You are on page 1of 29

BAB II ISI

1. A. KONSEP SIG

GIS itu merupakan suatu teknik berbasis computer yang dapat menyimpulkan, menampilkan mengelola dan menyimpan data spasial dari fenomena geografis untuk dianalisis guna keperluan pengambilan keputusan. GIS terdiri dari lima komponen utama : yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),data dasar informasi, sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur. Data dasar komponen utama GIS, yang terkait dengan data spasial dan berbagai data atribut, sehingga hal inilah yang menjadikan GIS unik dan berbeda dengan system database lainnya. Kehandalan dari teknologi GIS terletak pada kemampuannya untuk mengasimilasikan berbagai sumber data yang berlainan. Penyusunan database spasial ini sangat penting terutama dikaitkan dengan biaya, sumberdaya manusia, dan berbagai kondisi dari keakuratan hasil yang diperoleh.

B. SEJARAH AWAL MULA DAN PERKEMBANGAN SIG 1. Awal Mula Geografi merupakan salah satu ilmu yang mengikuti sejarah perkembangan manusia. Manusia mengenal tempat tinggal dan lingkungan sekitarnya, yang pada awalnya hanya tersimpan pada pada otaknya atau yang biasa disebut peta mental. Perkembangan selanjutnya adalah manusia mulai menggambarkan lingkungan sekitarnya pada suatu bidang atau yang disebut dengan peta sketsa yaitu peta tanpa proyeksi dan skala. 2. Zaman Prasejarah

Peta tertua ditemukan ketika dilakukan penggalian reruntuhan kota Gasur, Babilonia, berupa sebilah lempeng kecil tanah liat dan diperkirakan dibuat sekitar 2500 tahun sebelum masehi. Peta generasi kedua ditemukan di Mesir, yang digambarkan diatas lembaran kertas yang terbuat dari kulit. Peta ini memperlihatkan persil-persil tanah pertanian yang terdapat di sekitar lembah sungai Nil dan lokasi-lokasi tambang emas pada masa pemerintahan Rameses II (1292 - 1225 tahun sebelum masehi). Bangsa Yunani menggunakan sistem koordinat segi-empat untuk pembuatan petapetanya sekitar 300 tahun sebelum masehi. Mereka melakukan serangkaian pengamatan hingga didapat bukti-bukti yang menyatakan bahwa bentuk bumi itu tidak datar, tetapi bulat. Ilmuwan Yunani juga memperkenalkan konsep-konsep bumi bulat dengan kutubkutubnya, garis katulistiwa, sistem koordinat Lintang dan Bujur, sistem proyeksi peta, dan hitungan dimensi-dimensi bumi. Perkembangan perpetaan dan diskripsi wilayah selanjutnya lebih didasarkan atas berbagai kepentingan, seperti untuk perang dan pajak serta pelayaran

3. Zaman Arab Islam Bangsa Arab Islam memimpin dalam dunia Geografi dan Kartografi pada abad pertengahan. Banyak karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab hingga ilmu Geografi berkembang pesat. Idrisi yang diangkat sebagai penasihat dan pengajar di Istana oleh Raja Sicilia, Roger II pada 1154, Idrisi membuat globe (bola dunia) pertama kali yang terbuat dari perak seberak 400 kg memuat tujuh benua, danau dan sungai, kota, gunung, dataran, rute perjalanan dan catatan ketinggian. Ia juga mengarang suatu kitab yang menggambarkan bentuk bumi yang bulat dan mengambang diangkasa seperti kuning telur. Juga menjelaskan tentang iklim, lautan dan dataran serta penjelasannya secara terinci.

