Professional Documents
Culture Documents
1. Latar Belakang Permasalahan pembangunan yang terjadi seringkali menuntut adanya penyelesaian dari aspek keruangan (spasial). Selain itu semakin disadari bahwa pembangunan umum pada dan hakekatnya adalah demi memajukan bangsa.
kesejahteraan
mencerdaskan
kehidupan
dengan demikian arah penetapan kebijakan pembangunan dapat sejalan dengan aspirasi masyarakat. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari masyarakat,
diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pada prakteknya program
perencanaan dan pembangunan di berbagai tempat selama ini cenderung terlalu ke atas dan kurang memperhatikan aspirasi masyarakat. Program pembangunan yang dijalankan akhirnya tidak sesuai dan kurang bermanfaat bagi rakyat. Partisipasi masyarakat adalah bagian penting dari sebuah
pembangunan. Menurut Bintoro, partisipasi masyarakat merupakan elemen penting dalam pembangunan. Administrasi pembangunan yang sedang berjalan, tidak akan sempurna (efektif) jika tidak terdapat partisipasi masyarakat. Paling tidak partisipasi dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan. Dalam kapasitasnya sebagai konsumen,
Page 1
partisipasi luas dari masyarakat menurut Peters (1994) meningkatkan kinerja pelayanan birokrasi pemerintah. Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat/rakyat atau
Community Development (CD) adalah pembangunan alternatif yang kini menjadi model utama perencanaan. CD memiliki prinsip utama
bagaimana proses pembangunan dapat sepenuhnya melibatkan rakyat, sehingga hasilnya pun dapat dinikmati oleh masyarakat. CD
berpandangan bahwa masyarakat memiliki kemampuan, potensi, dan sumber daya untuk berkembang. Tujuan dari pembangunan berbasis partisipasi masyarakat adalah agar pembangunan yang ada dapat sesuai aspirasi masyarakat dan betulbetul melibatkan masyarakat. Community Development (CD) adalah sebuah program yang bertumpu pada keterlibatan masyarakat. Anggota masyarakat ikut mempengaruhi dan melakukan kontrol pada
pembangunan. Pasar Loak Kerung-Kerung adalah pasar tradisional yang ikut bertumbuh dengan kota Makassar. Partisipasi masyarakat dalam pasar, hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, peran komunitas pasar bagi pengembangan pasar, adalah sekelumit masalah yang kami hadapi di lapangan. Sehingga kita perlu melihatnya secara seksama dan tidak memisahkan tiap poin, tetapi memandang semuanya sebagai satu kesatuan masalah, yaitu bagaimana partisipasi masyarakat dalam Pasar Kerung-Kerung. Lewat survey ini, kami ingin memantau arah pembangunan di Pasar Kerung-Kerung dan bagaimana partisipasi masyarakat di dalamnya. Kami juga ingin ikut menganalisa dan membuat sebuah perencanaan pembangunan yang lebih baik bagi pasar ini.
Page 2
2. Tujuan a. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar terhadap Pasar Kerung-Kerung b. Mengetahui pengadaan lahan dan prasarana di Pasar KerungKerung c. Memahami hubungan antara para pedagang dengan pemerintah sekitar d. Mendapat gambaran tentang keadaan sosial ekonomi komunitas pasar tradisional e. Menentukan faktor-faktor yang menghambat perkembangan
3. Rumusan Masalah a. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam mengikuti pertemuan, menyampaikan usulan/saran, dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan. b. Bagaimana kontribusi tenaga dan finansial dari masyarakat. c. Tanggungjawab dari pemerintah, toko masyarakat, pedagang pasar, serta masyarakat sekitar terhadap keadaan pasar. d. Faktor apa yang menghambat peran serta atau partisipasi masyarakat. e. Bagaimana tingkat peran serta atau partisipasi masyarakat.
Page 3
4. Waktu dan Tempat a. Waktu Adapun survey mata kuliah sistem kependudukan dilaksanakan pada Hari Tanggal : : Sabtu : 13 Oktober 2012
b. Tempat Tempat kasus survey adalah Pasar Loak Kerung - Kerung, Kelurahan Gusung, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.
