You are on page 1of 11

TUGAS METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

EVAPORASI, TRANSPIRASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

OLEH : KELOMPOK 7 : AMMAR ARIEF DINA GUNARSIH AGUNG PRASTYO 1104107010021 1104107010022 1104107010024

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2012

1. KONSEP DASAR DAN PROSES TERJADINYA

Evaporasi Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Lakitan, 1994). Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto (1999) evaporasi (penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air. Evaporasi dapat terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk, sungai ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air, lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat mempengaruhi tanaman yang berada di tanah itu. Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah penting dalam usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan mengembalikan sejumlah air yang hilang karena evaporasi. Pemakaian mulsa di permukaan tanah dapat memperkecil terjadinya evaporasi (Manan dan Suhardianto, 1999).

Faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi : radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan angin. Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi mengakibatkan evaporasi tinggi, karena evaporasi memerlukan energi. Umumnya radiasi matahari tinggi diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah. Kedua hal ini dapat memacu

terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban udara rendah, hal inipun memacu evaporasi (Manan dan Suhardianto, 1999). Laju evaporasi sangat tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (solar noon). Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya. Laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan terhambat jika kelembaban udaranya tinggi (Lakitan, 1994).

Transpirasi Transpirasi merupakan penguapan air yang berasal dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1994). Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto (1999) transpirasi adalah proses hilangnya air ke atmosfer melalui mulut daun (stomata). Dengan keterlibatan tumbuhan maka air pada lapisan tanah yang lebih dalam dapat diuapkan stelah terlebih dahulu diserap oleh sistem perakaran tumbuhan tersebut. Tanpa peranan tumbuhan, hanya air pada permukaan saja yang dapat diuapkan. Pada kondisi tanah yang berkecukupan air, sebagian besar air (dapat mencapai 95%) yang diserap akar akan diuapkan ke atmosfer melalui proses transpirasi. Laju transpirasi ditentukan selain oleh masukan energi yang diterima tumbuhan dan perbedaan potensi air antara rongga substomatal dengan udara di sekitar daun, juga akan ditentukan oleh daya hantar stomata. Daya hantar stomata merupakan ukuran kemudahan bagi uap air untuk melalui celah stomata. Daya hantar stomata ini akan ditentukan oleh besar-kecilnya bukaan celah stomata (Lakitan, 1994).

Evapotranspirasi Tanaman yang banyak mengalami transpirasi memerlukan air yang diambil melalui akar dari dalam tanah. Tanaman yang tumbuh di air seperti teratai dan enceng gondok menghisap air melalui akar-akar yang berada dalam air. Gabungan kedua proses hilangnya air melalui evaporasi di permukaan air dan transpirasi melalui daun disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi terjadi juga pada tanaman yang tumbuh pada lahan seperti padang rumput, pertanaman jagung, hutan tanaman ataupun hutan lindung. Besarnya evapotranspirasi tergantung dari faktor-faktor iklim, jenis tanaman, jenis tanah dan topografi. Air yang hilang melalui evapotranspirasi perlu diperhitungkan agar tanaman tidak mengalami kekurangan air. Evapotranspirasi maksimum dapat terjadi dari lahan yang ditumbuhi tumbuhan rapat, daun-daun menutupi tanah dan tanah dalam kapasitas lapang. Cara menduga besarnya evapotranspirasi dapat diukur langsung ataupun memakai perhitungan dari unsur iklim yang mempengaruhi evaporasi. Cara pengukuran langsung memakai lysimeter. Ada 2 (dua) macam lysimeter, yaitu lysimeter drainase dan lysimeter timbang. Jumlah air hujan atau air siraman dapat diketahui dalam satuan mm, demikian juga yang merembes (perkolasi) melalui kran di bagian bawah lysimeter. Air yang tidak terukur ialah air yang hilang melalui evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi melalui mulut daun. Melalui perhitungan neraca air jumlah evapotranspirasi dapat diketahui (Manan dan Suhardianto, 1999).