Untuk mengormati jasa-jasa Idrisi, maka perangkat lunak yang dikembangkan oleh Universitas Clark di Amerika Serikat diberi nama IDRISI. Buku buku karangan beliau masih terus diburu ilmuwan sampai pada awal abad 20. 4. Zaman Perkembangan Eropa Ilmuwan Eropa mengembangkan perpetaan pada abad 15 setelah menterjemahkan karya ilmuwan Yunani dan ilmuwan Islam. Perkembangan lebih lanjut pada awal abad 19, dimana perpetaan banyak digunakan untuk menyampaikan informasi geografis untuk tujuan pengembangan dan perencanaan. Hal ini dilakukan dengan cara mengkompilasikan berbagai informasi geografis untuk mendapatkan informasi baru yang dibutuhkan. Tahap inilah dianggap sebagai awal mula sistem informasi geografis secara manual.

5. Komputer Awal Perkembangan pesat komputer pada pertengahan abad 20 turut mempengaruhi perkembangan SIG kearah digitalisasi. Di awal 1960-an, potensi komputer elektronik telah dikenal di Kanada dan Amerika Serikat. Pada 1963, sistem informasi Geografis Kanada (CGIS: Canadian Geographic Information System) mulai beroperasi dan kemudian menjadi SIG sesungguhnya yang pertama di dunia. Dua tahun kemudian, di Amerika Serikat sistem serupa (MIDAS) juga mulai digunakan untuk memproses data-data sumberdaya alam. Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, berbagai sistem telah berevolusi untuk menggantikan komputasi Kartografi manual. Sistem produksi banyak tersedia di akhir 1970-an dan pengembangan sistem ini dilanjutkan hingga 1980. Walaupun demikian, di awal 1990-an, pendekatan yang sempurna terhadap beberapa tugas-tugas Kartografi masih belum ditemukan. 6. Zaman Perkembangan Komputer Pc Desktop Penyebaran PC memacu operasi-operasi user-friendly dan program-program yang mampu dalam memproses pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya tak terbayangkan.

Peningkatan kapasitas kemampuan hitungan prosesor mikro mengakibatkan maraknya pemrosesan citra dijital satelit dan raster lainnya secara komersial pada pertengahan 1980-an. Sistem-sistem perangkat lunak telah dikembangkan dengan cepat. Sistem-sistem basisdata relasional, seperti dBase dan Oracle yang pertama kali muncul pada akhir 1980-an, sangat berguna di dalam pemrosesan data Geografi. Pada tahun yang sama, kemampuan komputasi pemroses mikro telah diadopsi untuk berbagai perangkat mulai dari perangkat bantu rumah tangga, mesin-mesin mobil, hingga penggunaannya di dalam SIG 7. Zaman Komputer Mutakhir Kemampuan perhitungan komputer saat ini yang semakin baik menyebabkan perkembangan SIG yang demikian hebat. Perkembangan perangkat lunak SIG semakin baik, sehingga mudah untuk mendapatkan berbagai Program SIG. Teknologi penyedian data yang semakin baik, baik data digital spasial maupun data digital non spasial. Berbagai alat penunjang untuk pekerjaan SIG semakin murah dan tersedia dalam banyak jenis, seperti perkembangan kartu grafis, memory modul, hard disk, berbagai perangkat komunikasi dan lain sebagainya.

Sistem informasi geografis (SIG) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian perkembangan GIS berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti: analisis penyakit epidemik (demam berdarah) analisis kejahatan (kerusuhan) navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek)
4

analisis bisnis (sistem stock dan distribusi) urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah) peneliti: spatial data exploration utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management pertahanan (military simulation), dll C. PERBEDAAN SIG DENGAN SISTEM INFORMASI LAIN Perbedaan SIG dengan sistem informasi lainnya adalah kemampuan SIG dalam mengelola atribut atau lokasi atau referensi geografis bersamaan dengan atribut lainnya. Dengan SIG, penyebaran obyek dalam ruang disajikan dalam bentuk peta-peta digital, dimana setiap obyek di peta dapat dihubungkan dengan basis data yang memuat jenis data lainnya seperti numerik, grafik, animasi, suara dan citra.