Page 4
1. PENGERTIAN PARTISIPASI MASYARAKAT Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk
memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai
persoalan. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan. Arnstein (1969) menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama, pelimpahan kekuasaan, dan kontrol warga negara. Antoft dan Novack (1998) mengartikan partisipasi masyarakat (sipil) sebagai keterlibatan secara terus-menerus dan aktif dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhinya. Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk
mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan (Penjelasan Pasal 2 ayat 4 huruf d UU No 25 ). Partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai Partisipasi keberhasilan berarti dan keberlanjutan program pembangunan. ataupun sekelompok
keikutsertaan
seseorang
Page 5
dalam
suatu
kegiatan
secara
sadar.
(Ndraha, bagian
1990)
mengartikan bersama.
partisipasi Kegagalan
dalam
kegiatan
mencapai hasil dari program pembangunan tidak mencapai sasaran karena kurangnya partisipasi masyarakat. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain: (Kartasasmita, 1997) a) Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat dan tidak menguntungkan rakyat banyak. b) Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami maksud itu c) Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan
pemahaman mereka. d) Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi sejak semula rakyat tidak diikutsertakan.
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Korten, 1983 dalam Setiawan, (2005) menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktorfaktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam komunitas yang berpengaruh dalam program partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar komunitas, dan ini akan meliputi dua aspek menyangkut system social politik makro dimana komunitas tersebut berada. Menurut Slamet (1993:97,137-143), faktor-faktor internal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian.
Page 6
Sementara itu faktor-faktor eksternal dapat dikatakan sebagai petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program (Sunarti dalam Suciati 2007:39) seperti pemerintah dan swasta.
3. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat Dusseldrop membuat klasifikasi partisipasi dalam 9 penggolongan yaitu: 1. Berdasarkan derajat kesukarelaan, yaitu partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa. Partisipasi Bebas, terjadi apabila seseorang melibatkan dirinya secara suka rela sedangkan Partisipasi Terpaksa terjadi dalam berbagai cara yaitu partisipasi terpaksa oleh hukum dan terpaksa karena keadaan kondisi sosial ekonomi. 2. Berdasarkan cara keterlibatan, yaitu Partisipasi Langsung dan Partisipasi Tidak Langsung 3. Berdasarkan keterlibatan dalam berbagai tahap proses
pembangunan terencana,ada 6 langkah: Perumusan tujuan Penelitian Persiapan rencana Pelaksanaan dan Penilaian tingkatan organisasi, yaitu Partisipasi yang
4. Berdasarkan
Terorganisasi dan Partisipasi yang Tidak Terorganisasi 5. Berdasarkan Intensitas dan Frekuensi Kegiatan,yaitu Partisipasi Intensif dan Partisipasi Ekstensif 6. Berdasarkan Lingkup Liputan Kegiatan, yaitu Partisipasi Tak Terbatas dan Partisipasi Terbatas 7. Berdasarkan pada Efektifitas,yaitu Partisipasi Efektif dan Tidak Efektif
LAPORAN SURVEY KELOMPOK 1 Page 7
8. Berdasarkan pada Siapa yang terlibat,yaitu : Anggota masyarakat setempat,yaitu penduduk setempat dan pemimpin setempat Pegawai pemerintah, yaitu penduduk dalam masyarakat dan bukan penduduk Orang orang luar, yaitu penduduk dalam masyarakat dan bukan penduduk Wakil wakil masyarakat yang terpilih, yaitu berdasarkan wilayah dan berdasarkan kelompok kelompok 9. Berdasarkan pada Gaya partisipasi, yaitu Pembangunan Lokalitas, Perencanaan Sosial, dan Aksi Sosial
Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988:16), bentuk-bentuk partisipasi meliputi: 1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa; 2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang; 3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari pihak ketiga; 4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat; 5. Sumbangan dalam bentuk kerja; 6. Aksi massa; 7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga; 8. Membangun proyek masyarakat yang bersifat otonom. Adapun jenis-jenis partisipasinya meliputi: (1)Pikiran; (2) Tenaga; (3) Pikiran dan tenaga; (4) Keahlian; (5) Barang; dan (6) Uang.
