You are on page 1of 147

STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim

Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh: Yuddi Yustian A14204057

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

RINGKASAN YUDDI YUSTIAN. STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG).

Perubahan sistematika pemilihan kepala daerah yang ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi dari Undang-undang No. 22 Tahun 1999, telah mengubah tata cara pemilihan kepala daerah yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjadi dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Perubahan tata cara pemilihan tersebut juga merubah cara-cara dan pendekatan kampanye politik yang dijalankan oleh masing-masing pasangan calon. Saat pemilihan dilakukan oleh DPRD, kampanye dengan cara lobi politik kepada anggota dewan lebih diutamakan, sedangkan dalam pemilihan secara langsung oleh masyarakat, pengenalan calon kepala daerah kepada masyarakat melalui kampanye politik yang melibatkan masyarakat dijadikan cara utama untuk menarik perhatian dan suara dari konstituen yaitu masyarakat daerah setempat. Kampanye dalam pemilihan kepala daerah dilakukan dengan beragam teknik kampanye, yang dihasilkan melalui tahapan perencanaan kampanye politik yang meliputi tahap perencanaan anggaran dan pendanaan kampanye, konsolidasi internal dan eksternal tim kampanye, segmentasi sasaran kampanye, targeting sasaran kampanye, dan positioning yang dinyatakan dalam bentuk slogan kampanye. Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik

diyakini akan membentuk suatu citra politik bagi pasangan calon yang dikampanyekan. Citra politik yang menarik dan dianggap penting oleh masyarakat akan mendorong pemilih untuk menjatuhkan pilihan politiknya kepada calon tersebut. Subjek dari penelitian ini adalah pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana (DAI) yang berstatus sebagai calon incumbent dan didukung oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat, dan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (HADE) sebagai calon pendatang baru yang didukung oleh PKS dan PAN. Perbedaan status antara kedua calon kepala daerah tersebut diyakini akan mempengaruhi teknik-teknik dan bentuk kampanye politik yang dijalankan oleh kedua pasangan calon kepala daerah. Penelitian dalam skripsi ini memfokuskan pada aspek perencanaan strategi kampanye politik, kegiatan kampanye politik yang dilakukan, kesesuaian citra antara yang ditangkap oleh pemilih dan citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye politik, serta perbandingan strategi kampanye politik dari tim kampanye calon gubernur incumbent dan calon gubernur pendatang baru, di Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus tipe instrumental, untuk mengetahui proses dan tahapan perencanaan kampanye politik, serta teknik dan bentuk kampanye politik yang digunakan oleh tim kampanye pasangan calon kepala daerah incumbent dan pendatang baru. Pada penelitian ini juga digunakan metode polling untuk mengukur kesesuaian citra yang ditangkap oleh pemilih DAI dan HADE di Kota Bogor, dengan citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye mereka. Jumlah responden polling dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu

30 responden yang memilih pasangan DAI dan 30 responden yang memilih pasangan HADE. Responden tersebut dipilih dari tiga kecamatan di Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Utara, dan Kecamatan Tanah Sareal. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa mekanisme kerja tim kampanye HADE yang bekerja berdasarkan masing-masing partai politik pendukung menjadi HADE PKS dan HADE PAN, ternyata lebih efektif dalam menjalankan kegiatan kampanye yang hanya berlangsung kurang dari dua minggu. Sementara itu tim kampanye DAI yang anggota-anggotanya berasal dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, justru mengalami berbagai hambatan yang menyebabkan kondisi saling tunggu karena sulitnya koordinasi antara anggota-anggota tim kampanye dari parpol yang berbeda. Selain itu jumlah dana, konsolidasi internal dan eksternal yang dilakukan, targeting sasaran kampanye, serta kalimat positioning, ternyata mempengaruhi bentuk-bentuk kegiatan kampanye yang dilakukan dan pada akhirnya berperan menjadi faktor-faktor yang berpengaruh untuk memenangkan pemilihan kepala daerah. Teknik kampanye yang dijalankan juga berpengaruh terhadap peluang untuk memenangkan pemilihan kepala daerah. Teknik-teknik kampanye yang menggunakan model komunikasi satu-satu ternyata lebih efektif untuk meraih simpati dan dukungan masyarakat dibandingkan model komunikasi satu-banyak. Model komunikasi satu-satu tersebut digolongkan ke dalam teknik kampanye dari rumah ke rumah, yang dilakukan dengan cara mendatangi dan menjelaskan biografi pasangan calon, visi-misi, dan program kerja yang akan dijalankan jika nanti terpilih. Penggunaan perjanjian kontrak politik antara pasangan calon dengan masyarakat juga meningkatan rasa kepercayaan masyarakat kepada calon

yang melakukan perjanjian kontrak politik. Selain itu, bentuk-bentuk kampanye yang inovatif dan bermanfaat untuk masyarakat juga turut mempengaruhi pilihan politik masyarakat. Usia dan tingkat pendidikan pemilih ternyata tidak mempengaruhi kesesuaian citra politik pasangan calon kepala daerah yang ditangkap oleh pemilih dan yang dikomunikasikan oleh tim kampanye. Persentase kesesuaian citra dari kedua pasangan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemilih pasangan DAI dan HADE yang lebih dari 50 persen (kecuali pemilih HADE yang berpendidikan menengah yaitu sebesar 30 persen), menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kemampuan individu dalam menangkap citra dengan tepat. Faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasangan HADE antara lain adalah, penggunaan strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pasangan muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu. Sementara itu faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan pasangan DAI antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye dan partai ke tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi panggung yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari pasangan DAI, dengan pandangan masyarakat mengenai pasangan DAI.

STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh: Yuddi Yustian A14204057

SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama NRP Judul : Yuddi Yustian : A14204057 : STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat) Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS NIP. 131 879 331

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus:

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL STRATEGI PENDATANG KAMPANYE BARU POLITIK CALON INCUMBENT KEPALA DAN

DALAM

PEMILIHAN

DAERAH

(Studi Kasus: Tim Kampanye Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.

Bogor, September 2008

Yuddi Yustian A14204057

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yuddi Yustian, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yang dilahirkan di Bandung pada tanggal 2 Desember 1985 dari orangtua bernama Buntara, SE dan Kenny Afantini. Pendidikan formal penulis dimulai di SD Negeri Pengadilan 5 Bogor dan lulus pada tahun 1997, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan di SMU PGRI I Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi pengurus pada beberapa organisasi intra dan ekstra kampus, di antaranya adalah Ketua Departemen Minat, Bakat, dan Profesi pada Himpunan Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) periode 2007-2008, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor Fakultas Pertanian IPB periode 2006-2007. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi pada semester ganjil tahun 2006. Selama penulisan skripsi ini, penulis juga bekerja paruh waktu sebagai Marketing Officer pada Majalah Bogor-Q.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul: STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis dan melakukan perbandingan pada tahap-tahap perencanaan dan kegiatan kampanye politik, pada pemilihan kepala daerah Jawa Barat yang dilakukan oleh tim kampanye calon incumbent dan pendatang baru. Penelitian skripsi ini merupakan proses belajar yang dilakukan oleh penulis agar penulis dapat mengenal, mempelajari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai kampanye politik, yang kemudian disajikan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para akademisi dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2008 Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA ANALISIS ................ 2.1. Tinjauan Pustaka............................................................................. 2.1.1. Definisi Kampanye Politik .................................................... 2.1.2. Teknik-teknik Kampanye Politik .......................................... 11 2.1.3. Strategi Kampanye Politik .................................................... 12 2.1.4. Tahapan Pemasaran Politik ................................................... 13 2.1.5. Persuasi Politik ..................................................................... 20 2.1.6. Pencitraan Politik .................................................................. 23 2.1.7. Tim Kampanye ..................................................................... 26 2.1.8. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkada ....... 26 2.2. Kerangka Analisis .......................................................................... 28 2.3. Definisi Konseptual ....................................................................... 29 BAB III METODOLOGI ................................................................................. 32 3.1. Metode Penelitian .......................................................................... 32 3.2. Penentuan Subjek Penelitian dan Responden Polling .................... 33 3.3. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 36 3.4. Teknik Analisis Data dan Penyajian Data....................................... 37 1 1 5 8 8 9 9 9

BAB IV PROFIL CALON GUBERNUR DAN TIM KAMPANYE ........... 39 4.1. Profil Pasangan Incumbent (DAI) ................................................ 39 4.2. Profil Tim Kampanye DAI Kota Bogor ....................................... 40 4.3. Profil Pasangan Pendatang Baru (HADE) ..................................... 42 4.4. Profil Tim Kampanye HADE ........................................................ 44 4.5. Perbandingan antara Tim Kampanye DAI dan HADE ................ 46

BAB V PERENCANAAN STRATEGI KAMPANYE POLITIK ................ 48 5.1. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik DAI ................ 48 5.1.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye ........................ 49 5.1.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye ............ 50 5.1.3. Segmentasi ........................................................................... 51 5.1.4. Targeting ............................................................................. 54 5.1.5. Positioning ........................................................................... 54 5.2. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik HADE.............. 55 5.2.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye ........................ 56 5.2.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye ............ 57 5.2.3. Segmentasi ........................................................................... 59 5.2.4. Targeting ............................................................................. 60 5.2.5. Positioning ........................................................................... 61 5.3. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik ................. 62 BAB VI KEGIATAN KAMPANYE POLITIK ............................................. 65

6.1. Kegiatan Kampanye Politik Tim DAI Kota Bogor....................... 65 6.1.1. Kampanye Massa Tidak Langsung ..................................... 66 6.1.2. Kampanye Pembukaan ........................................................ 71 6.1.3. Kampanye Dialogis dan Silaturahmi dengan Tokoh Pemuda ................................................................................. 72 6.1.4. Pawai Motor Simpatik ......................................................... 72 6.1.5. Kampanye Massa Langsung ................................................ 73 6.2. Kegiatan Kampanye Politik Tim HADE Kota Bogor .................... 75 6.2.1. Kampanye Massa Tidak Langsung ..................................... 75 6.2.2. Kampanye Massa Langsung ................................................ 81 6.2.3. Kunjungan Langsung ke Masyarakat oleh Pasangan HADE.................................................................................... 82 6.2.4. Kampanye Direct Selling ..................................................... 84 6.2.5. Angkot Gratis ....................................................................... 85 6.3. Kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Kampanye ........................ 86 6.4. Pengaruh Kampanye terhadap Keputusan Memilih DAI dan HADE ................................................................................... 87 6.5. Perbandingan Kegiatan Kampanye DAI dan HADE ................... 89 BAB VII PENCITRAAN PASANGAN CALON GUBERNUR ................ 93 7.1. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye DAI 93 7.2. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye HADE ........................................................................................... 95 7.3. Perbandingan Kesesuaian Citra ..................................................... 97

BAB VIII STRATEGI KAMPANYE POLITIK DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA............................... 102 8.1. Strategi Kampanye Politik ............................................................ 102 8.2. Faktor-faktor Kemenangan Pasangan Pendatang Baru (HADE) .. 104 8.3. Faktor-faktor Kekalahan Pasangan Incumbent (DAI)................... 106 BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 109 9.1. Kesimpulan .................................................................................... 109 9.2. Saran .............................................................................................. 112 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 114 LAMPIRAN....................................................................................................... 116

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tabel 2. Matriks Organisasi Pendukung Pasangan DAI di Kota Bogor ...... 51 Matriks Organisasi Pendukung Pasangan HADE di Kota Bogor .............................................................................................. 58 Tabel 3. Tabel 4. Matriks Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik .... 62 Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Sasaran Kampanye.......................................................................... 68 Tabel 5. Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Citra yang ingin dibentuk................................................................ 69 Tabel 6. Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Slogan Kampanye ........................................................................... 70 Tabel 7. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya dengan sasaran Kampanye ............................................................. 77 Tabel 8. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya dengan Citra yang Ingin Dibentuk .................................................. 78 Tabel 9. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya dengan Slogan Kampanye .............................................................. 78 Tabel 10. Persentase Pemilih DAI di Kota Bogor yang Memilih karena Pengaruh Kampanye DAI, 2008 ........................................ 88

Tabel 11.

Persentase Pemilih DAI di Kota Bogor yang Memilih karena Pengaruh Kampanye HADE, 2008...................................... 88

Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14.

Matriks Kegiatan Kampanye HADE di Kota Bogor ...................... 90 Matriks Kegiatan Kampanye DAI di Kota Bogor ........................ 91 Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008..... 94

Tabel 15.

Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DAI Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008 ............................. 95

Tabel 16.

Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008..... 96

Tabel 17.

Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008 ............................. 97

Tabel 18.

Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DAI dan HADE Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008........... 98

Tabel 19.

Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DAI dan HADE Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008..................................................................................... 99

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Tahapan Marketing Politik .......................................................... 15 Gambar 2. Kriteria Calon Gubernur Menurut Warga Jawa Barat .................. 25 Gambar 3. Kerangka Analisis Strategi Kampanye Politik Calon Incumbent dan Pendatang Baru dalam Pemilihan Kepala Daerah, 2008 ................................................................................. 29 Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Baligo Pasangan DAI di daerah Pondok Rumput, Kota Bogor ... 70 Juru Kampanye sedang Mengkampanyekan Pasangan DAI ........ 71 Pawai Motor Simpatik Pendukung DAI ..................................... 73 Pamflet Kampanye Pasangan HADE ............................................ 79 Baligo Pasangan HADE di Jalan Juanda Bogor ........................... 80 Kampanye HADE di Lapangan Sempur Kota Bogor ................... 81

Gambar 10. Kunjungan Ahmad Heryawan ke Pasar Anyar Bogor ................. 83 Gambar 11. Kunjungan Dede Yusuf ke Stasiun Kereta Api Bogor ................ 83 Gambar 12. Kampanye Direct Selling HADE di Jembatan Merah, Kota Bogor............................................................................................. 85

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Struktur Tim Kampanye DAI Kota Bogor ...............................117 Struktur Tim Kampanye HADE Kota Bogor ............................119 Catatan Lapang Kampanye HADE.............................................121 Catatan Lapang Kampanye DAI................................................123 Kuesioner Polling Pemilih DAI ................................................124 Kuesioner Polling Pemilih HADE..............................................127

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di segala bidang yang dilakukan pasca pemerintahan orde baru pada bulan Mei 1998, telah membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan demokrasi politik di Indonesia. Disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi dari Undangundang No. 22 Tahun 1999, telah mengubah tata cara pemilihan kepala daerah. Kepala daerah yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) diubah menjadi dipilih langsung oleh masyarakat. Ketentuan ini tertuang dalam pasal 56 ayat 1 undang-undang tersebut yaitu, Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dengan demikian gubernur, bupati dan walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2005 dan setelahnya akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam suatu pemilihan langsung yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Perubahan sistematika pemilihan kepala daerah telah memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih calon-calon kepala daerah (gubernur, bupati dan walikota) yang dikehendakinya secara langsung tanpa diwakili oleh DPRD. Sistem pemilihan secara langsung dengan mengumpulkan suara terbanyak seperti ini memerlukan upaya persuasif yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar turut berpartisipasi dalam demokrasi politik, karena partisipasi masyarakat dalam menyalurkan suara politiknya akan menentukan arah dan kebijakan pembangunan daerah selama sedikitnya lima tahun ke depan.

Perubahan tata cara pemilihan tersebut juga akan merubah cara-cara dan pendekatan kampanye politik yang dijalankan oleh masing-masing pasangan calon. Saat pemilihan dilakukan oleh DPRD, kampanye dengan cara lobi politik kepada anggota dewan lebih diutamakan, sedangkan dalam pemilihan secara langsung oleh masyarakat, pengenalan calon kepala daerah kepada masyarakat melalui kampanye politik yang melibatkan masyarakat dijadikan cara utama untuk menarik perhatian dan suara dari konstituen yaitu masyarakat daerah setempat. Kampanye merupakan hal yang sangat esensial dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Selama masa kampanye yang dilaksanakan dalam jangka waktu 14 hari dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara, pasangan calon kepala daerah bersama tim kampanyenya akan berusaha memperkenalkan dirinya serta memaparkan visi-misi mengenai rancangan kebijakan pembangunan daerah selama lima tahun ke depan masa

kepemimpinannya jika terpilih. Terbatasnya waktu kampanye yang disediakan oleh Komisi Pemilihan Umum, memaksa pasangan calon kepala daerah beserta tim kampanyenya untuk merencanakan strategi kampanye politik secara efektif agar dapat menjangkau seluruh masyarakat di daerah pemilihan. Jenis komunikasi yang dianggap sesuai untuk memenuhi kebutuhan itu adalah komunikasi massa, sehingga saluran komunikasi yang paling banyak digunakan dalam kampanye politik adalah media massa. Media massa dipilih karena memiliki kekuatan untuk menjangkau khalayaknya secara luas dan serentak (Hamad, 2004; Mc Quail 1983). Kesempatan seorang calon kepala daerah untuk memenangkan pemilihan secara

langsung pun bergantung pada penggunaan beragam media massa dalam kampanye politik yang dilakukannya (Nimmo, 2005). Luwarso (n.d.) dalam Amir (2006) menyatakan bahwa politik di era media massa adalah soal membuat citra. Tim kampanye dari setiap pasangan calon kepala daerah akan berusaha menciptakan citra diri yang positif dari pasangan calon tersebut di mata masyarakat, sebab citra diri yang positif dan prestasi calon kepala daerah berpengaruh besar bagi pemilih pemula dalam menentukan pilihannya (Suryatna, 2007). Kelebihan-kelebihan tersebut harus dikemas dengan baik melalui kegiatan kampanye politik yang telah disiapkan secara matang, sehingga dapat dijadikan sebagai nilai jual bagi pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mengikuti pemilihan umum. Penelitian mengenai strategi komunikasi dalam pemilihan kepala daerah sebelumnya telah dilakukan oleh Yuddho (2007). Yuddho mencoba mengkaji strategi komunikasi yang dilakukan oleh tim kampanye calon Gubernur Banten yaitu Ratu Atut dalam Pilkada Banten di Kota Tangerang dan mencari faktor kekalahan Ratu Atut di Kota tersebut, tetapi penelitian itu dirasa kurang sempurna karena Yuddho hanya menggali strategi komunikasi dari satu pasangan calon gubernur dan tidak melakukan perbandingan strategi dengan pasangan calon gubernur lainnya. Hal tersebut menjadi kelemahan penelitian, karena kekalahan Ratu Atut belum tentu hanya disebabkan oleh faktor kurang maksimalnya kinerja tim kampanye Ratu Atut, tetapi mungkin karena strategi komunikasi yang dijalankan oleh calon gubernur lainnya lebih tepat sasaran. Penelitian lainnya yang dilakukan dalam konteks pemilihan umum secara langsung telah dilakukan oleh Amir (2006) dan Suryatna (2007), tetapi kedua

penelitian tersebut tidak membahas mengenai proses penyusunan rencana kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon kepala pemerintahan. Amir (2006), berhasil mengidentifikasi beberapa faktor penentu kemenangan SBY-JK dalam pemilihan umum langsung Presiden RI tahun 2004, yaitu faktor ketokohan atau figur pribadi SBY, faktor kepemimpinan, strategi memilih pasangan, momen atau peristiwa khusus, jajak pendapat atau polling, serta program hukum dan janji kampanye. Kombinasi dari beberapa faktor tersebut yang didokumentasikan oleh media massa telah menimbulkan citra tersendiri di benak pemilih. Sementara itu, penelitian Suryatna (2007) tentang hubungan karakteristik pemilih dan terpaan informasi kampanye politik dengan perilaku memilih dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur tahun 2006, menemukan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik pemilih dan terpaan informasi kampanye dengan perilaku memilih. Penelitian Suryatna ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 100 orang pemilih yang terdaftar dalam pilkada Cianjur. Pada ketiga penelitian tersebut belum dibahas mengenai proses perumusan dan perbandingan strategi komunikasi dan kampanye oleh tim kampanye pasangan calon kepala daerah atau pemerintahan, padahal pesan-pesan dalam kampanye pemilihan langsung memiliki sifat persuasif atau bahkan mengandung propaganda sehingga pesan-pesan yang dimuat atau diedarkan pastilah tidak bebas nilai. Ide dan strategi komunikasi kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye masing-masing calon kepala pemerintahan bertujuan untuk

menimbulkan suatu citra mental positif tersendiri dalam benak masyarakat,

sehingga pada akhirnya akan mendorong masyarakat untuk memberikan suaranya kepada calon tersebut (Nimmo, 2005; Amir 2006). Penelitian dalam skripsi ini memfokuskan pada aspek perencanaan strategi kampanye politik, kegiatan kampanye politik yang dilakukan, kesesuaian citra antara yang ditangkap oleh pemilih dan citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye politik, serta perbandingan strategi kampanye politik dari tim kampanye calon gubernur incumbent dan calon gubernur pendatang baru di daerah pemilihan Kota Bogor. Subjek dari penelitian ini adalah tim kampanye pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana (DAI) sebagai calon incumbent dan pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (HADE) sebagai pendatang baru. Hasil dari pelaksanaan pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 20082013, menempatkan pasangan HADE sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat pilihan masyarakat dengan jumlah suara sebanyak1 5.238.449 suara (39,29%), sedangkan pasangan DAI memperoleh suara sebanyak 3.410.544 suara (25,58%). Sementara itu untuk pemilihan di Kota Bogor, pasangan HADE juga mampu mengungguli pasangan DAI dengan jumlah suara sebanyak 191.167 suara (52,55%) berbanding dengan jumlah suara pasangan DAI sebanyak 73.271 suara (20,10%).

1.2. Perumusan Masalah Kegiatan kampanye politik yang dilakukan sebelum disahkannya Undangundang No. 32 Tahun 2004 mengenai tata cara pemilihan kepala daerah, hanya
1

Hasil penghitungan suara Pilgub. http://www.kpu.jabarprov.go.id/?mod=addOnApps/situng/oprRekapSuaraPerDaerah&idMenuKiri =139 (Diakses pada tanggal 30 April 2008)

dipusatkan dalam internal pemerintahan atau kampanye antar elit politik. Sebelum undang-undang tersebut disahkan, kepala daerah dipilih oleh DPRD melalui

mekanisme musyawarah sehingga pendekatan utama dalam kampanye yang digunakan adalah lobi politik kepada anggota-anggota DPRD. Setelah disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang menetapkan bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat, cara dan pendekatan dalam kampanye pemilihan kepala daerah ikut berubah pula. Bentuk kampanye yang umum digunakan saat ini lebih banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai konstituennya, hal tersebut dilakukan untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat secara langsung. Bentuk kampanye tersebut antara lain adalah debat publik, apel akbar, kegiatan sosial, kunjungan ke pusat aktivitas masyarakat (kantor, sekolah, pasar), kunjungan ke rumah sakit, dan sebagainya. Bentuk-bentuk kampanye tersebut dihasilkan melalui tahapan perencanaan strategi komunikasi dan kampanye serta pemasaran politik yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon kepala daerah. Proses pemasaran politik tersebut meliputi tahap segmentasi, targeting dan positioning. Hasil dari proses tersebut akan memudahkan tim kampanye dalam menyusun strategi kampanye untuk menjaring pemilih sebanyak-banyaknya. Aspek penting yang perlu diutamakan dalam menjaring pemilih adalah soal pembentukan citra positif pasangan calon kepala daerah. Dalam pemilihan secara langsung, atribut citra positif yang melekat di pasangan calon kepala daerah merupakan hal utama yang mendorong pemilih dalam memilih pasangan calon kepala daerah. Proses pencitraan tersebut sebagian besar dibentuk selama

masa kampanye dan dilakukan berulang-ulang, sehingga pada akhirnya akan melekat di pikiran pemilih dan mendorong pemilih untuk menjatuhkan pilihannya pada calon kepala daerah tersebut. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka timbul pertanyaan besar yang dirumuskan ke dalam perumusan masalah umum, yaitu sejauh mana efektivitas strategi kampanye yang dijalankan oleh kedua pasangan, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemenangan pasangan HADE sebagai calon pendatang baru, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kekalahan pasangan DAI sebagai calon incumbent dalam pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Pertanyaan umum tersebut dirinci ke dalam perumusan masalah khusus, sebagai berikut: 1. Bagaimana tim kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang baru, melakukan tahapan pemasaran politik dan

perencanaan strategi kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor? 2. Bagaimana bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang baru, untuk meraih dukungan masyarakat dan suara pemilih dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor? 3. Bagaimana kesesuaian citra diri pasangan DAI dan HADE yang dibentuk oleh tim kampanye dengan citra diri pasangan DAI dan HADE yang terkonstruksi dalam pikiran para pemilihnya di Kota Bogor sebagai sasaran kegiatan kampanye politik?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan bagaimana tim kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang baru, melakukan tahapan pemasaran politik dan perencanaan strategi komunikasi dalam kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor. 2. Mengkaji bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang baru, untuk meraih dukungan masyarakat dan suara pemilih dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor. 3. Menganalisis kesesuaian citra diri pasangan DAI dan HADE yang dibentuk oleh tim kampanyenya dengan citra diri pasangan DAI dan HADE yang terkonstruksi dalam pikiran masyarakat Kota Bogor sebagai sasaran kegiatan kampanye politik.

