnya mutlak cobaan atau ujuan untuk menjadi haji yang mabrur. 4. Mendorong partisipasi aktif masyarakat kampus dalam upaya penyelesaian problem-problem kemanusiaan. TARGET 1. Lahirnya produk hukum yang lebih berpihak pada jamaah haji. 2. mempertegas pelaksanaan amanat UU No. 17 Tahun 1999 Tentang 3. terciptanya tatanan sistem penyelenggaraan haji yang profesional yang memberikan pelayanan maksimal terhadap jamaah haji Indonesia. 4. Lahirnya kesadaran keberagamaan dalam menjalankan Ibadah Haji. INDIKASI 1. Semakin baik sistem penyelenggaraan dan pelayanan haji kedepan 2. lahirnya para hujjaj yang mabrur lahir dan batin. 3. Semakin besar perhatian pemerintah terhadap kepentingan umat. OUT PUT Adanya sistem penyelenggaraan yang mau dan mampu berpihak pada umat Lahirnya sebuah komitmen sosial dan profesional antara penyelenggara haji dengan pengawas haji/parlemen Menyadarkan (memperbaiki) mainstream umat khususnya para jamaah dan calon jamaah haji Adanya partisipasi masyarakat dalam menyukseskan penyelenggaraan haji. FASILITATOR Bidang LITBANG Bakornas LDMI PB HMI NARASUMBER TEMPAT WAKTU ANGGARAN DANA

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

BAHAN PUSTAKA PENUTUP Demikian Proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan dan kerangka acuan (Term Of References /TOR) Bakornas LDMI PB HMI Billahittaufiq Wal Hidayah Jakarta, 06 Desember 2007 PENGURUS BAKORNAS LDMI PB HMI

AGUSTIA ARDINATA DIREKTUR UMUM

FAHAD FARID WK.SEKRETARIS UMUM

II. Dasar Pemikiran


1. Al Qur`An dan Hadits 2. UUD RI 1945 3. UU No. 17 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

III. Bentuk Kegiatan


1. Penelitian lapangan dan kepustakaan 2. Kajian dari hasil penelitian lapangan dan kepustakaan 3. Audiensi dengan Komisi 8 DPR RI terkait hasil dari kajian yang dilakukan

Badan Koordinasi Nasional Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Quesioner Penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia
1. Apakah Ibadah Haji anda tahun ini adalah ibadah haji yang pertama Ya Tidak Tidak tahu 2. Apa arti Ibadah Haji sebagai Rukun Islam yang ke-5 bagi anda Sebagai pelengkap/penyempurna 4 Rukun Islam yang mengawalinya Sebagai kewajiban mutlak seorang muslim terhadap Allah SWT Sebagai wisata religi belaka Tidak tahu 3. Menurut anda secara umum, bagaimana sistem penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia selama ini Sangat Baik Lumayan baik, hanya perlu perbaikan Buruk Tidak tahu 4. Menurut anda sampai saat ini, apakah sistem penyelenggaraan Ibadah Haji tahun ini sudah cukup memuaskan bagi anda Ya

Tidak Tidak tahu 5. Apa yang anda harapkan dari sistem penyelenggaraan Ibadah Haji tahun ini Dapat memberikan kenyamanan bagi jamaah Setidak-tidaknya mampu membawa ke tanah suci Tidak tahu 6. Menurut anda, apabila terjadi sistem penyelenggaraan haji yang buruk tahun ini sehingga merugikan anda sebagai jamaah haji, maka siapakah yang patut bertanggung jawab ini hanyalah cobaan dari Allah dalam saya sehingga tidak ada pihak yang salah dalam hal ini Pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI Tidak tahu 7. Menurut anda, bagaimana sebaiknya peran pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI, dalam pengelolaan sistem penyelenggaraan haji di Indonesia Berperan lebih aktif dan mengambil tindakan lebih tegas dalam mengawasi sistem penyelenggaraan haji Terus berupaya melakukan evaluasi dari tahun ke tahun agar dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan haji yang baik, profesional, dan memberikan kenyamanan bagi jamaah haji Tidak tahu 8. Sebagai pertanyaan terakhir, apakah tekad anda sudah bulat dan mantap untuk melaksanakan Ibadah Haji tahun

ini Ya Tidak Tidak tahu

Terima kasih atas waktunya, semoga anda dapat melaksanakan Ibadah Haji tahun ini dengan baik hingga dapat mendapatkan haji yang mabrur dan semoga rahmat Allah SWT selalu menyertai anda dimanapun anda berada

You might also like