You are on page 1of 18

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Moch. Whilky Rizkyanfi, S.Pd., M.Pd.

oleh: Afifah Nurul Tsani Annisa Adzaningtias Ati Mardianti Dinia Hetika Apriani Indri Dianita Komalasari Ulfah Salamah Yayah Rahayu Zaitun Nurbayati 1202776 1202360 1202775 1204424 1200614 1202772 1205898 1202781 1200687

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.. Puji serta syukur kami panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami rampungkan tepat waktu. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Baginda Rasulullah saw dan para sahabat yang telah membawa kami selaku umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar umum Bahasa Indonesia. Di dalam makalah ini kami paparkan tentang pengaruh pola asuh terhadap perkembangan bahasa anak. Kepada berbagai pihak yang terlibat, khususnya orang tua dan dosen kami Bapak Moch. Whilky Rizkyanfi, S.Pd., M.Pd. serta pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini, kami ucapkan terima kasih . Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 30 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... Daftar Isi ..................................................................................................................... Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................. 1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1.4 Tujuan ................................................................................................................... 1.5 Manfaat ................................................................................................................. Bab 2 Isi 2.1 Pengertian dan Fungsi Bahasa ............................................................................. 2.2 Pengertian Anak ................................................................................................... 2.3 Pengertian Pola Asuh Anak .................................................................................. 2.4 Proses Perkembangan Bahasa Anak ...................................................................... 2.5 Pengaruh Pola Asuh .............................................................................................. 2.6 Perkembangan Bahasa ........................................................................................... Bab 3 Penutup

ii iii

1 2 3 3 4

5 6 6 6 7 8

3.1 Simpulan ............................................................................................................... 3.2 Saran .................................................................................................................... Daftar Pustaka ..........................................................................................................

12 12 14

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penguasaan bahasa seorang anak dimulai dan diperoleh dari bahasa ibu. Bahasa ibu diperoleh pada usia tertentu, sekitar usia nol sampai dengan empat tahun. Pada usia ini anak selalu merekam ucapan yang ada di sekitarnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya. Pengaruh pola asuh yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan perkembangan anak akan menciptakan interaksi dan komunikasi yang baik dalam keterampilan berbahasa anak. Dalam proses pembentukan keterampilan bahasa, anak tidak dibiarkan mengalir begitu saja mengikuti arus, tapi perlu adanya rekayasa berupa stimulus positif agar anak tidak mengalami kesulitan ketika memasuki tahap pembelajaran bahasa selanjutnya dengan harapan menjadi sosok yang terampil dalam berbahasa. Bagi anak, orang tua merupakan tokoh identifikasi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika mereka meniru hal-hal yang dilakukan orang tua (Fachrozi dan Diem, 2005:147). Apapun yang dia tangkap dari orang tua dan lingkungannya akan dijadikan bahan pengetahuan tanpa memperhatikan baik atau tidak baik. Pencitraan

orang tua dijadikan dasar pemahaman, sehingga apapun yang dilakukan orangtuanya dianggap baik menurutnya. Brown (dalam Indrawati dan Oktariana, 2005:24) mengemukakan bahwa posisi ekstern behavioristik adalah anak lahir ke dunia seperti kertas putih, bersih. Pernyataan itu memberikan penjelasan nyata bahwa lingkungan dalam hal ini keluarga terutama orangtua dalam pemberian bahasa yang kurang baik khususnya tuturan lisan kepada anak akan menjadi bahan negatif yang akan disambut oleh anak sebagai pemerolehan bahasa pertama (B1) yang menjadi modal awal bagi seorang anak untuk menyongsong kehadiran pemerolehan bahasa kedua. Pendidikan anak diperoleh sejak ia lahir dimulai dalam lingkungan keluarga, dan mulai berkomunikasi dengan orang yang paling dekat, yaitu: ibu, ayah dan anggota keluarga lainnya dan diaplikasikan dalam bentuk bahasa tubuh (tangisan, senyuman, gerak-gerik dll). Bahasa tubuh tersebut menandakan bahwa sang anak membutuhkan sesuatu sesuai keinginannya. Dalam hal ini yang sangat peka terhadap bahasa anak (bahasa tubuh) adalah orang terdekatnya yaitu ibu. Ibu mulai peka ketika mulai menyusui dll. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan mengetas makalah ini dengan judul Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Bahasa Anak.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Penguasaan bahasa seorang anak dimulai dan diperoleh dari bahasa ibu.