2. METODE DAN PENDEKATAN PREDIKSI BESARNYA EVAPOTRANSPIRASI

Menghitung Evapotranspirasi Dengan Lysimeter Drainase Sederhana

Laju evapotranspirasi dapat diestimasi dengan beberapa pendekatan/ metode atau dapat diukur secara langsung. Pengukuran evapotranspirasi diukur secara langsung dengan Lysimeter. Unsur yang diamati adalah besarnya penguapan yang berlangsung pada sebidang tanah yang bervegetasi. Pengukuran evapotranspirasi / evapotranspirasi potensial pada sebidang tanah yang bervegetasi adalah dengan mempergunakan alat yang disebut evapotranspirometer atau disebut juga Lysimeter. Alat ini berupa sebuah bejana yang cukup besar diisi tanah dan ditanami. Lysimeter adalah alat untuk mengukur evapotranspirasi sebidang tanah bervegetasi secara langsung.

Lysimeter adalah berupa wadah besar di dalam tanah dengan ada tanaman yang tumbuh di atasnya yang mana dapat dihitung air yang masuk dan keluar dari dalamnya. Lysimeter dikuburkan di dalam tanah.

Prinsip pengukuran evapotranspirasi :

Dimana : C = curah hujan S = air siraman E = evapotranspirasi Pk = air perkolasi P = jumlah air untuk penjenuhan tanah sampai tercapai kapasitas lapang

Seluruh komponen tersebut diukur dengan satuan yang sama yang akhirnya dirubah ke satuan tinggi air (mm). Untuk menghitung besaran Pk diperlukan pengukuran perkolasi yaitu jumlah air yang terkumpul di bagian dasar lysimeter.

Pengukuran evapotranspirasi potensial meliputi penguapan yang berasal dari tanaman dan tanah. Bila tanah tersebut terjaga lembabnya (atau hampir mendekati kapasitas lapang sehingga airnya tak terbatas) oleh penambahan air dan tertutup penuh oleh vegetasi (idealnya petakan rumput). Dikarenakan vegetasi dan tanah terkurung dalam lysimeter, maka pengukuran evapotranspirasi dapat dilakukan dengan air yang masuk dari : curah hujan (rainfall) dan air yang ditambahkan (water added). Sedangkan air yang keluar dari air perkolasi dari air yang telah diterima.

Siklus air dalam komponen pengukuran evapotranspirasi

Lysimetri merupakan suatu metode yang memberikan informasi yang lengkap seluruh komponen neraca air. Lysimeter bukan hanya dapat digunakan untuk mengukur evapotranspirasi tetapi juga untuk mengecek rumus empiris dari hasil komputasi ET (Evapotranspirasi). Ada beberapa jenis lysimeter di antaranya: 1. Lysimeter drainase 2. Lysimeter thornwaite 3. Lysimeter timbangan Lysimeter drainase pada prinsipnya dibuat dari bejana yang ditanam di dalam tanah. Lysimeter yang dibuat oleh BMKG adalah bejana yang terbuat dari plat baja dengan ukuran :

Panjang: 100 cm ; lebar: 100 cm ; tinggi rusuk terpanjang: 150 cm ; tinggi rusuk terpendek: 135 cm.

Lysimeter drainase sederhana

Bagian-bagian Lysimeter Keterangan :

1. Pipa 2. Rumput atau tanaman (vegetasi) 3. Pipa untuk memasukkan pompa penghisap 4. Dinding Lysimeter 5. Kasa plastik atau kawat 6. Batu kerikil berdiameter 2,5 - 3 cm. Pengukuran air perkolasi dilakukan dialirkan melalui pipa yang dipasang pada bagian dasar bejana atau dengan pompa penghisap. Bila menggunakan pompa penghisap maka diperlukan dua buah pipa yang ditancapkan pada dua sudut atau sisi lysimeter. Satu pipa ditancapkan sampai kepada lantai saringan (sebagai ventilator) dan yang satu lagi ditancapkan ke lantai paling dasar untuk menghisap air keluar.

