You are on page 1of 3

Perubahan Fonem Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran, terjadilah pengaruh timbal-balik antara bunyibunyi ujaran yang berdekatan.

Karena adanya pengaruh timbal-balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi-ujaran; ada perubahan yang jelas kedengaran, ada yang kurang jelas kedengaran perubahan yang tidak jelas misalnya fonem /a/ yang berada dalam suku kata /a/ yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya lebih nyaring bila dibandingkan dengan fonem /a/ yang terdapat dalam suku kata tertutup. Bandingkan antara /a/ pada kata: pada, kata, rata , dengan pada kata: bedak, tidak, sempat , dan lainlain. Perubahan-perubahan yang jelas kedengaran dan yang terpenting, yang biasa terdapat dalam bahasa adalah: 1. Asimilasi Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan . Dalam Ilmu Bahasa asimilasi berarti proses di mana dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hamper bersamaan. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri. a. Berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan kita dapat membagi asimilasi atas: i) Asimilasi progresif, bila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa Indonesia sejauh ini belum dapat kami temukan. Tetapi untuk memperjelas proses ini dapat diambil suatu contoh asing: Latin Kuno: Colnis > Collis Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan dengan fonem /l/ yang mendahuluinya. ii) Asimilasi regresif, bila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang

mengasimilasikan, misalnya: al salam (Arab) > assalam > asalam in + perfect > imperfect > imperfek ad + similatio > assimilasi > asimilasi in + moral > immoral > immoral, dan lain-lain. b. Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, kita dapat membedakan asimilasi atas: i) Asimilasi total, bila dua fonem yang disamakan itu dijadikan serupa benar: ad + similatio > assimilasi > asimilasi in + moral > immoral > imoral al + salam > assalam > asalam ii) Asimilasi parsial, bila kedua fonem yang disamakan hanya disamakan sebagian saja, misalnya: in + perfect > imperfect > imperfek in + port > import > impor, dan lain-lain. Dalam hal ini nasal apiko-alveolar dijadikan nasal bilabial, seduai dengan fonem /p/ yang bilabial, tetapi masih berbeda karena yang satu adalah nasal sedangkan yang lain adalah konsonan hambat.

2. Disimilasi Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi , yaitu proses di mana dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama. Contoh: kolonel > kornel lauk-lauk > lauk-pauk sayur-sayur > sayur-mayur 3. Suara bakti Dalam mengucapkan kata-kata seperti gurauan, kepulauan, pakaian, putra, putri, bahtra, dan lain sebagainya, terdengar bahwa dalam hubungan fonem-fonem itu timbul lagi bunyi w atau atau y , antara u-a , dan antara i-a . Sedangkan pada kata-kata putra, putrid, dan bahtra diselipkan bunyi e (pepet) antara t-r . Bunyi ini sama sekali tidak mempunyai fungsi untuk membedakan arti; gunanya hanya sebagai pelancar ucapan saja. Bunyi semacam itu disebut suara bakti . http://satu-bahasa-bahasa-indonesia.blogspot.com/2010/09/perubahan-fonem.html

You might also like