2. Pengaruh pola asuh yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan perkembangan anak akan menciptakan interaksi dan komunikasi yang baik dalam keterampilan berbahasa anak. 3. Orang tua dijadikan tokoh identifikasi bagi anak. 4. Pendidikan anak diperoleh sejak ia lahir dimulai dalam lingkungan keluarga, terutama dari Ibu.

1.3 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu: 1. Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak ? 2. Sarana pendukung apakah yang dapat digunakan kompetensi berbahasa pada anak ? 3. Bagaimana pola asuh yang baik untuk perkembangan bahasa anak ? 4. Mengapa pola asuh sangat berperan terhadap perkembangan bahasa anak ? dalam meningkatkan

1.4 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak, sarana pendukung yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi berbahasa pada anak, pola asuh yang baik untuk perkembangan bahasa anak, dan alasan pola asuh berperan terhadap perkembangan bahasa anak.

1.5 Manfaat Kegunaan penulis mengangkat pembahasan tentang pengaruh pola asuh terhadap perkembangan bahasa anak adalah : 1. Upaya untuk memberikan solusi yang baik terhadap para orang tua sehingga pada saat bergaul dengan anaknya senantiasa menggunakan bahasa yang bermakna. 2. Meningkatkan kemampuan berbahasa terhadap orang tua dalam

membimbing anak. 3. Meningkatkan kreativitas pola asuh terhadap perkembangan bahasa anak nol sampai empat tahun.

BAB 2 ISI

2.1 Pengertian dan Fungsi Bahasa Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa, seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antaranak dapat terjalin dengan baik sehingga anak dapat membangun hubungan kepada orang lain, sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif). Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antarmanusia. Bahasa mencakup

komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

2.2 Pengertian Anak Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut.

2.3 Pengertian Pola Asuh Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif.

2.4 Proses Perkembangan Bahasa Anak Pada awal kelahirannya, anak belum dapat membalas stimulus yang berasal dari manusia. Seiring dengan berfungsinya alat artikulasi, yakni ketika anak sudah

mulai berceloteh dengan bunyi bilabial seperti [m] untuk mama dan [p] untuk papa atau [b] untuk baba, orangtua sudah bisa melakukan interaksi bahasa dengan anak. Satu hal yang perlu diingat, ma-ma (ucapan anak seperti mengeja) dan pa-pa (ucapan anak seperti mengeja) sebagai celotehan anak, bukan merujuk pada makna kata secara harfiah yang berarti ibu dan ayah, melainkan karena semata-mata bunyi konsonan bilabial dan vokal [a] adalah bunyi yang mudah dikuasai pada saat permulaan berujar. Dari keterampilan ini bisa terjalin suasana yang lebih komunikatif antara orang tua dan anak yang berdampak pada perkembangan selanjutnya. Semakin baik stimulus yang diberikan orang tua, semakin positif respons yang dimunculkan anak. Untuk melatih keterampilan menyimak, orangtua bisa menggunakan metode simak-dengar dengan menyuguhi anak cerita yang disukainya. Penceritaan langsung tanpa menggunakan buku sekali-kali perlu dilakukan untuk perubahan suasana. Bercerita langsung dengan kata-kata sendiri yang dimengerti anak akan memberi efek lebih pada penceritaannya. Kegiatan bercerita ini hendaknya dilakukan dengan menggunakan bahasa ibu (bahasa pertama anak).

2.5 Pengaruh Pola Asuh terhadap Anak Pola asuh terhadap anak dapat berpengaruh kepada perkembangan bahasa anak. Dari pola asuh ini dapat terbentuk kepribadian anak. Tidak mudah memang dalam memberikan pola asuh yang baik pada anak karena apa yang anak lihat dalam kehidupan sehari-hari orang tuanya itu yang akan menjadi contoh karena orang tua dijadikan tokoh identifikasi oleh anak. Perkembangan bahasa anak bisa

