You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dalam belajar peran guru sangatlah penting karena tugas seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar. dalam kegiatan belajar mengajar ditemukannya masalahmasalah siswa. Ada siswa yang belajar dengan giat dan ada pula siswa yang purapura belajar. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalahmasalah belajar yang dialami oleh siswa. Bahkan guru memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar tersebut. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.

1.2 Batasan masalah


1

Bagaimana cara menetukan masalah-masalah dalam belajar ? Apa faktor penyebab timbulnya masalah-masalah dalam belajar ? Bagaimana upaya dalam penanggulangan masalah belajar dan mengatasinya?

2
3

1.3 Metode penulisan 1 7

Metode penulisan yang digunakan penulis dalam makalah ini adalah metode kepustakaan. Metode ini menggunakan media seperti buku.

1.4 Tujuan penulisan 1


2 3

Untuk mengetahui masalah belajar apa saja yang dihadapi oleh siswa Untuk mengetahui faktor penyebab adanya masalah-masalah belajar tersebut Untuk mengetahui cara penanggulangan masalah belajar yang dihadapi oleh siswa

1 7

BAB II ISI II.1 Menentukan masalah-masalah belajar Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks terentang dari : a. Konstruksi kurikulum dan pemberlakuan kurikulum sekolah b. Tugas guru menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran 1 7

c. Peran siswa dalam proses belajar yang sesuai kurikulum yang berlaku Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan dengan guru, bahan belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata kerja evaluasi belajar. Guru juga berkepentingan mendorong siswa agar aktif belajar. Dengan demikian guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa. 1. Pengamatan Perilaku Belajar Perilaku belajar merupakan gejala belajar menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar atau proses belajar merupakan gejala belajar yang dialami dan dihayati oleh siswa. Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) 2. Menyusun rencana pengamatan Memilih siapa yang akan diamati meliputi beberapa orang siswa Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan Menentukan hal-hal yang akan diamati Mencatat hal-hal yang akan diamati Menafsirkan hasil pengamatan Analisis Hasil Belajar

Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Dalam melakukan analisis hasil belajar guru dapat melakukan langkah-langkah berikut : a) b) c) d) e) f) Merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi, kemudian instruksional hasil belajar menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut Mengumpulkan hasil belajar siswa Melakukan analisis secara statistic tentang angka-angka perolehan Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa

ujian dan mengkategorikan karya-karya yang tidak bisa diangkakan 1 7

g) h) i) 3.

Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas Memperhatkan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajarn pada siswa Tes Hasil Belajar

menjelang akhir semester Tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektif. Tes lisan Kelebihannya : a) c) a) Penguji dapat menyesuaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa Siswa dapat melengkapi jawaban lebih leluasa Penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atas perilaku siswa Tes tertulis Kelebihannya : a) c) e) Penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas Penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahasan Dalam pengerjaan, siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuannya Kelemahannya : a) c) Penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa Dalam pemeriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji b) Rumusan pertanyaan yang tidak jelas menyulitkan siswa Tes esai 1 7 b) Objektifitas pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi d) Penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian b) Penguji dapat mengejar tingkat penguasaan siswa tentang pokok bahasan Kelemahannya : b) Memerlukan waktu yang lama. Tenggang waktu masih dapat diatasi

Kelebihannya : a) Penguji dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar objektif Kelemahannya : a) Jumlah soal sangat terbatas dan siswa kemungkinan berspekulasi belajar Tes objektif Kelebihannya : a) Penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok bahasan b) Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat c) Siswa tidak dapat berspekulasi dalam belajar terhambat Kelemahannya : a) c) e) Kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap Memakan dana besar Pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran b) Penyusunan tes memakan waktu lama d) Siswa yang pandai menerka jawaban dapat keuntungan Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah-masalah dalam belajar. Oleh karena itu, pada tempatnya guru professional memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana. d) Siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang baik tidak b) Objektivitas pengerjaan dan pembinaan sukar dilakukan b) Bila cara memberi angka ada kriteria jelas maka dapat menghasilkan data

II.2 Faktor penyebab adanya masalah-masalah belajar

1 7

Masalah-masalah belajar yang akan dipelajari meliputi masalah-masalah intern belajar dan masalah-masalah ekstern belajar.
a. Masalah-masalah Intern belajar

Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswa lah yang menentukan terjadi atau tidak terejadinya belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-msalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. 1. Sikap terhadap belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. 2. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. 3. Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar merupakan proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran guru memerlukan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istiraha selingan selama beberapa menit.

1 7

4. Mengolah Bahan Belajar Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat. 1 7

6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud dengan transfer belajar atau unkjuk prestasi belajar. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. 7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. 8. Rasa Percaya Diri Siswa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. 9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar 1 7

Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, bergaul dengan lingkungan secara efisien. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang IQ dibawah 70 diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber-IQ 130-145 sebesar 2% penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah normal. (Monks, Knoers, Siti Rahayu Haditono. 1989). Menurut Siti Rahayu Haditono, di Indonesia juga ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya fasilitas belajar disekolah dan ruma di perbagai pelosok, siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, kurangnya dorongan mental dari orang tua, keadaan gizi yang rendah sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik , serta gabungan dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi berbagai hambatan belajar. 10. Kebiasaan Belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlabat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, (vii) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar. 11. Cita-cita Siswa Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku ikut-ikutan.

