Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah : Kimia Anorganik Lanjut Dosen : DR. Siti Sundari Miswadi
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macammacam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik seharihari yang cukup tinggi. Tubuh manusia memerlukan sejumlah gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah rusak, melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari
makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai. Prevalensi anemi, kekurangan vitamin dan dalam keadaan gizi kurang, masih tinggi di Indonesia. Di antara beberapa masalah gizi utama yang terdapat di Indonesia, maka anemia gizi adalah yang paling umum dijumpai. Prevalensi anemia gizi pada pekerja di Indonesia terdapat sebanyak 40% dan banyak dijumpai pada pekerja berat. Prevalensi anemia gizi ini tertinggi di antara negaranegara ASEAN. Prevalensi yang tinggi membawa akibat yang tidak baik terhadap individu maupun masyarakat, karena menurunkan kualitas manusia dan sosial ekonomi, serta menghambat pembangunan bangsa. Hal ini erat hubungannya dengan konsekuensi fungsional anemia gizi tersebut, yaitu menurunkan produktifitas kerja. Penelitian yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh. Kekurangan zat gizi, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan (produktivitas) kerja. Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Pada usia dewasa, faktor gizi berperan untuk
meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan selanjutnya disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari faktor lain, gizi merupakan faktor kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Dengan status gizi yang rendah akan sulit untuk hidup secara sehat, aktif, dan produktif yang secara berkelanjutan. Manusia untuk kehidupannya membutuhkan vitamin yang didapat dari bahan pangan, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Lebih jauh disebutkan bahwa keadaan kurang gizi menghasilkan kenaikan emosional daripada terhadap fungsi kognitif. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak yang negatif, peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Ari Agung, I.G, 2002).
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi ,umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus didapat dari makanan.Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B , dan ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air. Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut dalam air. Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam air ,seluruhnya diberi simbol anggota B kompleks ( kecuali vitamin C ) dan vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi simbol menurut abjad (vitamin A,D,E,K ). Vitamin yang larut dalam air tidak pernah dalam keadaan toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan melalui urin. Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 2 mikro-gram per hari. Fungsi vitamin B12 adalah membantu bekerjanya enzim methionine synthase dan 5-metilmalonil-CoA mutase. Produksi metilkobalamin memerlukan vitamin B12 yang ditemukan pada sistem syaraf pusat dan otak. Hal tersebut merupakan alasan mengapa kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kelainan darah seperti macrocytos dan anemia pernisiosa serta kerusakan syaraf seperti alzeimer. Perbedaan vitamin B12 dengan vitamin dan koenzim lainnya adalah strukturnya sangat kompleks. Hal ini juga
menggambarkan banyaknya tahapan biosintesis dengan melibatkan banyak enzim yang diekspresikan lebih dari tiga puluh gen untuk sintesis lengkap secara de novo.
Keunikan lainnya, vitamin B12 tidak dapat diproduksi oleh organisma eukariotik dan hanya diproduksi oleh beberapa mikroorganisma prokariotik, diantaranya E. coli dan Ps. Denitrificans, Ps. denitrificans merupakan bakteri gram negatif yang bersifat obligat aerob dan senyawa-senyawa intermedietnya antara urogen III dan asam kobirinat menjadi sangat sensitif terhadap oksigen. Bakteri aerob pensintesis kobalamin mengembangkan sistem penting yang menjaga senyawa intermediet sensitif oksigen. Intermediet-intermediat tersebut dapat dialirkan dari urogen III ke asam kobirinat tanpa dikeluarkan kedalam sitoplasma sehingga kontak dengan oksigen dapat dicegah. Warna merah vitamin B12 merupakan salah satu pigmen alami dalam kehidupan seperti warna hijau pada klorofil. Semua pigmen alami diturunkan secara biosintesis dari urophorpirinogen III yang terdiri dari delapan molekul asam 5-aminolevulinat (ALA), yang berpasangan dua-dua untuk menghasilkan empat molekul porfobilinogen (PBG) (Erliandri, I., dan Herianto, G).
ditemukan. Selanjutnya diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B ternyata mengandung lebih dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2 dst. Kedelapan vitamin B berperan penting dalam membantu enzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan dalam pembuatan DNA dan selsel baru. Nama standar Thiamin Riboflavin Nama lain yang umum digunakan Vitamin B1 Vitamin B2
Niacin, Asam nikotinat, Nicotinamida,Vitamin B3 Niasinamida Piridoksin, Piridoksal, Piridoksamin Vitamin B6 Folat , Folasin, Pteroilglutamat Kobalamin Asam pantotenat Biotin Asam Folat, AsamVitamin B9 Vitamin B12 Vitamin B5 Vitamin B8
Diantara vitamin-vitamin yang larut dalam air ,dikenali keadaan defisiensi berikut ini :
Beri-beri (defisiensi vitamin B1 ). Keilosis, glositis,sebore, dan fotofobia (defisiensi vitamin B2) Pellagra (defisiensi vitamin B3). Neuritis perifer (defisiensi vitamin B6). Anemia megaloblastik, asiduria metilmalonat dan anemia pernisiosa (defisiensi vitamin B12).
Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B9). Penyakit skorbut / skurvi (defisiensi vitamin C).
Defisiensi vitamin dihindari dengan mengkomsumsi berbagai jenis makanan dalam jumlah yang memadai. Vitamin yang larut di dalam air kelompok dari vitamin B kompleks merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi enzimatik yang terdapat di dalam tubuh kita. Karena kelarutannya dalam air , kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke dalam urin dan dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Penyimpanan vitamin B kompleks bersifat terbatas (kecuali vitamin B12) sebagai akibatnya vitamin B kompleks harus dikomsumsi secara teratur (Rusdiana, 2004).
VITAMIN B12
Struktur Vitamin B12 Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks
(cincin corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion kobalt di bagian tengahnya. Perbedaan vitamin B12 dengan vitamin dan koenzim lainnya adalah strukturnya sangat kompleks. Hal ini juga menggambarkan banyaknya tahapan biosintesis dengan melibatkan banyak enzim yang diekspresikan lebih dari tiga puluh gen untuk sintesis lengkap secara de novo.
VITAMIN B12
Vitamin B12 disintesis secara eksklusif oleh mikroorganisme. Dengan demikian, vitamin B12 tidak terdapat dalam tanaman kecuali bila tanaman tersebut terkontaminasi vitamin B12 tetapi tersimpan pada binatang di dalam hati tempat vitamin B12 ditemukan dalam bentuk metilkobalamin, adenosilkobalamin, dan hidroksikobalamin.
Kebutuhan Vitamin B12 Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang
Sumber Vitamin B12 Vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging hewan dan produk-produk
hewani. Orang yang hanya makan sayuran (vegetarian) dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi (kekurangan) dengan menambah konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu butir telur untuk satu harinya. Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua produk dari hewan dapat memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12. Semua vitamin B12 alami diperoleh sebagai hasil sintesis bakteri, fungi atau ganggang. Sumber utama didapatkan dari makanan protein hewani yang memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, hati, ginjal, disusul oleh susu, telur, ikan, keju, dan daging. Terdapat pada daging, susu, dan ikan, tidak pada produk tumbuhan atau yeast. Vitamin B12 ada dalam sayuran apabila terjadi
pembusukan atau pada sintesis bakteri. Dalam sayuran terutama sebagai 5deoksiadenosil dan hidroksikobalamin, sedikit sebagai metilkobalamin dan sedikit sekali sebagai sianokobalamin. Kemudian ditemukan juga salah satu jalur biosintetis dari vitamin B12 ini pada jalur oksigen dependen pada organisme yang dikenal dengan Ps. Denitrificans.
Fungsi / Peran Vitamin B12 Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung
dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin B12 diperlukan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran pencernaan, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Fungsi vitamin B12 adalah membantu bekerjanya enzim methionine synthase dan 5-metilmalonil-CoA mutase. Produksi metilkobalamin memerlukan vitamin B12 yang ditemukan pada sistem syaraf pusat dan otak. Hal tersebut merupakan alasan mengapa kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kelainan darah seperti macrocytos dan anemia pernisiosa serta kerusakan syaraf seperti alzeimer.