Evaporimeter Panci Klas A

ETP = Eo x konstanta panci

Dimana Eo adalah evaporasi dari panci klas A pada stasiun (mm), Sedangkan konstanta panci untuk indonesia berkisar 0,7 - 0,8 atau ratarata 0,75. Konstanta panci dapat diperoleh dengan percobaan di lapangan. Misalnya evaporasi pada panci klas A pada stasiun menunjukkan 4,0 mm/hari, maka ETP = 0,75 x 4,0 = 3,0 mm/hari.

Metode Thornthwaite Pendugaan ETP metode Thorntwaite ini hanya menggunakan data suhu rata-rata bulanan saja, Sedangkan metode Blaney-Criddle, Penman, Makkink dan Priestly-Taylor menghendaki data yang cukup banyak seprti : suhu, radiasi, kecepatan angin, kelembaban udara sehingga meskipun hasilnya lebih akurat, namun sulit diterapkan pada wilayah yang tidak memiliki data iklim yang lengkap. Untuk memperoleh ETP dengan metode ini bisa dilakukan dengan cara - cara sebagai berikut : a.Nomogram Hubungan suhu udara bulanan rata-rata (toC) sebagai sumbu-Y dan besarnya evapotraspirasi bulanan (cm) sebagai sumbu -X (Gambar 1). Untuk menggunakan ini harus dihitung dulu Indeks Bahang ( I = Heat index) yaitu akumulasi indeks panas/bahang dalam setahun, diperoleh dengan rumus :

Pada nomgram buatlah garis yang menghubungkan titik I (indeks panas) yang diperoleh dengan titik konvergensi. Titik konvergensi berada pada koordinat suhu 26,5oC (sumbu-Y) dan ETP 13,50 (sumbu-X). Dari garis yang terbentuk tariklah koordinat data suhu anda (sumbu -Y) untuk memperoleh nilai ETP pada sumbu-X. Bila data suhu udara lebih besar dari 26,5oC maka gunakanlah tabel disamping nomogram atau menggunakan rumus :

Nilai ETP yang diperoleh ini belum dikoreksi dengan faktor kedudukan matahari atau faktor lintang (F). Sehingga nilai :

b. Rumus empiris Untuk menduga ETP metode Thornthwaite bisa menggunakan rumus. Rumus ini berlaku untuk suhu udara rata -rata bulanan ( 26,5oC), yaitu :

Dimana : ETP t I = evaporasi potensial bulan (cm/bulan) = suhu rata-rata bulanan (oC) = akumulasi indeks panas dalam setahun

Metode Blaney Cridle

Keterangan: c = Koefisien Tanaman Bulanan p = Presentase Bulanan jam-jam Hari Terang dalam Tahun T = Suhu Udara (0C)

Metode Penman

Metode Penman modifikasi (FAO) digunakan untuk luasan lahan dengan data pengukuran temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan lama matahari bersinar (Doorenbos dan Pruitt, 1977). Harga koefisien panci evaporasi (Kp) tergantung pada iklim, tipe panci dan lingkungan panci. Untuk tipe Pan A yang dikelilingi oleh tanaman hijau pendek maka harga koefisien panci berkisar antara 0,4 0,85 yang dipengaruhi oleh kecepatan angin dan kelembaban nisbih udara rata-rata. Selanjutnya dikatakan untuk daerah tropis seperti Indonesia dimana kecepatan angin lemah sampai sedang dan kelembaban nisbih udara ratarata diatas 70 %, harga Kp hanya berkisar dari 0,65 0,85.

DAFTAR PUSTAKA

raymoonsilaban.blogspot.com/2011/09/evaporasi-transpirasi-dan.html ml.scribd.com/doc/30876042/MODUL-4-Evaporasi-Dan-Transpirasi bhupalaka.files.wordpress.com/2010/02/evaporasirev1.pptx surososipil.files.wordpress.com/2008/07/bab2-regy.pdf file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK.../HUJAN.pdf

You might also like