Page 8
4. Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners dengan judul A Ladder of Citizen Participation, dalam Panudju (1999:72-77) bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan,seperti berikut:
1. Manipulasi (Manipulation) Pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah. Bukan hanya tidak berdaya, akan tetapi pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Masyarakat sering
ditempatkan sebagai komite atau badan penasehat dengan maksud sebagai pembelajaran atau untuk merekayasa dukungan mereka. Partisipasi masyarakat dijadikan kendaraan public relation oleh
pemegang kekuasaan. Praktek pada tingkatan ini biasanya adalah program-program pembaharuan desa. Masyarakat diundang untuk terlibat dalam komite atau badan penasehat dan sub-sub komitenya. Pemegang kekuasaan memanipulasi fungsi komite dengan pengumpulan informasi,hubungan masyarakat dan dukungan. 2. Terapi (Therapy) Untuk tingkatan ini, kata terapi digunakan untuk merawat penyakit. Ketidakberdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan penyakit masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi kekuasaan antara ras atau status ekonomi (kaya dan miskin) tidak pernah seimbang. 3. Pemberian Informasi (Informing) Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan transisi antara tidak ada partisipasi dengan tokenism. Kita dapat melihat dua karakteristik yang bercampur yaitu:
Page 9
1. Pemberian informasi mengenai hak-hak, tanggung jawab, dan pilihan-pilihan masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat; 2. Pemberian informasi ini terjadi hanya merupakan informasi satu arah (tentunya dari aparat pemerintah kepada masyarakat). Akan tetapi tidak ada umpan balik (feedback) dari masyarakat. Alat yang sering digunakan dalam komunikasi satu arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya. 4. Konsultasi (Consultation) Konsultasi dan mengundang pendapat-pendapat masyarakat
merupakan langkah selanjutnya setelah pemberian informasi. Arnstein menyatakan bahwa langkah ini dapat menjadi langkah yang sah menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan (artificial) karena tidak ada jaminan perhatian-perhatian
masyarakat dan ide-ide akan dijadikan bahan pertimbangan. Metode yang biasanya digunakan pada konsultasi masyarakat adalah survei mengenai perilaku, pertemuan antar tetangga, dan dengar pendapat. Di sini partisipasi tetap menjadi sebuah ritual yang semu. Masyarakat pada umumnya hanya menerima gambaran statistik, dan partisipasi
merupakan suatu penekanan pada berapa jumlah orang yang datang pada pertemuan, membawa pulang brosur-brosur, atau menjawab sebuah kuesioner. 5. Penentraman (Placation) Strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan urusan masyarakat atau pada badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas masih dipegang oleh elit kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah dikalahkan dalam pemilihan atau ditipu. Dengan kata lain, mereka membiarkan masyarakat untuk memberikan saran-saran atau rencana tambahan, tetapi pemegang kekuasaan tetap berhak untuk menentukan legitimasi atau fisibilitas dari
Page 10
tersebut.