Reaksi pada Vitamin B12 Reaksi metionin sintetase melibatkan asam folat. Gugus metil 5-metil
tetrahidrofolat
(5-metil-H4
folat)
dipindahkan
ke
vitamin
B12
untuk
metilkobalamin yang kemudian memberikan gugus metil ke hemosistein. Produk akhir adalah metionin, vitamin B12, H4 folat yang dibutuhkan utnuk pembentukan poliglutamilfolat dan 5,10 -metil-H4 folat yang merupakan faktor timidilat sintetase dan akhirnya untuk sintesis DNA. Terjadinya anemia megaloblastik pada kekurangan vitamin B12 dan folat terletak pada peranan vitamin B12 dalam reaksi yang dipengaruhi oleh metionin sintetase ini. Absorbsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-tempat reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12, suatu glikoprotein yang sangat spesifik yaitu faktor intrinsik yang disekresi sel-sel parietal pada mukosa lambung.. Setelah diserap vitamin B12 terikat dengan protein plasma, transkobalamin II untuk pengangkutan ke dalam jaringan. Vitamin B12 disimpan dalam hati terikat dengan transkobalamin I. Koenzim vitamin B12 yang aktif adalah metilkobalamin dan deoksiadenosilkobalamin. Metilkobalamin merupakan koenzim dalam konversi hemosistein menjadi metionin dan juga konversi metiltetrahidrofolat menjadi tetrafidrofolat. Deoksiadenosilkobalamin adalah koenzim untuk konversi metilmalonil Co-A menjadi suksinil Co-A. (Douglas B.E, McDaniel D.H, and Alexander J.J, 1983)
Gejala Kekurangan / Defisiensi Vitamin B12 Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia
megaloblastik. Karena defisiensi vitamin B12 akan mengganggu reaksi metionin sintase . Anemia megaloblastik terjadi akibat terganggunya sintesis DNA yang mempengaruhi pembentukan nukleus pada ertrosit yang baru . Keadaan ini disebabkan oleh gangguan sintesis purin dan pirimidin yang terjadi akibat defisiensi tetrahidrofolat. Homosistinuria dan metilmalonat asiduria juga terjadi. Kelainan neurologik yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dapat terjadi sekunder akibat defisiensi relatif metionin. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa vitamin B12, folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Gejala kekurangan / defisiensi vitamin B12 lainnya adalah sel-sel darah merah menjadi belum matang (immature), yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi sistem syaraf, berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan. Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit. Defisiensi vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan, akan tetapi sebagian besar sebagai akibat penyakit saluran pencernaan atau pada gangguan absorpsi dan transportasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat. Anemia pernisiosa terjadi pada atrofi lambung yang menyebabkan berkurangnya sekresi faktor intrinsik. Separuh dari
kejadian ini bersifat keturunan dan selebihnya karena proses menua (setelah 40 tahun) dengan meningkatnya proses atrofi jaringan tubuh. Kekurangan vitamin B12 menimbulkan dua jenis sindroma. Gangguan sintesis DNA (penghambatan pada sintesis purin dan pirimidin) menyebabkan gangguan perkembangan sel-sel, terutama sel-sel yang cepat membelah. Sel-sel membesar (megaloblastosis), terutama prekursor eritrosit dalam sum-sum tulang, dan sel-sel penyerap pada permukaan usus. Megaloblastosis menyebabkan anemia megaloblastik, glositis, serta gangguan saluran pencernaan berupa gangguan absorpsi dan rasa lemah. Sindroma kedua berupa gangguan saraf yang menunjukkan degenerasi otak, saraf mata, saraf tulang belakang dan saraf periper. Tanda-tandanya adalah mati rasa, kesemutan, kaki terasa panas, kaku, dan rasa lemah pada kaki. Kekurangan vitamin B12 lebih banyak terjadi pada orang tua karena pola makan yang tidak teratur. (Anonim, 2008)
Keracunan Vitamin B12 Tidak ada gejala keracunan yang berhubungan dengan vitamin B12.
SIMPULAN
1. Vitamin adalah nutrien organik yang mempunyai berbagai fungsi yang essensial dalam proses metabolisme, dibutuhkan dalam jumlah yang kecil dan harus disuplai dari makanan. 2. Vitamin yang larut dalam air merupakan kelompok vitamin B kompleks dan vitamin C yang berfungsi sebagai kofaktor enzim.
3.
Vitamin yang larut dalam air kelebihannya dalam tubuh dikeluarkan melalui urin, sehingga tidak didapati keadaan yang toksik dalam tubuh.
4. Struktur Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion kobalt di bagian tengahnya. 5. Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 2 mikro-gram per hari. 6. Sumber vitamin B12 terdapat pada produk hewani, susu, keju, telur, susu kedelai, ragi dan ikan. 7. Fungsi vitamin B12 adalah berperan penting pada pembelahan sel, memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi sel saraf, berperan dalam aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang, dibutuhkan untuk melepaskan folat sehingga dapat membantu pembentukan sel darah merah, diperlukan dalam fungsi normal metabolisme semua sel (terutama sel-sel saluran pencernaan, sumsum tulang dan jaringan syaraf), membantu kerja enzim metionesintase dan 5metilmalonil-CoA mutase. 8. Defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia, hipersensitif kulit, sel-sel darah merah menjadi belum matang, mendorong kelumpuhan, gangguan sintesis DNA (penghambatan sintesis purin dan pirimidin), gangguan perkembangan sel, gangguan saluran pencernaan dan gangguan sistem syaraf.