1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1. Referensi bagi praktisi komunikasi dalam mendesain sebuah strategi komunikasi dan kampanye politik untuk pemilihan umum. 2. Memberikan kontribusi bagi pengembangan studi komunikasi politik, terutama dalam konteks pemilihan kepala daerah secara langsung di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA ANALISIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Kampanye Politik Terdapat banyak definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para ilmuwan komunikasi, namun berikut ini adalah beberapa definisi yang populer. Snyder (2002) dalam Venus (2004), mendefinisikan bahwa kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pfau dan Parrot (1993) dalam Venus (2004), mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu yang bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu. Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004), mendefiniskan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan beberapa definisi di atas, Venus (2004) mengidentifikasi bahwa aktivitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni, (1) ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) ditujukan kepada jumlah khalayak sasaran yang besar (3) dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu

untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat (Arifin, 2003). Salah satu jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye politik yang ditujukan kepada massa (orang banyak), baik melalui hubungan tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar, radio, televisi, film, spanduk, baligo, poster, folder dan selebaran serta medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan bentuk kampanye yang handal dalam hal menjangkau khalayak luas. Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena perubahan sistematika pemilihan kepala daerah dari yang sebelumnya dipilih oleh legislatif menjadi dipilih langsung oleh masyarakat. Menurut Ruslan (2005), kampanye politik merupakan jenis kampanye yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye politik dapat diartikan pula sebagai bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat (Arifin, 2003). Kegiatan untuk membangun citra atau image merupakan bagian penting dalam kampanye politik untuk memperoleh dukungan. Terkait dengan komunikasi dalam kampanye politik, terdapat beberapa aktivitas komunikasi yang dapat diidentifikasi. Menurut Nimmo (2005), kegiatan komunikasi politik adalah kegiatan simbolik dimana kata-kata itu mencakup ungkapan yang dikatakan atau

dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh, ekspresi wajah dan segala cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbol-simbol itu,

menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga membentuk citra mental tentang simbol-simbol tersebut.

2.1.2. Teknik-teknik Kampanye Politik Selama masa kampanye, tim kampanye berusaha menggalang dukungan dan simpati pemilih agar pemilih menjatuhkan pilihannya pada calon kepala daerah yang dikampanyekannya. Tim kampanye poltik menggunakan teknikteknik kampanye politik yang kemudian diwujudkan dalam suatu bentuk kegiatan kampanye politik untuk mempengaruhi pemilih. Imawan (1997) dalam Amir (2006) merumuskan beberapa teknik kampanye politik, yaitu: 1. Kampanye dari rumah ke rumah (door to door campaign), yaitu calon kepala daerah mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalanpersoalan yang dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan pada pemilihan umum tahun 1955, dengan mendatangi orang-orang yang pilihannya dianggap masih ragu dan dapat dibujuk atau diancam untuk mengubah sikap dan pilihan politik mereka. 2. Diskusi Kelompok (group discussion), dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi kecil yang membicarakan masalah yang dihadapi masyarakat. 3. Kampanye massa langsung (direct mass campaign), dilakukan dalam bentuk aktivitas yang menarik perhatian massa, seperti pawai, pertunjukkan kesenian

dan sebagainya. Teknik inilah yang dilarang dalam kampanye Pemilu 1992, karena selain tidak efektif juga berpotensi menimbulkan bentrokan fisik. 4. Kampanye massa tidak langsung (indirect mass campaign), yang dilakukan dengan cara berpidato di radio, televisi atau memasang iklan di media cetak dan elektronik.

2.1.3. Strategi Kampanye Politik Strategi dalam pengertian sempit maupun luas terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan demikian strategi adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006). Tujuan akhir dalam kampanye pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki jabatan kepala daerah yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik. Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2) Menciptakan kebersamaan dengan memahami khalayak, menyusun pesan persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3) Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan untuk membuka diri.

2.1.4. Tahapan Pemasaran Politik Menurut Nursal (2004), pada dasarnya pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Tujuannya membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah dukungan dalam berbagai bentuk, khususnya menjatuhkan pilihan pada kandidat tertentu. Pemasaran politik bertitik tolak dari konsep meaning, yakni political meaning yang dihasilkan oleh stimulus politik berupa komunikasi politik, baik lisan maupun non-lisan, baik langsung maupun tanpa perantara. Makna yang muncul dari stimulus tersebut berupa persepsi yang tidak selalu mencerminkan makna yang sebenarnya. Makna tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sikap, aspirasi dan perilku politik, termasuk pilihan politik. Menurut Baines et al. (n.d.) dalam Nursal (2004), pemasaran politik adalah cara-cara yang digunakan organisasi politik untuk enam hal berikut: 1. Mengkomunikasikan pesan-pesannya, ditargetkan atau tidak ditargetkan, langsung atau tidak langsung, kepada para pendukungnya dan para pemilih lainnya. 2. Mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan para pendukung, para pemilih lainnya dan sumber-sumber eksternal agar mereka memberi dukungan finansial dan untuk mengembangkan dan menjaga struktur manajemen di tingkat lokal maupun nasional.

3. Berinteraksi dan merespon dengan para pendukung, influencers, para legislator, para kompetitor, dan masyarakat umum dalam pengembangan dan pengadaptasian kebijakan-kebijakan dan strategi. 4. Menyampaikan kepada semua pihak berkepentingan atau stakeholders, melalui berbagai media, tentang informasi, saran dan kepemimpinan yang diharapkan atau dibutuhkan dalam negara demokrasi. 5. Menyelenggarakan pelatihan, sumberdaya infomasi dan materi-materi kampanye untuk kandidat, para agen, pemasar, dan atau para aktivis partai. 6. Berusaha mempengaruhi dan mendorong para pemilih, media-media dan influencers penting lainnya untuk mendukung partai atau kandidat yang diajukan organisasi dan atau supaya jangan mendukung para pesaing. Menurut Nursal (2004), fungsi dari kegiatan pemasaran politik adalah sebagai berikut: 1. Sarana untuk menganalisis posisi pasar, yakni memetakan persepsi dan preferensi para pemilih, baik konstituen, terhadap kontestan-kontestan yang akan bertarung di arena pemilu. 2. Sarana untuk menetapkan tujuan objektif kampanye, marketing effort dan pengalokasikan sumberdaya. 3. Sarana untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-alternatif strategi. 4. Sarana untuk mengimplementasikan strategi untuk membidik segemensegmen tertentu yang menjadi sasaran berdasarkan sumberdaya yang ada. 5. Sarana untuk memantau dan mengendalikan penerapan strategi untuk mencapai sasaran objektif yang telah ditetapkan.

Menurut OShaughnessy (2001) dalam Firmanzah (2007)2, marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya memperoleh dukungan suara. Kompetisi dalam memperebutkan suara pemilih, menuntut tim kampanye dari masing-masing kandidat kepala daerah untuk mendesain suatu formulasi khusus untuk menjaring suara pemilih sebanyak mungkin. Formulasi khusus tersebut berbentuk strategi komunikasi dan tahapan strategi pemasaran politik yang dijalankan untuk mengidentifikasi khalayak pemilih potensial yang sesuai dengan platform kandidat kepala daerah. Tahapan strategi pemasaran politik tersebut terdiri dari tiga tahap3, yaitu segmentasi, targeting, dan positioning (Gambar 1).

Tahap 1 Segmentasi Pasar Politik Identifikasi dasar segmentasi pemilih Menyusun profil dari segmentasi pemilih

Tahap 2 Targetisasi Pasar Politik Menyusun kriteria pemilihan segmen pemilih Memilih target segmen pemilih

Tahap 3 Positioning Pasar Politik Menyusun strategi positioning di setiap segmen Menyusun bauran marketing di setiap segmen politik

Gambar 1. Tahapan Marketing Politik

Firmanzah, 2007. Marketing Politik : Strategi Alternatif Partai Politik. http://forumpolitisi.org/downloads/Marketing_Politik_-_Firmanzah.pdf (Diakses tanggal 13 Maret 2008) 3 Loc.cit.

2.1.4.1. Segmentasi Segmentasi adalah proses pengelompokan yang menghasilkan kelompok berisi individu-individu yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Menurut Nursal (2004), segmentasi pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih jauh kelompokkelompok khalayak, hal ini berguna untuk mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih baik, menganalisa perilaku konsumen, mendesain produk dan lain sebagainya. Para politisi perlu memahami konsep segmentasi karena berhadapan dengan para pemilih yang sangat heterogen, para politisi dapat memberi tawaran politik yang efektif bila mereka mengetahui karakter segmen yang menjadi sasaran. Segmentasi pada pemasaran politik dikatakan efektif jika segmen-segmen yang dihasilkan memenuhi lima syarat (Kotler, 1994) dalam Nursal (2004), yaitu: 1. Dapat diukur, khalayak hasil dari segmentasi harus dapat diukur untuk memproyeksikan jumlah perolehan suara yang mungkin diraih dari setiap segmen. 2. Dapat diakses, khalayak hasil segmentasi harus dapat diakses untuk menyampaikan makna politik kepada khalayak seperti melalui media massa, rapat umum, surat, kontak pribadi dan bentuk komunikasi lainnya. 3. Substansial, jumlah populasi dari setiap segmen yang relatif homogen harus cukup besar dan signifikan terhadap total perolehan suara. 4. Respon khas, segmentasi dikatakan efektif jika setiap segmen yang dihasilkan tersebut memberikan respon khas terhadap tawaran politik tertentu. 5. Program pemasaran khas, segmentasi yang efektif memungkinkan para pemasar untuk menciptakan program pemasaran yang efektif untuk membidik

satu atau beberapa segmen itu. Program pemasaran khas tersebut diciptakan berdasarkan karakter khas segmen pasar yang dibidik. Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan. Para pemasar dapat memilih salah satu pendekatan atau mengkombinasikan beberapa pendekatan sebagai kerangka menyusun strategi pemasaran. Nursal (2004) dan Ruslan (2005) menyajikan beberapa pendekatan untuk melakukan segmentasi dalam pemasaran politik, yaitu: 1. Segmentasi Demografis Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan tingkat sosial ekonomi, usia ratarata dan tingkat pendidikan. Segmentasi demografis dalam pemasaran politik dapat memberi pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik khalayak pemilih. 2. Segmentasi Agama Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Hingga saat ini, segmentasi berdasarkan agama merupakan salah satu pendekatan segmentasi yang penting dalam memahami karakter pemilih Indonesia. 3. Segmentasi Geografis Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan wilayah tempat tinggal. Berdasarkan konteks wilayah Indonesia, pembagian dapat dilakukan berdasarkan pembagian tiga kawasan yaitu barat, tengah, dan timur.

4. Segmentasi Psikografis Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan kecenderungan pilihan, preferensi, keinginan, citra-rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang dianut, hingga masalah-masalah yang sifatnya pribadi.

2.1.4.2. Targeting Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa segmen yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif. Targeting dilakukan untuk memfokuskan kegiatan kampanye dan isu yang dibuat. Sebelum menentukan target sasaran kampanye, terlebih dahulu dimulai dengan memahami wilayah pemilihan. Tim kampanye harus melihat jumlah total pemilih di suatu wilayah, dari situ akan ditetapkan jumlah pemilih minimal yang harus diraih untuk memenangkan pemilihan secara umum. Khalayak sasaran yang dipilih oleh tim kampanye kandidat kepala daerah terutama adalah individu-individu yang dianggap masih belum menjatuhkan pilihannya kepada kandidat kepala daerah tertentu. Selain itu, kampanye juga dilakukan kepada basis massa pendukung utamanya dalam rangka proses reinforcement.

2.1.4.3. Positioning Menurut Nursal (2004), definisi positioning dalam pemasaran politik adalah tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kandidat memiliki posisi khas, jelas dan

meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan seorang kandidat dibandingkan dengan kandidat pesaing. Political positioning menurut Kasali (1998) seperti diadaptasi oleh Nursal (2004), dapat didefinisikan sebagai strategi komunikasi untuk memasuki pikiran pemilih agar seorang kandidat kepala daerah mengandung arti tertentu yang berbeda yang mencerminkan keunggulannya terhadap kandidat pesaing dalam bentuk hubungan yang asosiatif. Positioning adalah sebuah strategi komunikasi yang bersifat dinamis, berhubungan dengan event marketing, berhubungan dengan atribut-atribut kandidat, memberi makna penting kepada para pemilih, atributatribut yang dipakai harus unik, harus diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang enak dan mudah didengar serta terpercaya. Berikut adalah beberapa persyaratan positioning statement (slogan kampanye) yang efektif seperti yang disarankan oleh Nursal (2004), yaitu: 1. Harus dapat mewakili citra yang hendak ditanam dalam benak para pemilih. 2. Citra itu harus berupa hubungan asosiatif yang mencerminkan karakter suatu kontestan. 3. Kata-kata itu diolah dalam suatu bentuk rangkaian kalimat menarik yang disampaikan dengan manis. Kata-kata itu adalah atribut yang menunjukkan segi-segi keunggulan kontestan terhadap kontestan pesaing; solusi bahwa kontestan bersangkutan mampu mengatasi masalah yang dihadapi para pemilih; kumpulan atribut yang menguntungkan pemilih; atau secara sederhana mewakili unique selling proposition. 4. Semua kata-kata harus didesain berdasarkan informasi pasar. Atribut yang ditonjolkan harus dianggap penting oleh pemilih, dan kontestan yang

dipasarkan percaya dan mampu meyakinkan bahwa kontestan tersebut memenuhi klaim tersebut. 5. Pernyataan yang dihasilkan harus cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan, promosi, pidato, event, dan bentuk sosialisasi lainnya, dan harus memiliki dampak yang kuat terhadap para pemilih sasaran. 6. Mengandung kalimat yang unik dan bukti yang mendukung (Meyer, 1998). 7. Disebarluaskan dengan teknik-teknik yang jitu, pilihan media yang pas, frekuensi yang optimal, dan momentum waktu yang tepat.

Positioning harus dikomunikasikan kepada para pemilih agar persepsi pemilih tentang citra calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan citra yang dikehendaki oleh tim kampanye. Oleh karena itu, perlu diciptakan pernyataan singkat atau slogan kampanye yang menjadi inti dari komunikasi calon kepala daerah. Slogan kampanye tersebut adalah tema utama tunggal yang menjadi titik sentral pemasaran calon kepala daerah. Slogan kampanye tersebut harus ditampilkan berulang-ulang melalui berbagai media komunikasi agar dapat memasuki benak para pemilih. Proses penyusunan dan penyampaian produk politik pada akhirnya bertujuan untuk menopang dan memperkuat positioning.

2.1.5. Persuasi Politik Menurut Nimmo (2005), persuasi adalah pembicaraan pengaruh yang bercirikan kemungkinan, diidentifikasi melalui saling memberi dan menerima diantara pihak-pihak yang terlibat. Persuasi adalah suatu pembicaraan politik yang

dengan sadar atau tidak orang-orang yang terlibat dalam politik mencoba untuk mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapan lawan bicaranya. McGuire (1968) dalam Nimmo (2005) telah mengembangkan teori tentang bagaimana orang menginterpretasikan imbauan persuasif. Agar persuasi terjadi, McGuire percaya bahwa harus ada enam langkah berurutan untuk memproses informasi persuasif, keenam langkah tersebut adalah: (1) Penyajian, dimana harus ada imbauan persuasif terlebih dahulu yang disajikan melalui beragam saluran komunikasi, (2) Perhatian, harus ada orang yang memperhatikan imbauan persuasif tersebut sehingga menciptakan keterlibatan aktif khalayak persuasif, (3) Pemahaman, memerlukan lebih banyak lagi tindakan dari anggota khalayak persuasif. Pemahaman berarti mengerti argumentasi dan kesimpulan pesan, (4) Penerimaan, tahap dimana khalayak persuasif menganggap bahwa imbauan persuasif tersebut relevan dengan keadaan dirinya, (5) Retensi, menunjukkan bahwa seseorang tetap pada pandangan yang baru diperolehnya dalam jangka waktu yang lama; bukan hanya sekedar menyatakan persetujuan dan kemudian melupakan seluruh pandangan itu, (6) Tanggapan ketaatan, tindakan yang sesuai dengan imbauan persuasif, merupakan hasil praktis dari kegiatan ini. Ada tiga cara pandang mengenai persuasi politik menurut Nimmo (2005) yaitu, propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiganya serupa dalam hal: semuanya memiliki tujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan pengaruh, sehingga menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi. Namun ada cara-cara yang berbeda dalam pendekatan ini. Pertama, ada perbedaan antara tekanan satu-kepada-banyak dan dua arah dalam meneruskan pesan-pesan. Kedua, ada perbedaan dalam

orientasi pendekatan, yaitu apa diarahkan kepada perseorangan atau kelompok. Ketiga, semua pendekatan tersebut mengesankan pandangan yang berbeda tentang apa yang memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat. Keempat, masingmasing menggunakan fokus yang berbeda dalam merumuskan kampanye persuasi.

2.1.5.1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda Menurut Jacques Ellul (1965) dalam Nimmo (2005), propaganda didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam suatu organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu-kepada-banyak, (2) beroperasi kepada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok, (3) sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat.

2.1.5.2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan Nimmo (2005) berpendapat bahwa seperti propaganda, periklanan massal adalah komunikasi satu-kepada-banyak, akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat jelas mengenai keduanya. Propaganda ditujukan kepada orang-orang sebagai anggota kelompok, sedangkan periklanan mendekati orang-orang sebagai individu-individu tunggal, independen, terpisah dari kelompok apapun atau anonim. Hubungan antara iklan dan pembeli adalah hubungan langsung, tidak ada

organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok pembeli itu kepada penjual. Setiap individu bertindak atas pilihannya sendiri. Periklanan mengandalkan keselektifan konvergen dalam menciptakan ketertiban masyarakat.

2.1.5.3. Persuasi Politik Sebagai Retorika Menurut pemikiran Nimmo (2005), retorika politik berbeda dengan propaganda dan periklanan dalam hal-hal yang penting. Retorika adalah komunikasi dua arah, satu-kepada-satu bukan satu-kepada-banyak, ia bekerja melalui hubungan interpersonal yang inheren, yang menghubungkan orang-orang bukan sebagai anggota kelompok (propaganda) atau individu-individu yang anonim (periklanan). Retorika politik adalah suatu proses yang memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat melalui negosiasi.

2.1.6. Pencitraan Politik Kampanye pencitraan menurut Postman (2000) dalam Amir (2006), ditandai dengan munculnya berita-berita dan informasi yang sarat citra dan gaya seorang politisi (politician image and style) dan berkurang bahkan hilangnya berita-berita yang mengupas isu-isu krusial, substantif dan ideologi politik. Salah satu tujuan kampanye politik adalah membentuk citra politik yang baik untuk konsumsi khalayak pemilih. Citra politik adalah suatu gambaran tentang politik yang memiliki makna, walaupun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya. Tujuan akhir dari komunikasi politik adalah partisipasi politik dan kemenangan para calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah.

Ketokohan adalah gambaran orang yang memiliki kredibilitas atau kompetensi, daya tarik dan kekuasaan yang sah. Menurut Nimmo (1978) dalam Amir (2006), orang yang memiliki ketokohan adalah orang yang memiliki sifatsifat pemegang jabatan ideal yang cenderung abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan energi yang merupakan gabungan sifat pahlawan politik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberi suara dalam pemilu cenderung menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal baginya. Citra diri ini dapat terbentuk melalui pengalaman langsung (melalui pergaulan dan aktivitas yang lama dengan politisi tersebut) juga melalui pengalaman tidak langsung, yaitu media massa, karena media massa memiliki pengaruh dalam membentuk citra dan mengangkat status seseorang. Selain itu, ketokohan juga berhubungan dengan daya tarik fisik tubuh, busana dan dukungan fisik lainnya. Strategi ketokohan merupakan upaya untuk membangun citra diri calon kepala daerah sebagai seorang yang memiliki sifatsifat pahlawan politik dan daya tarik fisik. Menurut konsep kepemimpinan budaya Jawa, seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat asthabarata atau delapan watak dewa (Wiwoho dkk, 1998), yang meliputi kedermawanan atas harta (sifat Dewa Indra), kepahlawanan dalam memberantas kejahatan (Dewa Yama/Maut), ramah dan bijaksana (Dewa Surya/Matahari), kasih sayang (Dewa Candra/Bulan), ketelitian (Dewa

Bayu/Angin), kedermawanan atas harta dan hiburan (Dewa Kuwera/Harta dunia), kecerdasan (Dewa Baruna/Lautan), dan keberanian menghancurkan musuh (Dewa Brahma/Api).