Ada
dua
tingkatan
dimana
masyarakat
pada
bantuan
teknis
yang
mereka
miliki
dalam
membicarakan prioritas-prioritas mereka; (2) Tambahan dimana masyarakat diatur untuk menekan prioritasprioritas tersebut. 6. Kemitraan (Partnership) Pada tingkat kemitraan, partisipasi masyarakat memiliki kekuatan untuk bernegosiasi dengan pemegang kekuasaan. Kekuatan tawar menawar pada tingkat ini adalah alat dari elit kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Kedua pemeran tersebut sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan pengambilan keputusan melalui badan kerjasama, komitekomite perencanaan, dan mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah. Beberapa kondisi untuk membuat kemitraan menjadi efektif adalah: (1) adanya sebuah dasar kekuatan yang terorganisir di dalam masyarakat dimana pemimpin-pemimpinnya akuntabel; (2) pada saat kelompok memiliki sumber daya keuangan untuk membayar pemimpinnya, diberikan honor yang masuk akan atas usaha-usaha mereka; (3) ketika kelompok memiliki sumber daya untuk menyewa dan mempekerjakan teknisi,pengacara, dan manajer (community organizer) mereka sendiri. 7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power) Pada tingkat ini, masyarakat memegang kekuasaan yang signifikan untuk menentukan program-progam pembangunan. Untuk memecahkan perbedaan-perbedaan, pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan memberikan respon yang menekan. 8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control)
Page 11
Pada tingkat tertinggi ini, partisipasi masyarakat berada di tingkat yang maksimum. Pengawasan masyarakat di setiap sektor meningkat. Masyarakat pengawasan) meminta yang dengan menjamin mudah tingkat dan kekuasaan penduduk (atau dapat
partisipan
menjalankan sebuah program atau suatu lembaga akan berkuasa penuh baik dalam aspek kebijakan maupun dan dimungkinkan untuk
menegosiasikan kondisi pada saat di mana pihak luar bisa menggantikan mereka. Pada tingkat 1 dan 2 disimpulkan sebagai tingkat yang bukan partisipasi atau non participation. Tingkat 3, 4, dan 5 disebut tingkat penghargaan/tokenisme atau Degree of Tokenism. Dan tingkat 6, 7, dan 8 disebut tingkatan kekuatan masyarakat atau Degree of Citezen Power. Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan mengukur tingkat partisipasi individu atau keterlibatan individu dalam kegiatan bersama-sama yang dapat diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin dalam Slamet (1993: 82-83), yaitu: a. Keanggotaan dalam organisasi b. Kehadiran di dalam pertemuan c. Sumbangan-sumbangan d. Keanggotaan di dalam kepengurusan e. Kedudukan anggota di dalam kepengurusan
5. Hambatan dan Kendala Partisipasi Masyarakat Kok dan Elderbloem dalam Nampila (2005) dalam Rustiningsih (2002) serta Hana (2003) menguraikan ada beberapa kendala dalam
mewujudkan pembangunan partisipatif, yaitu : 1. Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi 2. Hambatan internal masyarakat sendiri
Page 12
3. Hambatan partisipasi.
karena
kurang
terkuasainya
metode
dan
teknik
Apabila tidak ada kesepakatan masyarakat terhadap kebutuhan dalam cara mewujudkan kebutuhan tersebut, serta apabila kebutuhan tesebut tidak langsung mempengaruhi kebutuhan mendasar anggota masyarakat. Faktor-Faktor yang menghambat peran serta/partisipasi masyarakat: 1. Hambatan yang berkaitan dengan birokrasi pemerintah. Dimana struktur hukum dan birokrasi yang kaku,seringkali kurang luwes dalam menghadapi aspirasi mayoritas masyarakat
berpenghasilan rendah. 2. Hambatan pembentukan organisasi. Anggota masyarakat berpenghasilan rendah kerap kali mengalami kelemahan tubuh sehingga sulit untuk menyumbangkan waktu dan tenaganya dalam kegiatan berorganisasi serta masih kurangnya rasa kepercayaan kepada pihak lain dalam menggungkapkan masalahnya. 3. Hambatan pendanaan . Dengan kondisi ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat minimal,tidak mungkin masyarakat tersebut dituntut untuk menyediakan dana yang cukup besar. 4. Hambatan pengadaan lahan dan prasarana serta mekanisme teknis di lapangan. Sebagian besar penduduk kota besar di negara berkembang tidak mampu mendapatkan lahan yang legal untuk membuka usaha serta izin dari pemerintah meski kebutuhan mereka sangat sederhana dan minimal.Disamping itu masyarakat juga seringkali mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan prasarana yang diperlukan karena mahalnya pengadaan prasarana,kurang
pedulinya pemerintah serta keterbatasan pemerintah. 5. Hambatan tidak adanya dukungan dari masyarakat luas.
Page 13
Tidak
adanya
dukungan
dari
masyarakat
sekitar
yang
mengganggap kegiatan pelaku usaha mengganggu dan merusak lingkungan sekitar, dan lain-lain.