D. MANFAAT SIG - Digunakan sebagai alat bantu pemantauan dan monitoring dari penyebaran penyakit melalui wadah vektor, air, kondisi lingkungan, serta analisis lain yang lebih kompleks seperti faktor kebijakan, perencanaan kesehatan, sampai digunakan juga untuk menyimpulkan serta membuat hipotesis bagi penyelesaian masalah kesehatan. - Selain itu SIG membantu para peneliti kesehatan dalam menentukan area dan kelompok masyarakat yang rentan terjangkit, serta sebagai alat identifikasi alokasi sumber daya alam dalam rangka penyelesaian penyakit menular. - SIG menjelaskan mengenai suatu lokasi atau letak yang dipetakan. - SIG menjelaskan mengenai kondisi ruang, kondisinya bisa berbentuk fisik ataupun sosial. - SIG menjelaskan kecenderungan pergerakan suatu fenomena menurut ruang dan waktu.
5

- SIG menjelaskan sesuatu yang mugkin akan terjadi di masa mendatang dengan penggambaran lokasi di mana fenomena tersebut akan terjadi. - SIG menjelaskan pola hubungan spasial suatu fenomena dengan fenomena lain.

E. HUBUNGAN SIG DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN SIG pada bidang kesehatan juga bagian dari geografi manusia yang berhubungan dengan aspek-aspek geografi dari (status) kesehatan dan (sistem) pelayanan kesehatan. Dalam kajian geografi kesehatan mengidentifikasikan hubungan antar tiga komponen terkait dengan geografi penyakit, geografi pelayanan kesehatan, dan geografi ilmu gizi, dengan analisis pada skala regional untuk pengintegrasian ketiga pendekatan itu. Namun dalam geografi kesehatan, ada dua subdisiplin yang berkembang pesat yaitu geografi penyakit dan geografi sistem pelayanan kesehatan.

1) Geografi Penyakit Meliputi eksplorasi, deskripsi dan permodelan ruang-waktu atas kejadian penyakit, berkaitan dengan persoalan lingkungan, deteksi dan analisis cluster dan pola penyebaran penyakit, analisis sebab-akibat dan rumusan hipotesis-hipotesis baru mengenai penyebab penyakit. Geografi penyakit berperan penting dalam surveilans, intervensi kesehatan, dan strategi pencegahan penyakit. Contohnya: penyebaran penyakit malaria untuk mengetahui sejauh mana penyakit malaria menyebar pada suatu daerah dan apakah ada pengaruhnya dari kondisi daerah tersebut, TB, Polio, dan untuk penyakit lainnya. 2) Sistem Pelayanan Kesehatan Berkaitan dengan perencanaan, manajemen dan jaminan pelayanan agar sesuai kebutuhan, merumuskan kebutuhan kesehatan masyarakat yang dilayani, dan pola wilayah yang dilayani oleh pegawai kesehatan. Riset geografis atas pelayanan kesehatan dapat mengidentifikasi ketimpangan dalam pelayanan kesehatan antara
6

wilayah satu dan yang lain, dan alokasi sumberdaya yang terbatas. Contohnya: mengalokasikan tenaga ke daerah-daerah yang membutuhkan, dan membantu penempatan fasilitas kesehatan yang baru dan perluasan yang telah ada.

2. MACAM-MACAM BASIS DATA UNTUK SIG EPIDEMIOLOGI 1. Basic data a. Topographic b. Hydrographic c. Environmental d. Toponimic e. Graphic data (point, line, area) 2. Attribute data abiotic a. Surface and groundwater, sea b. Rock and mineral c. Soil d. Climate

3. Attribute data biotic a. Flora/ vegetation/ forest b. Fauna 4. Attribute data cultural a. Population b. Socio-economic aspect c. Politic aspect
7

d. Cultural aspect e. Legal aspect 3. PERANAN KESEHATAN Sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan distribusi penderita suatu penyakit, pola atau model penyebaran penyakit. Penentuan distribusi unit unit rumah sakit ataupun puskesmas puskesmas, fasilitas fasilitas kesehatan maupun jumlah tenaga medis dapat pula dilakukan dengan SIG (Sistem informasi geografi ). Menurut WHO,SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat digunakan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit. Analisis trend Spasial dan Temporal Pemetaan Populasis Berisiko Stratifikasi Faktor risiko Penilaian Distribusi Sumberdaya. Perencanaan dan Penentuan Intervensi. Monitoring Penyakit.
(sumber: http://upikblogs.blogspot.com )

