Professional Documents
Culture Documents
TU T
NI YA
2010
ii
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No 12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun 2007. Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program 100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan Permendiknas No 12 tahun 2007. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007. Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia. Jakarta, Januari 2010 Direktur Tenaga Kependidikan
iii
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................ KATA PENGANTAR ................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... PENDAHULUAN ........ A. Latar belakang ....................................................................................... B. Dimensi Kompetensi .............................................................................. C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ....................................................... D. Indikator Pencapaian Kompetensi ....................................................... E. Alokasi Waktu ...................................................................................... F. Skenario .................................................................................................. A. Latar Belakang .................... B. C. D. E. F. Konsep Dasar Pembelajaran .. Tujuan PAIKEM .. Karakteristik PAIKEM ........... Penerapan PAIKEM i iii v 1 1 1 2 2 2 2
Jenis-jenis PAIKEM 16
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) .......... A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ...... B. C. D. E. F. G. H. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ Langkah-langkah CTL ... Karakteristik Pembelajaran CTL....... Strategi Pembelajaran Kontekstual ..................................................... Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional ............................................................................................... Evaluasi Otentik dalam CTL ................................................................. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas .................................
PEMBELAJARAN TERPADU ........................................................... A. Latar Belakang ........................................................................................ B. C. D. E. A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. Tujuan Pembelajaran Terpadu ............................................................. Jenis-jenis Pembelajaran ...................................................................... Pembelajaran IPA Terpadu .................................................................. Pembelajaran IPS Terpadu ................................................................... Latar Belakang ........................................................................................ Kerangka Berpikir .................................................................................. Pengertian Pembelajaran Tematik ....................................................... Landasan Pembelajaran Tematik ......................................................... Karakteristik Pembelajaran Tematik ................................................... Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ................................................. Implikasi Pembelajaran Tematik .......................................................... Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................ Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ Penilaian Pembelajaran Tematik ..........................................................
55 55 58 59 59 90 109 109 111 115 118 119 121 121 123 127 130
vi
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan pengalaman langsung SMK, SLB. B. Dimensi Kompetensi Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. melalui praktek-praktek simulasi bagi pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik di tingkat TK, SD, SMP, SMA,
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim-bing guru dalam memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa agar kritis, kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah melalui matamata pelajaran yang relevan. D. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas dapat: 1. 2. 3. Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode Pembelajaran Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik. E. Alokasi Waktu No. Materi Diklat Alokasi 4 jam 4 jam 4 jam
1. Pembelajaran Berbasis CTL 2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS Terpadu) 3. Pembelajaran Tematik F. Skenario 1. Perkenalan
2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran. 3. Pre-test 4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi pembelajaran, melalui pendekatan andragogi. 5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator. b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi pembelajaran. c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran. 6. Post test. 7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pelatihan. 8. Penutup
PEMBELAJARAN PAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat
pemahaman
siswa
menurut
model
Gagne
(1985)
dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok, eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan atau model-model pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara
optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau pendekatan pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah
sebagai
hasil proses
pembelajaran
mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosioekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadiankejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991). Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru
yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut. a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.
10
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai; b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut. a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
11
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
2.
PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya
kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan. c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik,
12
potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya. d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya. e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
13
f.
Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb.
14
D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi. 1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: Melakukan pengamatan Melakukan percobaan
Melakukan penyelidikan Melakukan wawancara Siswa belajar banyak melalui berbuat Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain: Mengemukakan pendapat Presentasi laporan Memajangkan hasil kerja Ungkap gagasan 3. Interaksi, bentuknya antara lain: Diskusi Tanya jawab Lempar lagi pertanyaan o o o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi Makna yang terbangun semakin mantap Kualitas hasil belajar meningkat
15
4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. mengapa demikian? apakah hal itu berlaku untuk ? Untuk perbaikan gagasan/makna Untuk tidak mengulangi kesalahan Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara Lesson Study. lain dengan
16
F. Penerapan PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
17
2. Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
18
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah sebagai berikut. a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai; b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan e. alokasi waktu cukup tersedia. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut. a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
19
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
20
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah. Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain: 1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru. 2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar. 3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar. 4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti. 5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat. 6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar
21
dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan sendiri pengetahuannya. Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagain kegiatan atau menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak
22
atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam belajar bermakna. Siswa diharapkan memapu mempraktikkan
pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang merupakan unsur yang sangat esensial.
Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dn memperbaiki aturan-aturan yang tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa (student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
23
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang adalah sebagai berikut: 1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru 2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar. 3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar. 4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya. 5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga. Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham konstruktivistik menolak pandangan
behavioristik. B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran merupakan Kontekstual suatu proses (Contextual pendidikan Teaching yang and Learning/CTL) dan bertujuan holistik
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
24
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
25
C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar. 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara. D. Karakteristik Pembelajaran CTL 1. Kerjasama. 2. Saling menunjang. 3. Menyenangkan, tidak membosankan. 4. Belajar dengan bergairah. 5. Pembelajaran terintegrasi. 6. Menggunakan berbagai sumber. 7. Siswa aktif. 8. Sharing dengan teman. 9. Siswa kritis guru kreatif. 10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain. 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
26
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las dan operasional), le-bih sedangkan program pada untuk
pembelajaran
kontekstual
menekankan
skenario
pembelajarannya. Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan pembelajaran yang dan mengarah pengajaran pada makna adalah Ketika jantung siswa dari dapat
kontekstual.
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
27
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw 3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri. 4. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. 5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. 6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
28
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. 7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya. 8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
E.
Strategi Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut. 1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam
29
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. 2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction) Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata. 3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. 4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan dengan produk nyata. 5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan
30
berbagai
aktifitas
dipadukan
dengan
materi
pelajaran
untuk
kepentingan siswa. 6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya. 7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning) Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
F.
Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang berpijak
pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang berpijak padangan behaviorisme-objektivis. Menurut Sanjaya (2006 : 256) ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah penerima informasi yang pasif. 2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa belajar secara individual.
31
3.
Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak.
4.
Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun atas kebiasaan.
5.
Dalam
pembelajaran
kontekstual,
keterampilan
dibangun
atas
kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan. 6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor. 7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman. 8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill). 9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan. 10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses
32
pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca,
mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. 11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang brada di luar diri manusia.
33
kegiatan tersebut serta hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa rancangan, makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari perkembangan dan kemampuan hasil belajar mereka.
Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan evaluasi otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa yang secara nyata dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini tidak berarti, bahwa evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa digunakan, karena evaluasi dengan menggunakan tes, mengukur hasil pembelajaran pada akhir periode, akhir semester, tengah semester atau akhir unit. Makin pendek periode waktu pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi otentik.
Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes, berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan siswa dalam bidang tertentu.
konstruktivisme
(constructivism),
bertanya
menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
34
1. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tibatiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalaui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran mnerima harus dikemas menjadi proses berpikir
mengkontruksi
bukan
pengetahuan.
Landasan
konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih menekaankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
35
2. Bertanya (questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
produkstif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggaliinformasi baik administrasi maupun akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gur; (7) untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya. 3. Menemukan (inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4) pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.
36
4. Masyarakat Belajar (learning community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari berbagi anatara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberiyahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. 5. Permodelan (modelling) Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan
kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata. Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapai.
37
6. Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui olehb guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1) dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4) berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagaifeed back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
38
(learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada mata pelajaran IPA di SMP.
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS CTL Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP .......................................... IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) IX (Sembilan)/ 2 (Dua) 10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
: 4.
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. 2. menunjukkan kutub-kutub magnet. 3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet). 4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet. 5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub magnet (kutub utara dan kutub selatan). 6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara kutub-kutub magnet. Pertemuan 2: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok. 2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi.
39
3. 4. 5. 6.
mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara menggosok. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara induksi. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
Pertemuan 3: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan. 2. mendeskripsikan kemagnetan bumi. 3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan kemagnetan. 4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan bumi.
sifat
Pertemuan 4: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. 2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. Pertemuan 5: Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4).
D. Materi Pelajaran: Kemagnetan KEMAGNETAN Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet. Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.
40
Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahanbahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik. Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca, aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik. Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolakmenolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik. Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik. Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut. Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer). PEMAKNAAN Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan selatan (S). Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasangpasangan. Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak
41
beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai dengan kandungan dalam Surat Al-Ikhlas. Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L) dan perempuan (P). Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S), jika didekatkan akan tarik-menarik. Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku menyimpang seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan lama sifat kemagnetannya. Rajin pangkal pandai. Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin belajar, dan tidak mudah menyerah. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut. Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang baik-baik maka kita harus bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak bergaul dan berteman dengan orang yang pandai. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan pada logam tersebut. Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita. Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila kita bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu bahan apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara teratur. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Dalam suatu komunitas, apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan, maka apapun yang
42
kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun, dengan adanya suatu pengaruh negatif dari luar, misalnya munculnya para provokator-provokator, maka adanya provokasi tersebut dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. E. Alat/Bahan/Sumber belajar 1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP 2. Buku Sumber (Referensi) lain 3. LKS Kemagnetan 4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik 5. Serbuk besi 6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap 7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan) 8. Catu daya (baterai) F. Model Pembelajaran: Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan Pemaknaan G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Tahap Pembelajaran
Kegiatan Awal Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi) dengan sebuah magnet. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda tersebut dapat menempel? Menginformasikan bahwa magnet banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita sambil memberikan contoh misalnya bel listrik, motor listrik, tape recorder, dll. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 1). Kegiatan Inti Memperlihatkan magnet batang, mendemonstrasikan bahwa ada beberapa benda yang dapat ditarik oleh magnet dan ada yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Menginformasikan magnet batang mempunyai dua kutub yang dinamai kutub utara dan selatan sambil mendemonstrasikan menggantungkan magnet batang dengan benang. Menjelaskan konsep kemagnetan.
Terlaksana Ya Tidak
43
Tahap Pembelajaran
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 2 Panduan Belajar Pengaruh magnet. Meminta siswa membaca Pengaruh Magnet dan membimbing mengerjakan LKS tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 1 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - magnet dapat menarik benda; - magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S; - sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Terlaksana Ya Tidak
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang Pengaruh Magnet guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 1 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 1 dan LKS 2. Pertemuan 2 Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar ke paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan pakupaku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut. Terlaksana Ya Tidak
44
Tahap Pembelajaran Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut. Menginformasikan bahwa hari ini akan dilakukan percobaan membuat magnet dengan cara menggosok, induksi, dan mengalirkan arus listrik. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 2).
Terlaksana Ya Tidak
Kegiatan Inti Menyajikan informasi bahwa dalam besi yang bukan magnet susunan atom-atomnya masih acak. Agar besi menjadi magnet, susunan atom-atomnya harus dibuat searah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendekatkan sebuah magnet ke besi tersebut. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif. Membagikan LKS 3 dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS tersebut. Meminta salah satu kelompok untuk menuliskan hasil kegiatannya di papan tulis dan kelompok lain diminta menanggapinya. Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang kinerjanya bagus. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - pembuatan magnet dengan cara menggosok; - pembuatan magnet dengan cara induksi; - pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru). Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang Cara Pembuatan Magnet guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 2 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 3.
