You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Pengetahuan akan fisika dasar sangatlah dibutuhkan dalam rangka membangun konsep pemahaman terhadap penggunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat fisika sebagai fondasi dari ilmu alam, maka sudah sewajarnyalah bila ilmu fisika menjadi ilmu wajib bagi para ilmuwan, peneliti dan para mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, ilmu fisika pun menjadi semakin kompleks. Gas, sebagai salah satu sifat dan bentuk alam, memiliki karakteristik yang khas. Berbeda dengan bentuk zat lainnya, karakteristik gas sangat erat kaitannya dengan tekanan, temperatur dan volume. Beberapa teori dan hukum yang sangat mempengaruhi dalam pemahaman sifat gas yang diantaranya adalah teori kinetik gas dan hukum termodinamika. Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum. Peninjauan teori ini bukan pada kelakuan sebuah partikel, tetapi diutamakan pada sifat zat secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-partikel zat tersebut. Subyek termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk menghubungkan sifat-sifat material seperti kapasitas panas, koefisien ekspansi, kompresibilitas etc. Terlihat tidak ada hipotesa apa pun tentang sifat-sifat atau penyusun materi. Kedua teori dan hukum tentang gas tersebut sampai sekarang masih digunakan dan masih terus diteliti. Tekanan gas didalam ruang tertutup sama dengan tekanan gas pada dinding tempatnya, yang dipikirkan sebagai akibat tumbukan molekul-molekul gas pada dinding itu, dapat dijabarkan berdasarkan transfer momentum mv sewaktu molekul gas menumbuk perukaan. Gayatumbuk yang merupakan laju momentum yang diterima permukaan itulah yang disebut gaya tekanan. Tekanan adalah gaya tekan per satuan luas pemukaan yang kena gaya.

Keadaan untuk suatu gas di tentukan oleh 4 sifat fisiknya : Tekanan, P Volume, V Suhu, T Jumlah (bil. mol), n
1

Sifat gas umum : 1. Gas mudah berubah bentuk dan volumenya. 2. Gas dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil. Jenis-jenis gas : 1. Gas ideal (sempurna) 2. Gas sejati (alam)

BAB II TEORI GAS IDEAL

A. Pengertian Gas ideal Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsiasumsi sebagai berikut : 1) Terdiri atas partikel dalam jumlah yang banyak dan tidak ada gaya tarikmenarik antarpatikel 2) Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah acak(sembarang) 3) Ukuran partikel diabaikan terhadap ukuran wadah 4) Setiap tumbukan yang terjadi secara lenting sempurna. 5) Partikel-partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam wadah. 6) Gerak partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak. Di dalam kenyataannya, kita tidak menemukan suatu gas yang memenuhi kriteria di atas, akan tetapi sifat itu dapat didekati oleh gas pada temperatur tinggi dan tekanan rendah atau gas pada kondisi jauh di atas titik kritis dalam diagram PT. Molekul-molekul gas didalam suatu ruangan yang dibatasi dinding bergerak kesegala arah dengan tidak beraturan (chaotic motion ). Karena gerakan tidak beraturan tersebut kemungkinan sering terjadi tumbukan antar molekul, sebelum menabrak dinding batas ruangan. Tabrakan molekul ke dinding ruangan tersebut terjadi secara terusmenerus, Yang menimbulkan efek tekanan gas didalam ruangan tersebut. Semakin tinggi temperatur gas, maka semakin besar kecepatan geraknya sehingga menyebabkan momentum tumbukan terhadap dinding semakin besar. Akibatnya tekanan yang terjadi dida lam ruangan akan semakin besar pula. Dari mekanisme gerakan molekul tersebut, maka dapat dibayangkan adanya suatu persamaan matematik hubungan antar variabelproperty gas didalam ruangan, terutama tekanan (P), temperatur (T), dan volume ruangan (V). Volume ruangan juga merupakan variabel karena menentukan jarak lintasan gerak molekul sebelum menabrak dinding. Namun untuk menurunkan persamaan hubungan secara analitis mengalami kesulitan, karena kompleksitas gerakan molekul, adanya gaya tarikmenarik antar molekul, dan pengaruh volume molekul sendiri. Karena itu kemudian diasumsikan adanya suatu jenis gas idea yang mempunyai sifat ideal, sehingga dimungkinkan penurunan

persamaan matematis hubungan antar beberapa variabel dari property gas. Sifat-sifat gas ideal yang diinginkan tersebut tersebut adalah: 1. Gaya tarik-menarik antar molekul gas diabaikan. 2. Total volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruangan.