SIG

DALAM

MENDUKUNG

KEBIJAKAN

PROGRAM

4. SIG DAN APLIKASINYA DALAM DUNIA KESEHATAN Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan SIG (Sistem informasi geografi ) dalam bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan analisa CDC.
a) Memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada

di masyarakat. Dalam mendukung fungsi ini, SIG (Sistem informasi geografi )dapat digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta areanya berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan. Dengan SIG (Sistem informasi geografi), peta mengenai status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut, misalnya pelayanan ANC, persalinan dll.

b) Mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko kesehatan di masyarakat.

Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang mengolah data tentang kasus asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pusat Pusat Kesehatan lainnya di masyarakat, ternyata dia menemukan terjadi kenaikna kasus yang cukup signifikan di suatu Rumah Sakit, maka kemudian dia mencari tahu data dari pasien pesien penderita asma di Rumah sakit. Ternyataditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang dirawat di Rumah Sakit tersebut bekerja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya hingga kemudian SIG (Sistem informasi geografi) dapat digunakan untuk memberikan data yang lengkap mengenai pola pajanan kimia tertentu di perusahaan perusahaan dalam suatu wilayah, yang merupaka informasi yang penting untuk para karyawan. Informasi ini juga dapat diteruskan kepada ahli ahli terkait, dalam hal ini ahli K3 untuk melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan
c) Menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat nmengenai isu

isu kesehatan. SIG (Sistem informasi geografi ) dalam hal ini dapat menyediakan informasi mengenai kelompok masyarakat yang diidentifikasi masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai informasi kesehatan tertentu, sehingga kemudian dapat dicari media komunikasi yang paling efektif bagi kelompok tersebut, serta dapat dibuat perencanaan mengenai waktu yang paling tepat untuk melakukan promosi kesehatan kepada kelompok masyarakat tersebut.
d) Membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama dengan masyarakat untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan. Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi ) dapat digunakan untuk melihat suatu pemecahan masalah kesehatan berdasarkan area tertentu dan kemudian memetakan kelompok masyarakat yang potensial dapat mendukung program tersebut berdasarkan area area yang terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi yang ada pada wilayah kerja tingkat RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu Ibu PKK yang dapat diberdayakan sebagai kader pada Posyandu Posyandu yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
9

e) Membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha individu maupun

masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas. Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi)digunakan untuk memetakan utillisasi dari tiap tiap Puskesmas oleh masyarakat sehingga dapat dibuat perencanaan yang jelas mengenai sumber daya kesehatan yang perlu disediakan untuk Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tingkat utilitasnya.
f) Membangun perangkat hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan

menjamin

keselamatan

masyarakat.

Dalam

hal

ini SIG (Sistem

informasi

geografi) dapat digunakan untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu pusat pelayanan kesehatan pada tiap tiap wilayah kerja dalam menjamin dan menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah tersebut. Dengan demikian maka manajemen komplain dapat terkoordinir dengan baik.
g) Menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia. Misalnya seorang warga negara asing diidentifikasi menderita suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang serius. Maka untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang dapat membantu orang tersebut, dan menguasai bahasa yang digunakannya. Dengan data SIG(Sistem informasi geografi ) juga dapat diketahui bagaimana akses transportasi termudah yang dapat dilalui oleh warga negara asing tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat.
h) Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat yang

berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini SIG(Sistem informasi geografi ) dapat menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat di tiap tiap daerah, sehingga dengan demikian dapat dilihat jika ada penumpukan atau bahkan kekurangan personel di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat

10

digunakan dalam hal perencanaan pengadaan tenaga tenaga kesehatan untuk jangka waktu ke depan untuk masing masing wilayah.
i) Mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di

masyarakat. Data SIG (Sistem informasi geografi ) dapat menyediakan data yang lengkap mengenai potensi tiap tiap daerah serta karakter demografis masyarakatnya untuk dihubungkan dengan fasilitas fasilitas kesehatan yang tersedia dan tingkat utilitasnya. Dengan demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
j) Penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam memecahkan

masalah masalah kesehatan di masyarakat. Salah satu kegunaan ini SIG (Sistem informasi geografi ) dalam hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat mengenai perubahan perubahan yang terjadi di suatu daerah seperti pertambahan jumlah perumahan, jalan, pabrik atau sarana - sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini kemudian dapat digunakan untuk merancang dan merencanakan inovasi inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu masyarakat (Ika Irmawati,2005).
(sumber:http://upikblogs.blogspot.com/2012/06/sig-dan-pemanfaatan-bidang-kesehatan.html)

5. PERANAN DAN APLIKASI SIG DALAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SIG dapat berperan penting sebagai alat yang dapat memperlihatkan masalah kesehatan masyarakat, terutama berdasarkan kepada wilayah atau area yang lebih spesifik, melalui kemampuan analisis secara ruang (spatial analysis), sehingga perencanaan intervensi kesehatan menjadi lebih spesifik dan berdasar kepada wilayah sasaran. SIG di bidang kesehatan adalah teknologi atau alat yang dapat dikembangkan untuk membantu pelayanan dan intervensi kesehatan yang berbasis kepada analisis wilayah (spatial analysis)
(sumber: http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/03/03/sig-untuk-kesehatan-masyarakat/)

Menurut WHO,SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat digunakan antara lain :
11

1. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit. 2. Analisis trend Spasial dan Temporal 3. Pemetaan Populasis Berisiko 4. Stratifikasi Faktor risiko 5. Penilaian Distribusi Sumberdaya. 6. Perencanaan dan Penentuan Intervensi. 7. Monitoring Penyakit. Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki beberapa keuntungan dalam metode konvensional yang digunakan dalam perencanaan, manajemen dan penelitian kesehatan : 1. Manajemen Data SIG memberikan kemampuan bagi pengguna/user untuk menyimpan, mengintegrasikan, menampilkan dan menganalisis data dari level molekuler terhadap resolusi satelit kepada komponene spasial yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Manajemen data dengan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat mendukung kegiatan survailans penyakit yang sangat membutuhkan keberlangsungan/kontinuitas, sistematika pengumpulan data serta analisis data. 2. Visualisasi SIG merupakan alat yang akurat untuk menghadirkan informasi spasial terhadap level secara individual dan melakukan model peramalan/prediksi. 3. Analisis overlay/Timpang susun SIG dapat melakukan analisis secara bersusun dari bagian informasi yang berbeda. Ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan, dan penelitian medis terhadap pemodelan multi-kriteria yang membantu dalam memahami asosiasi/hubungan antara prevalensi penyakit dan gambaran yang spesifik. 4. Analisis buffer SIG dapat menciptakan zona/wilayah buffer disekitar daeerah yang dipilih. Radius 10 km untuk menggambarkan area Rumah sakit yang dijangkau, atau 1 km disekitar sungai untuk menandai penularan risiko pencemaran melalui air. Pengguna/user dapat