Berdasarkan temuan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI)4 yang dilakukan pada 24-29 September 2007 kepada 808 sampel yang tersebar di 82 Desa/Kelurahan dari seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Sebanyak 30,3 persen responden menginginkan gubernur yang mampu mengatasi masalah ekonomi, sedangkan 28,1 persen mengharapkan gubernur yang jujur, dan 19,7 persen responden menginginkan gubernur yang perhatian pada rakyat. Data lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kriteria Calon Gubernur Menurut Warga Jawa Barat Saat ini citra seorang calon pemimpin dimunculkan dengan perencanaan melalui upaya-upaya periklanan, yang disebut Bensman dan Rosenberg (n.d.) dalam Yuddho (2007) sebagai pseudocharisma. Upaya ini ditemukan pada banyak kampanye politik, terutama yang menggunakan televisi. Proses membentuk citra dalam politik sudah menyerupai kemunculan bintang film di dunia hiburan yang hanya mengutamakan tampilan fisik dan popularitas dalam
4

Lembaga Survei Indonesia. www.lsi.or.id/file_download/39 (Diakses tanggal 25 Maret 2008)

pelaksanaan kampanye. Hal ini kemudian menjadikan para calon pemimpin menjadi seperti selebritis, sehingga saat ini populer istilah politisi selebriti karena maraknya iklan politik yang menampilkan tokoh-tokoh politik di berbagai media massa. 2.1.7. Tim Kampanye Tim Kampanye adalah sebuah tim yang dibentuk oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kampanye calon kepala daerah dan wakil kepala daerah5. Anggota tim kampanye sebagian besar berasal dari anggota partai politik pendukung pasangan calon kepala daerah. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana strategis sebagai bagian dari usaha untuk memenangkan pasangan yang didukungnya. Menurut Nimmo (2005), karakteristik komunikator (juru kampanye) dalam kampanye politik adalah berpendidikan tinggi melebihi rata-rata populasi, memiliki pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi, terlibat aktif dalam politik, memiliki kepercayaan politik, dan berpengaruh besar terhadap pembuatan kebijakan. 2.1.8. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkada Calon incumbent yang mengikuti pemilihan kepala daerah sebenarnya memiliki peluang lebih besar untuk keluar sebagai pemenang dibandingkan dengan calon kepala daerah pendatang baru, karena dalam menjalankan kampanye politiknya calon incumbent memiliki beberapa keuntungan antara lain mereka sudah dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu sebagai kepala daerah yang
5

Pedoman siaran kampanye dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di wilayah Jawa Barat melalui media penyiaran. http://www.kpid-jabar.go.id/Pedoman_Pilkada.pdf (Diakses 13 Maret 2008)

masih menjabat, calon incumbent juga dapat memanfaatkan program-program dan anggaran pemerintah untuk memperkuat popularitasnya sebelum masa kampanye resmi dimulai6. Calon incumbent juga dapat menciptakan isu yang menarik dengan penciptaan opini publik melalui media massa, sehingga publikasi kampanyenya semakin meluas. Sementara itu calon gubernur pendatang baru memiliki kelebihan antara lain sebagai pilihan alternatif bagi sebagian masyarakat yang tidak puas dengan kinerja gubernur sebelumnya. Berdasarkan temuan Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)7, pada tahun 2005, dari 211 pilkada langsung yang diikuti oleh incumbent, sebanyak 124 pilkada langsung (59,05%) dimenangkan oleh incumbent, sedangkan di 87 daerah pemilihan (40,95%) calon incumbent mengalami kekalahan. Pada tahun 2007, dari 31 calon incumbent yang maju dalam pilkada, setengahnya (15 orang) mengalami kekalahan. Fenomena kekalahan incumbent dalam pemilihan kepala daerah secara langsung sebenarnya adalah merupakan suatu kewajaran, karena dalam pemilihan kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh masyarakat adalah orang yang didukung oleh partai. Hal tersebut berbeda dengan pemilihan legislatif, karena dalam pemilihan legislatif partai yang didukung oleh orang (calon anggotaanggota legislatif), sehingga yang penting dalam pemilihan kepala daerah adalah faktor figur dari calon kepala daerah8.

Fenomena Kekalahan Incumbent dalam Pilkada. http://www.jppr.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=589 (Diakses tanggal 11 Juni 2008) 7 Loc.cit. 8 As Rifai. Teori Dasar Pilkada dan Kekalahan Incumbent. 2008. http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=44793 (Diakses tanggal 11 Juni 2008)

2.2. Kerangka Analisis Mekanisme kerja tim kampanye politik yang meliputi cara kerja tim kampanye, jumlah anggota pada tiap bidang, dan pengaruh partai dalam tim kampanye, ikut mempengaruhi tahap-tahap perencanaan kampanye politik. Tahap-tahap perencanaan yang terpengaruh itu antara lain adalah, konsolidasi internal dan eksternal partai yang akan mempengaruhi jumlah anggaran dan sumber dana yang diterima. Tahapan pemasaran politik yang meliputi tahap segmentasi, targeting, dan positioning, ikut terpengaruh pula oleh mekanisme kerja tim kampanye politik. Setelah melalui tahap-tahap perencanaan kampanye politik yang meliputi konsolidasi internal dan eksternal, perencanaan anggaran biaya dan sumber dana, segmentasi, targeting, dan positioning, maka dirumuskanlah teknik-teknik kampanye yang akan dilakukan untuk menjaring dukungan dan pemilih sebanyak mungkin. Teknik-teknik kampanye tersebut antara lain adalah (1) kampanye dari rumah ke rumah, (2) diskusi kelompok, (3) kampanye massa langsung, dan (4) kampanye massa tidak langsung. Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik pada akhirnya akan menimbulkan suatu citra mental tersendiri dalam pikiran khalayak pemilih terutama sasaran kegiatan kampanye politik, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan politiknya. Perbedaan status antara kedua calon kepala daerah, yaitu incumbent dan pendatang baru, diduga akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaan teknik-

teknik kampanye yang dijalankan oleh tim kampanye politk masing-masing pasangan calon kepala daerah. Kerangka analisis dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Mekanisme Kerja Tim Kampanye Politik

Konsolidasi

Segmentasi

Targeting

Positioning

Anggaran dan sumber dana Kampanye

Teknik-teknik Kampanye

Citra Mengenai Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat

Keterangan Gambar: : Hubungan sebab-akibat : Tahapan pemasaran politik : Pengukuran kesesuaian citra

Gambar 3. Kerangka Analisis Strategi Kampanye Politik Calon Incumbent dan Pendatang Baru dalam Pemilihan Kepala Daerah, 2008

2.3. Definisi Konseptual 1. Mekanisme kerja tim kampanye politik meliputi, cara kerja tim kampanye, jumlah anggota tiap bidang, dan pengaruh partai dalam tim kampanye. 2. Konsolidasi internal dan eksternal adalah kegiatan penguatan dan perawatan lembaga, dengan cara menggalang dukungan dari organisasi-organisasi lain

(konsolidasi eksternal), maupun dengan cara pelatihan anggota sebagai persiapan dalam melakukan kampanye politik (konsolidasi internal). 3. Anggaran dan Sumber dana kampanye, anggaran menunjukkan jumlah biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan kampanye politik, sedangkan sumber dana menunjukkan asal atau pemberi dana kampanye. 4. Segmentasi adalah pengelompokan yang menghasilkan kelompok berisi individu-individu yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Indikator dari segmentasi yang efektif adalah jika segmen-segmen yang dihasilkan memenuhi lima syarat: dapat diukur, dapat diakses, substansial, mempunyai respon khas, dan bisa dibidik dengan program pemasaran yang khas. 5. Targeting adalah pemilihan salah satu atau beberapa segmen yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif. Segmen yang menjadi sasaran haruslah segmen yang menjanjikan jumlah suara potensial untuk memenangi pemilihan umum. 6. Positioning adalah tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kandidat memiliki posisi khas, jelas dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan seorang kandidat dibandingkan dengan kandidat pesaing. 7. Teknik-teknik kampanye adalah pilihan cara kampanye yang dapat dilakukan oleh tim kampanye politik calon kepala daerah untuk menarik simpati massa, yang terdiri dari (1) kampanye dari rumah ke rumah dengan mendatangi langsung masyarakat ke rumah atau pusat-pusat keramaian dan aktivitas masyarakat, (2) diskusi kelompok dengan cara membentuk atau mengadakan

kelompok diskusi untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, juga sebagai sarana penampungan ide dan aspirasi dari kelompok peserta diskusi, (3) kampanye massa langsung dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas yang menarik perhatian masyarakat, biasanya dengan pengerahan banyak orang/pendukung, dan (4) kampanye massa tidak langsung yang dilakukan dengan media perantara seperti media massa, baligo, pamflet, stiker, dan kaos. 8. Citra diri adalah suatu gambaran tentang atribut sifat dan fisik dari pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaknai oleh sasaran kampanye.

BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini mengenai strategi kampanye politik dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman serta pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan penafsiran peneliti. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984 dalam Sitorus, 1998). Data yang dihasilkan merupakan hasil pengamatan dari kegiatan kampanye politik pasangan DAI dan HADE di Kota Bogor, serta wawancara yang dilakukan peneliti kepada tim kampanye DAI dan HADE mengenai proses perencanaan dan strategi kampanye politik dalam pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Data tambahan yang berkaitan dengan topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, yaitu mengenai anggaran dana, jadwal kampanye, notulen rapat, dan foto-foto kegiatan kampanye dari tim kampanye DAI dan HADE di Kota Bogor, pemberitaan media massa cetak dan elektronik mengenai kegiatan kampanye yang dilakukan oleh pasangan DAI dan HADE juga digunakan sebagai data tambahan untuk memperkaya substansi penulisan skripsi.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Tipe studi kasus yang dipilih ialah studi kasus instrumental, seperti yang dikemukakan oleh Stake dalam Sitorus (1998), bahwa studi kasus instrumental merupakan kajian atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau wawasan untuk penyempurnaan teori. Kasus khusus yang dibahas dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi dan kampanye politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat periode 2008-2013 di Kota Bogor, yang menggunakan teori pemasaran politik dari Nursal (2004) sebagai pijakan teori utama. Pengukuran kesesuaian citra dan pengaruh kampanye politik yang dikomunikasikan oleh tim kampanye kepada khalayak pemilih DAI dan HADE di Kota Bogor, dilakukan dengan metode polling. Menurut Eriyanto (1999), polling digunakan untuk mendapatkan informasi tentang suatu fenomena, dalam hal ini polling digunakan untuk melihat bagaimana pandangan khalayak pemilih DAI dan HADE mengenai pencitraan terhadap pasangan DAI dan HADE. Citra yang ingin dibentuk oleh tim kampanye DAI dan HADE diperoleh melalui wawancara dengan anggota tim kampanye DAI dan HADE serta pengamatan selama masa kampanye melalui tulisan-tulisan pada atribut kampanye masing-masing pasangan calon kepala daerah dan wakil wakil kepala daerah. 3.2. Penentuan Subjek Penelitian dan Responden Polling Subjek dalam penelitian ini adalah tim kampanye pasangan DAI (Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana) dan pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) di Kota Bogor. Alasan dipilihnya pasangan DAI dan HADE sebagai subjek penelitian adalah (1) Selisih jumlah suara pemilihan di Kota Bogor yang cukup signifikan, pasangan HADE menempati urutan teratas dalam pemilihan di

Kota Bogor dengan jumlah 52,55 persen, AMAN 27,35 persen, dan DAI 20,10 persen. (2) Status pasangan HADE sebagai pendatang baru dalam pentas politik Jawa Barat, sedangkan pasangan DAI sebagai incumbent (gubernur yang sedang menjabat selama masa kampanye). Pasangan AMAN (Agum Gumelar dan Numan Abdul Hakim) tidak disertakan dalam penelitian, karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pasangan DAI dan AMAN. Ketidakbedaan tersebut terutama dalam hal status sebagai incumbent dimana Numan Abdul Hakim sebagai wakil gubernur yang sedang menjabat saat pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah akan dilangsungkan. Penentuan tineliti untuk metode kualitatif dilakukan secara sengaja (purposive), tineliti dalam penelitian ini merupakan perwakilan dari tim kampanye pasangan DAI dan HADE di Kota Bogor. Tineliti dalam penelitian kualitatif tidak tergantung kepada jumlah, melainkan potensi tiap tineliti untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Sitorus, 1998). Tineliti dalam penelitian ini adalah Bapak Hr dan Bapak Jm dari tim kampanye DAI Kota Bogor, serta Ibu An dan Bapak Im dari tim kampanye HADE Kota Bogor. Penentuan sampel responden dalam metode polling dilakukan dengan teknik sampel kuota (quota sampling). Menurut Nainggolan (1998) dalam Eriyanto (1999), teknik sampel kuota adalah proses pengidentifikasian kategori atau karakteristik responden yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik, dengan menentukan jumlah target responden yang harus dipenuhi dari masing-masing kelompok responden. Jumlah responden ditentukan berdasarkan kategori atau karakteristik yang telah dibuat. Teknik sampel kuota

digunakan untuk menghindari keseragaman responden berdasarkan karakteristik tertentu dari responden polling yang kerangka sampelnya tidak tersedia. Sampel metode polling dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sampel yang mewakili pemilih pasangan HADE dan pemilih pasangan DAI di Kota Bogor. Masing-masing sampel tersebut terdiri dari 30 responden, sehingga total responden dalam penelitian ini adalah 60 orang. Responden dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan yang digolongkan ke dalam pendidikan tinggi, sedang, dan rendah. Responden juga dikelompokkan ke dalam dua kelompok usia yaitu, kelompok dewasa awal dan kelompok dewasa tengah (Hurlock, 1980), yaitu pemilih yang berusia kurang atau sama dengan 35 tahun dan pemilih yang berusia lebih dari 35 tahun. Pembedaan responden berdasarkan tingkat pendidikan dan usia didasarkan pada dugaan bahwa proses pembentukan citra dari pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan usia responden. Data hasil polling tidak ditujukan untuk uji statistik melainkan hanya untuk mendeskripsikan kesesuaian citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye DAI dan HADE, dengan citra yang ditangkap oleh pemilih DAI dan HADE dalam kampanye Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Penelitian dilakukan bertahap pada bulan Maret-April 2008 saat masa kampanye berlangsung, dan bulan Juli-Agustus 2008. Kurun waktu penelitian yang dimaksud adalah waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data, baik data hasil pengamatan lapangan, data hasil wawancara, maupun data hasil polling.

3.3. Teknik Pengumpulan Data Data kualitatif yang dihasilkan selama penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Data hasil pengamatan: tulisan dalam bentuk deskripsi mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang, saat penulis melakukan pengamatan kegiatan kampanye HADE pada tanggal 27 Maret 2008 dan kampanye DAI pada tanggal 8 April 2008 di Lapangan Sempur, Kota Bogor. b. Data hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan anggota tim kampanye DAI dan HADE yang menjadi tineliti dalam penelitian ini, mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara dengan peneliti. Hasil pembicaraan yang dimaksud berupa tanggapan tineliti dari pertanyaan yang diajukan kepada mereka seputar perencanaan strategi komunikasi dan kampanye politik, pelaksanaan kegiatan kampanye politik, dan citra diri yang ingin dibentuk dari pasangan DAI dan HADE. c. Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang berkaitan dengan kampanye politik dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008, notulen rapat tim kampanye, dan surat keputusan pembentukan tim kampanye. Bahan tertulis yang dijadikan sumber penulisan skripsi antara lain daftar anggota tim kampanye DAI dan HADE, laporan evaluasi kampanye DAI, notulensi rapat persiapan kampanye DAI, jadwal kampanye HADE, anggaran biaya kampanye HADE di Kota Bogor, dokumentasi kegiatan kampanye DAI

dan HADE di Kota Bogor, dan artikel berita dari media massa cetak dan elektronik mengenai kampanye politik pasangan DAI dan HADE di Kota Bogor. Sementara itu, data hasil polling didapatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner polling. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan kampanye politik dan pencitraan mengenai pasangan DAI dan HADE yang dimaknai oleh pemilihnya. Penyebaran kuesioner polling dilakukan di tiga wilayah Kota Bogor, yaitu Kecamatan Tanah Sareal, Kecamatan Bogor Tengah, dan Kecamatan Bogor Utara. 3.4. Teknik Analisis Data dan Penyajian Data Selama peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan, peneliti juga melakukan analisis data. Semua data yang telah didapat kemudian diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Secara rinci, tahapan analisis data dijabarkan sebagai berikut: a. Reduksi data, dilakukan dengan cara memberikan kode terhadap data-data yang sesuai dengan kebutuhan data penelitian untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari perumusan masalah penelitian. b. Penyajian data, data yang telah direduksi kemudian diorganisasikan dan disajikan dalam bentuk tulisan yang memiliki arti dan kemampuan untuk menjawab masalah-masalah penelitian. Penyajian data juga dilakukan dalam bentuk: tabel, gambar, dan berbagai kutipan penjelasan dari tineliti dan hasil pengisian kuesioner oleh responden polling. Tabel digunakan untuk melihat perbandingan perencanaan strategi komunikasi dan bentuk kampanye yang

dilakukan oleh tim kampanye pasangan HADE dan DAI di Kota Bogor. Tabel juga digunakan untuk menjelaskan persentase kesesuaian citra dari pemilih DAI dan HADE. Kutipan langsung digunakan untuk menjelaskan proses perencanaan strategi komunikasi dan mengetahui citra yang diharapkan muncul dalam benak masyarakat sebagai sasaran kegiatan kampanye, sedangkan gambar digunakan untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan

kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye masing-masing pasangan calon kepala daerah. c. Penarikan kesimpulan, dilakukan selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Data hasil polling dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang untuk melihat hubungan-hubungan antara dua variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah usia pemilih, tingkat pendidikan pemilih, citra yang ditangkap oleh pemilih, dan kesesuaian citra. Hubungan-hubungan antar variabel tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang berisi besaran persentase hubungan antar variabel, sebelum akhirnya data-data tersebut diinterpretasikan. Selama proses analisis dan penyajian data, penulis juga terus melakukan penyempurnaan atau bahkan merevisi kerangka analisis yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Tujuannya adalah untuk membantu penulis dalam menarik suatu kesimpulan yang akan mengarahkan pada pengambilan kesimpulan berikutnya.

BAB IV PROFIL CALON GUBERNUR DAN TIM KAMPANYE 4.1. Profil Pasangan Incumbent (DAI) Danny Setiawan adalah Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008 yang mencalonkan kembali (incumbent) dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan Danny Setiawan banyak dihabiskan di bidang pemerintahan, ia merupakan lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), lalu melanjutkan pendidikan pemerintahannya di IIP Malang, kemudian dilanjutkan kembali dengan mengambil program S2 Kebijakan Publik di Universitas Padjadjaran Bandung. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008 melalui pemilihan yang dilakukan oleh DPRD Jawa Barat, Danny Setiawan juga pernah menjabat beberapa jabatan di lingkungan pemerintahan, di antaranya adalah sebagai Camat Cimarga Kabupaten Lebak, Kepala Bagian Pemerintahan di Kabupaten Lebak, Kepala Bidang Sosial dan Budaya BAPPEDA Tk. I Jawa Barat, Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Iwan Ridwan Sulanjana adalah calon Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 yang mendampingi Danny Setiawan. Latar belakang profesi Iwan Sulanjana adalah sebagai pejabat militer, beliau merupakan mantan Panglima Daerah Militer Jawa Barat (Pangdam Siliwangi), sebelum akhirnya pensiun dari lingkungan militer dengan jabatan terakhir sebagai Asisten Operasi KASAD. Iwan Sulanjana tinggal di daerah Cikeas Kabupaten Bogor, atas dasar itulah tim

kampanye DAI Kota Bogor menekankan isu pilih orang Bogor asli!! selama masa kampanye pemilihan gubernur di Kota Bogor. Pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana dapat dikatakan sebagai pasangan yang berpengalaman dalam memerintah Jawa Barat. Kombinasi antara pengalaman Danny Setiawan yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dan Iwan Sulanjana sebagai mantan panglima militer daerah Jawa Barat, dijadikan sebagai nilai jual utama selama masa kampanye oleh tim kampanye pasangan DAI. Adapun visi pasangan DAI untuk Jawa Barat adalah penguatan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keunggulan Jawa Barat, guna mewujudkan visi Jawa Barat sebagai provinsi termaju. 4.2. Profil Tim Kampanye DAI Kota Bogor Tim kampanye pasangan calon gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan dan Iwan R. Sulanjana (DAI) terdiri dari dua partai yang berkoalisi di tingkat Jawa Barat yaitu, Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrat. Kesepakatan koalisi tersebut diwujudkan dalam bentuk pertemuan khusus untuk membentuk Tim Kampanye DAI Kota Bogor yang terdiri dari anggota-anggota kedua partai tersebut. Anggota-anggota tim kampanye tersebut dipilih melalui proses musyawarah terpisah yang dilakukan oleh masing-masing partai, hingga akhirnya muncul beberapa nama yang direkomendasikan untuk mengisi posisi-posisi yang telah ditetapkan sebelumnya. Anggota-anggota tim kampanye tersebut dipilih berdasarkan track record dan kesesuaian bidang kerja yang selama ini dijabatnya di tingkat partai. Tim kampanye DAI Kota Bogor terdiri dari pengurus Partai Golkar dan Partai Demokrat Kota Bogor. Sebanyak 12 anggota DPRD Kota

Bogor dari Fraksi Golkar dan Fraksi Demokrat juga tergabung dalam tim kampanye DAI. Partai Golkar mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan Partai Demokrat dalam tim kampanye DAI, hal itu terjadi karena calon gubernur yaitu Danny Setiawan merupakan kader partai Golkar, sehingga Partai Golkar lebih mempunyai tanggung jawab memenangkan kader partainya dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat. Besarnya pengaruh Partai Golkar dibandingkan Partai Demokrat dapat dilihat dari terpilihnya kader Golkar, yaitu Tauhid Jagorga Tagor sebagai ketua tim kampanye DAI Kota Bogor. Struktur tim kampanye DAI terdiri dari sembilan bidang kerja beserta ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, dan penanggung jawab, dengan total jumlah anggota tim kampanye sebanyak 36 anggota. Bidang-bidang kerja tersebut antara lain adalah, bidang kesekretariatan, bidang perencanaan, bidang advokasi dan hukum, bidang logistik, bidang kampanye, bidang humas dan media massa, bidang monitor dan evaluasi, bidang pemungutan suara dan saksi, serta bidang penggalangan massa. Selama menjalankan kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor, tim kampanye gabungan dari Golkar dan Demokrat ini selalu berusaha untuk bekerja bersama atas nama tim kampanye DAI Kota Bogor. Pembagian kerja tidak dilakukan berdasarkan keanggotaan partai, tetapi berdasarkan bidang-bidang kerja yang ada dalam struktur tim kampanye DAI Kota Bogor. Selama masa kampanye, tim kampanye DAI Kota Bogor tidak menggunakan atau menyewa tempat khusus sebagai kantor tim kampanye DAI Kota Bogor, adapun tempat yang digunakan sebagai kantor tim kampanye DAI

Kota Bogor adalah kantor sekretariat Partai Golkar Kota Bogor. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk menghemat biaya kampanye, selain itu keputusan tersebut juga diambil dengan melihat keadaan bahwa tim kampanye DAI Jawa Barat juga berkantor di sekretariat DPD Partai Golkar Jawa Barat di Bandung. 4.3. Profil Pasangan Pendatang Baru (HADE) Ahmad Heryawan merupakan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga menjabat sebagai ketua umum Persatuan Umat Islam (PUI). Saat mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, Ahmad Heryawan menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Latar belakang pekerjaannya kebanyakan dihabiskan di bidang pendidikan, antara lain sebagai dosen Universitas Ibnu Khaldun Bogor, dosen tidak tetap ekstensi Fakultas Ekonomi UI, dosen Pusat Studi Islam Al-Manar, hingga menjadi pembimbing haji Ummul Quro. Yusuf Macan Efendi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dede Yusuf merupakan bintang film pada tahun 1990-an, Ia memasuki jalur politik melalui Partai Amanat Nasional (PAN) dengan jabatan terakhir di PAN sebagai Wakil Sekretaris Jenderal. Saat mencalonkan diri sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, Dede Yusuf terdaftar sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PAN. Dede Yusuf juga pernah menduduki posisi-posisi penting di berbagai organisasi dan pekerjaan, di antaranya adalah sebagai Ketua Yayasan Simpay Wargi Urang, Wakil Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Direktur Utama PT. Red Box Media Imaji, dan saat ini menjabat sebagai Komisaris PT. Gen Komunika.

Pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf merupakan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 termuda. Usia mereka berdua saat diresmikan menjadi calon gubernur adalah 41 tahun, hal tersebut dijadikan sebagai isu utama oleh tim kampanye mereka dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat. Pada awal terbentuk koalisi antara PKS dan PAN, belum ditentukan siapa yang akan maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, namun akhirnya posisi calon gubernur dan wakil gubernur pun terisi dengan cara menentukan yang lebih tua usianya di antara pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf. Ahmad Heryawan akhirnya ditentukan sebagai calon gubernur karena usianya lebih tua tiga bulan daripada Dede Yusuf. Visi HADE untuk Jawa Barat adalah terwujudnya masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera. Program-program yang menjadi andalan pasangan ini selama masa kampanye adalah mengusahakan sekolah gratis sampai setingkat SMA untuk seluruh warga Jawa Barat dan peningkatan gaji guru negeri serta swasta di Jawa Barat, penyerapan satu juta lapangan kerja melalui program UKM, dan pembangunan serta revitalisasi Posyandu untuk ibu, anak, dan lansia. Visi tersebut dituangkan ke dalam bentuk kontrak politik atau perjanjian tertulis dengan masyarakat Jawa Barat selama masa kampanye berlangsung, salah satu poin kontrak tersebut antara lain adalah pasangan HADE siap mengundurkan diri jika janji-janji mereka selama kampanye tidak terwujud dalam jangka waktu tiga tahun sejak mereka menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013.