6. Pendekatan untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Rolalisasi (2008) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan melalui peningkatan modal sosial yang ada di masyarakat. Partisipasi masyarakat akan meningkat seiring meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap permukiman di sekitarnya serta meningkatnya keterlibatan dalam organisasi sosial. Nitisemito. S (1996) mengatakan cara-cara untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan dan perencanaan. 2) Menjelaskan tentang maksud dan tujuan keputusan dan perencanaan yang dikeluarkan. 3) Meminta tanggapan dan saran tentang keputusan dan perencanaan yang akan dikeluarkan. 4) Meminta informasi tentang segala sesuatu kepada mereka dalam usaha membuat keputusan dan perencanaan. 5) Memberikan kesempatan untuk ikut memiliki. 6) Meningkatkan pendelegasian wewenang.
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dapat pula dilakukan dengan: a. Pemihakan ditujukan langsung pada yang memerlukan. b. Mengikutsertakan masyarakat agar masyarakat,bahkan lebih efektif dilaksanakan oleh
sekaligus
meningkatkan
Page 14
d. Diperlukan pendampingan/pembimbingan.
Indikator keberhasilan partisipasi masyarakat menurut Marschall (2006) dalam studinya di Tanzania bergantung pada representasi; komunikasi; peran fasilitator; dan Grass Root Need Assesment. Sedangkan menurut Asian and Pasific Development Centre tahun 1988 tercapai konsensus bahwa partisipasi masyarakat dapat dikatakan berhasil jika (Bamberger dan Shams (1989:72-73)): mampu meningkatkan kontrol masyarakat terhadap sumber daya, adanya penguatan
Page 15
Page 16
Sketsa lokasi survey pasar Tradisional dan Pasar Loak Kerung - Kerung.
Seperti namanya, pasar ini menyediakan onderdil motor bekas untuk beberapa jenis motor. Keadaan lapak pasar ini juga cukup memprihatinkan. Terdapat lapak yang terbuat dari kayu yang sudah tanpak lapuk dan tua. Pasar loak ini bukan merupakan pasar yang berada dibawah naungan Pemkot Makassar, sehingga pasar ini tidak memiliki kepala pasar. Lapak lapak pasar ini berdiri di atas lahan sendiri serta tidak dikenakan pungutan bahkan pajak. Hal ini wajar, mengingat bahwa pasar ini sering disebut pasar gelap. Namun begitu, masih ada pihak yang memanfaatkan situasi
LAPORAN SURVEY KELOMPOK 1 Page 17
ini untuk meminta uang kepada para pemilik lapak dengan dalih pajak pemerintah.
Kami mengambil secara acak sampel dan mewawancarai lima orang pedagang. Kami hanya bisa mendapatkan 5 orang responden sebab banyak pedagang menolak untuk diwawancarai. Kita tahu bahwa pasar loak ini masih terbilang pasar gelap yang belum jelas statusnya. Meski mereka membayar pajak, mereka tetaplah belum dianggap sebagai badan usaha yang sah. Sehingga banyak pedagang yang enggan diwawancarai.
No
Nama
Usia
lokasi
1 2 3 4 5
Bapak Soni Bapak Rais Bapak Anto Bapak Dg. Beddu Bapak Rudi
3 4 3 2 3
44 38 39 30 28
1 2 3 4 5
Bapak Soni, ia adalah seorang pedagang onderdil motor di pasar ini. Lapak yang ia dapatkan bukan dari bantuan pemerintah melainkan warisan dari keluarganya. Pak Soni mengatakan bahwa pemerintah tak pernah meninjau lapak-lapak para penjual onderdil dengan alasan bukan merupakan tanggung jawab pemkot. Lapak yang ia miliki dirawat dan dikembangkannya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Page 18
Barang beliau jual diperoleh dari dealer-dealer di Makassar. Harga barangnya berkisar dari 50 sampai 70 ribu. Tidak adanya himpunan pedagang dan kurangnya sosialisasi antar masyarakat membuat kawasan mereka lamban berkembang. Selain bapak Soni, adapula Pak Rais yang juga pedagang onderdil motor. Seperti pak Soni, pak Rais mewarisi lapak dari keluarganya. Barang dagangannya berasal dari Makassar dan sekitarnya. Meski tak ada kunjungan pemerintah, tiap Minggu warga berinisiatif untuk membersihkan lingkungan pasar. Sempat ada ancaman dari pihak-pihak tertentu yang ingin menggusur lapak, tapi ternyata itu hanya gertakan kosong.