12

mengkhususkan ukuran buffer dan mengkombinasikan dengan informasi data inseidensi penyakit untuk meperkirakan jumlah kasus yang terjadi dalam zona buffer. 5. Analisis statistik SIG dapat menyelesaikan kalkulasi spesifik, seperti proporsi populasi dalam suatu radius tertentu dari suatu pusat kesehatan dan juga mengkalkulasi jarak dan area sebagai contoh jarak suatu masyarakat ke pusat kesehatan serta area yang dicakup oleh program kesehatan tertentu (cakupan). 6. Query SIG memberikan interaksi pertanyaan untuk mendapatkan intisari informasi yang dimasukan dalam peta, table, grafik, dan juga dapat menjawab pertanyaan dari lokasi, kondisi, trend dan pemodelan dan pola spasial. SIG secara bertahap diterima dan digunakan oleh administrator dan ahli kesehatan masyarakat termasuk pengambil kebijakan, ahli statistic, ahli epidemiologi, pegawai dinas kesehatan provinsi/kabupaten. Beberapa tahun kedepan SIG diprediksi akan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dalam sektor kesehatan. Salah satu institusi yang membuat analisanya adalah CDC yang mengungkapkan pemanfaatan SIG ke depannya, berdasarkan Sepuluh Fungsi Pokok Sektor Kesehatan Masyarakat. 6. PEMANFAATAN DAN APLIKASI SIG DALAM BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ANALISIS CDC
a) Fungsi pertama yaitu memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan yang ada di masyarakat. Dalam mendukung fungsi ini, SIG dapat digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta areanya berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan. Dengan SIG, peta mengenai status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut, misalnya pelayanan ANC, persalinan dll.
b) Fungsi yang kedua yaitu mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko

kesehatan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang mengolah data tentang kasus asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pusat
13

Pusat Kesehatan lainnya di masyarakat, ternyata dia menemukan terjadi kenaikna kasus yang cukup signifikan di suatu Rumah Sakit, maka kemudian dia mencari tahu data dari pasien pesien penderita asma di Ruimagh sakit. Ternyata ditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang dirawat di Rumah Sakit tersebut bekerhja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya hingga kemudian SIG dapat digunakan untuk memberikan data yang lengkap mengenai pola pajanan kimia tertentu di perusahaan perusahaan dalam suatu wilayah, yang merupaka informasi yang penting utnuk para karyawan. Informasi ini juga dapat diteruskan kepada ahli ahli terkait, dalam hal ini ahli K3 untuk melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan
c)

Fungsi yang ketiga yaitu menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat nmengenai isu isu kesehatan. SIG dalam hal ini dapat menyediakan informasi mengenai kelompok masyarakat yang diidentifikasi masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai informasi kesehatan tertentu, sehingga kemudian dapat dicari media komunikasi yang paling efektif bagi kelompok tersebut, serta dapat dibuat perencanaan mengenai waktu yang paling tepat untuk melakukan promosi kesehatan kepada kelompok masyarakat tersebut.

d) Fungsi yang keempat yaitu membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama

dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk melihat suatu pemecahan masalah kesehatan berdasarkan area tertentu dan kemudian memetakan kelompok masyarakat yang potensial dapat mendukung program tersebut berdasarkan area area yang terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi yang ada pada wilayah kerja tingkat RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu Ibu PKK yang dapat diberdayakan sebagai kader pada Posyandu Posyandu yang terdekat dengan tempat tinggalnya
e)

Fungsi yang kelima yaitu membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas. Dalam hal ini SIG digunakan untuk memetakan utillisasi dari tiap tiap Puskesms oleh masyarakat sehingga dapat dibuat perencanaan yang jelas mengenai sumber daya kesehatan
14

yang perlu disediakan untuk Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tingkat utilitasnya.
f)

Fungsi yang keenam yaitu membangun perangkat hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan masyarakat. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu pusat pelayanan kesehatan pada tiap tiap wilayah kerja dalam menjamin dan menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah tersebut. Dengan demikian maka manajemen komplain dapat terkoordinir dengan baik.

g)

Fungsi yang ketujuh yaitu menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia. Misalnya seorang warga negara asing diidentifikasi menderita suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang serius. Maka untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang dapat membantu orang tersebut, dan menguasai bahasa yang digunakannya. Dengan data SIG juga dapat diketahui bagaimana akses transportasi termudah yang dapat dilalui oleh warga negara asing tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat.

h)

Fungsi kedelapan yaitu menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini SIG dapat menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat di tiap tiap daerah, sehingga dengan demikian dapat dilihat jika ada penumpukan atau bahkan kekurangan personel di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat digunakan dalam hal perencanaan pengadaan tenaga tenaga kesehatan untuk jangka waktu ke depan untuk masing masing wilayah.

i)

Fungsi kesembilan yaitu mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Data SIG dapat menyediakan data yang lengkap mengenai potensi tiap tiap daerah serta karakter demografis masyarakatnya untuk dihubungkan dengan fasilitas fasilitas kesehatan yang tersedia dan tingkat utilitasnya. Dengan demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.