4.4. Profil Tim Kampanye HADE Kota Bogor Tim kampanye pasangan calon Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (HADE) terdiri dari tiga komponen yaitu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan organisasi masyarakat Persatuan Umat Islam (PUI). Ketiga komponen organisasi tersebut sepakat mencalonkan pasangan HADE untuk maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat setelah melalui proses yang cukup panjang. Tim kampanye HADE Kota Bogor dibentuk oleh dua partai politik pendukung yaitu PKS dan PAN, yang didukung juga dengan bantuan personil untuk anggota kampanye dari PUI Kota Bogor. Pembentukan tim kampanye diawali dengan pertemuan di antara ketiga komponen tersebut, yang pada akhirnya menetapkan Dadang Ruchyana dari PKS sebagai Ketua tim kampanye HADE di Kota Bogor. Setelah itu dibentuklah bidang-bidang kerja beserta anggotanya untuk memaksimalkan pelaksanaan kampanye. Bidang-bidang tersebut adalah, bidang jaringan dan kewilayahan, bidang advokasi dan hukum, bidang media dan humas, bidang pendanaan, bidang logistik, dan bidang pengamanan suara. Bidang-bidang tersebut dibentuk sesuai dengan bidang-bidang yang terdapat pada tim kampanye HADE Jawa Barat, penyeragaman bidang kerja tersebut dilakukan untuk memudahkan koordinasi antar tim kampanye pusat dan daerah. Anggota tim kampanye HADE tersebut dipilih berdasarkan kompetensi dirinya yang disesuaikan dengan bidang kerja yang ditempatinya. Total anggota tim kampanye HADE Kota Bogor sebanyak 61 orang, anggota-anggota tersebut didistribusikan ke dalam bidang-bidang kerja yang proporsi jumlah anggota setiap

bidang disesuaikan dengan kebutuhan kerja tiap bidang tersebut. Delapan anggota DPRD Kota Bogor dari Fraksi PKS dan Fraksi PAN juga ikut bergabung dengan tim kampanye HADE Kota Bogor. Selain tim kampanye resmi, pelaksanaan kampanye HADE di Kota Bogor juga didukung oleh lebih dari 10.000 kader PKS dan simpatisan HADE. Proses kreatif dan perencanaan kampanye juga dilakukan dengan melibatkan kader-kader dan simpatisan di luar tim kampanye resmi HADE. Konseptor utama kampanye HADE di Kota Bogor adalah Bapak Iman Nugraha yang menjabat sebagai koordinator bidang Media dan Humas, Ia bertugas untuk menggalang kampanye melalui media massa. Bapak Iman mampu membina hubungan baik dengan para wartawan media massa, dan kemudian menggerakkan wartawan-wartawan tersebut sebagai peliput kampanye HADE di Kota Bogor. Bapak Im mampu melakukan hal-hal tersebut karena sebelumnya Ia pernah bekerja di bidang jurnalistik dan Ia juga pernah aktif di LSM Yayasan SIDIK (Studi dan Informasi Dunia Islam Kontemporer) Jakarta. Selama masa kampanye pemilihan Gubernur Jawa Barat, tim kampanye HADE menyewa ruko di daerah Jl. Pajajaran Bogor, sebagai pusat aktivitas dan informasi mengenai pasangan HADE yang diberi nama HADE Pisan Center. Ruko tersebut dijadikan sebagai sarana informasi untuk merumuskan strategi dan kegiatan kampanye pasangan HADE di Kota Bogor. Selain itu HADE Pisan Center juga berguna sebagai jembatan informasi antara pasangan HADE dengan masyarakat calon pemilih, wartawan, pemimpin masyarakat, partai politik, dan seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta kampanye yang dialogis dimana masyarakat menyampaikan secara langsung harapan-harapan, ide, saran dan

bahkan permasalahan yang dimilikinya untuk membangun Jawa Barat menjadi lebih baik lagi. Mekanisme kerja tim kampanye HADE Kota Bogor dibagi berdasarkan partai dan kegiatan calon gubernur dan wakil gubernur. Tim kampanye dari PKS menjadi panitia kampanye utama dan PAN hanya menjadi pendamping saja jika yang berkampanye adalah calon gubernur Ahmad Heryawan, begitu pun sebaliknya. Tim kampanye gabungan hanya bekerjasama saat Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf melakukan kampanye terbuka di Lapangan Sempur. 4.5. Perbandingan antara Tim Kampanye DAI dan HADE Perbedaan utama dari tim kampanye DAI dan HADE adalah jumlah anggota tim kampanye dan distribusi jumlah anggota pada setiap bidang. Tim kampanye pasangan DAI hanya terdiri dari 36 orang, sedangkan tim kampanye pasangan HADE terdiri dari 61 orang. Tim kampanye DAI mendistribusikan anggota tim kampanye untuk masing-masing bidang kerja dengan jumlah yang hampir sama yaitu sekitar dua sampai dengan empat orang dalam satu bidang. Pendistribusian tim kampanye HADE untuk masing-masing bidang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bidang kerja. Seperti misalnya untuk bidang jaringan dan kewilayahan, tim kampanye HADE menempatkan 22 orang anggota untuk mengisi bidang itu karena bidang tersebut memang membutuhkan banyak orang untuk disebarkan dan menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat di berbagai wilayah di Kota Bogor, sedangkan untuk bidang advokasi dan hukum hanya diisi oleh empat orang anggota karena bidang tersebut memang tidak bertugas langsung ke lapangan melainkan hanya menunggu laporan-laporan yang

bersinggungan dengan hukum dan peraturan selama masa kampanye di Kota Bogor berlangsung. Perbedaan lainnya juga dapat dilihat pada mekanisme kerja tim kampanye DAI dan HADE di Kota Bogor. Tim kampanye DAI yang terdiri dari Partai Golkar dan Partai Demokrat selalu bekerja bersama mulai perencanaan hingga pelaksanaan kampanye berlangsung, sedangkan tim kampanye HADE yang terdiri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) kebanyakan bekerja sendiri-sendiri selama masa kampanye dilaksanakan. Mekanisme kerja tim kampanye HADE yang dibagi berdasarkan partai ternyata terbukti lebih efektif dalam menjalankan kampanye politik yang hanya diberi waktu selama dua minggu. Mekanisme kerja tim kampanye DAI yang bekerja bersama dan berasal dari dua partai, justru menunjukkan kinerja yang kurang efektif karena terhambat oleh perbedaan ide, birokrasi, dan cara kerja, sehingga terjadi saling tunggu antara masing-masing bidang kerja yang akan melaksanakan kegiatan kampanye. Kondisi tersebut menyebabkan kampanye yang dijalankan menjadi tidak optimal, terutama dengan waktu kampanye yang disediakan oleh KPU sangat terbatas. Ketidakoptimalan kegiatan kampanye pasangan DAI terutama terlihat dari terjadinya kekurangan logistik untuk kampanye, sehingga proses sosialiasi pasangan DAI tidak berjalan baik, sedangkan tim kampanye HADE mampu menjalankan kegiatan kampanye dan sosialisasi calon kepala daerah dengan optimal karena mereka memiliki dua tim kampanye, yaitu tim kampanye HADE dari PKS dan PAN.

BAB V PERENCANAAN STRATEGI KAMPANYE POLITIK 5.1. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik DAI Strategi kampanye politik yang dijalankan oleh tim kampanye DAI di Kota Bogor pada dasarnya mengadaptasi strategi kampanye politik yang telah direncanakan oleh tim kampanye DAI pusat (Jawa Barat). Tim kampanye di daerah kota dan kabupaten diharuskan menerapkan strategi tersebut di daerahnya masing-masing. Strategi yang dijalankan tersebut diwujudkan dalam teknik kampanye massa secara langsung, dengan beragam seni hiburan untuk menyemarakkan kegiatan kampanye, namun dalam pelaksanaannya tim kampanye DAI Kota Bogor melakukan beberapa modifikasi dengan menggunakan teknikteknik lain, tetapi tetap sesuai dengan prosedur dan tujuan yang telah ditetapkan oleh tim kampanye pusat. Teknik kampanye massa secara langsung dipilih karena dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat dibandingkan kampanye dari rumah ke rumah, namun biaya yang dikeluarkan biasanya lebih besar dibandingkan dengan teknik kampanye lainnya. Perencanaan kampanye pasangan DAI di Kota Bogor dilakukan oleh tim kampanye DAI Kota Bogor beserta perwakilan partai Golkar dan Partai Demokrat di tingkat kecamatan. Hal-hal yang menjadi perhatian utama pada saat perencanaan kampanye adalah kegiatan-kegiatan kampanye yang akan dijalankan untuk mencapai target 60 persen suara di Kota Bogor, sasaran atau target kampanye politik pasangan DAI, perencanaan kampanye melalui media massa, hingga masalah penempatan saksi untuk tiap tempat pemungutan suara (TPS) pada saat pemilihan dilakukan.

5.1.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye Masalah anggaran biaya dan pendanaan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan kampanye, karena kampanye politik dalam pemilihan kepala daerah secara langsung membutuhkan dana yang cukup besar untuk mempromosikan kandidat yang didukungnya. Tanpa adanya dukungan finansial, sulit untuk mengembangkan teknik kampanye, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan anggaran dana yang efektif dan efisien sehingga tujuan dari kampanye politik dapat dicapai. Selama masa kampanye pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor, tim kampanye DAI mengeluarkan dana sekitar Rp.250.000.000,00, seperti diungkapkan oleh Jm, anggota tim kampanye DAI Kota Bogor.
....kalau engga salah waktu itu di laporan evaluasi kampanye juga jumlah pengeluarannya sekitar 250 juta, coba sekarang kamu percaya ga jumlah dana buat kampanye segitu? (Jm, anggota tim kampanye DAI Kota Bogor)

Jumlah tersebut diakui oleh Jm memang tidak sesuai karena seharusnya biaya yang dikeluarkan lebih dari itu, namun karena pengelolaan keuangan yang kurang tertib membuat data-data mengenai anggaran dana tidak tercatat dengan baik. Banyaknya sumbangan-sumbangan kecil dari kader partai juga membuat sulit pencatatan dana masuk dan keluar. Dana tersebut sebagian besar berasal dari kas Partai Golkar dan Partai Demokrat, juga ada sumbangan dari beberapa kader kedua partai tersebut dan sumbangan dari calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung. Sebagai gambaran umum, setelah masa kampanye pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Jawa Barat berakhir, KPU Jawa Barat

mengumumkan bahwa selama masa kampanye berlangsung9, tim kampanye DAI Jawa Barat mendapatkan dana sebesar Rp. 16.391.000.000,00, sedangkan tim kampanye HADE Jawa Barat mendapatkan dana sebesar Rp. 3.229.000.000,00.

5.1.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye Konsolidasi internal dan eksternal dilakukan dalam rangka penguatan organisasi partai dan simpatisan yang memberikan dukungan kepada pasangan DAI dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2008. Dukungan dari organisasi masyarakat (Ormas) diperlukan untuk mempengaruhi pemilih yang memilih kepala daerah berdasarkan fatsoen politik, dengan cara mengeluarkan kebijakan dari pimpinan organisasi untuk mendukung pasangan DAI. Selama masa kampanye Pilkada Jawa Barat 2008 di Kota Bogor, pasangan DAI mendapatkan dukungan dari beragam Ormas, beberapa di antaranya adalah Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Pemuda Partai Demokrat, Karukunan Warga Bogor (KWB), Pendekar Jalak Banten (PJB), Gerakan Sunda Tandang, Himpunan Pengrajin Industri Kecil, Gerakan Relawan Pendukung Iwan Sulanjana, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FORKAGAMA), Ikatan Keluarga Besar Cimande (IKBC), Karang Taruna, dan Gagak Lemayung (Tabel 1). Pembacaan deklarasi dukungan dari organisasi masyarakat terhadap pasangan DAI dilakukan pada saat kampanye terbuka di Lapangan Sempur, surat dukungan tersebut diterima secara langsung oleh calon gubernur Danny Setiawan. Selain dukungan dari Organisasi

Dana kampanye tidak jelas, KPU tegur tim AMAN. http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=OTM3Ng==&click=MTE0 (Diakses tanggal 18 Agustus 2008)

masyarakat tim kampanye DAI juga melakukan pendekatan kepada beberapa tokoh masyarakat, tokoh budaya dan seni, serta pemuka agama di Kota Bogor.

Tabel 1. Matriks Organisasi Pendukung Pasangan DAI di Kota Bogor


Jenis Organisasi Nama Organisasi Karukunan Warga Bogor, Pendekar Jalak Banten, Gerakan Sunda Tandang, Himpunan Pengrajin Industri Kecil, Gerakan Relawan Pendukung Iwan Sulanjana, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama, Ikatan Keluarga Besar Cimande, dan Gagak Lemayung. Karang Taruna. AMPG, AMPI, dan Pemuda Partai Demokrat.

Organisasi Profesi dan Komunitas

Organisasi Keanggotaan Pemuda (OKP) Organisasi binaan partai politik (underbow)

Konsolidasi internal tim kampanye DAI dilakukan dengan cara menggelar rapat-rapat persiapan sebelum dan selama masa kampanye berlangsung. Persiapan tersebut meliputi penguatan jaringan-jaringan partai hingga ke pengurus kecamatan dan kelurahan, persiapan saksi-saksi di tiap TPS, pemantauan perkembangan kompetitor di tiap kelurahan, pencarian dan penganggaran dana kampanye, pemilihan media dan teknik kampanye, serta penggalangan massa untuk kampanye.

5.1.3. Segmentasi Tim kampanye DAI menargetkan jumlah suara sebesar 60 persen dari total pemilih di Kota Bogor, untuk mencapai target jumlah suara sebesar 60 persen tersebut tim kampanye DAI Kota Bogor melakukan riset mengenai perilaku pemilih di Kota Bogor, sebagai bahan acuan untuk merumuskan strategi

dan kegiatan kampanye politik di Kota Bogor. Hasil dari riset tersebut mengelompokkan pemilih ke dalam lima segmen, yaitu pemilih yang memilih berdasarkan: 1. Ideologi Partai Pemilih pada segmen ini adalah masyarakat yang memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dengan melihat partai pendukungnya, karena pemilih tersebut merasa bahwa ideologi dan aspirasi politiknya sudah sesuai dengan partai tersebut, sehingga ia tidak ragu lagi untuk memilih calon yang diajukan oleh partai politik yang didukung oleh pemilih tersebut. Cara yang dilakukan untuk meraih suara dari kelompok ini adalah dengan melakukan penegasan posisi Partai Golkar dan Demokrat yang mendukung pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat. 2. Kompetensi calon Kelompok ini memilih calon gubernur dan wakil gubernur berdasarkan latar belakang pendidikan, riwayat pekerjaan, serta prestasi yang sudah dicapai oleh calon gubernur dan wakil gubernur. Kelompok yang mementingkan dan memperhatikan kompetensi calon ini biasanya dianut oleh kalangan intelektual, mahasiswa, profesional dan praktisi. Upaya untuk mengumpulkan suara dari kelompok ini dilakukan dengan cara menyebarkan pamflet yang berisi tentang riwayat pendidikan dan pekerjaan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana. 3. Kharismatik calon Kelompok masyarakat yang menginginkan pemimpin kharismatik biasanya mereka yang masih terikat erat dengan budaya dan pranata lokal. Kelompok

seperti ini dapat disentuh dengan pendekatan-pendekatan melalui kebudayaan dan seni. Cara yang dapat dilakukan untuk mendekati kelompok ini adalah dengan melakukan pendekatan kepada tokoh budaya dan seni yang telah berjasa mengembangkan dan mempertahankan seni sunda di Kota Bogor. 4. Fatsoen politik/kelompok Biasanya kelompok pemilih ini tergabung dalam ormas dan OKP yang bersandarkan pada isu-isu tertentu. Pada setiap organisasi masyarakat biasanya ada kebijakan-kebijakan internal organisasi untuk mendukung salah satu calon kepala daerah. Oleh karena itu untuk mendapatkan suara dari kelompok ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan antar organisasi, agar organisasi masyarakat tersebut melimpahkan dukungannya untuk pasangan DAI. 5. Mengikuti perasaan Pemilih dalam kelompok ini biasanya adalah kelompok pemilih pemula yang belum memiliki pilihan politik yang tetap dan jelas. Mereka memutuskan memilih seorang calon gubernur dan wakil gubernur karena faktor fisik atau bisa juga karena hal-hal lain yang menarik dan memancing emosional masyarakat. Kelompok ini jumlahnya sangat signifikan dan sangat potensial untuk dijadikan sasaran kampanye. Cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh suara dari kelompok ini adalah dengan memperbanyak pamflet, spanduk, baligo yang bergambar pasangan DAI, agar dapat mempengaruhi pemikiran dan perasaan kelompok ini. Cara lain yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan menciptakan isu-isu tertentu yang mengundang simpati masyarakat, isu yang diciptakan adalah pasangan DAI merupakan putra asli

Bogor dan masyarakat Bogor harus bangga jika nanti Jawa Barat dipimpin oleh orang Bogor.

5.1.4. Targeting Tim kampanye DAI tidak menetapkan segmen-segmen khusus sebagai sasaran utama kampanye, bagi tim kampanye DAI semua masyarakat Bogor yang mempunyai hak pilih dianggap sebagai sasaran kampanye demi mengamankan target perolehan suara sebesar 60 persen di Kota Bogor. Oleh karena itu, mereka telah menyiapkan cara-cara tersendiri untuk meraih simpati dari kelima kelompok pemilih yang telah mereka tetapkan. Tidak adanya sasaran utama dari kelima kelompok pemilih tersebut, menyebabkan tim kampanye DAI harus melakukan pendekatan yang berbedabeda berdasarkan perilaku memilih masyarakat dalam segmen-segmen tersebut. Untuk menjalankan kampanye yang berbeda-beda itu, diperlukan jumlah kader partai dan simpatisan yang cukup banyak, jumlah dana yang dikeluarkan juga dipastikan semakin bertambah karena beragamnya teknik kampanye yang harus dijalankan untuk meraih suara dari segmen-segmen tersebut.

5.1.5. Positioning Selama masa kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat periode 2008-2013, tim kampanye DAI Kota Bogor menggunakan beberapa kalimat positioning yang disebut juga sebagai slogan kampanye. Slogan kampanye yang digunakan tersebut di antaranya adalah slogan kampanye yang menjadi slogan utama DAI se-Jawa Barat yaitu Mengabdi dengan hati, adapun slogan lain yang dibuat oleh tim kampanye DAI Kota Bogor adalah Pilih orang Bogor asli!

karena Iwan Sulanjana (calon wakil gubernur) memang berasal dari Bogor. Sebelumnya juga ada slogan lain yaitu, Jika ingin AMAN dan HADE, pilih DAI, namun slogan tersebut tidak jadi digunakan karena slogan tersebut dianggap ikut mempopulerkan pasangan AMAN dan HADE yang merupakan pesaing pasangan DAI dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013.

5.2. Perencanaan Strategi Komunikasi Tim Kampanye HADE Strategi kampanye HADE selama mengikuti pemilihan kepala Daerah Jawa Barat periode 2008-2013 adalah metode direct selling. Strategi ini merupakan strategi partai keadilan sejahtera (PKS) dalam pemilihan legislatif tahun 2004 yang lalu, karena dianggap cukup sukses maka strategi ini kembali diterapkan pada Pilkada Jawa Barat. Strategi direct selling ini digunakan sebagai strategi kampanye HADE se-Jawa Barat, strategi ini dipilih karena sesuai dengan kondisi partai pendukung HADE terutama PKS, karena PKS memiliki kader dan relawan yang banyak serta loyal kepada partai. Terdapat lebih dari 10.000 kader dan relawan PKS yang siap menjalankan strategi direct selling. Tujuan utama dari direct selling ini adalah memperkenalkan figur pasangan HADE, menjelaskan program kerja dan visi misi, hingga

penandatanganan kontrak politik antara pasangan HADE yang diwakili oleh tim kampanyenya, dengan masyarakat Jawa Barat. Pengenalan pasangan HADE dimasukan dalam agenda direct selling karena pasangan ini merupakan pendatang baru di lingkungan politik Jawa Barat, sehingga tim kampanye HADE menitikberatkan kampanye pencitraan untuk memperkenalkan pasangan ini kepada masyarakat.

Perencanaan strategi kampanye politik tidak hanya dilakukan oleh tim kampanye utama, perencanaan kampanye juga dilakukan oleh masing-masing tim kampanye HADE di kecamatan dan kelurahan. Tim kampanye di kecamatan dan kelurahan diberikan keleluasaan untuk melakukan kegiatan kampanye sendiri asalkan tetap dalam pantauan tim kampanye utama di Kota Bogor, seperti misalnya dalam pelaksanaan kampanye Angkot Gratis dari HADE pada hari terakhir kampanye yang direncanakan dan dilaksanakan oleh tim kampanye HADE di Kecamatan Bogor Timur. 5.2.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye Perumusan anggaran biaya untuk kampanye politik dilakukan oleh masing-masing bidang kerja yang dipantau langsung oleh bendahara tim kampanye HADE. Anggaran biaya kampanye terbesar digunakan oleh bidang media dan humas yang menyedot anggaran dana sebesar Rp. 513.830.000,00. Dana tersebut digunakan untuk pemasangan iklan di media massa cetak dan elektronik lokal, pelaksanaan konferensi pers, pembuatan buletin HADE, dan atribut kampanye lainnya seperti stiker, baligo, spanduk, dan kaos. Bidang logistik juga menggunakan dana yang cukup besar, yaitu sebesar Rp. 466.700.000,00. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kampanye terbuka HADE di Lapangan Sempur Bogor pada tanggal 29 Maret 2008. Pengeluaran lain yang cukup besar adalah anggaran biaya untuk konsumsi saksi saat penghitungan suara di 1360 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di Kota Bogor, dimana pada masing-masing TPS ditempatkan dua orang saksi dari tim HADE sehingga jumlah biaya yang harus dikeluarkan tercatat sebesar Rp. 136.000.000,00.

Dana kampanye HADE di Kota Bogor terutama berasal dari kas Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional, selain itu tim kampanye HADE Kota Bogor juga menghimpun sumbangan dana dari para kader partai dan anggota legislatif (DPRD) PKS dan PAN, sumbangan masing-masing anggota legislatif ditetapkan sebesar Rp. 500.000,00/anggota. Sumbangan kampanye terbesar berasal dari kader-kader PKS dan simpatisan HADE Kota Bogor, selama masa kampanye mereka melakukan lelang yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dan bantuan atribut kampanye untuk sosialisasi pasangan HADE di Kota Bogor. Lelang tersebut diprakarsai oleh DPC PKS (tingkat kecamatan) yang dilaksanakan sebanyak dua kali selama masa kampanye, dari lelang tersebut dikumpulkan dana sebesar Rp. 140.000.000,00. Total dana kampanye yang dikeluarkan oleh tim kampanye HADE Kota Bogor dan sumbangan-sumbangan dari kader dan simpatisan selama masa kampanye berlangsung ditaksir kira-kira mencapai Rp. 1.200.000.000,00. 5.2.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye Konsolidasi internal tim kampanye HADE dimulai setelah tim kampanye HADE pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim kampanye HADE di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat. Pertemuan antar tim kampanye HADE se-Jawa Barat di Bandung ini membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi kampanye yang digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus dicapai, dan penyediaan peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye di Kota Bogor juga dilakukan dengan cara memberikan motivasi dan pelatihan kepada pengurus partai di tingkat kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang baik dan sesuai dengan petunjuk teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.