45
Pertemuan 3 Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang, menanyakan kepada siswa: ke arah mana magnet batang itu selalu menghadap? Mengapa? Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat kemagnetannya tidak dapat dihilangkan? Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 3). Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa garis gaya magnet dapat digambar untuk memperlihatkan lintasan medan magnet, menjelaskan pola-pola garis gaya untuk berbagai macam susunan magnet batang. Menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara kutub magnetik dan kutub geografik bumi, serta menjelaskan bagaimana kompas dapat membantu untuk menentukan arah. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 5. Meminta siswa membaca Buku Siswa, tentang Pengaruh Magnet; Kemagnetan Bumi, dan membimbing mengerjakan LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 4 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola serbuk besi untuk tiap susunan magnet batang dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - cara menghilangkan sifat kemagnetan; - keberadaan kemagnetan bumi. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru). Terlaksana Ya Tidak
46
Tahap Pembelajaran Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara menghilangkan sifat kemagnetan dan keberadaan kemagnetan bumi, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 3 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 4 dan LKS 5. Pertemuan 4 Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu jarum kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami penyimpangan arah? Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan mengalirkan arus listrik. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 4). Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar akan menimbulkan medan magnet yang arahnya bergantung pada arah arus listrik. Menginformasikan bahwa medan magnet solenoida dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan maupun besar arus yang mengalir melaluinya. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 8. Meminta siswa membaca Buku Siswa, subbab Medan Magnet di Sekitar Arus Listrik, dan membimbing mengerjakan LKS 8 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 7 serta alat dan bahan yang
Terlaksana Ya Tidak
Terlaksana Ya Tidak
47
Tahap Pembelajaran dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis untuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, yaitu: - sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Terlaksana Ya Tidak
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan magnet di sekitar kawat berarus listrik, guru mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 4 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 7 dan LKS 8.
H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian) Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat Kinerja saat melakukan kegiatan Laporan/presentasi Tes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5) dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.
48
CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL Sekolah : SMP Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VII / 1 Standar Kompetensi 3. Memahami wujud zat dan perubahannya 4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia. 6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup. Kompetensi Dasar 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia 6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Indikator Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran PERTEMUAN 1 A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara penyaringan 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan inferensi, berkomunikasi B. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara penyaringan C. Metode Pembelajaran 1.Model :Cooperatif Learning 2.Metode : Demonstrasi Eksperimen Diskusi
49
D.Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian menanyakan kepada siswa: Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan? Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti - Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian. - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam kelompok sebelum melakukan percobaan. - Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. - Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya - Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. - Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain penyaringan. 3. Kegiatan Penutup - Guru membimbing siswa merangkum pelajaran. - Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk menyaring air dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain. Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan menggunakbahan-bahan yang E. Sumber Belajar 1. Buku siswa 2. LKS 3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi: a. botol plastik 2l bekas air mineral b. air kolam c. kerikil d. pasir e. ijuk f. pisau
50
PERTEMUAN 2 A.Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara destilasi 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan inferensi, berkomunikasi B.Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara destilasi dan kristalisasi C.Model Pembelajaran Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif Metode : Pengamatan, Diskusi D.Langkah-langkah 1. Kegiatan pendahuluan Motivasi: Menanyakan kegiatan tugas lanjutan, selanjutnya menanyakan: Bagaimanakah memperoleh air tawar dari air asin? (Arahkan dalam konteks penjernihan air untuk memperoleh air tawar) Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang penguapan dan pengembunan Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti - Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian dan berdiskusi tentang penguapan dan pengembunan. - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam kelompok sebelum melakukan percobaan. - Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. - Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya - Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. - Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang penerapan lain destilasi. Mendiskusikan pemisahan campuran selain penyaringan dan destilasi, yakni kristalisasi.
51
3. Kegiatan penutup - Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar - Guru memberikan kuis untuk mengetahui daya serap materi yang baru saja dipelajari E. Sumber Belajar 1. Buku siswa 2. LKS 3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi: a. botol plastik 2l bekas air mineral b. air kolam c. kerikil d. pasir e. ijuk f. pisau
PERTEMUAN KETIGA A. Tujuan Peserta didik dapat 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia (koagulasi) 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran B. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran C.Model Pembelajaran Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif Metode : Diskusi dan Penerapan Strategi Belajar (membuat peta konsep) D. Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Menanyakan:Pernahkah kamu melihat tawas? Guru menunjukkan tawas. Menanyakan kegunaan tawas (diarahkan untuk penjernihan air) - Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti - Guru meminta peserta didik membaca secara individual materi tentang cara pemisahan campuran secara kimia dalam di Buku Siswa (Pengelolaan Air Minum) - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
52
Meminta kelompok untuk membuat poster tentang proses pengolahan air sungai atau danau menjadi air minum. Poster dapat berupa diagram alir, peta konsep, atau sesuai kreasi anak. Membinbing siswa melakukan kegiatannya. Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik menempelkan poster hasil kerja kelompoknya dan diamati kelompok lain Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang pemisahan campuran secara kimia yang lain.
3. Kegiatan penutup - Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar - Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur: Guru menginformasikan untuk membaca dan mempelajari Buku Siswa dan sumber belajar yang lain.