B. Satuan Mol Persamaan gas ideal dinyatakan dengan: PV=nRT keterangan: P: tekanan gas (atm) V:volume gas (liter) N:jumlah mol gas R: tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K) T; temperatur mutlak (Kelvin) Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama Prinsip Avogrado Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Pada tekanan dan suhu yang sama, volume yang sama bagi gas-gas yang berlainan mengandung bilangan molekul (atau bil. mol) yang sama. V = n (P, T sama) V = konstanta x n Konstanta ini tidak bergantung kepada identitas gas. Persamaan keadaan bagi gas ideal R dinamakan konstanta gas. Nilainya bergantung kepada unit P dan V: R = 8.31451 J K-1 mol-1 [J = kg m2 s-2] = 8.31451 Pa m3 K-1 mol-1 [Pa = kg m-1 s-2] = 8.31451 kPa L K-1 mol-1 = 8.31451 x10-2 L bar K-1 mol-1

= 0.0820578 L atm K-1 mol-1 = 1.9872 cal K-1 mol-1 Berdasarkan eksperimen persamaan keadaan gas yang telah dilakukan dengan mengubah besaran tekanan, volum, dan suhu ternyata ada kesebandingan antara hasil kali tekanan dan volum terhadap suhu yaitu sebagai berikut : PV = T Demikian juga dengan massa system gas setelah divariasi dengan tekanan, volum, dan suhu terdapat kesebandingan yaitu sebagai berikut :

PV = MT

Untuk membuat persamaan mol menjadi sempurna maka diperlukan suatu konstanta pembanding yang nilainya sama untuk semua gas. dari hasil eksperimen nilai konstanta pembanding adalah berbeda untuk setiap gas jika kita menggunakan satuan massa tetapi menggunakan mol. 1 mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang ada pada 12 gram atom karbon-12 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 partikel. bilangan 6,02 x 1023 disebut bilangan avogrado dengan demikian mol zat dapat dinyatakan dalam jumlah partikel n seperti berikut : n = atau n = n na Dimana n = jumlah zat (mol) n = banyaknya partikel (molekul) na = bilangan avogrado (6,02 x 1023) Konstanta perbandingan universal, yang berlaku untuk semua gas adalah r (konstanta gas universal) sehingga persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis manjadi seperti berikut. PV=nRT Dimana: P = tekanan gas (atm atau n/m2) V = volum gas (m3 atau liter) n = jumlah mol gas (mol) R = tetapam gas universal (8,31 j/mol k) T = suhu gas (k)

Oleh karena n = maka persamaan keadaan gas ideal dapat dinyatakan dalam jumlah molekul. PV = RT PV = nkT Dimana k = tetapan boltzman (1,3810-23 j/k) P = tekanan gas (n/m2) V = volum gas (m3) n = jumlah molekul T = suhu gas (k) Jika ditinjau dari sudut pandang mikroskopik, partikel-partikel zat saling memberikan gaya tarik berasal dari sifat elektris maupun gravitasinya (hukum newton tentang gravitasi). selain gaya tarik antarpartikel juga terdapat gaya tolak antarpartikel yang berasal dari sifat elektris inti atom yang bermuatan positif. massa atom terpusat pada inti atom sehingga juka jarak atom terlalu dekat maka akan terjadi gaya tolak yang cukup besar dari atom-atom tersebut. dengan demikian, terdapat jarak minimum yang harus dipertahankan oleh atom-atom tersebut agar tidak terjadi gaya tolak. persamaan keadaan gas ideal Persamaan gas ideal adalah suatu persamaan yang menyetakan hubungan antara tekanan, volume, dan suhu suatu gas. berikut persamaan yang ditemukan dalam bentuk hukum fisika.