Konsolidasi eksternal tim kampanye HADE Kota Bogor juga dilakukan dengan mencari dukungan dari berbagai organisasi masyarakat dan tokoh-tokoh agama, tokoh wanita, serta tokoh budaya Sunda.
.simpul-simpul masyarakat kita rangkul melalui silaturahim, masyarakat umum kita datangi langsung, tokoh-tokoh agama dan masyarakat juga kita menjalin silaturahmi. (An, anggota tim kampanye HADE Kota Bogor)

Organisasi masyarakat yang mendukung pasangan HADE antara lain adalah, Pos Wanita Keadilan, Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), Nisa Kreatif, Forsita PKS, Korps Muballighoh, Gema Keadilan, Persatuan Umat Islam (PUI), Komunitas Bogor Peduli Olahraga (Korpora), Silaturahim Jawara Bogor (Sijago), Solidaritas Angkot Bogor (SOLAR 46), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Ojeg Bogor Bersatu (OBOS), Perkumpulan Motor Keadilan Sejahtera (Pekasa), Paguyuban Masyarakat Sunda Bogor (Pasundar), Jaringan Majlis Talim, Komunitas Kesehatan, Becak Bogor Bersatu (Bagoes), dan Forum Silaturahim Pemuda Bogor (Tabel 2).

Tabel 2. Matriks Organisasi Pendukung Pasangan HADE di Kota Bogor


Jenis Organisasi Organisasi Profesi dan Komunitas Nama Organisasi Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan, Korpora, Sijago, SOLAR 46, SPN, OBOS, Bagoes, Jaringan Majlis Talim, Komunitas Kesehatan, PUI, dan Pasundar. Pos Wanita Keadilan, Nisa Kreatif, Forsitma PKS, Korps Muballighoh Muhammadiyah, Gema Keadilan, dan Pekasa.

Organisasi Keanggotaan Pemuda (OKP) Forum Silaturahim Pemuda Kota Bogor. Organisasi binaan partai politik (underbow)

Organisasi masyarakat pada Tabel 2 tersebut dibagi berdasarkan organisasi profesi, organisasi kepemudaan, dan organisasi underbow yang merupakan binaan partai politik. Organisasi-organisasi masyarakat tersebut menyatakan

dukungannya kepada pasangan HADE, yang diwakilkan oleh tokoh-tokoh organisasi masyarakat tersebut pada saat kampanye terbuka di Lapangan Sempur.

5.2.3. Segmentasi Segmentasi yang dilakukan oleh tim kampanye HADE mengelompokkan pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu, usia pemilih, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Dari segi usia, pemilih di Jawa Barat didominasi oleh kaum muda yang berusia 17-35 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, karena Bogor memang terkenal dengan kota kaum intelektual maka pemilih di Bogor didominasi oleh pemilih yang tingkat pendidikannya cukup tinggi atau setara SMA, sedangkan berdasarkan jenis kelamin hampir berimbang namun lebih banyak jumlah wanita walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Selain melakukan segmentasi pemilih, tim kampanye HADE juga melakukan survey mengenai pencitraan tokoh yang dilakukan jauh sebelum masa kampanye dimulai. Survey dilakukan bertahap kepada pemilih di Jawa Barat, survey pertama dilakukan dengan mengajukan tiga nama calon gubernur yaitu Danny Setiawan, Agum Gumelar, dan Ahmad Heryawan, dengan tidak menggunakan foto (hanya nama calon gubernur), hasilnya yang meraih suara terbanyak adalah Danny Setiawan, Agum Gumelar, lalu Ahmad Heryawan. Beberapa hari setelah itu dilakukan kembali survey serupa, namun kali ini disertakan foto calon gubernur beserta namanya, hasilnya adalah Ahmad Heryawan menempati urutan teratas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan secara visual mampu mempengaruhi pemilih dalam menjatuhkan pilihannya. Pemilih

mempertimbangkan kondisi fisik dan raut wajah untuk menilai kepribadian calon gubernur yang tidak dikenalnya secara langsung. Berdasarkan hasil riset tersebut, maka tim kampanye HADE menggarap dengan serius foto kampanye pasangan HADE agar sesuai dengan citra yang ingin ditampilkan, yaitu pasangan muda yang siap memimpin Jawa Barat. Untuk memperkuat citra pasangan muda, pasangan HADE tidak menggunakan kopiah sebagai penutup kepala, karena berdasarkan hasil survey juga didapat kesimpulan bahwa penggunaan kopiah cenderung identik dengan golongan tua. 5.2.4. Targeting Berdasarkan hasil segmentasi dan pemetaan karakteristik pemilih yang telah dilakukan sebelumnya, maka selanjutnya tim kampanye HADE menentukan sasaran utama kampanye politiknya. Penentuan sasaran utama ini dilakukan agar kampanye yang dijalankan lebih fokus, efektif dan efisien, namun tim HADE juga tetap melakukan kampanye dan sosialisasi kepada kelompok-kelompok lainnya. Target utama kampanye HADE adalah kaum muda dan ibu rumah tangga. Kelompok itu dipilih karena sesuai dengan isu dan tema kampanye pasangan HADE yang mengedepankan perubahan di Jawa Barat. Kaum muda dianggap sesuai karena mereka merupakan calon-calon pemimpin yang akan membawa Jawa Barat menuju perubahan ke arah yang lebih baik, selain itu golongan muda merupakan kelompok umur yang paling banyak jumlahnya di Jawa Barat sehingga sangat potensial untuk memberikan suara. Ibu rumah tangga dipilih karena perannya sebagai pendidik utama generasi muda di tingkat keluarga.

Selain itu ibu rumah tangga khususnya kaum wanita juga dianggap sebagai penggerak utama kegiatan Posyandu dan Puskesmas yang menjadi salah satu fokus program pasangan HADE sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan keluarga, bayi dan kalangan lanjut usia. 5.2.5. Positioning Selama masa kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat periode 2008-2013, tim kampanye HADE mengeluarkan dua slogan atau kalimat positioning yang mencerminkan keunggulannya dari kandidat lain. Slogan tersebut adalah Harapan baru Jawa Barat dan HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna. Slogan Harapan baru Jawa Barat, mencerminkan HADE sebagai pasangan muda yang siap merealisasikan harapan-harapan masyarakat Jawa Barat yang selama ini belum terealisasikan. Slogan kedua menggunakan bahasa Sunda yang mencerminkan keunggulan pasangan HADE sebagai pasangan yang sopan dalam bertutur kata, beriman kepada Tuhan YME, dan terampil dalam memimpin. Slogan dalam bahasa Sunda tersebut dibuat untuk melengkapi arti kata hade dalam bahasa Sunda yang berarti bagus dalam bahasa Indonesia. Kedua slogan tersebut berasal dari tim kampanye HADE pusat, tim kampanye HADE di Kota Bogor tidak membuat slogan khusus untuk Bogor karena dirasakan hal tersebut sudah cukup. Tim kampanye HADE Kota Bogor lebih memfokuskan kepada sosialisasi pasangan calon dan pengenalan visi misi melalui direct selling.

5.3. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Sebelum melaksanakan kegiatan kampanye politik untuk Pilkada Jawa Barat periode 2008-2013, tim kampanye DAI dan HADE melakukan perencanaan strategi komunikasi dan kampanye politik yang meliputi segmentasi sasaran kampanye, targeting sasaran kampanye, positioning, penyusunan anggaran dan pendanaan kampanye, serta konsolidasi internal dan eksternal partai beserta tim kampanye (Tabel 3). Tabel 3. Matriks Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik
Tahapan Perencanaan DAI Anggaran dana yang dikeluarkan tercatat 250 juta. Berasal dari kas partai dan sumbangan kader partai. Konsolidasi internal kurang berjalan baik. Sedangkan konsolidasi eksternal berhasil didukung oleh lebih dari 12 Organisasi di Kota Bogor. Perilaku memilih HADE

Anggaran dana dan pendanaan kampanye

Konsolidasi internal Dan eksternal Segmentasi Targeting Positioning

Anggaran dana mencapai 1,2 Milyar. Berasal dari kas paratai, anggota legislatif PKS dan PAN, serta kader dan simpatisan. Konsolidasi internal berjalan sangat baik dengan memanfaatkan jaringan PKS. Konsolidasi eksternal berhasil didukung oleh lebih dari 17 Organisasi di Kota Bogor. Demografis Golongan Pemuda dan Ibu Tidak Melakukan rumah tangga Mengabdi dengan hati, Harapan baru Jawa Barat dan Pilih orang Bogor dan, HADE basana, HADE asli! elmuna, HADE akhlakna

Jumlah dana yang dikeluarkan oleh tim kampanye HADE untuk menjalankan kegiatan kampanye di Kota Bogor sangat besar, yaitu sebesar Rp. 1.200.000.000,00. Dana tersebut sebagian besar dihabiskan untuk melakukan teknik kampanye massa tidak langsung, melalui pemberitaan media cetak, media elektronik, spanduk, baligo, stiker, dan pamflet. Sementara itu tim kampanye DAI hanya menghabiskan dana sebesar Rp. 250.000.000,00, walaupun jumlah

tersebut diragukan kepastiannya, tetapi diperkirakan jumlahnya tidak melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pasangan HADE. Tim kampanye HADE melakukan konsolidasi eksternal dengan cara menggalang dukungan dari ormas dan OKP yang sesuai dengan visi misi, program kerja, dan sasaran kampanye politiknya. Ormas dan OKP tersebut di antaranya adalah Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Forum Silaturahim Pemuda Kota Bogor, Jaringan Majlis Talim, dan Komunitas Kesehatan. Upaya untuk menjangkau fokus sasaran kampanye HADE yaitu, kaum muda dan ibu rumah tangga, dilakukan menggunakan kalimat positioning atau slogan kampanye yang berbunyi Harapan Baru Jawa Barat dan HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna. Kedua slogan tersebut cukup menggambarkan keunggulan pasangan HADE dibandingkan pasangan lainnya, yaitu pasangan muda yang siap membawa perubahan dan melayani masyarakat Jawa Barat. Slogan tersebut memberikan gambaran tentang pasangan HADE sebagai pasangan alternatif bagi masyarakat yang tidak puas akan kepemimpinan gubernur sebelumnya. Popularitas Dede Yusuf sebagai mantan bintang film juga digunakan untuk menarik simpati dan dukungan dari sasaran kampanye HADE, terutama ibu-ibu rumah tangga. Tim kampanye DAI menggunakan slogan Mengabdi dengan hati dan Pilih orang Bogor asli! untuk menarik simpati dan dukungan pemilih yang memilih berdasarkan perasaan. Slogan Mengabdi dengan hati mencoba menggambarkan Danny Setiawan sebagai sosok yang telah berhasil membangun Jawa Barat selama lima tahun ke belakang, dan akan kembali melakukan pengabdian untuk lima tahun ke depan bagi masyarakat Jawa Barat. Slogan Pilih

orang Bogor asli diciptakan untuk memancing rasa sentimen kedaerahan pemilih yang tinggal di Bogor, agar memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berasal dari Bogor. Namun slogan kampanye yang diciptakan oleh tim kampanye DAI kurang berhasil menyentuh masyarakat, karena slogan tersebut dianggap tidak memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Jawa Barat, terutama masalah ekonomi dan pendidikan.

BAB VI KEGIATAN KAMPANYE POLITIK 6.1. Kegiatan Kampanye Politik Tim DAI Kota Bogor Pelaksanaan kegiatan kampanye politik pasangan DAI merupakan tahap lanjutan setelah kegiatan perencanaan selesai dilakukan dan menghasilkan berbagai informasi untuk melaksanakan kegiatan kampanye politik. Informasi tersebut antara lain adalah perilaku pemilih, serta jumlah sumber daya dan sumber dana yang tersedia. Kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye DAI di Kota Bogor ditekankan pada isu pengalaman memimpin serta calon gubernur dan wakil gubernur yang berasal dari Bogor. Isu itu dikomunikasikan kepada masyarakat dalam setiap kegiatan kampanye politik. Kegiatan-kegiatan kampanye politik yang dilakukan disesuaikan pada kelompokkelompok pemilih yang telah diriset terlebih dahulu pada saat tahap segmentasi. Selama masa kampanye resmi, tim kampanye DAI tidak terlalu sering mensosialisasikan visi misi dan program-program yang ditawarkan oleh pasangan DAI jika nanti terpilih. Alasannya karena pasangan DAI tidak ingin terlalu banyak mengobral janji-janji program yang muluk-muluk yang pada akhirnya hanya membuat masyarakat kecewa jika janji-janji tersebut tidak terpenuhi. Pasangan DAI berkomitmen bahwa mereka akan terus melakukan pembangunan demi pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Barat, sambil merampungkan program-program yang masih berjalan selama masa

kepemimpinan Danny Setiawan lima tahun terakhir. Berikut ini adalah kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DAI Kota Bogor berdasarkan kronologis pelaksanaan kegiatan kampanye, dalam usahanya untuk mengantar

pasangan Danny-Iwan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. 6.1.1. Kampanye Massa Tidak Langsung Teknik kampanye massa tidak langsung yang dilakukan melalui media massa cetak dan elektronik dilakukan sebelum masa kampanye resmi dilakukan, namun isinya hanya berupa pemberitahuan kepada masyarakat bahwa pasangan DAI (khususnya Danny Setiawan) akan mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Setelah masa kampanye resmi dimulai pada tanggal 27 Maret 2008, barulah kampanye melalui media massa dimulai, tim kampanye DAI memasang iklan di media cetak dan elektronik berupa ajakan untuk memilih pasangan bernomor urut 1 ini pada tanggal 13 April 2008. Tim kampanye DAI menggunakan surat kabar dan radio lokal sebagai sarana kampanye selama 14 hari ke depan. Tim kampanye DAI membuat dua versi iklan kampanye untuk radio, isi dari iklan tersebut sebagian besar berupa ajakan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang sudah berpengalaman dan mengetahui kondisi Jawa Barat dan jangan memilih pendatang baru yang belum teruji kemampuannya. Selain itu terdapat juga ajakan untuk memilih pasangan DAI yang disuarakan berulang-ulang dengan iringan musik yang bernada patriotik, sehingga cukup menggugah antusiasme masyarakat untuk memilih pasangan ini. Menurut Ellul (1965) dalam Nimmo (2005), persuasi politik semacam ini digolongkan kepada persuasi politik yang mengandung propaganda, yaitu komunikasi yang disampaikan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-

tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis. Berikut ini adalah naskah dari dua versi iklan radio kampanye pasangan DAI. IKLAN RADIO DAI (1) Karena aku telah mengenalmu sepanjang hidupku Karena ku lahir di pangkuanmu Karena kau telah memberiku kesempatan untuk berbagi ilmu dan menjadikannya bermanfaat Karena kau memang layak dan berhak untuk dicintai Karena kau berhak untuk segala hal yang terbaik Karenamu aku mengabdi, mengabdi untuk terus mewujudkan harapan, mengabdi dengan hati, mengabdi untukmu, Jawa Baratku Pilih nomor satu pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Mengabdi dengan hati Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana IKLAN RADIO DAI (2) (suara pria) Membangun dengan bekal pengalaman memimpin, pasti akan lebih baik jika dibandingkan dengan tidak pernah memimpin Jabar (suara wanita) Jangan anggap mudah memimpin Jabar, pemimpin yang telah teruji, itulah yang pantas menakhodai Jabar lima tahun ke depan (suara pria) Kekuatan Danny Iwan adalah kekuatan rakyat Jabar (suara wanita) Kemenangan Danny-Iwan adalah kemenangan masyarakat Jawa Barat (suara pria) Marilah kita menjadi tuan rumah di kampung halaman kita sendiri Dengan memilih pemimpin yang telah terbukti mengabdi untuk jabar (musik keroncong dan nyanyian) Coblos DAI, Coblos DAI, Coblos DAI, pasangan serasi Danny-Iwan. (suara pria dan wanita) Coblos nomor 1 pasangan Danny Setiawan Iwan Sulanjana sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar lima tahun ke depan

Berdasarkan hasil analisis teks iklan kampanye radio DAI, ditemukan bahwa teks iklan radio DAI versi pertama, mengandung unsur kata yang ditujukan bagi sasaran pemilih yang memilih dengan mengikuti perasaan. Sementara itu untuk iklan radio DAI versi kedua, mengandung unsur kata yang ditujukan bagi sasaran pemilih yang memilih berdasarkan kompetensi calon, kharismatik calon, dan memilih dengan menggunakan perasaan. Keterangan mengenai iklan radio DAI dan hubungannya dengan sasaran kampanye, dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4. Tipe pemilih yang memilih berdasarkan ideologi partai, dan fatsoen kelompok atau politik, tidak menjadi sasaran kampanye melalui iklan radio DAI, karena segmen pemilih tersebut hanya dapat diraih dengan efektif melalui pendekatan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota partai politik secara langsung. Tabel 4. Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Sasaran Kampanye
Sasaran kampanye Kesamaan ideologi Kompetensi calon Iklan DAI (1) Iklan DAI (2) Jangan anggap mudah memimpin Jabar, pemimpin yang telah teruji, itulah yang pantas menakhodai Jabar lima tahun ke depan Dengan penggunaan musik keroncong sebagai latar iklan Jangan anggap mudah memimpin Jabar, pemimpin yang telah teruji, itulah yang pantas menakhodai Jabar lima tahun ke depan

Kharismatik calon Fatsoen politik/kelompok Mengikuti perasaan

Karenamu aku mengabdi, mengabdi untuk terus mewujudkan harapan, mengabdi dengan hati, mengabdi untukmu, Jawa Baratku

Iklan radio pasangan DAI pada kedua versi itu juga digunakan untuk mengkomunikasikan citra yang ingin dibentuk dari pasangan DAI, yaitu pasangan yang telah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Teks pada kedua iklan tersebut mencoba menunjukkan bahwa pasangan DAI adalah pasangan yang sudah berpengalaman, dan pengalaman dalam memimpin Jawa Barat merupakan kunci utama dalam membangun Jawa Barat. Informasi lebih lanjut mengenai iklan radio DAI dengan citra yang ingin dibentuk dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Citra yang ingin dibentuk Citra Pasangan yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat Iklan DAI (1)
Karena aku telah mengenalmu sepanjang hidupku, karena ku lahir di pangkuanmu, ... Jawa Baratku

Iklan DAI (2)


Membangun dengan bekal pengalaman memimpin, pasti akan lebih baik jika dibandingkan dengan tidak pernah memimpin Jabar

Informasi pada Tabel 6, menunjukkan bahwa kedua naskah iklan radio DAI tersebut merupakan pengembangan dari slogan kampanye pasangan DAI yaitu Mengabdi dengan hati. Slogan kampanye Pilih orang Bogor asli tidak dikomunikasikan melalui iklan radio, karena iklan radio kampanye ini diproduksi secara langsung oleh tim kampanye DAI pusat, sehingga materi dari iklan radio ini pun diseragamkan untuk seluruh daerah di Jawa Barat.

Tabel 6. Matriks Analisis Iklan Radio DAI dan Hubungannya dengan Slogan Kampanye Slogan Kampanye Mengabdi dengan hati Iklan DAI (1)
Karenamu aku mengabdi, mengabdi untuk terus mewujudkan harapan, mengabdi dengan hati, mengabdi untukmu, Jawa Baratku

Iklan DAI (2) ...dengan memilih pemimpin yang telah terbukti mengabdi untuk Jabar
-

Pilih orang Bogor asli!

Sementara itu kampanye yang dilakukan di media massa cetak dan baligo hanya terbatas pada pemuatan gambar diri dari pasangan DAI beserta kalimat singkat yang merupakan slogan kampanye DAI yaitu, Mengabdi dengan hati.

Gambar 4. Baligo pasangan DAI di daerah Pondok Rumput, Kota Bogor Dalam kampanye berbentuk visual ini (Gambar 4), yang ditonjolkan adalah foto diri dari pasangan calon yang berpakaian rapi lengkap dengan jas, dasi, peci, yang menampilkan citra sepasang birokrat yang sudah berpengalaman. Baligo yang

digunakan berukuran sangat besar, ditujukan agar foto diri dan slogan kampanye pasangan DAI dapat lebih jelas terlihat. 6.1.2. Kampanye Pembukaan Kampanye ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2008, bertempat di kantor sekretariat DPD Partai Golkar Kota Bogor. Walaupun pasangan DAI tidak hadir dalam acara ini, namun dihadiri oleh lebih dari seratus pendukung DAI yang menggunakan atribut kampanye DAI. Acara yang hanya berlangsung sekitar tiga jam ini dibuka oleh Ketua Partai Golkar dan Partai Demokrat Kota Bogor, hadir dalam acara ini Walikota Bogor, tokoh-tokoh Partai Golkar Kota Bogor, serta seniman-seniman Kota Bogor. Dalam kesempatan ini Walikota Bogor menghimbau kepada para peserta kampanye pemilihan Gubernur Jawa Barat khususnya pendukung DAI, agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban Kota Bogor selama masa kampanye berlangsung. Kampanye ini disemarakkan oleh pertunjukkan seni keroncong dari Grup Suara Pakuan Rupaya.

Gambar 5. Juru Kampanye sedang Mengkampanyekan Pasangan DAI

Dalam kampanye ini, Ketua Partai Golkar dan Ketua Partai Demokrat Kota Bogor menghimbau agar masyarakat yang memiliki hak pilih, memilih pasangan DAI karena Danny-Iwan merupakan kombinasi yang tepat untuk memimpin Jawa Barat selama lima tahun ke depan. Danny Setiawan merupakan birokrat yang berpengalaman dalam membangun Jawa Barat, sedangkan Iwan Sulanjana merupakan tokoh militer yang sudah mengetahui teritori dan keamanan di wilayah Jawa Barat karena Ia merupakan mantan Pangdam Siliwangi. 6.1.3. Kampanye Dialogis dan Silaturahmi dengan Tokoh Pemuda Kampanye yang dilaksanakan di Gedung Balai Binarum Pajajaran pada hari Rabu pagi tanggal 2 April 2008 ini merupakan kampanye yang berbentuk dialogis sekaligus ajang silaturahmi antara tim kampanye DAI dengan organisasi kepemudaan yang berada di Kota Bogor, seperti AMPI dan AMPG (organisasi binaan Partai Golkar), Pemuda Partai Demokrat (organisasi binaan Partai Demokrat), dan organisasi kepemudaan lain seperti Karang Taruna Kota Bogor. Acara yang dihadiri oleh sekitar 150 orang ini ditujukan untuk menjaring ide dan aspirasi dari organisasi-organisasi kepemudaan tersebut sekaligus menggalang dukungan dan membina silaturahmi dengan organisasi-organisasi tersebut. Sasaran dari kampanye dialogis ini adalah pemilih yang memilih calon kepala daerah berdasarkan kompetensi calon dan pemilih yang memilih dengan alasan fatsoen politik atau kelompok. 6.1.4. Pawai Motor Simpatik Kegiatan ini dilakukan setelah kampanye dialogis dan silaturahmi dengan tokoh pemuda berakhir. Kampanye yang dilaksanakan siang hari pada tanggal

2 April 2008 ini diikuti oleh ratusan pendukung DAI yang merupakan kader partai Golkar dan Demokrat Kota Bogor.

Gambar 6. Pawai Motor Simpatik Pendukung DAI Rombongan ini membagi-bagikan atribut kampanye DAI seperti stiker, pamflet dan pin bergambar pasangan DAI kepada masyarakat yang mereka lewati. Mereka mengunjungi pusat-pusat keramaian di sekitar Jalan Pajajaran hingga ke Pasar Bogor, di sana mereka melakukan orasi singkat berisi ajakan kepada masyarakat untuk mendukung dan memilih pasangan DAI sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. 6.1.5. Kampanye Massa Langsung Kampanye massa secara langsung ini dilaksanakan di Lapangan Sempur pada tanggal 8 April 2008, sekaligus menutup rangkaian kampanye DAI ke daerah-daerah pemilihan di Jawa Barat. Pada kampanye kali ini, Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana berkesempatan hadir untuk menemui ribuan pendukungnya di Kota Bogor. Pasangan Danny-Iwan datang ke Lapangan Sempur dengan menggunakan angkot yang disewa dari arah Terminal Baranangsiang. Kampanye terbuka ini dihadiri oleh ribuan massa pendukung DAI yang sebagian besar

menggunakan kaos bergambar pasangan DAI. Kampanye yang berlangsung dari pukul 11.00-15.00 ini sebagian besar menampilkan hiburan lagu dangdut dari penyanyi Kinkin Kintamani dan penyanyi dangdut lainnya, sedangkan waktu untuk orasi dari juru kampanye dan pasangan Danny-Iwan hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Juru kampanye dalam kampanye terbuka ini antara lain adalah Ruhut Sitompul, Cheppy Harun (ketua DPD Golkar Bogor), Mulyatma Soepardi (ketua DPD Partai Demokrat Bogor), dan beberapa pengurus DPD Golkar dan Partai Demokrat Jawa Barat. Para juru kampanye tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk mendukung pasangan DAI karena mereka adalah pasangan yang berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat dan sudah teruji, selain itu mereka juga adalah asli putra daerah Bogor. Danny Setiawan menyatakan tidak ingin mengumbar banyak janji selama masa kampanye, Ia hanya berkomitmen akan meneruskan pembangunan yang sudah berjalan dengan baik selama ini di wilayah Jawa Barat, tidak ada isu khusus yang dibawa dalam kampanye di Kota Bogor. Selama pelaksanaan kampanye di Sempur, tim kampanye membagikan berbagai atribut kampanye berupa bola sepak, payung, kaos, tabloid birokrat, nasi bungkus hingga air mineral yang bergambar pasangan DAI. Sebelum pasangan DAI meninggalkan Lapangan Sempur, dibacakan juga pernyataan dukungan dari berbagai Ormas di Kota Bogor yang isinya mendukung pasangan Danny-Iwan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, surat dukungan tersebut diterima secara langsung oleh Danny Setiawan.