Lain lagi dengan bapak Anto. Ia mengatakan bahwa terkadang muncul orang yang mengaku sebagai orang pemerintah yang meminta uang sewa berkisar 300 400 ribu per bulan.
Page 19
Mereka merupakan oknum oknum yang menguras dompet para pedagang tanpa memberikan suatu kontribusi atau bantuan bagi pasar. Daeng Bedu bercerita bahwa kendala kendala lain yang mereka hadapi adalah masyarakat sekitar yang kurang peduli dan tidak mau ikut bersosialisasi dalam pengembangan pasar loak. Para pedagang seakan akan hanya terpaku dengan kegiatan sehari harinya dan masih kurang dalam berpartisipasi dengan masyarakat sekitar pasar dan begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, para pedagang ini mengatakan bahwa mereka masih berharap bahwa pemerintah akan peduli terhadap mereka.
Pak Rudi adalah pedagang terakhir yang kami temui. Ia mengatakan bahwa penghasilan para pedagang di sana rata rata dua sampai lima juta rupiah per bulan. Ia juga menambahkan bahwa pasar mereka seperti main kucing kucingan, sebab mereka tidak memiliki status yang sah untuk sebuah pasar.
Page 20
Dari
hasil
survey
ini
kami
ingin
menentukan
bagaimana dan seperti apa tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu kawasan. Melihat perilaku para pedagang dalam beraktivitas, partisipasi mereka kebanyakan tergolong ke dalam partisipasi spontan. Dalam partisipasi spontan, seorang individu melibatkan dirinya secara sukarela di dalam suatu kegiatan partisipatif tertentu. Contohnya mereka berpartisipasi dalam kerja bakti tiap hari Minggu. Kegiatan seperti ini menambah ikatan di antara para pedagang dan ikut memberikan efek positif bagi lingkungan.
Kenyataan yang kami dapati, pemerintah jarang hadir dalam kehidupan para pedagang. Para pedagang berjuang sendiri mengatasi masalah, sedangkan pemerintah jarang turun ke
Page 21
Pajak dan retribusi yang mereka bayar adalah contoh partisipasi terpaksa oleh hukum. Demi kelanjutan usahanya, mereka harus membayar pajak tiap bulan. Namun dapat dikatakan bahwa pajak yang diberikan agak menyulitkan para pedagang karena penghasilan yang mereka dapatkan makin menurun tiap waktu akibat pengunjung yang makin berkurang. Dalam hal organisasi, mereka belum memiliki organisasi untuk mengayomi dan menyalurkan opini mereka. Hal ini disebabkan masih kurangnya rasa percaya diri pedagang untuk menyampaikan opininya karena mereka mengganggap bahwa opini yang mereka sampaikan tidak akan didengar oleh pemerintah atau sia-sia. Mereka juga mengganggap bahwa berorganisasi itu hal yang tidak penting dan lebih memilih berusaha sendiri.
Ada
juga
partisipasi hak
tidak
langsung, kepada
para
pedagang calon
mendelegasikan
partisipasinya
seorang
gubernur. Daerah Kerung-kerung merupakan basis masa bagi seorang calon gubernur,terlihat jelas dengan adanya poster besar calon tersebut di tepi jalan. Karena mereka tidak memiliki organisasi pedagang, maka partisipasi yang ada tidak tergolong partisipasi tidak terorganisasikan. Partisipasi terjadi hanya pada saat-saat tertentu, seperti kebakaran yang terjadi di kawasan sekitar pasar sebulan lalu. Saat itu para pedagang saling bahu membahu memadamkan api dan membantu korban. Partisipasi tidak terorganisasikan juga bersifat insidentil atau tiba tiba.
Page 22
Dalam hal pendanaan, meskipun telah ada pedagang yang mendapatkan bantuan dari koperasi namun jumlah pedagang yang tidak ikut koperasi jauh lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh kurang diberikannya sosialisasi tentang koperasi oleh pemerintah. Padahal kemajuan sebuah pasar ditentukan oleh kerjasama yang baik antara pedagang, pemerintah, dan masyarakat.