10

dimulai dari pola asuh orang tua yang kreatif dan inovatif. Perkembangan bahasa anak dimulai dari menyimak, dari sinilah akan berdampak pada keterampilan berbicaranya. Stimulus orang tua yang berupa data bagi anak bisa direspons dengan metode ulang-ucap. Metode ini akan menunjukkan daya serap anak terhadap cerita atau ujaran orang tua. Pada tahapan ini, orang tua sebaiknya mengubah peran dari pencerita menjadi pendengar yang baik untuk anak. Biarkan anak bercerita dengan lugas menurut pemahamannya. Proses ini dapat membantu anak dalam proses berbicara. Orang tua jangan memaksa anak untuk bercerita sesuai dengan gaya penceritaan orang tua karena hal itu akan membuat jiwa anak tertekan dan terhambat daya kreativitasnya dalam berbahasa. Terkadang anak ingin berbagi cerita tentang suatu hal yang baru dialami atau didapatinya dan ia akan sangat senang jika orang tuanya ingin meluangkan sedikit waktu untuk duduk bersamanya dan mendengarkan ceritanya. Namun, sebaliknya jika orang tua tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan anaknya bercerita, anak akan merasa kecewa dan sedih tetapi ada kalanya anak enggan bercerita sama sekali. Jika hal ini terjadi, jangan paksa anak untuk bercerita karena kondisi psikis anak tidak selalu dalam keadaan stabil. Kadang anak mempunyai perasaan kesal, sedih, kecewa, marah, benci atau hal sensitif lainnya, tapi jika orang tua melakukan komunikasi intrapersonal terhadap anak hal ini menjadi solusi alternatif untuk mengatasi sensitivitas anak.

2.6 Perkembangan Bahasa

11

Seiring dengan perkembangannya, anak akan mencari dan menemui wahana lain yang membuka peluang lebih untuk mengekspresikan keterampilan yang telah ada. Kenalkanlah anak pada buku, mengenal dunia baru melalui bahasa nonverbal ini bisa menjadi kegemaran tersendiri bagi anak. Adanya perpustakaan mini di salah satu sudut ruang rumah akan memancing anak untuk mengunjungi wisata ilmu. Dengan buku, anak mempunyai berbagai perspektif atau sudut pandang yang luas mengenai suatu objek. Untuk permulaan, orang tua bisa memilih buku yang sesuai dengan usia perkembangan dan daya nalar anak. Jika anak mempunyai ketertarikan pada sebuah buku, berikanlah selama muatan buku tersebut masih wajar bagi anak. Jika anak menanyakan sesuatu yang terdapat di dalam buku, jawablah dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak. Jangan merasa bosan atau jenuh jika anak meminta orang tua untuk membuka dan membaca buku secara berulang-ulang. Bersenang-hatilah jika anak menemui suatu hal baru yang membuatnya ingin mengetahui dan menanyakannya pada orang tua. Hindarilah perasaan jengah untuk merapikan kembali buku-buku yang telah dibaca. Sebagaimana keterampilan sebelumnya, proses ini pun akan optimal jika dilakukan oleh dua pihak, orang tua dan anak. Keterlibatan orang tua dengan mendemontrasikan kegiatan membaca di depan anak merupakan stimulus yang baik bagi anak. Sesuai dengan naluri anak yang memiliki kecenderungan ingin meniru hal yang orang lain lakukan, hendaknya hal yang menjadi refleksi sikap anak adalah sesuatu yang bernilai positif. Kegiatan membaca bisa mencakup keterampilan menyimak dan berbicara. Hindarilah anggapan bahwa membaca adalah aktivitas yang selalu duduk

12

menghadap meja dan dinding kamar. Orang tua bisa mengarahkan anak pada kegiatan bermain yang melibatkan buku. Orang tua harus meluangkan waktu untuk menemani anak bercerita. Jika anak ingin mengolaborasikan keterampilan ini dengan menyimak dan berbicara, berilah kesempatan kepadanya untuk menjadi seorang pembaca ulung, sekalipun terhadap boneka-bonekanya. Hal ini tidak akan menjadi kebiasaan karena hanya bersifat temporal. Pada dasarnya anak ingin melakukan interaksi dengan sesuatu yang bisa memengaruhi atau dipengaruhinya. Keterampilan tertinggi dalam keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Ini merupakan produk akhir dari keterampilan sebelumnya. Dengan menulis, anak bisa mengekspresikan hasil menyimak, berbicara, dan membacanya ke dalam sebuah tulisan. Stimulus yang ditawarkan orang tua tidak harus berbentuk perintah coba tulis, tapi bisa dengan permintaan coba gambarkan. Sebagai permulaan, orang tua bisa memperkenalkan anak kepada alat bantu menulis yang tidak hanya terbatas pada pensil, bisa juga pulpen, spidol, pensil warna, krayon, cat air, atau bahkan arang. Selain menyediakan media khusus bagi anak untuk mencurahkan tulisannya, orang tua bisa juga menyediakan lahan lain sebagai media. Misalnya, salah satu dinding atau tembok di bagian belakang rumah dijadikan kanvas raksasa bagi lukisan abstraknya. Orang tua bisa melatih keterampilan anak dengan memberi rangsangan berupa poster aksi yang bisa mendorong minat anak untuk merespons dengan mencoba meniru objek yang sudah ada. Dalam hal ini, orang tua bisa menggunakan poster pengenalan huruf dan angka yang dipasang di tempat-tempat yang mudah dilihat. Sekali lagi, ini dilakukan hanya untuk mendorong minat anak untuk mengenal dan bukan untuk memaksa