6.2. Kegiatan Kampanye Politik Tim HADE Kota Bogor Kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye HADE beserta ribuan kader dan simpatisannya difokuskan pada kampanye direct selling, dimana kegiatan kampanye dilakukan oleh perorangan secara langsung ke masyarakat untuk mensosialisasikan program dan sosok calon gubernur dan wakil gubernur yang mereka usung. Kegiatan kampanye HADE tidak difokuskan hanya untuk sasaran kampanyenya saja, yaitu kaum muda dan ibu rumah tangga, melainkan semua masyarakat Bogor. Kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan juga sebagian besar difokuskan untuk melayani masyarakat, upaya ini dilakukan untuk menciptakan citra bahwa pasangan HADE adalah figur yang siap melayani masyarakat. Berikut ini adalah kegiatan kampanye berdasarkan urutan waktu dari kampanye hari pertama hingga kampanye hari terakhir yang dilakukan oleh tim kampanye HADE Kota Bogor untuk mengantar pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. 6.2.1. Kampanye Massa Tidak Langsung Kampanye di media massa dan media luar ruang juga tidak luput dari pasangan HADE. Tim kampanye HADE membuat buletin pekanan yang berisi tentang pasangan HADE mulai Febuari hingga April, buletin tersebut disebar hanya untuk kalangan terbatas sebagai sumber informasi mengenai programprogram dan pemikiran HADE untuk Jawa Barat. Kampanye di media cetak dilakukan saat masa kampanye sudah diresmikan, tim kampanye HADE melakukan pemasangan iklan politik di tiga surat kabar lokal yaitu Radar Bogor, Jurnal Bogor, dan Pakuan Raya.

Kampanye melalui media elektronik dilakukan melalui stasiun radio Megaswara, RRI, Lesmana, Mars, dan Elfas. Berbeda dengan iklan radio pasangan DAI yang berkali-kali mengajak masyarakat untuk memilih pasangan DAI, iklan radio pasangan HADE tidak menyebutkan nama pasangan HADE sama sekali, dalam iklan tersebut hanya disebutkan bahwa pemimpin Jawa Barat harus memiliki semangat baru untuk melayani masyarakat, oleh karena itu diperlukan tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi. Berikut ini adalah teks dari iklan radio kampanye pasangan HADE. IKLAN RADIO HADE (1) Semangat baru melayani rakyat (Suara pria dewasa) Birokrasi identik dengan pelayanan publik, pemimpin Jawa Barat harus memiliki semangat baru melayani rakyat, bukan malah bersemangat kalo dilayani rakyat. (Suara pria muda) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Buat gue pelajar, yang penting bisa sekolah, bebas berekspresi, dan muda loh! (Suara wanita muda) Sebagai Mahasiswa, saya berpendapat Jawa Barat perlu dipimpin oleh tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi. IKLAN RADIO HADE (2) Semangat baru, melayani rakyat (Suara pria) Sebagai petani, saya berharap Jawa Barat dipimpin oleh tokoh yang mampu memajukan pertanian, yaah mirip jaman Pak Harto dulu lah.. (Suara wanita) Bagi ibu-ibu seperti saya, Jawa Barat perlu Gubernur dan Wakil Gubernur yang membuat rakyat sejahtera, sembako jadi murah dan mudah.. (Suara pria) Saya mah cuma seorang guru ngaji, saya teh ingin pemimpin Jawa Barat yang mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Teks pada iklan radio kampanye HADE tersebut mengandung pesan-pesan yang ditujukan bagi sasaran utama kegiatan kampanye, yaitu kaum muda dan ibu rumah tangga. Pada iklan radio HADE yang pertama mengandung pesan yang ditujukan untuk kaum muda, dengan teks yang menggambarkan harapan-harapan pelajar dan mahasiswa, terhadap calon gubernur yang diinginkannya. Iklan radio HADE yang kedua juga menggambarkan harapan ibu rumah tangga terhadap sosok gubernur yang diinginkan (Tabel 7). Tabel 7. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan sasaran kampanye
Sasaran Kampanye Kaum muda Iklan HADE (1) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Buat gue pelajar, yang penting bisa sekolah, bebas berekspresi, dan muda loh! dan Sebagai Mahasiswa, saya berpendapat Jawa Barat perlu dipimpin oleh tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi Iklan HADE (2)

---

Ibu rumah tangga ---

Bagi ibu-ibu seperti saya, Jawa Barat perlu Gubernur dan Wakil Gubernur yang membuat rakyat sejahtera, sembako jadi murah dan mudah

Citra HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat dikomunikasikan melalui iklan kampanye radio HADE versi pertama, dalam teks iklan radio tersebut disebutkan harapan-harapan dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang mendambakan Jawa Barat dipimpin oleh pemimpin muda. Sementara itu pada iklan kampanye radio HADE versi kedua tidak muncul citra HADE sebagai pasangan muda, pada iklan HADE versi kedua menampung

harapan-harapan kalangan ibu rumah tangga, petani, dan guru ngaji. Harapanharapan pada iklan radio HADE versi kedua lebih mengutamakan harapanharapan dari segi ekonomi rakyat. Informasi mengenai hubungan iklan kampanye radio HADE dengan citra yang ingin dibentuk dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan Citra yang ingin dibentuk Citra Pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat Iklan HADE (1)
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Buat gue pelajar, yang penting bisa sekolah, bebas berekspresi, dan muda loh! dan Sebagai Mahasiswa, saya berpendapat Jawa Barat perlu dipimpin oleh tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi

Iklan HADE (2)

---

Slogan kampanye pasangan HADE yaitu Harapan baru Jawa Barat ditunjukkan pada kedua iklan kampanye radio HADE, dengan penggunaan kalimat semangat baru melayani rakyat sebagai pembuka iklan kampanye. Sementara itu slogan HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna ditunjukkan secara tidak langsung melalui kalimat ...tokoh muda yang amanah.... (Tabel 9). Tabel 9. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan Slogan Kampanye Slogan Kampanye Harapan baru Jawa Barat HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna Iklan HADE (1) Iklan HADE (2)
Semangat baru melayani Semangat baru melayani rakyat rakyat ...tokoh muda yang amanah... ---

Kegiatan kampanye tidak langsung tanpa melalui media massa dilakukan dengan cara memproduksi baligo, spanduk kain, spanduk printing, dan pamflet yang berisi visi misi, dan stiker (Gambar 7).

Gambar 7. Pamflet Kampanye Pasangan HADE Atribut kampanye kampanye tersebut menampilkan foto Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi, tanpa peci, dan tanpa kumis atau janggut. Foto tersebut berusaha menampilkan sosok HADE sebagai pasangan muda yang profesional dan siap mewujudkan harapan baru masyarakat Jawa Barat, oleh karena itu pasangan HADE tidak menggunakan peci dan kumis serta janggut dalam foto tersebut agar timbul kesan muda dan reformis. Contoh baligo kampanye dari pasangan HADE dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Baligo Pasangan HADE di Jalan Juanda Bogor Selama masa kampanye berlangsung, tim kampanye HADE melalui bidang media dan humas melakukan kampanye media massa dengan cara menjalin hubungan dengan wartawan lokal. Tim HADE selalu mengundang wartawan dalam setiap kegiatan kampanye, cara ini dilakukan untuk menghemat biaya pemasangan iklan di media massa, karena pemberitaan merupakan sarana kampanye yang murah dan efektif. Setiap wartawan yang hadir dan meliput kegiatan kampanye HADE diberikan souvenir sebesar Rp. 500.000,00. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan biaya untuk memasang iklan di media cetak yaitu sebesar Rp. 1.500.000,00/edisi. Selain itu, tim kampanye HADE juga melibatkan wartawan untuk merancang sebuah kegiatan kampanye yang unik dan kreatif, sehingga wartawan pun merasa puas dan antusias dalam meliput berita.

6.2.2. Kampanye Massa Langsung Kampanye terbuka pasangan HADE dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2008 di Lapangan Sempur. Kampanye yang dihadiri oleh ribuan pendukung HADE ini dibuka dengan tilawah lalu dimeriahkan oleh grup lawak Barakatak yang juga membuat lagu kompilasi untuk mendukung kampanye pasangan HADE. Ahmad Heryawan beserta istrinya datang ke tempat kampanye dengan menggunakan becak, Ahmad Heryawan menjadi pengemudi becak dan istrinya menjadi penumpang. Sedangkan Dede Yusuf datang beberapa saat kemudian dengan menggunakan mobil.

Gambar 9. Kampanye HADE di Lapangan Sempur Kota Bogor Juru kampanye pada kampanye terbuka pasangan HADE ini antara lain adalah Achmad Ruyat (Wakil Ketua DPRD Jawa Barat), Sunmandjaja Rukmandis (PKS) dan Lalu Suryade (PKS), turut hadir juga Ibunda Dede Yusuf yaitu Rahayu Effendi. Dede Yusuf mengatakan dalam orasi yang disampaikannya

bahwa dia adalah asli orang Bogor, dia tumbuh remaja di Kota Bogor khususnya di Gang Menteng, sedangkan Ahmad Heryawan dalam orasinya berjanji akan membawa perubahan untuk Jawa Barat, khususnya di bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perluasan lapangan kerja. Pada kegiatan kampanye ini juga dibacakan pernyataan dukungan dan orasi dari perwakilan ormas yang mendukung HADE, diantaranya adalah dukungan dari tokoh budaya Sunda , Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Komunitas Angkot, dan ormas lainnya. Selain itu juga dilakukan simulasi pencoblosan HADE yang dilakukan secara simbolis oleh tokoh komunitas pendukung, yang diikuti oleh ribuan massa yang hadir. 6.2.3. Kunjungan langsung ke Masyarakat oleh Pasangan HADE Kegiatan kampanye ini dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan kampanye terbuka di Lapangan Sempur yaitu pada tanggal 29 Maret 2008, kegiatan ini dilakukan sebelum dan sesudah kampanye di Lapangan Sempur. Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf secara terpisah melakukan kampanye dengan cara mengunjungi pasar-pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. Pasar yang dikunjungi antara lain Pasar Anyar, Pasar Merdeka, dan Pasar Bogor. Saat di pasar, kedua calon gubernur dan wakil gubernur tersebut melakukan diskusi dengan pedagang dan pembeli di pasar tradisional. Hasil dari diskusi tersebut antara lain adalah pasar tradisional harus dilindungi keberadaannya dengan payung hukum yang jelas agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.

Gambar 10. Kunjungan Ahmad Heryawan ke Pasar Anyar Bogor Selain kunjungan ke pasar, Dede Yusuf juga melakukan kunjungan ke stasiun Bogor untuk menyapa dan berdialog dengan masyarakat, sedangkan Ahmad Heryawan melakukan kunjungan ke pesantren. Ahmad Heryawan juga sempat mengunjungi Jalan KH Sholeh Iskandar (Jalan Baru), disana ia melakukan aksi simbolis memperbaiki jalan yang memang terkenal selalu rusak parah walaupun sudah diperbaiki berkali-kali. Pada kesempatan itu juga ia melakukan dialog dengan masyarakat yang tertarik akan aksinya.

Gambar 11. Kunjungan Dede Yusuf ke Stasiun Kereta Api Bogor

Kunjungan-kunjungan langsung ke pusat aktivitas dan keramaian oleh calon gubernur dan wakil gubernur merupakan cara yang tepat untuk meraih simpati pemilih, selain sebagai upaya kampanye untuk mensosialisasikan visi misi, kunjungan tersebut juga sangat berguna untuk menjaring aspirasi masyarakat secara langsung. Kepopuleran Dede Yusuf juga memegang peranan penting dalam mensukseskan kampanye kunjungan ke lapangan ini, karena Dede Yusuf selalu menjadi pusat perhatian masyarakat saat kunjungan dilakukan. 6.2.4. Kampanye Direct Selling Kampanye direct selling atau sosialisasi pasangan HADE ke masyarakat dilakukan secara masif dan intensif sejak kampanye resmi dimulai hingga hari terakhir masa kampanye resmi berlangsung. Kampanye direct selling dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah penduduk secara langsung atau yang dikenal juga dengan Tok-tok HADE, kader dan simpatisan HADE tersebut menjelaskan secara langsung kepada masyarakat mengenai visi misi dan programprogram yang ditawarkan oleh pasangan HADE jika terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur nantinya. Pada kampanye Tok-tok HADE tersebut, tim kampanye juga menawarkan penandatanganan kontrak politik yang berisi rencana program-program yang akan dijalankan beserta target waktu pencapaian programprogram tersebut, dan jika sampai pada waktu yang sudah disepakati pasangan HADE belum bisa memenuhi target tersebut, mereka akan mengundurkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.

Gambar 12. Kampanye Direct Selling HADE di Jembatan Merah, Kota Bogor Kampanye direct selling juga dilakukan dengan turun-turun ke jalan yang menjadi pusat keramaian masyarakat seperti di sekitar Jalan Pajajaran, Air Mancur, Merdeka, Terminal Baranangsiang, dan Stasiun Kereta Bogor. Pada kesempatan itu, kader dan simpatisan HADE membagikan bunga dan hasil kerajinan lain yang mereka buat sendiri, dengan menyelipkan pamflet dan stiker HADE yang berisi visi misi pasangan HADE bagi Jawa Barat. Kegiatan kampanye direct selling ini diperkirakan berhasil menjangkau puluhan ribu masyarakat dan calon pemilih, karena kampanye direct selling ini dilakukan oleh sekitar 10.000 kader dan simpatisan HADE di Bogor, menurut tim kampanye HADE cara kampanye seperti ini merupakan cara yang paling murah dan sesuai dengan kondisi PKS yang memang memiliki kader-kader yang loyal dan siap bekerja tanpa bayaran untuk partai dan calon yang didukung. 6.2.5. Angkot Gratis Program kampanye Angkot Gratis Sehari Penuh ini dilakukan pada

saat memasuki hari terakhir kampanye yaitu pada tanggal 7 April 2008. Angkutan

Kota (Angkot) yang digratiskan ini berjumlah tujuh unit, yaitu tiga Angkot jurusan Bantar kemang-Ramayana, satu Angkot Baranangsiang-Ciawi, dua Angkot Ciheuleut-Ramayana, dan satu Angkot Pajajaran-Ramayana. Atribut kampanye HADE dan tulisan Gratis dari HADE, memenuhi badan Angkot yang disewa tersebut. Kegiatan kampanye ini dibuat dengan alasan untuk melayani masyarakat, karena selama ini kampanye yang dilakukan oleh partai politik atau calon kepala daerah biasanya banyak merugikan masyarakat seperti misalnya membuat macet jalan umum, namun dalam kampanye HADE kali ini keadaan tersebut dibalikkan menjadi melayani masyarakat. Kampanye ini mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari masyarakat, terlihat dari jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye ini. 6.3. Kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Kampanye Selama menjalankan kegiatan kampanye politik di Kota Bogor, tim kampanye dari pasangan DAI dan HADE mengalami beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan kegiatan kampanye politik. Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan tim kampanye DAI Kota Bogor, kendala utama yang dirasakan oleh tim kampanye DAI adalah ketidaksiapan masyarakat Indonesia khususnya Jawa Barat dalam menjalankan demokrasi politik, masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih tergolong masyarakat miskin tidak terlalu responsif terhadap isu-isu yang ditawarkan oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Masyarakat cenderung memberikan dukungan dan suara politiknya bagi calon pemimpin yang memberikan bantuan secara materil, seperti sumbangan pembangunan di tempat-tempat tertentu, sumbangan sembako, dan bahkan sumbangan uang secara langsung.

Kendala lainnya adalah waktu kampanye resmi yang disediakan oleh KPU selama dua minggu dan dibagi rata untuk ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dianggap tidak cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Jawa Barat, sehingga menyulitkan untuk menjalani kegiatan kampanye yang bersifat dialogis seperti penyampaian visi misi dan rencana program kerja. Oleh karena itu, tim kampanye DAI lebih memfokuskan pada kampanye melalui media massa dan penggunaan baligo serta pamflet sebagai media utama dalam menjalankan kampanye. Tim kampanye HADE Kota Bogor menyatakan bahwa kendala utama yang dihadapinya adalah keterbatasan waktu kader untuk menjalankan strategi kampanye mereka yaitu strategi direct selling. Keterbatasan waktu tersebut dikarenakan kesibukan para kader dan simpatisan yang sebagian besar berprofesi sebagai mahasiswa dan pekerja kantor, sehingga mereka baru bisa melakukan direct selling pada saat hari libur. Kendala tersebut dapat diatasi dengan loyalitas kader dan simpatisan yang tetap melakukan kampanye direct selling secara mandiri di tempat mereka beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan melakukan penyebaran pamflet dan stiker selama perjalanan mereka pulang dari tempat kerja dan kampus.

6.4. Pengaruh Kampanye terhadap Keputusan Memilih DAI dan HADE Tujuan utama dari kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye DAI dan HADE adalah untuk mengumpulkan suara dari pemilih sebanyak-banyaknya agar dapat mengantarkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang didukungnya ke dalam posisi tersebut. Oleh karena itu,

kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan oleh masing-masing tim kampanye haruslah dapat merubah atau memperkuat suara dari pemilih, untuk memilih pasangan yang diusungnya. Berbagai kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DAI dan HADE mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Berdasarkan data hasil polling terhadap 30 pemilih pasangan DAI di Kota Bogor yang terdapat pada Tabel 10, tercatat sebanyak 66,67 persen responden menyatakan bahwa kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DAI di Kota Bogor telah mempengaruhi keputusan mereka untuk menetapkan pilihannya pada pasangan DAI. Tabel 10. Persentase Pemilih DAI di Kota Bogor yang Memilih karena Pengaruh Kampanye DAI, 2008
Pengaruh kampanye terhadap keputusan memilih Berpengaruh Tidak berpengaruh Total Jumlah responden 20 10 30 (%) 66,67 33,33 100

Sementara itu untuk pemilih HADE di Kota Bogor, persentase responden yang terpengaruh oleh kegiatan kampanye tim HADE dalam memilih pasangan HADE adalah sebesar 83,33 persen, dan sisanya sebanyak 16,67 persen berpendapat bahwa kegiatan kampanye politik yang dilakukan pasangan HADE tidak mempengaruhi pilihan politiknya (Tabel 11). Tabel 11. Persentase Pemilih HADE di Kota Bogor yang Memilih karena Pengaruh Kampanye HADE, 2008
Pengaruh kampanye terhadap keputusan memilih Berpengaruh Tidak berpengaruh Total Jumlah responden 25 5 30 (%) 83,33 16,67 100

Data-data di atas menunjukkan bahwa kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye DAI dan HADE dapat mempengaruhi sebagian besar responden untuk memilih pasangan DAI dan HADE dalam pemilihan gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Hal ini sesuai dengan tujuan dari kampanye politik, dimana kegiatan-kegiatan kampanye dilakukan sebagai usaha persuasif kepada masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih, untuk memilih pasangan calon gubernur yang dikampanyekan oleh tim kampanye. 6.5. Perbandingan Kegiatan Kampanye DAI dan HADE Perbedaan utama dalam kegiatan kampanye yang dijalankan oleh tim kampanye DAI dan HADE dapat terlihat jelas pada sasaran kegiatan kampanye. Pada setiap kegiatan kampanye, tim kampanye HADE selalu menetapkan masyarakat luas sebagai sasaran kegiatan kampanyenya terutama dengan menggunakan teknik kampanye dari rumah ke rumah atau direct selling yang menemui masyarakat secara langsung dengan model komunikasi satu-satu, sehingga terjadi kedekatan melalui komunikasi interpersonal untuk menggalang dukungan dan aspirasi langsung dari masyarakat. Kegiatan kampanye seperti itu dapat dilihat pada kegiatan kampanye direct selling Tok-tok HADE yang disertai dengan penandatanganan kontrak politik, serta kunjungan langsung Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf ke pusat-pusat aktivitas masyarakat seperti ke pasar tradisional dan stasiun kereta api di Kota Bogor (Tabel 12).

Tabel 12. Matriks Kegiatan Kampanye HADE di Kota Bogor


Kegiatan kampanye Kampanye massa tidak langsung Kampanye direct selling (Tok-tok HADE) Kampanye massa langsung Kunjungan langsung ke masyarakat Angkot gratis dari HADE Waktu 29 Maret 10 April 2008 29 Maret 10 April 2008 29 Maret 2008 29 Maret 2008 7 April 2008 Teknik kampanye Kampanye massa tidak langsung Kampanye pintu ke pintu Kampanye massa langsung Kampanye pintu ke pintu Kampanye massa langsung Sasaran kampanye Masyarakat luas Masyarakat luas Masyarakat luas Masyarakat luas Masyarakat luas

Kegiatan kampanye HADE dapat digolongkan ke dalam persuasi politik sebagai retorika, dengan melihat dari aspek komunikasi satu-satu, dan proses negosiasi melalui pengadaan kontrak politik antara masyarakat dan pasangan HADE. Selain itu, kegiatan kampanye HADE dengan teknik kampanye massa tidak langsung melalui media massa yang dilakukan selama masa kampanye, dapat digolongkan ke dalam bentuk persuasi sebagai periklanan. Sementara itu tim kampanye DAI banyak menerapkan teknik kampanye massa secara langsung dengan model komunikasi satu-kepada-banyak. Kegiatankegiatan tersebut dapat dilihat dalam kegiatan kampanye DAI di Lapangan Sempur dan kampanye pembukaan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor. Satusatunya model kampanye dialogis yang dilakukan oleh tim kampanye DAI, dilakukan saat acara silaturahmi dengan tokoh-tokoh pemuda di Gedung Balai Binarum Bogor, namun karena acara tersebut dilaksanakan di dalam gedung, maka khalayak kampanye pada kegiatan tersebut terbatas pada anggota-anggota organisasi kepemudaan, serta undangan lainnya. Kampanye massa langsung yang dilaksanakan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor juga diperuntukkan bagi

kalangan terbatas, yaitu pendukung pasangan DAI yang juga merupakan kader dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, serta undangan lainnya. Kegiatan kampanye yang menyertakan masyarakat luas sebagai sasaran kampanye hanya dilakukan melalui kampanye massa tidak langsung, kampanye massa langsung di Lapangan Sempur, dan saat pawai motor simpatik mengelilingi Kota Bogor (Tabel 13). Tabel 13. Matriks Kegiatan Kampanye DAI di Kota Bogor
Kegiatan kampanye Kampanye massa tidak langsung Kampanye pembukaan Kampanye dialogis Pawai motor simpatik Kampanye massa langsung Waktu 29 Maret 10 April 2008 30 Maret 2008 2 April 2008 2 April 2008 8 April 2008 Teknik kampanye Kampanye massa tidak langsung Kampanye massa langsung Kampanye dialogis Kampanye massa langsung Kampanye massa langsung Sasaran kampanye Masyarakat luas Pendukung DAI (kalangan terbatas) Anggota OKP (kalangan terbatas) Masyarakat luas Masyarakat luas

Kegiatan-kegiatan kampanye DAI dapat digolongkan ke dalam bentuk persuasi politik sebagai propaganda, terutama dalam hal komunikasi satu-kepadabanyak, dengan manipulasi psikologis berupa digulirkannya isu-isu sentimental kedaerahan seperti dalam slogan kampanye Pilih orang Bogor asli!!. Selain itu tim kampanye DAI juga melakukan bentuk persuasi sebagai periklanan, melalui pemasangan iklan di media massa dan cetak. Kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye HADE lebih mampu menyentuh masyarakat karena kegiatan-kegiatan kampanyenya langsung bersentuhan dengan masyarakat, bahkan bersifat melayani masyarakat seperti pada kegiatan Angkot gratis dari HADE yang memberikan pelayanan transportasi gratis selama satu hari bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan kampanye

yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tersebut mendapatkan respon positif dari sebagian besar masyarakat Kota Bogor, sehingga pada akhirnya mereka menjatuhkan pilihan politiknya dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013 kepada pasangan HADE.