1 7

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki citacita harus dimulai sejak sekolah dasar. Disekolah menengan didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. b. Masalah-masalah Ekstern belajar Dalam proses belajar dapat terjadi atau bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar diantaranya adalah : 1. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Ia juga harus mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh, menghadapi masalah pengembangan diri, dan pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia. Guru juga harus mempelajari perilaku, norma, nilai, dan sub-kebudayaan lokal di wilayah tempatnya bertugas. Disatu pihak, guru mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Sedangkan dipihak lain, warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima guru sebagai pribadi yang sedang tumbuh. Hal-hal yang dipelajari seorang guru adalah : a) Memiliki integritas moral kepribadian b) Memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran c) Memiliki integritas religious dalam konteks pergaulan dalam masyarakat majemuk d) Mempertinggi mutu keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 1 7

e) Memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru f) Bergabung dengan asosiasi profesi g) Mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru Dalam mempelajari hal-hal tersebut, guru akan menghadapi masalah intern yang harus dipecahkan sendiri. Dalam mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi masalah-masalah tersebut merupakam keberhasilan seorang guru membelajarkan siswanya. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi hal-hal berikut : a) Pembangunan hubungan baik dengan siswa b) Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar c) Mengorganisasi belajar d) Melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat e) Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif f) Melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi orientasi masa depan siswa 2. Prasarana dan Sarana Pembelajaran Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan fasilitas laboratorium sekolah, serta berbagai media pengajaran yang lain. Masalah yang akan timbul adalah bagaimana mengelola prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik. Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal. Dengan tersedianya prasarana dan sarana belajar berarti menuntut guru dan siswa menggunakannya. Peranan guru adalah sebagai berikut : 1 7

a) Memelihara dan mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan b) Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa belajar c) Mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasaran dan sarana secara tepat guna Peranan siswa sebagai berikut : a) Ikut serta memelihara dan mengatur prasaran dan sarana dengan baik b) Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna c) Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka mencerdaskan kehidupan generasi muda Dengan adanya peranan siswa tersebut, siswa akan mengatasi masalah kebiasaan mengunakan prasarana dan sarana yang kurang baik yang ditemukan disekitar sekolah. Dalam hal ini siswa belajar memelihara kebaikan fasilitas umum dalam masyarakat. 3. Kebijakan Penilaian Penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru yang merupakan kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakann pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotor. 1 7

Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hal ini juga terkait dengan tujuan penggal-penggal pengajaran. Pada tujuan-tujuan instruksional khusus mata pelajaran di kelas, peran guru secara professional bersifat otonom. Dengan kata lain, peran guru menilai hasil belajar berorientasi pada ukuran-ukuran tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat sekolah, wilayah, dan tingkat nasional. 4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Tiap siswa dalam lingkungan social memiliki kedudukan, peranan, dan tanggung jawab social tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan social tertentu, hubungan akrab, kerja sama, kerja berkoperasi, berkompetisi, berkonkurensi, bersaing, konflik, atau perkelahian. Sikap positif dan negative terhadap guru akan berpengaruh pada kewibawaan guru. Akibatnya, bila guru menegakkan kewibawaan maka ia akan dapat mengelola proses belajar dengan baik. Seebaliknya, guru tak berwibawa maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengelola proses belajar. Pengaruh lingkungan social disekolaj berupa hal-hal berikut : a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar b) Lingkungan social mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan damai; sebaliknya dapat mewujud dalam perselisihan, bersaing, salahmenyalahkan, dan bercerai-berai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar c) Lingkungan social siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar di kelas. 5. Kurikulum Sekolah Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajarmengajar, dan evaluasi. Program kurikulum di sekolah sesuai dengan system pendidikan nasional. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. 1 7

Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi yang menimbilkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah, yaitu : a) Tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah b) Isi pendidikan berubah yang menimbulkan perubahan anggaran pendidikan di semua tingkat c) Kegiatan belajar-mengajar berubah d) Evaluasi berubah II.3 Upaya Penaggulangan Masalah Belajar 1. Perhatikan Mood Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak. 2. Siapkan Ruang Belajar Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang. 3. Komunikasi Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada 1 7

kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam record academic kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut. c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat. d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugastugas tertentu yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list
e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali

kelas,dan guru pembimbing. 5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar. 6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan. 1 7

7. Memperkirakan alternatif pertolongan.

Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif). II.4 Mendiagnosa dan Mengatasi masalah belajar Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkahlangkah: 1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat ketrampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin trampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis,hiperaktif, sering bolos dan sebagainya 2. Menelaah/menetapkan status siswa Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara: a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat. c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu. 3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar 1 7

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar. a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks

BAB III PENUTUP 111.1 Kesimpulan 1. Faktor internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa. 2. Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah. 3. Adapun solusi dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu : 1. Melakukan pendekatan terhadap siswa 2. Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas. 1 7

3. Melakukan konsultasi secara privat. III.2 Saran Agar proses belajar mengajar siswa dapat berlangsung secara optimal, diperlukan pendekatan yang lebih intensif dari guru BK. Sehingga siswa dapat terus terpantau bagaimana perkembangannya dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama dengan Rineka Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

1 7

You might also like