13

anak agar bisa dalam satu kali proses. Pada usia pertumbuhan, pemahaman anak tentang bahasa masih berada dalam tahap abstrak. Misalnya, ketika mendengar kata anjing, yang terekam dalam skemata anak adalah anjing menggonggong. Pada tahap ini pandangan anak terhadap kata belum meluas pada penganalogian, masih terbatas pada apa yang terlihat atau terdengar. Berilah pengertian tentang satu contoh tulisan dengan objek benda yang berwujud dan bisa dibayangkan oleh imajinasi anak. Misalnya, menganalogikan huruf vokal o dengan sebuah kue donat. Cara demikian akan mempermudah pemahaman anak sekaligus membantu mengasah daya ingatnya.

14

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan Pengaruh pola asuh orang tua yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan perkembangan anak menciptakan interaksi dan komunikasi yang baik dalam keterampilan berbahasa anak. Orang tua dijadikan tokoh identifikasi bagi anak dan pendidikan pertama serta utama pada perkembangan bahasa anak terjadi di keluarga, khususnya ibu. Sarana pendukung yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak adalah dengan cara menyimak, menceritakan ulang sebuah dongeng (metode ulangucap), menyediakan perpustakaan mini di rumah (buku-buku yang tersedia disesuaikan dengan nalar anak dan usia perkembangan anak), menulis, dan memberi rangsangan berupa poster aksi.

3.2 Saran Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain

15

dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak dan bahasa merupakan alat bagi anak untuk menambah pengetahuannya. Bahasa sangatlah penting untuk anak. Oleh karena itu, anak harus mendapatkan pola asuh yang baik untuk perkembangan bahasanya. Diharapkan orang tua memberikan pola asuh yang sesuai dengan pola perkembangan anak. Sebelum anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas, masa bermain dan bersekolah, lingkungan keluarga bisa menjadi arena yang menyenangkan bagi proses perkembangan anak. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak dan orang tua adalah guru pertama yang bisa mengantar anak menuju gerbang pendidikan formal. Sebagai guru, orang tua memiliki andil yang besar dalam pendidikan anaknya, baik dalam segi waktu, materi, dan tenaga. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan rumah merupakan hal penting bagi proses perkembangan anak. Maka dari itu, sebagai orang tua kita harus membuat kondisi rumah sedemikian rupa agar mampu menghasilkan stimulus positif sebanyak dan sevariatif mungkin. Jika orang tua menginginkan anaknya santun berbahasa, berikan stimulus yang positif. Dalam hal ini orang tua berperan sebagai motor penggerak yang memegang kendali pertama dan utama dalam perkembangan bahasa anak melalui pola asuh yang mendidik. Orang tua jangan memaksa anak untuk bercerita sesuai dengan gaya bahasa penceritaan orang tua karena hal itu akan membuat jiwa anak tertekan dan terhambat daya kreativitasnya dalam berbahasa. Namun, orang tua harus membimbing anak agar menggunakan bahasa yang baik dan benar.

16

Daftar pustaka

Hielza, Syahenda. 2011, Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Bahasa Anak [Online].Tersedia:

http://kombasasin.blogspot.com/2011/01/pengaruh-pola-asuhterhadap.html. [30 Oktober 2012]. Hutasoit, Nella. 2012, Pengertian Bahasa [Online]. Tersedia:
http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/pengertian-bahasa/. [30 Oktober 2012].

Nuraeni. 2011, Pengertian Pola Asuh Orang Tua [Online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2113854-pengertianpola-asuh-orang-tua/#ixzz2AkcY4GfI. [30 Oktober 2012].

Risal, Muhammad. 2012, Bahasa Anak Usia Dini [Online]. Tersedia: http://pendidikananak2.blogspot.com/2012/04/bahasa-anak-usiadini.html. [30 Oktober 2012].

17

18

You might also like