BAB VII PENCITRAAN PASANGAN CALON GUBERNUR 7.1. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye DAI Kampanye pencitraan yang dilakukan oleh tim kampanye DAI ditujukan untuk membentuk suatu gambaran positif dari pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana yang berbeda dan menunjukkan keunggulan pasangan DAI dibandingkan pasangan lainnya. Citra yang ingin ditampilkan dari pasangan DAI selama masa kampanye pemilihan gubernur Jawa Barat Periode 2008-2013 di Kota Bogor adalah, pasangan DAI sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat karena Danny Setiawan adalah calon gubernur incumbent dan Iwan Sulanjana adalah mantan Pangdam Siliwangi Jawa Barat. Citra tersebut dikomunikasikan kepada masyarakat pemilih selama masa kampanye melalui media massa cetak, elektronik, baligo, pamflet, spanduk, dan kampanye secara langsung. Citra tersebut dikomunikasikan secara berulang-ulang agar mudah diingat dan untuk meyakinkan masyarakat bahwa citra yang dikomunikasikannya itu adalah penting. Citra mengenai pengalaman memimpin pasangan DAI memang dianggap penting oleh sebagian besar responden polling pemilih DAI sebagai kompetensi utama yang dibutuhkan dari seorang gubernur. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil kuesioner polling yang disajikan dalam Tabel 14, dimana citra yang paling banyak ditangkap dari pasangan DAI oleh pemilih DAI di Kota Bogor berdasarkan jenjang pendidikan pemilih adalah citra mengenai pasangan DAI yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Citra tersebut ditangkap oleh 50 persen responden penelitian yang

berpendidikan rendah, dan masing-masing 70 persen responden penelitian yang berpendidikan menengah dan tinggi. Tabel 14. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap Berasal dari Bogor Berpengalaman Peduli terhadap masalah rakyat Adil dan bijak Solusi bagi Jawa Barat Mengetahui kondisi Jawa Barat Total (%) Total Responden SD (%) 30 50 20 100 10 Jenjang Pendidikan SMP-SMA > SMA (%) (%) 10 70 70 10 10 10 10 10 100 100 10 10 Total (%) 13,33 63,33 10 3,33 6,67 3,33 100 30

Informasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa citra mengenai pasangan DAI yang ditangkap oleh responden penelitian yang memilih pasangan DAI pada pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013, berdasarkan usia pemilih yang dibagi ke dalam dua kategori usia yaitu pemilih yang berusia kurang atau sama dengan 35 tahun dan usia pemilih yang lebih dari 35 tahun adalah citra berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Citra berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat ditangkap oleh 66,67 persen responden penelitian yang berusia kurang atau sama dengan 35 tahun, sebanyak 58,33 persen responden penelitian yang berusia lebih dari 35 tahun juga sepakat memilih citra pasangan DAI sebagai pasangan yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat sebagai citra utama.

Tabel 15. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DAI Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap Berasal dari Bogor Berpengalaman Peduli terhadap masalah rakyat Adil dan bijak Solusi bagi Jawa Barat Mengetahui kondisi Jawa Barat Total Total Responden Usia (tahun) 35 > 35 (%) (%) 16,67 8,33 66,67 58,33 11,11 8,33 5,55 16,67 8,33 100 100 18 12 Total (%) 13,33 63,33 10 3,33 6,67 3,33 100 30

Berdasarkan hasil polling mengenai citra yang ditangkap oleh pemilih yang memilih pasangan DAI di Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa tim kampanye DAI Kota Bogor telah cukup berhasil mengkomunikasikan atribut citra dari pasangan DAI. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase sampel penelitian pemilih DAI yang mampu menangkap dengan tepat citra utama yang ingin ditampilkan dari pasangan DAI yaitu Berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. 7.2. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye HADE Kampanye pencitraan merupakan salah satu program utama dari pasangan HADE. Kampanye pencitraan dilakukan selain untuk memperkenalkan pasangan HADE yang merupakan pendatang baru dalam pentas politik Jawa Barat, juga berguna untuk membentuk citra positif dari pasangan ini. Citra yang ingin dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE kepada masyarakat adalah pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat. Citra tersebut disesuaikan dengan fakta bahwa pasangan HADE merupakan calon gubernur dan wakil gubernur termuda yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013. Citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat

untuk memimpin Jawa Barat dikomunikasikan kepada masyarakat Kota Bogor melalui berbagai cara, baik melalui media massa, melalui kampanye direct selling, hingga saat kampanye terbuka di Lapangan Sempur Kota Bogor. Berdasarkan polling yang dilakukan kepada 30 responden yang memilih pasangan HADE di Kota Bogor, diketahui bahwa sebanyak 100 persen pemilih HADE yang berpendidikan rendah, menangkap citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, sebanyak 30 persen dari pemilih berpendidikan menengah dan 80 persen yang berpendidikan tinggi juga sepakat bahwa pasangan HADE merupakan pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat. Hasil polling pemilih HADE berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 16. Tabel 16. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap Pasangan muda yang tepat Siap melayani masyarakat Peduli terhadap rakyat Pintar dan sopan bertutur kata Reformis dan pembaharu Mampu bersikap adil dan bijak Total Total Responden SD (%) 100 100 10 Jenjang Pendidikan SMP-SMA > SMA (%) (%) 30 80 20 10 20 10 10 10 10 100 100 10 10 Total (%) 70 6,67 3,33 10 6,67 3,33 100 30

Hasil polling mengenai citra pasangan HADE yang ditangkap oleh pemilih HADE berdasarkan usia pemilih di Kota Bogor juga menunjukkan bahwa citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat merupakan citra yang paling banyak ditangkap oleh pemilihnya. Citra tersebut ditangkap oleh 68,19 persen pemilihnya yang berusia di bawah atau sama dengan 35 tahun, dan 75 persen pemilihnya yang berusia di atas 35 tahun. Citra pasangan

HADE sebagai pasangan muda mendominasi hasil jajak pendapat, sehingga menyebabkan citra-citra lainnya hanya mampu ditangkap oleh kurang dari 10 persen pemilih yang didasarkan pada usia pemilih. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap Pasangan muda yang tepat Siap melayani masyarakat Peduli terhadap rakyat Pintar sopan bertutur kata Reformis dan pembaharu Mampu bersikap adil dan bijak Total Total Responden Usia (tahun) 35 > 30 (%) (%) 68,19 75 9,09 4,54 9,09 12,5 9,09 12,5 100 100 22 8 Total (%) 70 6,67 3,33 10 6,67 3,33 100 30

Berdasarkan hasil polling mengenai citra yang ditangkap oleh pemilih yang memilih pasangan HADE di Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa tim kampanye HADE Kota Bogor telah berhasil mengkomunikasikan atribut citra dari pasangan HADE. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase sampel penelitian pemilih HADE yang mampu menangkap dengan tepat citra utama yang ingin ditampilkan dari pasangan HADE yaitu pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat. 7.3. Perbandingan Kesesuaian Citra Berdasarkan hasil polling mengenai kesesuaian citra yang

dikomunikasikan oleh tim kampanye dan citra yang ditangkap oleh pemilih, dapat disimpulkan bahwa tim kampanye DAI dan HADE telah berhasil

mengkomunikasikan citra utama dari pasangan DAI dan HADE kepada para

pemilihnya. Pemilih DAI yang berusia sama dengan atau kurang dari 35 tahun lebih mampu menangkap dengan tepat citra dari pasangan DAI yaitu Berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat dengan persentase sebesar 66,67 persen, sedangkan pemilih DAI yang berusia lebih dari 35 tahun yang mampu menangkap citra pasangan DAI dengan tepat hanya sebesar 58,33 persen. Hal ini dikarenakan pemilih pasangan DAI yang berusia sama dengan atau kurang dari 35 tahun lebih aktif dalam mencari informasi kampanye khususnya mengenai pasangan DAI dari berbagai sumber. Pemilih HADE yang berusia sama dengan atau kurang dari 35 tahun yang mampu menangkap dengan sesuai atribut citra pasangan HADE yaitu Pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat adalah sebesar 68,19 persen. Pemilih HADE yang berusia lebih dari 35 tahun lebih mampu menangkap citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE dengan tepat yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 75 persen (Tabel 18). Tabel 18. Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DAI dan HADE Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008
Kesesuaian Citra Sesuai Tidak Sesuai Total Total Responden DAI 35 Tahun 66,67 % 33,33 % 100 % 18 > 35 Tahun 58,33 % 41,67 % 100 % 12 HADE 35 Tahun > 35 Tahun 68,19 % 75 % 31,81 % 25 % 100 % 100 % 22 8

Angka-angka dalam bentuk persentase pada Tabel 18, memberikan penjelasan bahwa ternyata faktor usia pemilih tidak berhubungan dengan kemampuan pemilih dalam menangkap citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye kedua pasangan calon kepala daerah. Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara persentase kesesuaian citra dari pemilih yang berusia kurang atau sama dengan 35 tahun, dengan pemilih yang berusia lebih dari 35 tahun. Tabel 19. Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DAI dan HADE Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Kesesuaian Citra Sesuai Tidak Sesuai Total Total Responden SD 50 % 50 % 100 % 10 DAI SMPSMA 70 % 30 % 100 % 10 > SMA 70 % 30 % 100 % 10 SD 100 % 0% 100 % 10 HADE SMPSMA 30 % 70 % 100 % 10 > SMA 80 % 20 % 100 % 10

Kesesuaian citra pemilih DAI berdasarkan tingkat pendidikan responden pada Tabel 19, menunjukkan bahwa pemilih DAI yang berpendidikan terakhir setara SMP hingga perguruan tinggi lebih mampu menangkap citra pasangan DAI dengan tepat yang ditunjukkan dengan presentasi sebesar 70 persen, dibandingkan dengan pemilih DAI yang berpendidikan sama dengan atau kurang dari SD yang persentasenya sebesar 50 persen. Peningkatan persentase kesesuaian citra dari pemilih yang berpendidikan rendah hingga pemilih berpendidikan tinggi menunjukkan bahwa untuk pemilih DAI di Kota Bogor, persentase kesesuaian citra ditentukan oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan pemilih maka semakin besar peluang kesesuaian citra. Kesesuaian citra yang ditangkap oleh pemilih HADE di Kota Bogor dengan citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE di Kota Bogor berdasarkan tingkat pendidikan pemilih yang menjadi responden polling, menunjukkan bahwa pemilih HADE yang berpendidikan setara atau kurang dari SD (berpendidikan rendah) justru lebih tinggi presentase kesesuaian citranya dibandingkan dengan pemilih yang berpendidikan tinggi dan menengah. Sebanyak 100 persen pemilih HADE yang berpendidikan rendah mampu

menangkap citra pasangan HADE dengan tepat yaitu sebagai Pasangan muda yang siap memimpin Jawa Barat. Hal tersebut dikarenakan seluruh responden dari kelompok yang berpendidikan rendah mengikuti kampanye massa langsung HADE di Lapangan Sempur Bogor, selain itu mereka juga mendapatkan berbagai macam atribut kampanye HADE seperti kaos dan stiker. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tim kampanye dari kedua pasangan calon kepala daerah telah berhasil mengkomunikasikan citra utama dari pasangan DAI dan HADE kepada pemilihnya masing-masing. Hal itu ditunjukkan melalui angka-angka dalam bentuk persentase kesesuaian citra yang ditangkap oleh pemilih DAI dan HADE di Kota Bogor yang menjadi responden polling dalam penelitian ini. Namun citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat dianggap lebih penting oleh masyarakat pemilih di Kota Bogor, dibandingkan dengan citra DAI sebagai figur yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Jawa Barat khususnya Kota Bogor tidak puas dengan hasil pembangunan selama lima tahun terakhir saat Danny Setiawan memimpin, sehingga citra pasangan DAI sebagai pasangan yang sudah berpengalaman jadi dianggap kurang penting. Sementara itu selama masa kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat, sedang berkembang isu mengenai pemimpin muda yang dianggap mampu memberikan harapan baru kepada masyarakat yang kecewa dan jenuh dengan pemimpin-pemimpin tua yang identik dengan pemerintahan orde lama yang dianggap korup. Isu mengenai pemimpin muda dan kekecewaan masyarakat terhadap pembangunan di Jawa Barat selama Danny Setiawan menjadi Gubernur,

menjadikan citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang siap memimpin Jawa Barat, menjadi lebih penting dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Barat saat itu, sehingga pasangan HADE mendapatkan jumlah suara yang lebih besar dari pasangan DAI.

BAB VIII STRATEGI KAMPANYE POLITIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 8.1. Strategi Kampanye Politik Perencanaan kampanye politik yang dilakukan oleh pasangan HADE dan DAI pada dasarnya mengadopsi tahapan pemasaran politik yang dirumuskan oleh Nursal (2004), namun ada beberapa perbedaan antara tahapan pemasaran politik yang dilakukan oleh tim kampanye HADE dan DAI. Tim kampanye DAI tidak melakukan targeting kampanye dari hasil segmentasi yang dibuatnya, hal tersebut dilakukan karena tim kampanye DAI berusaha meraih 60 persen suara pemilih di Kota Bogor. Tidak dilakukannya targeting oleh tim kampanye DAI, menyebabkan tidak adanya segmen khalayak khusus yang dapat dijadikan sebagai sasaran kampanye, sehingga kampanye yang dilakukan menjadi tidak fokus. Tidak adanya sasaran khusus, menyebabkan kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DAI sebagian besar dilakukan dengan teknik kampanye massa langsung (strategi panggung), agar dapat menjangkau banyak khalayak kampanye yang berasal dari berbagai segmen. Namun demikian, teknik tersebut tidak dapat menjalin ikatan dengan khalayak kampanye seperti halnya kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye HADE melalui strategi direct selling yang dilakukannya. Kampanye politik dapat dilihat juga sebagai persuasi politik yang dikategorikan oleh Nimmo (2005) ke dalam tiga cara, yaitu melalui propaganda, periklanan, dan retorika. Persuasi politik yang dilakukan oleh tim kampanye HADE menggunakan persuasi politik melalui periklanan dan retorika. Persuasi

politik melalui periklanan dilakukan dengan cara memasang iklan di media massa dan memasang atribut-atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor. Persuasi politik melalui retorika dilakukan dengan cara mengunjungi secara langsung masyarakat pemilih ke rumahnya dan tempat-tempat aktivitas masyarakat, untuk mensosialisasikan pasangan HADE dan melakukan kontrak politik. Sementara itu, tim kampanye DAI melakukan persuasi politik melalui periklanan dan propaganda. Persuasi politik melalui periklanan dilakukan dengan cara memasang iklan di media massa dan memasang atribut kampanye DAI di sepanjang jalan di Kota Bogor. Persuasi melalui propaganda dilakukan melalui teknik kampanye massa tidak langsung dengan cara menyatukan individuindividu ke dalam suatu massa yang disebut sebagai masyarakat Bogor, kemudian massa tersebut ditekan dengan slogan kampanye yang berbunyi Pilih orang Bogor asli!!, sehingga masyarakat Bogor harus memilih calon kepala daerah yang berasal dari Bogor pula. Persuasi politik melalui retorika yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan HADE dan persuasi politik melalui propaganda yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan DAI, dilakukan sebagai tindakan lanjutan untuk

mempengaruhi masyarakat yang dalam hal ini khususnya adalah pemilih. Persuasi politik melalui retorika yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan HADE lebih mampu menarik simpati dan dukungan masyarakat, karena cara tersebut bekerja dengan mekanisme komunikasi satu-kepada-satu, sehingga lebih mampu menjalin kedekatan emosional dibandingkan model komunikasi satu-kepada-banyak yang bekerja pada persuasi politik melalui propaganda yang dilakukan oleh pasangan

DAI. Persuasi politik melalui retorika tersebut juga berhasil karena melibatkan proses negosiasi antara masyarakat pemilih dengan pasangan HADE, melalui perjanjian kontrak politik. Penggunaan beragam strategi kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan DAI dan HADE pada akhirnya akan mempengaruhi pemilih, yang digambarkan dalam jumlah suara yang didapat oleh masing-masing pasangan calon dalam pemilihan kepala daerah yang sudah dilangsungkan. Strategi kampanye politik yang dilakukan dan diimplementasikan dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye politik, pada akhirnya akan menentukan kemenangan maupun kekalahan pasangan calon kepala daerah. 8.2. Faktor-faktor Kemenangan Pasangan Pendatang Baru (HADE) Kemenangan pasangan HADE sebagai calon pendatang baru dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat memang cukup fenomenal. Pasangan HADE yang sejak awal tidak diperhitungkan, karena diramalkan Pilkada Jawa Barat hanya merupakan persaingan antara DAI dan AMAN saja, ternyata mampu memenangkan pemilihan kepala daerah dengan jumlah suara total sebanyak 5.238.449 suara (39,29%). Kemenangan ini disebut fenomenal juga karena berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei sebelum pemilihan dilaksanakan, pasangan HADE selalu menempati urutan terakhir di belakang pasangan DAI dan AMAN. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada semacam kekuatan yang bekerja selama masa kampanye dilaksanakan, sehingga mampu mengubah pilihan masyarakat menjadi mendukung pasangan HADE. Berikut ini akan dibahas beberapa faktor yang menjadi penentu kemenangan

pasangan HADE khususnya di Kota Bogor, berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian skripsi ini. Pertama, faktor kemenangan HADE disebabkan oleh keberhasilan implementasi strategi kampanye dengan menggunakan teknik kampanye door to door campaign (direct selling). Keberhasilan strategi kampanye direct selling tersebut merupakan implikasi dari kegiatan konsolidasi internal yang sesuai dengan pendapat Arifin (2003), yang menyatakan bahwa salah satu jenis strategi komunikasi dalam konteks politik adalah dengan cara merawat kelembagaan dan kader partai. Perawatan kader partai dan kelembagaan tersebut berupa penguatan jaringan hingga ke lapisan paling bawah, yaitu tingkat kelurahan/desa, serta pemberian pelatihan cara sosialisasi dan kampanye kepada tim kampanye tingkat bawah. Hal ini menunjukkan kesiapan tim kampanye dalam menerapkan strategi direct selling. Jumlah kader yang bergerak untuk melakukan direct selling sebanyak 10.000 kader juga merupakan faktor kunci keberhasilan kampanye pasangan HADE di Kota Bogor. Kedua, mekanisme kerja tim kampanye HADE yang dibagi berdasarkan partai politik, menjadi tim kampanye HADE PKS dan HADE PAN. Pembagian kerja seperti itu ternyata mampu meningkatkan efektifitas kinerja tim kampanye, karena mampu mengeliminasi berbagai hambatan yang muncul akibat ketidakharmonisan dan ketidakkompakkan kerja akibat perbedaan birokrasi, ide, dan terutama sifat dan gaya individu anggota partai. Pembagian kerja tersebut juga efektif dalam menjalankan kampanye politik dengan waktu yang terbatas, yaitu kurang dari dua minggu.

Ketiga, kegiatan-kegiatan kampanye politik yang dijalankan oleh tim kampanye HADE lebih mampu menarik simpati masyarakat. Kegiatan seperti Angkot gratis dari HADE merupakan salah satu bentuk kampanye inovatif yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Keberanian pasangan HADE lewat tim kampanye, untuk melakukan kontrak politik dengan masyarakat juga meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pasangan HADE. Keempat, citra pasangan HADE sebagai pemimpin muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, sesuai dengan isu yang sedang ramai bergulir saat itu mengenai kepemimpinan muda yang dipelopori oleh calon presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Citra pasangan HADE sebagai pasangan muda juga memposisikan HADE sebagai pasangan alternatif, bagi yang tidak puas dengan kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur sebelumnya, yang juga merupakan pesaing pasangan HADE, yaitu pasangan DAI dan AMAN. 8.3. Faktor-faktor Kekalahan Pasangan Incumbent (DAI) Kekalahan pasangan DAI yang berstatus sebagai incumbent merupakan salah satu kejutan yang terjadi dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013. Pasangan DAI yang didukung oleh dua partai besar yaitu Partai Golkar dan Partai Demokrat, secara mengejutkan menduduki urutan terakhir berdasarkan jumlah suara keseluruhan yang diterimanya, yaitu sebanyak 3.410.544 suara (25,58%), dan jumlah suara untuk pemilihan di Kota Bogor sebanyak 73.271 suara (20,10%), sangat jauh dari jumlah suara yang ditargetkan oleh tim kampanye DAI di Kota Bogor, yaitu sebanyak 60 persen suara. Berikut ini akan dibahas beberapa faktor yang menjadi penyebab kekalahan pasangan

DAI di Kota Bogor, berdasarkan hasil analisis dari data-data yang didapat selama penelitian skripsi ini. Pertama, kegagalan disebabkan karena kurangnya konsolidasi internal yang dilakukan oleh tim kampanye dan pengurus partai. Tim kampanye dan pengurus partai di tingkat kelurahan dan desa kurang mendapat dukungan dan sosialiasi mengenai kegiatan kampanye, sehingga pelaksanaan kampanye di tingkat bawah tidak dapat berlangsung maksimal. Kurangnya konsolidasi internal juga menyebabkan keterlambatan dalam pendistribusian atribut kampanye, sehingga mengganggu pelaksanaan kegiatan kampanye. Hal tersebut terjadi dikarenakan buruknya koordinasi antara tim kampanye pusat dan tim kampanye di daerah, sehingga menyebabkan kekacauan sampai ke tingkat kelurahan dan desa. Kedua, kesalahan dalam menentukan strategi kampanye dengan

penggunaan strategi panggung, yang mengutamakan teknik kampanye massa secara langsung. Teknik kampanye yang digunakan oleh tim kampanye DAI kurang dapat menimbulkan kesan di hati pemilih, karena model komunikasi yang digunakan adalah satu-kepada-banyak, sehingga kurang menghasilkan hubungan emosional yang dekat dengan masyarakat. Selain itu, kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DAI masih menggunakan cara-cara lama, yang dilakukan dalam bentuk kampanye dengan mengerahkan banyak massa pendukung, yang biasanya malah membuat macet jalan raya, sehingga kurang mendapat simpati dari masyarakat. Ketiga, citra yang ingin dibentuk yaitu pasangan yang sudah

berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat, kurang mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Jawa Barat. Citra tersebut malah membuat

masyarakat berfikir mengenai apa saja yang telah diberikan oleh Danny Setiawan selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008, dan ternyata hasil pemilkiran masyarakat tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa banyak masyarakat yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Danny Setiawan, sehingga masyarakat mengalihkan pilihannya kepada sosok lain.