C. Hukum-hukum gas ideal


Hukum Boyle (1662) Hukum Boyle mungkin adalah pernyataan paling awal dari persamaan keadaan. Pada 1662, fisikawan dan kimiawan ternama Irlandia, Robert Boyle, melakukan serangkaian percobaan menggunakan tabung gelas bentuk-J yang ujung bagian pendeknya tertutup. Air raksa ditambahkan ke dalam tabung, memerangkap sejumlah tetap gas di ujung tabung yang pendek dan tertutup. Kemudian perubahan volume gas diukur dengan teliti seiring ditambahkannya air raksa sedikit demi sedikit ke dalam tabung. Tekanan gas kemudian dapat ditentukan dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di bagian pendek tabung yang tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka. Melalui percobaan ini, Boyle mencatat bahwa perubahan volume gas berbanding terbalik dengan tekanan. Bentuk matematikanya dapat dituliskan sebagai berikut:

Berdasarkan percobaan yang dilakukannya,Robert Boyle menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas Hukum boyle yang berbunyi bila massa dan suhu suatu gas dijaga konstan maka volum gas akan berbanding terbalik dengan tekanan mutlak. Pernyataan lain dari hukum boyle adalah bahwa hasil kali antara tekanan dan volum akan bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga konstan. secara matematis dapat di tulis PV=C Keterangan: P = tekanan gas (n/ m2 atau pa) V = volum gas (m3) C = tetapan berdimensi usaha

Hukum Charles Seratus tahun setelah Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama om Jacques Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya, om Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun ikt2an bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut2an berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles. Hukum charles berbunyi volum gas berbanding lurus dengan suhu mutlak, selama massa dan tekanan gas dijaga konstan, dikemukakan oleh jacques charles tahun 1787. dengan demikian volum dan suhu suatu gas pada tekanan konstan adalah berbanding lurus dan secara matematis kesebandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. v = kt, dengan k adalah konstanta kemudian untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami perubahan volum dan suhu dari keadaan 1 ke keadaan 2 saat tekanan dan massa dijaga konstan, dapat dirumuskan berikut :

Keterangan: V1 = volum gas mula-mula (m3) V2 = volum gas akhir (m3) T1 = suhu gas mula-mula (k) T2 = suhu gas akhir (k) Hukum Gay Lussac

Setelah Boyle dan Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika, om Joseph Gay-Lussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Jose menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. hubungan inidikenal dengan julukan hukum gay-lussac, dinyatakan oleh joseph gey lussac (1778-1850). secara matematis ditulis sebagai berikut :
P = C.T

Untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami pemanasan dengan volum dijaga tetap, pada proses 1 dan 2 hukum gey lussac dapat ditulis seperti berikut :

Keterangan: P1 = tekanan mula-mula (atm) P2 = tekanan akhir (atm) T1 = suhu mutlak mula-mula (k) T2 = suhu akhir (k)

Hukum Boyle-Guy Lussac Hukum Boyle dan Guy Lussac merupakan penggabungan dari hukum Boyle dengan hukum Guy Lussac. Biasanya di dalam soal rumus yang sering digunakan adalah rumus dari hukum ini. Sekedar trik dari saya, anda bisa menamai hukum ini dengan hukum Boyle dan Guy Lussac , dari hukum ini kita bisa mendapatkan: PV/T=konstan

Hukum tekanan parsial Dalton (1801) Hukum Tekanan Parsial Dalton: Tekanan sebuah campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan masing-masing gas penyusunnya. Secara matematik, hal ini dapat direpresentasikan untuk n jenis gas, berlaku:

Prinsip Avogrado
Pada tekanan dan suhu yang sama, volume yang sama bagi gas-gas yang berlainan mengandung bilangan molekul (atau bil. mol) yang sama. V= n (P, T sama) V = konstanta x n