E. Sumber belajar 1.Buku Siswa 2.Peralatan untuk membuat poster F. Penilaian 1.Teknik penilaian dan bentuk instrumen Teknik Tes unjuk kerja Tes tulis Bentuk Instrumen Lembar Observasi (rating scale) Isian
2. Contoh instrumen Tes Tulis: Misalkan terdapat campuran air asin dan pasir. Tuliskan langkah-langkah pemisahannya, sehingga kamu mendapatkan air tawar, garam, dan pasir! Kriteria penskoran: 4: semua langkah teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar 3: ada langkah yang tidak terlalu prinsip tidak teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar 2: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah yang ditulis tidak urut 1: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah prinsip tidak tertulis 0: tidak mengerjakan
53
Lembar Observasi yang dikembangkan sebagai berikut. Lembar Observasi terhadap Kinerja Ilmiah Siswa No 1 2 3 4 Aspek Yang Diamati 0 (tidak ada) Melakukan pengamatan Menuliskan data pengamatan Melakukan tafsiran terhadap data Mengkomunikasikan Kriteria Penilaian Skor 1 (kurang) 2 (sedang) 3 (baik)
nilai =
54
PEMBELAJARAN TERPADU
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran terpadu merupakan proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan siswa dalam posisi sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan berpikir. Beberapa ini, keterampilan seperti: berpikir dikembangkan dalam
mengamati,
membedakan, bertanya,
mengukur,
mengelompokan,
membandingkan, menilai,
menganalisis, memperkirakan,
menggenarilasisikan,
menginterpretasikan,
merencanakan, melakukan percobaan, berkomunikasi, berpikir konvergen, berpikir divergen, berpikir induktif, berpikir deduktif, menyimpulkan, mengambil keputusan.
Kemungkinan Bentuk Penerapan Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS Terpadu. Tematik) Menurut Joni (1996) didasarkan pada pengaitan
konseptual intra dan/atau antar bidang studi yang terjadi secara spontan, dengan program kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan secara sepenuhnya mengikuti kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan bidang studi agar terorganisasi secara terstruktur, lebih eksplisit dan bertolak dari tema-tema. Model Pengintegrasian Kurikulum tersebut menurut Forgaty (1991) digambarkan seperti pada tabel berikut:
55
RENTANGAN
fragmented connected nested
DESKRIPSI
Tiap Mapel disampaikan terpisah. Suatu konsep dipertautkan dengan konsep lain. Selain target di Mapel ada target multiketerampilan beberapa topik diatur ulang serta diurutkan agar dapat serupa satu sama lain. dua mata pelajaran yang sama-sama diajarkan dengan menggunakan konsep-konsep atau keterampilanketerampilan yang tumpang tindih (overlap). Berangkat dari tema yang dibangun bersama-sama antara guru dengan siswa, atas dasar beberapa topik pada beberapa mata pelajaran yang berhubungan. pendekatan metakurikuler digunakan untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa dengan berbagai mata pelajaran. guru masing-masing mata pelajaran bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih. berpusat untuk mengakomodasikan kebutuhan para siswa, di mana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman mereka sendiri. jaringan kerja dengan orang-orang yang memiliki keahlian untuk membantu bagian dari pekerjaannya yang lebih bersifat implementatif. Mereka akan bekerja secara terpadu sesuai dengan topik pekerjaan yang mengikat mereka.
Sequenced
shared
Webbed (terjala/tematik)
threaded
integrated
immersed
networked
56
Model-model pembelajaran
pembelajaran terpadu
berpikir
yang
dapat
digunakan evaluasi
dalam kritis,
adalah:
pemecahan
masalah,
penyelidikan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif. Beberapa kegiatan utama dari model-model pembelajaran berpikir ini diuraikan sebagai berikut: 1. Pemecahan Masalah Menghimpun fakta-fakta, Merumuskan masalah, Mengembangkan ide, pemikiran, alternative pemecahan, Menentukan alternatif pemecahan, Menyusun rencana tindakan pelaksanaan.
2. Berpikir Kritis Menjelaskan ide dan pemikiran Menentukan tingkat ketepatan informasi dasar (hasil pengamatan dan komunikasi). Menyusun argumentasi dan penyimpulan (berdasarkan data dan konsep)
3. Berpikir Kreatif Pengembangan ide-ide dalam beberapa kategori (kelenturan berpikir) Pengembangan ide baru (kemurnian berpikir) Penyempurnaan ide (elaborasi pemikiran)
4. Evaluasi Kritis Menentukan kriteria Menyusun alternative pemikiran, pemecahan, Membuat perkiraan dan menentukan keputusan, Memberikan alas an, argumentasi bagi keputusan.
57
B.
TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran Meningkatkan minat dan motivasi Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami
hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya. Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru sub bidang kajian
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi
penghematan waktu, karena ketiga atau lebih disiplin ilmu dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep dalam disiplin ilmu tersebut. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
58
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi dari mata pelajaran yang dipadukan.
Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Dalam hal ini Guru bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih (dengan mencermati indikator yang telah disusun) dan memadukannya.
Kemungkinan pada pemaduan IPA adalah Connected, Webbed (tematik) dan Integrated.
59
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA ended; proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. bersifat open
60
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA pada masa
sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. pada domain kognitif yang
terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
61
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator
pencapaian
kompetensi
dikembangkan
oleh
sekolah,
disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
62
2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPA Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada
63
metode ilmiah.
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau enquiry skills yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan
pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.
Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu
64
sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alatalat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisahpisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta
memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta
membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan
mata
pelajaran
dapat
mendorong
guru
untuk
65
memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
Pembelajaran
terpadu
memberikan
peluang
bagi
guru
untuk
mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model
pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar
66
dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai submata-pelajaran. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai mata pelajaran (Carin 1997;236). Lintas submata pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
67
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu: a. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri; b. peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya; c. peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan
melakukan kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya; d. memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik; e. belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPAlingkungan- teknologi-masyarakat. Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
68
dan ada pula yang tidak. Habitat insekta juga tersebar sangat luas, di darat sebagai hewan yang hidup di tanah, di pohon,di dalam air, dan sebagai hewan terbang. Peranannya dalam kehidupan juga sangat luas, sebagai komponen penting dalam rantai makanan, sebagai hama tanaman, sebagai penyerbuk tanaman, sebagai vektor berbagai penyakit pada hewan dan manusia, dan masih banyak lagi peranan insekta. Begitu luasnya pembahasan tentang insekta, sehingga bila disampaikan dalam pembelajaran akan memerlukan waktu yang cukup banyak, dan mungkin juga konsepnya sulit dipahami peserta didik. Topik/pokok bahasan tentang Insekta juga tidak ditemukan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. akan tetapi guru dapat memilih tema insekta mengingat banyak masalah kesehatan dan lingkungan yang terkait dengan insekta. Misalnya, merebaknya penyakit demam berdarah, malaria, penyakit kaki gajah yang vektor penyebarannya adalah insekta. Jadi pembahasan topik ini dapat menjadi bahan pengayaan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang peranan insekta dalam ekosistem, mengasah kepekaan peserta didik terhadap kebersihan lingkungan, memahami rantai makanan, dan penyebab timbulnya ledakan hama. Topik ini bersifat kontekstual di daerah pertanian dan daerah pantai, tetapi untuk daerah perkotaan mungkin agak sulit dilaksanakan, namun dapat dicoba. Dengan insekta sebagai tema sentral, maka dapat dibuat jaringan tema berikut:
69
Proyek:Koleksi insekta
INSEKTA
seran
Menyelidiki tentang serangga penyerbuk
Menyelidiki pengaruh perubahan lingkungan thd populasi serangga vektor penularan penyakit
Kompetensi dasar untuk jaringan tema insekta pada gambar 2.1 di atas mungkin tidak termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seluruhnya, namun dapat menjadi inspirasi untuk memotivasi peserta didik yang berminat melakukan penyelidikan tentang insekta. Dalam pembelajaran ini sekaligus kita menerapkan metode ilmiah dan mengembangkan keterampilan proses IPA dan kemampuan pemecahan masalah. Inilah contoh fleksibilitas kurikulum untuk mengembangkan potensi peserta didik.
70
perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar per submata pelajaran IPA. Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:
Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu
Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dipadukan
71
Langkah (1): Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran. Langkah (2): Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang sama, antarsemester pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari beberapa submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu. Berikut ini contoh peta kompetensi dasarIPA terpadu untuk SMP kelasVII CONTOH PETA KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU Mata Pelajaran : IPA Kelas : VII
KD MP Fisika 1.1 Mendeskripsik an besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya KD MP Kimia 2.2 Melakukan percobaan sederhana dengan bahanbahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. 2.3 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia KD MP Biologi 5.1 Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik dan a-biotik. Tema Kerja Ilmiah Waktu 20 x 40
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Penjernih an Air
20 x 40
72
Langkah (3): Memilih dan menetapkan tema atau topik pemersatu. Dalam memilih tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran. Langkah (4): Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran. Langkah (5): Menyusun dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajar untuk setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran yang dipadukan. Contoh lihat lampiran. Langkah (6): Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator submata pelajaran IPA menjadi beberapa pengalaman belajar yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran. Langkah (7): Menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Contoh lihat lampiran.
b. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (Desain Pembelajaran/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu,
dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
73
Kegiatan Awal/Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas beberapa tahap yaitu: menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan kesiapan belajar; memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat dan minat peserta didik untuk siap menerima pelajaran; memberikan acuan topik yang akan dibahas; mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik yang telah dipelajari yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar atas jawaban peserta didik Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan secara lisan maupun tertulis.
74
Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah. Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini. Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik. Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk
75
menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan konstruktivisme hendaknya dilaksanakan dalam
pembelajaran terpadu Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di mata pelajaran yang satu dengan konsep di mata pelajaran lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut ini. a) Mengajak peserta didik untuk diajarkan. b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar. c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis. menyimpulkan materi yang telah
76
c. MODEL PENILAIAN IPA TERPADU Model penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang
digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang digunakan. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu
dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar. Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes.
77
PENILAIAN
Non tes
Tes
Tes lisan
Tes tertulis
Tes perbuatan
Skala sikap Daftar periksa Kuesioner Catatan anekdot Portofolio Catatan sekolah Jurnal Cuplikan kerja
b.
Tes tertulis/ objektif Pilihan ganda Benar salah Menjodohkan Isian singkat Isian panjang Isian khusus
78
untuk
tema/topik
tentang
Penugasan
Nontes
Penugasan
Nontes
Praktikum
1. 2.
Laporan praktikum
79
KD
Indikator Prosedur Memperkirakan hubungan ukuran penduduk dengan kebutuhan lahan Menjelaskan pengaruh meningkatnya populasi penduduk dengan kerusakan lingkungan Menjelaskan pengaruh meningkatnya populasi penduduk dengan kesehatan
Instrumen
Mengaplikasik an peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara, dan tanah dalam kaitannya dengan kegiatan manusia Mengemukakan contoh langkahlangkah upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia
Penugasan
Nontes
Karya tulis
80
KD
Indikator Prosedur
Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan bahan kimia dari kemasan yang digunakan sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga Menyelidiki pengaruh penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga Menjelaskan efek samping penggunaan bahan kimia dalam rumah tangga
Praktikum
Sistem penilaian Jenis dan Jenis tagihan bentuk Nontes Tes perbuatan
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip "usaha dan energi" serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan bentuk energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari
Penugasan
Nontes
81
KD
Indikator Prosedur
Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan litosfer dan atmosfer dengan kesehatan dan permasalah-an lingkungan
Menjelaskan proses pelapukan di lapisan bumi berkaitan dengan masalah lingkungan Menjelaskan proses pemanasan global dan pengaruhnya terhadap masalah lingkungan Menjelaskan pengaruh prosesproses di lingkungan terhadap kesehatan manusia
Penugasan
Tes akhir
Berdasarkan contoh itu, maka guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara
penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian
82
untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian dari Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi mata pelajaran fisika, kimia, biologi, maka dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai mata pelajaran IPA .
Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan. a. Guru Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dapat dilakukan oleh tim pengajar atau guru tunggal. Hal ini tergantung pada kondisi sekolah. Bila di suatu sekolah guru IPA terdiri atas guru fisika, kimia, biologi, maka dalam penyusunan silabus, perencanaan pembelajaran,
penggunaan media, dan strategi mengajar sebaiknya dibuat bersama hingga penyusunan alat penilaiannya. Namun dalam pembelajarannya dapat dilakukan oleh guru tunggal. Bila di sekolah, seorang guru mengajar semua mata pelajaran IPA, dan mengalami kesulitan untuk memadukan kompetensi dasar, indikator, dan materi, maka sangat dianjurkan agar guru tersebut bekerja sama dalam kelompok MGMP
83
agar dapat
terjadi
diskusi
tentang perencanaan
strategi
dan
pelaksanaan KBM. Indikator yang sudah dipadukan tidak perlu diajarkan dua kali karena tujuan pembelajaran terpadu adalah
efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pembelajaran IPA Terpadu terbentur pada masalah-masalah berikut ini. Jadwal pelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dan tak dapat diubah begitu saja. Masalah guru mata pelajaran IPA yang terpisah. Program semester yang telah memuat urutan materi yang akan diajarkan. Penguasaan bahan ajar. Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas. Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata pelajaran yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut dominan biologi maka yang mengajar sebaiknya guru biologi, atau bersama-sama. Oleh karena itu, pembelajaran IPA terpadu dapat diajarkan oleh guru
tunggal atau tim pengajar tergantung pada kesepakatan dan waktu. Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, desain
pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antarguru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari mata pelajaran yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga
84
meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya. Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat
memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal. b. Peserta didik
Bagi peserta didik, pembelajaran terpadu dapat mempertajam kemampuan analitis terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan tidak hanya buku mata pelajaran saja, tetapi dapat dari berbagai mata pelajaran yang direkatkan oleh
tema. Peserta didik dapat juga mencari berbagai sumber belajar lainnya. Bahkan bila memungkinkan mereka dapat menggunakan teknologi informasi yang ada. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan. Dalam pembelajaran terpadu, suatu bahan ajar dapat dibahas dari berberapa mata pelajaran sehingga wawasan peserta didik diharapkan
85
akan lebih terbuka. Di samping itu karena konsep-konsep itu dipadukan dalam suatu pembelajaran, maka akan mengurangi kebosanan peserta didik terhadap pengulangan bahan ajar pada berbagai mata pelajaran. d. Sarana dan Prasarana Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai alat dan media pembelajaran. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan mata pelajaran. Memang tidak semua konsep dapat dipadukan. Konsep-konsep yang dipilih untuk direkat oleh tema dapat menghemat waktu dan ruang. Berikut contoh Pemetaan Kompetensi Dasar untuk menjadi Tema dalam pembelajaran IPA Terpadu. e. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam submata pelajaran, pada tingkat
pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .
86
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga disiplin ilmu (Fisika, Kimia, dan Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Fisika, Kimia, dan Biologi. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya. Akan terjadi peningkatan kerja sama
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model
87
bahwa sebenarnya
semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan tersebut sebagai tantangan untuk terus berupaya diatasi oleh pihak-pihak yang terlibat di sekolah. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi diuraikan sebagai berikut ini. a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud. b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran (mengurai), terpadu menekankan asosiatif pada kemampuan analitik
kemampuan
(menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
88
wawasan.
Bila
sarana
ini
tidak
dipenuhi,
maka
penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terhambat. d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa mata pelajaran terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu mata pelajaran dan tenggelamnya mata pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru substansi berkecenderungan gabungan menekankan sesuai atau dengan
mengutamakan
tersebut
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap terbuka.
89
Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitasaktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku
90
seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Ilmu Politik
Ekonomi
Sosiologi
Antropologi
91
Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum. Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara lain sebagai berikut. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001). Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan
tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel berikut.
92
Geografi
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala programprogram pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998). Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
93
Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
94
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
a. Model Integrasi Berdasarkan Topik Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya pariwisata. Pariwisata dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata tersebut. Keadaan politik juga dapat dikaji pula pada topik pengembangan pariwisata berkaitan dengan pengaruhnya terhadap perkembangan pariwisata. Selanjutnya, dampak pariwisata terhadap perkembangan ekonomi lokal maupun nasional dapat dikembangkan
95
melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
Persebaran, kondisi fisik daerah objek wisata
Sejarah
Geografi
PENGEMBANGAN PARIWISATA
Partisipasi masyarakat Pengaruh terhadap perkembangan masyarakat di sekitar objek wisata
Sosiologi Politik
Ekonomi
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
96
Keadaan Alam
Potensi objek wisata
Keadaan Politik
Keamanan dan stabilitas daerah
Gambar 3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah Pemukiman Kumuh. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma. Faktor sosial, dan budaya
PEMUKIMAN KUMUH
Faktor Ekonomi
Faktor historis
97
98
Beberapa
ketentuan
dalam
pemetaan
Kompetensi
Dasar
dalam
pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut. Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri. Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat diintegrasikan/dipadukan.
99
Semester 2 2.1 Mendeskripsikan interkasi sebagai proses sosial. 2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial 2.4 Menguraikan proses interaksi sosial
Semester 1 3.1 Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam kaitannya dengan usaha memenuhi kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
3.
Semester 2 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi barang/jasa.
Semester 1 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalanpeningalannya 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeningalannya
Pemanfaatan Peta
100
No.
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Tema
2.