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Perbedaan utama dari tim kampanye pasangan calon incumbent dan pendatang baru adalah dari segi jumlah anggota tim kampanye, distribusi anggotaanggota tim kampanye ke dalam tiap bidang kerja, dan mekanisme kerja tim kampanye. Mekanisme kerja tim kampanye calon pendatang baru yang dibagi dua berdasarkan partai pendukung, yaitu HADE PKS dan HADE PAN lebih mampu menjalankan kampanye politik yang efektif dalam menghadapi waktu kampanye yang hanya kurang dari dua minggu. Tim kampanye pasangan incumbent yang merupakan gabungan dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, menghadapi berbagai hambatan yang menyebabkan terjadinya kondisi saling tunggu dalam pendistribusian atribut-atribut kampanye, sehingga kegiatan kampanye yang dijalankan menjadi terganggu. Pada tahap perencanaan kampanye, tim kampanye pendatang baru melakukan targeting, sementara tim incumbent tidak melakukannya. Tim kampanye incumbent tidak menetapkan sasaran kampanye karena ingin menjangkau sebanyak mungkin pemilih agar dapat mencapai target perolehan suara sebesar 60 persen, namun kurangnya sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh tim kampanye incumbent menyebabkan kegiatan kampanye yang dilaksanakan tidak maksimal. Sementara itu jumlah dana kampanye sebesar Rp. 1.200.000.000,00 dan bantuan dari 10.000 kader partai dan simpatisan yang mendukung pelaksanaan kampanye, membuat kampanye yang dilakukan oleh tim

kampanye pasangan pendatang baru lebih maksimal dalam menjangkau khalayak kampanye secara langsung. Teknik kampanye pasangan pendatang baru lebih mampu menyentuh masyarakat secara langsung, karena dilakukan dengan teknik kampanye dari rumah ke rumah (direct selling) dan kunjungan ke pusat aktivitas masyarakat. Teknik kampanye semacam ini lebih mampu menyentuh masyarakat secara langsung sehingga menimbulkan kepercayaan dan kejelasan mengenai visi misi dan program-program yang dijanjikan. Kepercayaan masyarakat terhadap pasangan pendatang baru juga dibentuk dengan cara melakukan kontrak politik antara pasangan pendatang baru dengan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan kampanye yang inovatif dan dapat langsung terasa manfaatnya oleh masyarakat, seperti Angkot gratis dari HADE juga semakin memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap janji pasangan HADE yang akan senantiasa melayani masyarakat. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim kampanye HADE tergolong ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan dan retorika. Persuasi periklanan dilakukan melalui pemasangan iklan pasangan HADE di media massa dan pemasangan atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor, sedangkan persuasi retorika diimplementasikan melalui strategi direct selling kepada masyarakat. Sementara itu kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan incumbent lebih banyak didominasi oleh kegiatan kampanye satukepada-banyak, seperti kampanye massa langsung di Lapangan Sempur, kampanye pembukaan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor, kampanye massa tidak langsung melalui media massa, dan pawai motor simpatik. Kegiatan-

kegiatan kampanye tersebut sudah tidak mampu menarik minat dan menggalang kepercayaan masyarakat, karena tidak memberikan jaminan akan mengatasi permasalahan masyarakat secara langsung. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim kampanye DAI tergolong ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan dan propaganda. Persuasi periklanan dilakukan melalui pemasangan iklan pasangan DAI di media massa dan pemasangan atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor, sedangkan persuasi propaganda dilakukan dengan cara menyatukan individu-individu ke dalam suatu massa yang diidentifikasi sebagai masyarakat Bogor, dan dipengaruhi dengan slogan kampanye yang berbunyi Pilih orang Bogor asli!!, agar menjatuhkan pilihannya pada pasangan DAI. Pencitraan pasangan calon kepala daerah yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan incumbent dan pendatang baru menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih yang menjadi responden polling mampu menangkap citra utama dari kedua pasangan tersebut yang dikomunikasikan oleh tim kampanye dari kedua pasangan calon tersebut. Persentase kesesuaian citra dari kedua pasangan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemilih pasangan DAI dan HADE yang lebih dari 50 persen (kecuali pemilih HADE yang berpendidikan menengah yaitu sebesar 30 persen), menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kemampuan individu dalam menangkap citra dengan tepat. Citra utama yang dikomunikasikan oleh tim kampanye pasangan incumbent, yaitu pasangan yang berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat tidak dianggap penting oleh masyarakat Jawa Barat dan Kota Bogor pada khususnya, karena masyarakat merasa kurang puas dengan pembangunan yang dilakukan selama lima tahun kepemimpinan calon incumbent. Masyarakat justru

lebih tertarik dengan citra pasangan calon pendatang baru, yaitu pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, karena selama masa kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat sedang ramai isu mengenai kemunculan pemimpinpemimpin muda di dunia. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasangan HADE antara lain adalah, penggunaan strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pasangan muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu. Sementara itu faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan pasangan DAI antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye dan partai ke tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi panggung yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari pasangan DAI, dengan pandangan masyarakat mengenai pasangan DAI. 8.2. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dikemukakan ditujukan kepada pihak yang paling terkait dengan isi pembahasan, yaitu tim kampanye politik sebagai perencana dan pelaksana kegiatan-kegiatan kampanye politik. Selanjutnya saran ditujukan kepada para peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai kampanye politik dalam pemilihan umum. Saran-saran tersebut, yaitu: 1. Kepada tim kampanye politik, perlu mengembangkan teknik-teknik kampanye alternatif yang bersifat kreatif dan dapat dirasakan manfaatnya secara

langsung oleh masyarakat, sehingga biaya untuk kampanye politik tidak terbuang percuma. Selain itu perlu dikembangkan teknik-teknik kampanye yang sifatnya memberikan pendidikan politik untuk masyarakat, agar tidak mudah timbul pertikaian akibat perbedaan pilihan politik. 2. Dengan disahkannya Undang-undang mengenai calon kepala daerah dari jalur non-partai politik, maka penulis menyarankan kepada peneliti yang berminat pada studi kampanye politik dalam pemilihan umum untuk melakukan penelitian mengenai kampanye politik oleh calon kepala daerah yang berasal dari jalur non-partai, karena dalam penelitian ini kedua subjek penelitiannya adalah calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik.

DAFTAR PUSTAKA Amir, Fauziah. 2006. Strategi Kampanye Politik di Media Massa oleh Pasangan SBY-JK dalam Kampanye pemilihan Presiden langsung 2004. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia. Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Eriyanto. 1999. Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik). Jakarta: Penerbit Granit. Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga McQuaill, Denis. 1983. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Miles, Matthew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Nasution, Noviantika. 2006. Bobolnya Kandang Banteng : Sebuah Otokritik. Jakarta: Penerbit Suara Bebas. Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ruslan, Rosady. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Rajawali Pers. Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Sosek Fakultas Pertanian IPB. Suryatna, Undang. 2007. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye Politik dan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Wiwoho, dkk (ed). 1998. Kepemimpinan Jawa: Falsafah dan Aktualisasi. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. Yuddho, Andy Satrio. 2007. Strategi Komunikasi Kandidat Gubernur (Kajian Terhadap Strategi Kampanye Tim Sukses Kandidat Gubernur Ratu Atut dalam Pilkada Banten 2006 di Kota Tangerang). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Tim Kampanye DAI Kota Bogor


TIM KAMPANYE CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR JABAR PERIODE 2008 2013 H. DANNY SETIAWAN DAN H. IWAN R SULANDJANA

Penanggung Jawab

: 1. 2. 3. 4.

R. Cheppy Harun. MH Mulyatma Soepardi, SH Ir. H. Gatut Susanta. K, MM Hj. Nanny Ratnawaty

Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara BIDANG BIDANG Kesekretariatan Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Bidang Perencanaan Ketua Wakil Ketua Advokasi dan Hukum Ketua Wakil Ketua Logistik Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Kampanye Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua

: Tauhid Jagorga Tagor : Drs. Maman Herman, M.Sc : Ir. H. Iwan Kustiawan, MM. : Heri Cahyono, S.Hut, MM : Melly Maria Silviano : Mulyadi,SE

: Endy K Hermawan,SH : Ir.Budi Sulistio, MM : Zulkarnain Asman : Ir.Mufti Faoqi : Didin Fathurrochman, ST : Drs. H. Gunarto,SH,MH : Bonaparte Situmorang, SH,MH : Deddy D Karyadi, SE : Jimmy S Mustopa : Mad Halim : H. Sugandi, SE : Adhi Daluputra : E.Sudarjat,SE

Humas dan Media Massa Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Monitor dan Evaluasi Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Pemungutan Suara & Saksi Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Penggalangan Massa Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua

: HR. Cheppy. AS : Yadi Suharyadi : Ferro Sopacua : Rulli Karim : Ir.Eddie Piyoto,MM : H. Usman Mahmud : Ir.H. Momon Permono : Agus Sulaksana,S.Ip : Subali Wantamani : H. Suhendar : Dian Ardiansyah : Ir.Fahleri : Umar Suhendra, SE

Lampiran 2. Tim Kampanye HADE Kota Bogor TIM KAMPANYE HADE KOTA BOGOR Ketua Sekretaris Bendahara : Dadang Ruhiyana, S.sos. : Beni Mahyudin, Duan Bari, Karantiano : Dedeh Surya Atmaja, Ani Sumarni, SP

Bidang Jaringan dan Kewilayahan 1. Toriq Nasution (Co.) 2. Ery Nugroho 3. Eliyawati 4. Dudi Sumantri 5. H. Bastian Rasyid 6. M. Ridho Jauhari 7. Uran Cahyono 8. Yono Suryatno 9. M. Nasri 10. Ade Supriatna 11. Mad Syarif 12. Gumilar Nugraha 13. H. Samino 14. M. Handy Sutriana 15. Masrial 16. Udi Fahrudin 17. Syam Makmur 18. Irfan Sholeh 19. Agus Satria 20. Dadeng S. Effendi 21. Santi Yulia 22. Iwan Suryawan Bidang Advokasi dan Hukum 1. Donny Syamsul, SH (Co.) 2. Didin Fahrudin, SH 3. Mahakaty, SH 4. Iwan Suwandi, SH Bidang Media dan Humas 1. Iman Nugraha, SH (Co.) 2. Syaiful Anwar 3. Abdullah Marassabesy 4. Hadi Badrussalam 5. Safrudin A. R. Bima 6. Ir. Fauzi Sutopo, MS.

7. Taufik Bidang Pendanaan 1. Indah Siti Khulaidah (Co.) 2. Aditya 3. Drs. H. Nana Djuhana 4. Teguh Rihananto, Amd. Ak. 5. Ir. Yusuf Dardiri 6. Andi Yuliansyah Bidang Logistik 1. Dedeh Usman (Co.) 2. Wahyudin 3. Rahmat Saleh 4. Suhenri 5. Edwin Ikhwan 6. Hanafi Bidang Pengamanan Suara 1. Atang Trisnanto (Co.) 2. Djati Kusumo 3. Bambang Wahyu Hidayat 4. Masrial 5. H. Muhammad H. Basyir 6. Hardiyan Noviyanto 7. Siti Laemah A 8. Margani 9. Saiful Bahri 10. Fariz HK Tholib

Lampiran 3. Catatan Lapang Kampanye HADE Hari/Tanggal Pukul Lokasi Konteks : Kamis, 27 Maret 2008 : 09.20-12.00 : Lapangan Sempur Kota Bogor : Kampanye Terbuka pasangan HADE di Kota Bogor

Selama perjalanan menuju lokasi kampanye, banyak bendera berlambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) dikibarkan. Mungkin hal itu ingin menunjukkan bahwa sedang ada acara besar yang digagas oleh kedua partai tersebut di Lapangan Sempur, lapangan yang hampir selalu dijadikan tempat kampanye partai politik sejak zaman orde baru. Saat saya sampai di lapangan sempur sekitar pukul 09.20, suasana tempat kampanye sudah dipenuhi oleh massa pendukung dari pasangan HADE yang jumlahnya diperkirakan sekitar 5000 orang. Para pendukung HADE tersebut mengibarkan beberapa bendera yang diantaranya berlambang PKS, PAN, Persatuan Umat Islam (PUI), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), dan lain-lain. Beberapa saat setelah saya datang yaitu sekitar pukul 09.30, suasana di tempat kampanye semakin ramai dengan kedatangan Ahmad Heryawan yang mengayuh becak, sedangkan istrinya duduk di kursi penumpang. Kedatangan Ahmad Heryawan langsung disambut pendukung HADE dengan tepuk tangan dan teriakan HIDUP HADE yang diiringi musik nasyid yang bertema lagu-lagu perjuangan, langsung dari atas panggung. Setelah kedatangan Ahmad Heryawan, acara di panggung lebih banyak diisi oleh hiburan-hiburan musik mulai dari musik nasyid, hingga musik perkusi. Sekitar pukul 10.20 Dede Yusuf muncul bersama rombongan dengan menggunakan mobil, setelah itu pasangan HADE beserta istrinya masing-masing, didampingi oleh para juru kampanye menduduki kursi di atas panggung untuk melakukan orasi politik. Orasi politik dimulai oleh Ahmad Heryawan yang berjanji akan membawa perubahan bagi Jawa Barat, khususnya terkait dengan bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perluasan lapangan kerja. Kemudian disambung dengan orasi dari Dede Yusuf yang berjanji akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan memanfaatkan semua potensi SDA dan SDM Jawa Barat, seperti melatih pengangguran untuk membuat pupuk kompos, sehingga sampah berkurang dan masyarakat mendapatkan penghasilan. Para juru kampanye juga tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk memilih pasangan HADE, karena saat ini Jawa Barat perlu dipimpin oleh pemimpin muda, dengan stamina yang masih prima. Untuk saat ini biarlah orang yang sudah tua hanya menjadi pembina. Ibu dari Dede Yusuf, yaitu Rahayu Effendi juga hadir pada acara kampanye ini, sambil mempromosikan anaknya dengan cara memberi tahu bahwa Dede Yusuf adalah orang Bogor, karena ia dulu tinggal dan besar di daerah Menteng Bogor.

Acara dilanjutkan dengan berbagai orasi dari juru kampanye yang berasal dari organisasi-organisasi pendukung HADE seperti SPN, JMPP, Ibu-ibu Majlis Taklim, dll. Substansi dari orasi mereka pada intinya mengajak masyarakat untuk memilih pasangan HADE. Setelah melakukan orasi, para tokoh yang berasal dari organisasi pendukung HADE ini lalu memberikan pernyataan dukungan terhadap pasangan HADE dalam menghadapi pemilihan gubernur Jawa Barat, yang diterima secara langsung oleh Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf. Acara kampanye diakhiri sekitar pukul 12.00 siang, dengan cara melakukan simbolisasi coblos HADE yang diikuti oleh seluruh peserta kampanye, termasuk saya, yang dibarengi juga pembagian atribut-atribut kampanye HADE seperti pamflet, bendera, stiker, yang bergambar pasangan HADE.

Lampiran 4. Catatan Lapang Kampanye DAI Hari/Tanggal Pukul Lokasi Konteks : Selasa, 8 April 2008 : 13.15-14.20 : Lapangan Sempur Kota Bogor : Kampanye hari terakhir pasangan DAI di Kota Bogor

Siang ini matahari bersinar sangat terik, namun panasnya matahari nampak tidak menyurutkan semangat ribuan pendukung dan simpatisan pasangan calon gubernur DAI yang sebagian besar mengenakan kaos putih bergambar pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana. Mereka telah memenuhi lapangan sempur sejak pukul 11.00. Berbagai spanduk, baliho, poster, bendera dan atribut kampanye yang sebagian besar bergambar pasangan Danny dan Iwan bertebaran di sekitar lapangan tersebut. Suara juru kampanye yang berisi ajakan untuk memilih pasangan dari koalisi Partai Golkar dan Demokrat ini terus menggema dari atas panggung kampanye. Saat itu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana sudah berdiri diatas panggung bersama beberapa pengurus DPD Partai Golkar dan Demokrat, diatas panggung juga terlihat public figure yang juga dikenal sebagai aktiivis politik yaitu Ruhut Sitompul. Danny dan Iwan hanya sedikit mengeluarkan orasi politiknya, orasinya hanya ditekankan pada ajakan untuk memilih pasangan nomor urut 1 tersebut pada pemilihan tanggal 13 April mendatang. Juru kampanye pasangan ini pun berkali-kali mengajak masyarakat Kota Bogor agar memilih Gubernur yang sudah teruji dan tidak obral janji yaitu Danny Setiawan, karena beliau sudah terbukti kualitasnya sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2004-2008. Selain itu, juru kampanye juga mengajak masyarakat Kota Bogor untuk mendukung Iwan Sulanjana sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, karena Iwan merupakan orang Bogor asli. Sebelum Pasangan DAI meninggalkan panggung, dibacakan pula ikrar dukungan bagi pasangan DAI dari ormas-ormas di Kota Bogor dan sekitarnya yang dibacakan secara langsung oleh perwakilannya. Setelah ikrar dibacakan, pasangan Danny dan Iwan pun bergegas turun panggung dan langsung menuju bus kampanye yang bergambar pasangan tersebut untuk menuju ke tempat kampanye berikutnya di Cibinong. Acara pun dilanjutkan kembali dengan hiburan musik dangdut oleh penyanyi Kin-Kin Kintamani, kalimat Danny, Iwan, dan DAI pun diselipkan disetiap lirik lagu yang ditampilkan. Ditengah-tengah lagu pun dibagikan berbagai souvenir seperti kaos, payung, koran Birokrat, nasi bungkus dan air mineral yang semuanya bergambar atau bertuliskan pasangan DAI. Di sela-sela acara, saya menghampiri seorang pria yang bernama Pa Ucin (40 Tahun) yang tinggal di daerah Abesin Bogor. Beliau menyatakan bahwa dari awal memang sudah mendukung pasangan DAI karena faktor Iwan Sulanjana yang berasal dari Kota Bogor, selain itu juga ia merasa bahwa Danny Setiawan memang sudah terbukti kinerjanya sebagai Gubernur Jawa Barat. Pa Ucin

menyatakan sudah sangat yakin untuk memilih pasangan Danny-Iwan pada pemilihan tanggal 13 April nanti. Lampiran 5. Kuesioner Polling Pemilih DAI Kuesioner polling untuk pemilih DAI di Kota Bogor Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : Petunjuk pengisian kuesioner: Beri tanda checklist , pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda 1. Apakah anda mengikuti perkembangan informasi atau berita kampanye dalam Pilkada Jabar 2008? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, darimana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih dari satu) ( ) Koran ( ) Tabloid ( ) Bulletin ( ) Baligo ( ) Televisi ( ) Radio ( ) Internet ( ) Pamflet ( ) Teman ( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok ( ) Poster ( ) lain-lain, sebutkan 2. Apakah anda memperhatikan informasi tentang kampanye pasangan DAI dalam Pilkada Jabar 2008? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih dari satu) ( ) Koran ( ) Tabloid ( ) Bulletin ( ) Baligo ( ) Televisi ( ) Radio ( ) Internet ( ) Pamflet ( ) Teman ( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok ( ) Poster ( ) Mengikuti kampanye terbuka pasangan DAI ( ) lain-lain, sebutkan 3. Apakah anda mengetahui visi misi atau program yang dijanjikan oleh pasangan DAI jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, Sebutkan visi misi atau program tersebut.

4. Apakah anda mendapat atribut kampanye atau bantuan dalam bentuk materi dari tim kampanye DAI? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, sebutkan atribut dan bantuan yang didapat. 5. Apakah cara-cara kampanye yang dilakukan oleh pasangan mempengaruhi keputusan anda untuk memilih pasangan DAI? ( ) Ya ( ) Tidak DAI

6. Apa alasan anda memilih pasangan DAI dalam Pilkada Jawa Barat 20082013?

7. Citra apa yang menurut anda sesuai dengan pasangan DAI? Keterangan: pilih 5 dari 10 atribut citra yang tersedia, jika tidak ada/kurang sesuai dengan citra yang sudah tersedia, silakan isi di kolom lainnya dengan maksimal 5 citra. Atribut Citra Pasangan DAI Berpengalaman dalam memimpin Jujur dan amanah dalam mengemban tugas Mampu bersikap adil dan bijaksana Peduli terhadap permasalahan rakyat Mampu memberikan solusi bagi permasalahan rakyat Jawa Barat Mengetahui kondisi Jawa Barat secara keseluruhan Pasangan DAI adalah asli putra Bogor Berwibawa dan berkharisma Tegas dalam mengambil keputusan Lainnya : -

8. Dari kelima citra yang telah anda pilih/sebutkan tadi, citra apa yang menurut anda paling utama (pilih satu) melekat di pasangan DAI? Mengapa?

-Terima Kasih Atas Partisipasi Anda-

Lampiran 6. Kuesioner Polling Pemilih HADE Kuesioner polling untuk pemilih HADE di Kota Bogor Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : Petunjuk pengisian kuesioner: Beri tanda checklist , pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda 1. Apakah anda mengikuti perkembangan informasi atau berita kampanye dalam Pilkada Jabar 2008? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, darimana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih dari satu) ( ) Koran ( ) Tabloid ( ) Bulletin ( ) Baligo ( ) Televisi ( ) Radio ( ) Internet ( ) Pamflet ( ) Teman ( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok ( ) Poster ( ) lain-lain, sebutkan 2. Apakah anda memperhatikan informasi tentang kampanye pasangan HADE dalam Pilkada Jabar 2008? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih dari satu) ( ) Koran ( ) Tabloid ( ) Bulletin ( ) Baligo ( ) Televisi ( ) Radio ( ) Internet ( ) Pamflet ( ) Teman ( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok ( ) Poster ( ) Mengikuti kampanye terbuka pasangan HADE ( ) lain-lain, sebutkan 3. Apakah anda mengetahui visi misi atau program yang dijanjikan oleh pasangan HADE jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, Sebutkan visi misi atau program tersebut.

4. Apakah anda mendapat atribut kampanye atau bantuan dalam bentuk materi dari tim kampanye HADE? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, sebutkan atribut dan bantuan yang didapat. 5. Apakah cara-cara kampanye yang dilakukan oleh pasangan HADE mempengaruhi keputusan anda untuk memilih pasangan HADE? ( ) Ya ( ) Tidak 6. Apa alasan anda memilih pasangan HADE dalam Pilkada Jawa Barat 20082013?

7. Citra apa yang menurut anda sesuai dengan pasangan HADE? Keterangan: pilih 5 dari 10 atribut citra yang tersedia, jika tidak ada/kurang sesuai dengan citra yang sudah tersedia, silakan isi di kolom lainnya dengan maksimal 5 citra. Atribut Citra Pasangan HADE Pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat Jujur dan amanah dalam mengemban tugas Mampu bersikap adil dan bijaksana Peduli terhadap permasalahan rakyat Mampu memberikan solusi bagi permasalahan rakyat Jawa Barat Reformis dan berjiwa pembaharu Siap membawa perubahan untuk Jawa Barat Siap melayani masyarakat Jawa Barat Pintar dan sopan dalam bertutur kata Lainnya : -

8. Dari kelima citra yang telah anda pilih/sebutkan tadi, citra apa yang menurut anda paling utama (pilih satu) melekat di pasangan HADE? Mengapa?

-Terima Kasih Atas Partisipasi Anda-

You might also like