Hukum Gas Ideal (Dalam jumlah molekul) Kalau sebelumnya Hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah mol (n), maka kali ini hukum gas ideal dinyatakan dalam jumlah molekul (N). Seperti yang telah gurumuda jelaskan sebelumnya, apabila kita menyatakan ukuran zat tidak dalam bentuk massa (m), tapi dalam jumlah mol (n), maka konstanta gas universal (R) berlaku untuk semua gas. Hal ini pertama kali ditemukan oleh alhamrum Amedeo Avogadro (1776-1856), mantan ilmuwan Italia. Avogadro mengatakan bahwa ketika volume, tekanan dan suhu setiap gas sama, maka setiap gas tersebut memiliki jumlah molekul yang sama. Kalimat yang dicetak tebal ini dikenal dengan julukan hipotesa Avogadro (hipotesa = ramalan atau dugaan). Hipotesa Avogadro ini sesuai dengan kenyataan bahwa konstanta R sama untuk semua gas. Berikut ini beberapa pembuktiannya: Pertama, jika kita menyelesaikan soal menggunakan persamaan hukum gas ideal (PV = nRT), kita akan menemukan bahwa ketika jumlah mol (n) sama, tekanan dan
9

suhu juga sama, maka volume semua gas akan bernilai sama, apabila kita menggunakan konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K). Karenanya dirimu jangan pake heran kalau pada STP, setiap gas yang memiliki jumlah mol (n) yang sama akan memiliki volume yang sama. Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter. Volume 2 mol gas = 44,8 liter. Volume 3 mol gas = 67,2 liter. Dan seterusnya ini berlaku untuk semua gas. Kedua, jumlah molekul dalam 1 mol sama untuk semua gas. Jumlah molekul dalam 1 mol = jumlah molekul per mol = bilangan avogadro (NA). Jadi bilangan Avogadro bernilai sama untuk semua gas. Besarnya bilangan Avogadro diperoleh melalui pengukuran : NA = 6,02 x 1023 molekul/mol = 6,02 x 1023 /mol = 6,02 x 1026 molekul/kmol = 6,02 x 1026 /kmol Untuk memperoleh jumlah total molekul (N), maka kita bisa mengalikan jumlah molekul per mol (NA) dengan jumlah mol (n). Hukum gas ideal klasik

Hukum gas ideal klasik dapat dituliskan sebagai berikut: Hukum gas ideal dapat juga diekspresikan sebagai berikut: dimana adalah kerapatan, indeks adiabatik, dan e energi dalam. Bentuk terakhir adalah murni dalam suku-suku kuantitas intensif dan berguna ketika mensimulasikan persamaan Euler karena mengekspresikan hubungan antara energi dalam dan bentuk-bentuk energi lain (seperti energi kinetik), sehingga memperkenankan simulasi untuk mematuhi Hukum Pertama.

D. Keadaan Normal Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam. Persamaan keadaan

10

berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang. Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan yang lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-sifat semua zat pada semua kondisi. Selain memprediksi kelakuan gas dan cairan, terdapat juga beberapa persamaan keadaan dalam memperkirakan volume padatan, termasuk transisi padatan dari satu keadaan kristal ke keadaan kristal lainnya. Terdapat juga persamaan-persamaan yang memodelkan bagian dalam bintang, termasuk bintang netron. Konsep yang juga berhubungan adalah mengenai fluida sempurna di dalampersamaan keadaan yang digunakan di dalam kosmologi.

11

BAB III PENUTUP


Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsiasumsi sebagai berikut :

1. Karakteristik gas ideal sangat bergantung kepada tekanan, temperatur dan volume. 2. Beberapa teori dan hukum yang sangat mempengaruhi dalam pemahaman sifat gas yang diantaranya adalah teori kinetik gas dan hukum termodinamika. 3. Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum. 4. Thermodinamika adalah ilmu mengenai fenomena-fenomena tentang energi yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang dilakukan. 5. Termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk menghubungkan sifat-sifat material seperti kapasitas panas, koefisien ekspansi, kompresibilitas. 6. Cara menghasilkan suhu yang rendah, dapat menggunakan langkah-langkah yang sederhana. dilakukan dengan

Gabungankan hukum-hukum gas, maka didapat : Boyle: P = 1/V (n, T tetap) Charles: V =T (n, P tetap) Gay-Lussac: P = T (n, V tetap) Avogadro: V = n (P, T tetap)