Dari survey yang didapatkan, tingkat partisipasi masyarakat (Artein,1969) pedagang-pedagang di Pasar Kerung-Kerung masih berada pada tingkat manipulasi (manipulation) karena masih kurangnya peran masyarakat pasar dalam hal pembaharuan pasar. Para pedagang berusaha sendiri sendiri tanpa kehadiran pemerintah. Tingkat partisipasi yang merupakan level terendah yang ada. Para pedagang hanya merupakan alat bagi segelintir oknum yang membutuhkan uang.
Tidak adanya wadah bagi para pedagang untuk berkumpul dan juga mengemukakan aspirasi membuat persoalan yang mereka hadapi semakin kusut. Tidak ada organisasi atau
persatuan yang bisa mewadahi para pedagang di pasar. Pemkot yang menjadi harapan, tidak memperhatikan peadagang dan seakan menutup mata dengan masalah ini. Dengan banyaknya kendala yang dihadapi masyarakat, membuat hubungan pedagang atau partisipasi pedagang yang dalam hal ini merupakan masyarakat pasar menjadi tidak maksimal dan cenderung tertutup.
Page 23
B. SOLUSI Berdasarkan pembahasan materi di bab sebelumnya serta berdasar pada masalah yang ada, penulis telah menyimpulkan beberapa solusi yang bisa membantu, yaitu : 1. Perlu dilakukan pembentukan sebuah wadah bagi pedagang dalam menyampaikan aspirasi mereka seperti sebuah organisasi, agar usulan/saran dan aspirasi pedagang pasar tersalurkan. 2. Peningkatan kualitas pasar untuk menunjang transaksi jual beli, sehingga akan meningkatkan pendapatan pedagang pasar. 3. Pemberian penyuluhan kepada pedagang untuk selalu menjaga kebersihan dan kenyamanaan pasar, serta perlu ada kontrol secara berkala dari pemerintah terhadap keadaan pasar. 4. Perlu dicanangkan program pemberian modal kepada pedagang pasar yang kekurangan modal. 5. Diharapkan masyarakat sekitar pasar lebih aktif dalam bersosialisasi dan berpartisipasi dengan pedagang pasar
LAPORAN SURVEY KELOMPOK 1 Page 24
BAB V KESIMPULAN
Pasar Loak Kerung-Kerung yang terletak di jalan Kerung kerung merupakan pusat perekonomian di jalan tersebut yang tingkat partisipasi masyarakatnya masih rendah. Pasar ini terletak di Kelurahan Maccini Gusung, Kecamatan Makassar, Kota Makassar. Pasar Kerung Kerung memiliki luas 100 m2 dengan bentuk persegi panjang yang terdapat di sepanjang jalan Macinni. Dengan melihat uraian dari pembahasan bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Partisipasi masyarakat masih sangat kurang terhadap
keberadaan pasar loak. 2. Pengembangan Pasar Loak Kerung kerung masih jauh dari harapan masyarakat. 3. Kurangnya perhatian dari pemerintah kota terhadap keadaan pasar pasar tersebut. 4. Sarana dan prasarana yang ada belum maksimal. 5. Tidak adanya wadah bagi masyarakat khususnya pedagang di pasar untuk menyampaikan saran maupun solusi, membuat partisipasi pedagang dalam masyarakat menjadi tidak maksimal. 6. Pungutan liar yang diterima pedagang menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus diselesaikan. 7. Pendanaan ataupun modal turut menjadi kendala bagi pedagang guna meningkatkan usahanya. 8. Masih kurangnya keaktifan masyarakat sekitar pasar dalam mengajak dan membantu pedagang pasar untuk aktif dalam berpartisipasi.
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2146743-partisipasimasyarakat/#ixzz29B4oMYBRk bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/partisipasi/ zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/06/08/pemberdayaanperan-serta-masyarakat-dalam-pembangunan-daerah/ Kajian Materi Mata Kuliah Sistem Sosial Kependudukan : Unhas, Makassar 2012
Page 26