b. Patogenesis Vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat dari sintesis DNA pada intiberitroblast malnutrisi menjadi lambat sehingga kromatin menjadi lebih longgar dan selnya menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan pembelahan selnya lambat. Sel eritroblas yang ukurannya besar serta susunan dari kromatin yang longgar disebut sebagai sel megaloblas. Kelainan ini juga terjadi pada sistem mieloid dan megakariosit sehingga anemia megaloblastik sering disertai leucopenia dan trombositopenia ringan. c. Diagnosis Gambaran umum dari anemia megaloblastik adalah anemia timbul secara perlahan dan progresif, kadang-kadang disertai ikterus ringan, dan glositis dengan lidah berwarna merah. Pada defesiensi vitamin B12 dijumpai gejala neuropati sedangkan asam folat tidak. Pemeriksaan anemia megaloblastik dapat dilakukan dengan pemeriksaan sumsum tulang, penentuan penyebabnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium. Defisiensi folat identik dengan defisiensi vitamin B12, jadi dengan pemberian asam folat maka akan menutupi anemia defisiensi vitamin B12, begitu juga sebaliknya. Tapi dengan pemberian folat tidak bisa memperbaiki efek neurologik jadi hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyingkirkan kekurangan vitamin B12 sebelum mengobati anemia megaloblastik dengan folat. d. Pengobatan Terapi utamanya adalah terapi ganti dengan asam folat atau vitamin B12, tetapi harus juga dengan terapi perbaikan gizi, yaitu: 1. Untuk defisiensi vitamin B12 dengan pemberian hydroxycobalamin secara intramuskuler 200 mg/hari atau 1000 mg/minggu selama 7minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan. 2. Untuk defisiensi asam folat cukup dengan pemberian asam folat 5 mg/hari selam 4 bulan. Respon untuk pemberian terapi adalah dengan naiknya retikulosit mulai hari 2-3 dengan puncaknya hari 7-8.
Hemoglobinnya harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu, sedangkan neuropati biasanya membaik tapi kerusakan pada medulla spinalis biasanya ireversibel. e. Pencegahan Pencegahan defisiensi asam folat, dengan memakan makanan yang mengandung banyak asam folat. Sedangkan untuk ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet asam folat. Untuk defisiensi vitamin B12 dengan pola makan yang seimbang. (Agustriana, 2007)
2.
3.
menjadi
aktif
setelah
kita
Apabila Vitamin B12 masuk ke dalam tubuh maka akan membentuk suatu kemajemukan dengan faktor instrinsik yang dipisahkan oleh sel-sel parital (sel-sel besar kalenjar zat dalam perut yang berfungsi menghancurkan makanan) pada lendir lambung (mucous membrane) dalam perut, sebelum diserap oleh lambung penerima (bagian bawah) yang merupakan bagian bawah perut yang kecil dalam bentuk ion kalsium. Secara teori, jika lambung kita berfungsi normal dan kita harus memakan sejumlah kecil ion kalsium, maka tubuh kita akan menyerap seluruh Vitamin B12 yang terkandung dalam makanan apapun, sehingga tidak akan terjadi kekurangan Vitamin B12. Dengan demikian, kemungkinannya tidaklah benar untuk mengatakan bahwa banyaknya kandungan Vitamin B12 dalam rumput laut dan beberapa jenis kacang tidak dapat diserap secara langsung oleh tubuh. Begitu Vitamin B12 diserap maka akan disimpan di dalam hati, dan dipindahkan oleh faktor intrinsik seperti transkobalamin I dan II melalui aliran darah apabila tubuh memerlukannya. (Anonim, 2008)
4.
Absorbsi vitamin B12 lebih sulit dibanding vitamin B lainnya. Sel-sel dalam perut dapat menghasilkan suatu faktor yang disebut faktor intrinsik yang dapat mengikat vitamin B12 untuk dapat diabsorbsi dalam usus halus. Di samping itu, vitamin B12 yang telah diabsorbsi, bolak-balik antara usus dan hati, diserap dan dipergunakan kembali. Vitamin B12 disimpan dalam hati dalam jumlah yang besar, sehingga defisiensi vitamin B12 memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan vitamin B lainnya (Anonim, 2008).
5.
DAFTAR PUSTAKA
Agustriana. 2007. Anemia. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Ari Agung. 2002. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja. Surabaya : Patria UNTAG Surabaya Anonim. 2008. Vitamin Yang Larut Dalam Air. www.mft.wur.nl. Diakses : 18 Oktober 2008. Anonim. 2008. Keajaiban Vitamin B12. www.godsdirectcontact.us.com. Kelompok Berita Taipei Formosa. Diakses : 3 November 2008 Douglas B.E, McDaniel D.H, and Alexander J.J. 1983. Concepts and Models of Inorganic Chemistry. Second edition. Canada : John Wiley and Sons.Inc Canada Erliandri, I., dan Herianto, G. 2007. Produksi Vitamin B12 dengan Galur Ps. Denitrificans pCP19gCA (Rekombinant Strain). Jurnal Saint dan Teknologi BPPT. www.iptek.net.id. Diakses : 18 Oktober 2008. Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Program Studi Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.