12

SOAL DAN PEMBAHASAN


1) Dalam suatu wadah terdapat 4 liter gas dengan tekanan 4 atm dan suhu 47 0c. kemudian tekanan gas menjadi 1/4 dari tekanan semula dan suhu gas dijaga konstan. berapakah volum gas sekarang? pembahasan : Dik: p1 = 4 atm p2 = p1 = 1 atm t = 470c v1 = 4l Dit: v2 =.? Penyelesaian: dari hukum boyle, pada suhu tetap hubungan yang berlaku adalah : P1.V1 = P2.V2 4 atm.4 L = 1 atm. V2 V2=16 L 2) gas dalam ruang tertutup memiliki volum 1 liter pada tekanan 10 atm dan suhu 470c. gas dipanaskan pada tekanan tetap sehingga suhunya menjadi 770c. berapakah volum gas sekarang? pembahasan Dik: p = 10 atm V1 = 1l T1 = 470c = 320 k T2 = 770c = 350 k Dit:V2.? Penyelesaian: pada tekanan tetap berlaku hubungan seperti berikut.

V1.T2=V2.T1 V2= 1,094 liter 3) gas dalam ruang tertutup memiliki volum 2,5 liter, tekanan 2 atm, dan suhu 270c. berapakah tekanan gas tersebut jika suhu dinaikan menjadi 670c pada volum tetap? pembahasan : Dik: v = 2,5 l p1 = 2 atm = ==> p2 = p1 ==> p2 = x 2
13

t1 = 270c = 300k p2 = 2.27 atm t2 = 670c = 340k jadi, tekanan gas pada suhu 670c adalah 2,27 atm Dit: p2? Penyelesaian: pada volum tetap berlaku hukum gey lussac,

P1.T2=P2.T1 P2= 2,27 atm 4) Volume gas oksigen pada STP = 20 m3. Berapa massa gas oksigen ? Pembahasan Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter = 22,4 dm3 = 22,4 x 10-3 m3 (22,4 x 10-3 m3/mol) Volume gas oksigen pada STP = 20 m3 Massa molekul oksigen = 32 gram/mol (massa 1 mol oksigen = 32 gram). Dengan demikian, massa gas oksigen adalah : 32 gram 5) Sebuah tangki berisi 4 liter gas oksigen (O2). Suhu gas oksigen tersebut = 20oC dan tekanan terukurnya = 20 x 105 N/m2. Tentukan massa gas oksigen tersebut (massa molekul oksigen = 32 kg/kmol = 32 gram/mol) Pembahasan P = Patm + Pukur = (1 x 105 N/m2) + (20 x 105 N/m2) = 21 x 105 N/m2 T = 20 oC + 273 = 293 K V = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3 R = 8,315 J/mol.K = 8,315 Nm/mol.K Massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol Massa O2 = ? Massa gas oksigen = 110 gram = 0,11 kg
6)

16 gram gas Oksigen (M = 32 gr/mol) berada pada tekanan 1 atm dan suhu 27oC. Tentukan volume gas jika: a) diberikan nilai R = 8,314 J/mol.K b) diberikan nilai R = 8314 J/kmol.K

14

Pembahasan a) untuk nilai R = 8,314 J/mol.K Data : R = 8,314 J/mol.K T = 27oC = 300 K n = 16 gr : 32 gr/mol = 0,5 mol P = 1 atm = 105 N/m2

b) untuk nilai R = 8314 J/kmol.K Data : R = 8314 J/kmol.K T = 27oC = 300 K n = 16 gr : 32 gr/mol = 0,5 mol P = 1 atm = 105 N/m2

7)

Gas bermassa 4 kg bersuhu 27oC berada dalam tabung yang berlubang.

Jika tabung dipanasi hingga suhu 127oC, dan pemuaian tabung diabaikan tentukan: a) massa gas yang tersisa di tabung b) massa gas yang keluar dari tabung c) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa awal gas d) perbandingan massa gas yang tersisa dalam tabung dengan massa awal gas e) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa gas yang tersisa dalam tabung

15

Pembahasan Data : Massa gas awal m1 = 4 kg Massa gas tersisa m2 Massa gas yang keluar dari tabung m = m2 m1 a) massa gas yang tersisa di tabung

b) massa gas yang keluar dari tabung

c) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa awal gas

d) perbandingan massa gas yang tersisa dalam tabung dengan massa awal gas

e) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa gas yang tersisa dalam tabung

16

DAFTAR PUSTAKA www.google.com Wikipedia Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga

17

You might also like