3.
Semester 2 7.2 Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Semester 2 7.1 Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
Semester 1 2.2 Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.
Otonomi Daerah
101
No.
Geografi
Sosiologi
Sejarah
Tema
4.
Semester 2 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Semester 2 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat 6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
Semester 2 4.1 Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Pelestarian Lingkungan
Sosiologi Semester 1 3.1Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat 3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Sejarah Semester 2 7.2 Menguraikan perkembangan lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Tema
Pengembangan Pariwisata
102
No. 2
Geografi Semester 2 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsurunsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara
Sosiologi Semester 2 7.3 Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global
Sejarah Semester 2 7.2Menguraikan perkembangan lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional Semester 2 7.2 Menguraikan perkembangan lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Tema
Modernisasi
3.
Semester 2 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsurunsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara Semester 1 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju.
Semester 2 7.3 Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global
Kerjasama Internasional
2) Penentuan Topik/Tema Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema yang ditentukan
harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut. Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
103
Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensikompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi siswa, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa; contohnya, untuk kelas VII ada 3 (tiga) topik/tema yaitu: aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya alam, dan pemanfaatan peta. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada satu rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar. Berikut ini beberapa contoh Topik yang relatif relevan dengan pemetaan Kompetensi Dasar. Kelas VII SMP i) Topik: Kegiatan Ekonomi Penduduk
No
1.
Geografi
Semester 2 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
Sosiologi
Semester 1 2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Ekonomi
Semester 2 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Sejarah
Semester 2 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeninggalannya
104
Geografi
Semester 2 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Sosiologi
Semester 2 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat 6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
Ekonomi
Semester 2 4.1 Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
Sejarah
2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Geografi
Semester 2 5.1 Menginterpretasi-kan peta tentang bentuk dan pola muka bumi.
Sosiologi
Semester 1 3.1 Mendeskripsi-kan perubahan sosialbudaya pada masyarakat 3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Ekonomi
Semester 1 7.1 Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.
Sejarah
Semester 2 7.2 Menguraikan perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator pencapaian
105
Kompetensi Dasar Geografi: Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, pengunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi. Perumusan indikatornya: Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, nonpertanian). Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai bentang lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih bermukim di lokasi tersebut. Kompetensi Dasar Sosiologi: Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial. Perumusan indikatornya: Mengidentifikasi pola-pola keselarasan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Menentukan sikap dalam keragaman sosial untuk mewujudkan keselarasan sosial. Kompetensi Dasar Ekonomi: Mendeksripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa. Perumusan indikatornya: Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa. Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa. Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.
106
Kompetensi Dasar Sejarah: Mendeksripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeninggalannya. Perumusan indikatornya: Menyusun kronologis proses masuk berkembangnya Islam di Indonesia dengan menggunakan ensiklopedi dan referensi relevan lainnya. Menjelaskan peranan pedagang dan ulama dalam proses awal perkembangan Islam di Indonesia. 4) Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan penilaian. 5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Proses Pembelajaran serta Penilaian Hasil Pembelajaran. Penyusunan RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai KD. Demikian pula untuk pelaksanaan proses pembelajaran, maupun penilaian hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa, menggunakan prinsi-prinsip minimal sesuai dengan standar isi, standar proses, standar penilaian, dan dikembangkan dengan
107
prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran dan penilaian pada pembelajaran kontekstual (CTL).
b. Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu Implikasi pembelajaran IPS terpadu terhadap guru, peserta didik, bahan ajar, sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya bergantung pada sekolah masing-masing sama seperti pada pembelajaran IPA terpadu. Diharapkan guru yang profesional sesuai dengan PP 74 dan minimal standar proses dapat melaksanakan pembelajaran IPS terpadu tanpa mengalami kendala.
108
PEMBELAJARAN TEMATIK
A. LATAR BELAKANG
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I III kelas awal) untuk setiap mata pelajaran masih banyak dilakukan secara terpisah. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan
perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Seperti pada Mata pelajaran Matematika, perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
109
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Demikian pula untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Demikian pula pada Kompetensi dasar Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan perlu dikaji
Jika mata pelajaran- mata pelajaran tersebut dipadukan menjadi sebuah tema akan diperoleh suatu kemampuan berkomunikasi secara baik sebagai indikator dalam kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, yang pada akhirnya pembelajaran menjadi menyenangkan.
Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu,
110
hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi, standar proses yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.
B.
KERANGKA BERPIKIR 1. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
111
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
2. Cara Anak Belajar Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan
112
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3)
Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan
tahapan
perkembangan
berpikir
tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: a. Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa
113
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. b. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilahmilah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. c. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi . 3. Belajar dan Pembelajaran Bermakna Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika
dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
114
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspekaspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponenkomponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau
115
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan antaranya: 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. memberikan banyak keuntungan, di
116
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
117
dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecahpecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,
D. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK Landasan Pembelajaran tematik mencakup: Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme
melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
118
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
E.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa 2. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
119
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 3. Memberikan pengalaman langsung 4. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 5. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas 6. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 7. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran 8. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 9. Bersifat fleksibel 10.Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 11.Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa 12.Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 13.Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
120
F.
RAMBU-RAMBU 1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan 2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester 3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. 4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. 6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.
G. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK Implikasi implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mencakup implikasi terhadap guru, terhadap siswa, terhadap sarana-prasarana, sumber belajar media, pengaturan ruangan, dan pemilihan metode pembelajaran. Implikasi bagi guru Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Implikasi bagi siswa Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
121
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi Implikasi terhadap Pengaturan ruangan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
122
Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. Implikasi terhadap Pemilihan metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap. H. TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. 1. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
123
a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal berikut: Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati. 1) Menentukan tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 2) Prinsip Penentuan tema Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa: Dari yang termudah menuju yang sulit Dari yang sederhana menuju yang kompleks Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. sebagai
124
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa Ruang lingkup tema siswa, disesuaikan termasuk dengan usia dan dan
perkembangan kemampuannya
minat,
kebutuhan,
b. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. 2. Menetapkan Jaringan Tema Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 3. Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian. 4. Penyusunan Rencana Pembelajaran Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
125
1)
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2) 3) 4) 5) 6)
Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator pencapaian kompetensi Tujuan pembelajaran Materi ajar beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
7) 8)
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti dan penutup). 9) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian). 10) Sumber belajar, alat dan media yang digunakan untuk
memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
126
I.
TAHAP PELAKSANAAN 1. Tahapan kegiatan Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit) a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi b. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah
127
dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi: Contoh 1:
Kegiatan Kegiatan pembukaan Kegiatan inti Jenis kegiatan Anak berkumpul bernyanyi sambil mengikluti irama musik
menari
Kegiatan penutup
Kegiatan untuk pengembangan membaca Kegiatan untuk pengembangan menulis Kegitan untuk pengembangan berhitung Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita
Contoh 2: Kegiatan Kegiatan pembukaan Jenis kegiatan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema) Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan kelompok besar) Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan) Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan Mendongeng Pesan-pesan moral Musik/menyanyi
Kegiatan inti
Kegiatan penutup
128
2. Pengaturan Jadwal pelajaran Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru
pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran. Contoh jadwal yang dapat dikembangkan seperti pada tabel berikut:
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu IPA
Matematika B. Ind.
Matematika B.Ind.
Matematika B.Ind.
Penjaskes IPA
Matematika B.Ind.
Matematika KTK
P.Agama
MULOK
Istirahat
B.ind
Matematika IPS
KTK
P. Agama
Mulok
B.Ind
Matematika IPS
KTK
129
J.
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas. c. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masingmasing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran. d. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir. e. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka.
2. Alat Penilaian Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku
130
bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, Jean, kata atau angka.
B. Bahasa Indonesia
: Perbuatan Kelancaran membaca Melafalkan kata Melagukan/intonasi Cara bertanya jawab Tugas Melengkapi kalimat : Perbuatan Mendemonstrasikan cara menggosok gigi : Lisan Menyebutkan cara memelihara gigi Menjelaskan manfaat menggosok gigi
3. Aspek Penilaian Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisahpisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.
131
Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
132
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMP. 2008. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan TOT untuk Calon Master Trainer Pengawas Sekolah. Jakarta. Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Lestari, Tita. 1997. Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir SMA Pada Pembelajaran Matematika. Tesis-S-2 Program Studi Pengembangan Kurikulum. Pasca Sarjana IKIP Bandung. Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-jar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
133
Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. andung. Kesuma Karya. Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
134
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU
135
136
137
138
139
140
INDIKATOR
KEGIATAN BELAJAR Menirukan bunyi suara burung Bermain peran menjadi berbagai kendaraan Menirukan suara ombak
PENILAIAN Pengamatan
Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain.
BERBICARA Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
141
Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan) melakukan permainan menanyakan data diri temannya melakukan permainan menanyakan data diri bercerita tentang data dirinya Menjiplak kartu kata Menjiplah bentuk-bentuk gambar Menjiplak bentuk-bentuk geometri Kartu kata Kartu bentuk gambar Kartu bentuk geometri
Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana Menjiplak berbagai bentuk gambat, lingkaran, dan bentuk huruf
142
MATEMATIKA
Membilang benda-benda di kelas Membilang sambil Memantulkan bola Mengamati lalu menyebutkan nama benda yang dilihatnya Praktek langsung mengambil dua kumpulan benda lalu dihitung
Bola
Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
Batu-batuan
143
IPS
Menyebutkan nama lengkapnya Menyebutkan alamat rumahnya Menggambarkan tubuhnya lalu menyebutkan nama bagianbagian tubuhnya dan kegunaannya Praktek pengelompokkan Batu, daun, biji salak
Menyebutkan alamat tempat tinggal Menyebutkan nama bagianMenyebutkan kegunaan bagianbagian tubuh
IPA
Makhluk Hidup dan Proses kehidupannya Mengenal bagianbagian tubuh dan kegunaannya Mengindetifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatannya
Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Menunjukkan sebanyakbanyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
Praktek langsung mengamati lingkungan dan menyebutkan sebanyakbanyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
144
Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan loncat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri SENI RUPA Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar
Praktek langsung Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat. Praktek langsung berjalan dengan pola
Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah
Mengamati lingkungan lalu menyebutkan benda-benda yang dilihatnya Mengamati lingkungan lalu mengelompokka n benda berdasarkan garis, bintik dsb
Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
145
SENI MUSIK Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia SENI TARI Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanaan gerak di tempat PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Menyebutkan jenis kelamin anggota keluarga. Meyebutkan agamaagama yang ada di Indonesia
146
Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS TEMA MINGGU/HARI ALOKASI WAKTU : I : LINGKUNGAN : I/Senin : 5 x 35 menit
INDIKATOR: Bahasa Indonesia: Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf Matematika: Membilang atau menghitung secara urut Menyebutkan banyak benda Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari IPA Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu IPS Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN Bertepuk tangan dengan pola PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat. SARANA DAN SUMBER BELAJAR: Kartu-kartu kata Lembar kerja (jam) Bola STRATEGI KEGIATAN A. Pembukaan (1 X 35 menit) Berdoa bersama Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2
147
Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman yang menyenangkan dirinya Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari
B.
Inti (3 x 35 menit) Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas, menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali) Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata yang sudah disiapkan guru Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan menggambarkannya.
C.
Penutup (1 x 35 menit) Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang dilanjutkan dengan tanya jawab Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air, perlunya mandi/menjaga kebersihan Berdoa pulang
148