15

j)

Fungsi kesepuluh yaitu penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam memecahkan masalah masalah kesehatan di masyarakat. Salah satu kegunaan SIG dalam hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat mengenai perubahan perubahan yang terjadi di suatu daerah seperti pertambahan jumlah perumahan, jalan, pabrik atau sarana - sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini kemudian dapat digunakan untuk merancang dan merencanakan inovasi inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu masyarakat

7. DEFINISI SIG MENURUT PARA AHLI a. Menurut Wolfgang Kainz (1995) SIG adalah system yang berbasi computer yang digunakan untuk input, menyimpan, analisis/manipulasi dan display data spasial, untuk pemecahan problem terkait kebumian. b. Menurut De Mers (1998) merupakan alat untuk memproses data hingga menghasilkan rumusan guna pengelolaan muka bumi. c. Menurut Phil Parent (1988) yang merupakan kunci GIS adalah analisis data untuk menghasilkan informkasi baru. Definisi SIG (Sistem informasi geografi ) sangatlah beragam, karena memang

defenisi SIG (Sistem informasi geografi ) selalu berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa definisi SIG (Sistem informasi geografi ) :
1. Kang-Tsung

Chang

(2002),

mendefinisikan SIG (Sistem

informasi

geografi) sebagai : is an a computer

system for capturing, storing, querying,

analyzing, and displaying geographic data.


2. Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG (Sistem informasi geografi ) sebagai suatu

sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir

16

(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
3. Menurut Gistut (1994), SIG (Sistem informasi geografi )adalah sistem yang

dapat mendukung pengambilankeputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG (Sistem informasi geografi )yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.
4. Burrough (1986) mendefinisikan SIG (Sistem

informasi

geografi

) adalah

sistem

berbasis

komputer

yang

digunakan

untuk

memasukan,

menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
(sumber:http://upikblogs.blogspot.com/2012/06/sig-dan-pemanfaatan-bidang-kesehatan.html) 5. Menurut Aronaff (1989) SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada

kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
6. Menurut Burrough (1986) SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk

pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
7. Menurut Kang-Tsung Chang (2002) SIG sebagai a computer system for

capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data.


8. Menurut Murai (1999) SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk

memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

17

9. Menurut Marble et al (1983) SIG merupakan sistem penanganan data

keruangan.
10. Menurut Bernhardsen (2002) SIG sebagai sistem komputer yang digunakan

untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data
11. Menurut Gistut (1994) SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan

keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi
12. Menurut Berry (1988) SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta

otomatisasi data keruangan.


13. Menurut Calkin dan Tomlison (1984) SIG merupakan sistem komputerisasi

data yang penting.


14. Menurut Linden, (1987) SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan,

pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
15. Menurut Alter SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian

data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.
16. Menurut Prahasta SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk

pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
17. Menurut Petrus Paryono SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan

untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).
18

(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis)

8. SEJARAH LAHIRNYA DAN PERKEMBANGAN SIG 35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu CroMagnon menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus. Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an. Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.

19

GIS dengan gvSIG. CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika , memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG". CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfodan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-andan 1990an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer. Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset. Jenjang pendidikan SMU/senior high school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi,Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografidan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi. Lulusannya tidak sekedar mengoperasikan software namun mampu
20

menganalisis dan menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun mata pelajaran.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis)

Sejarah sistem informasi geografis Sistem informasi geografis (SIG) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian perkembangan GIS berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti: analisis penyakit epidemik (demam berdarah) analisis kejahatan (kerusuhan) navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek) analisis bisnis (sistem stock dan distribusi) urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah) peneliti: spatial data exploration utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management pertahanan (military simulation), dll
(sumber: http://ftsi.files.wordpress.com/2008/04/rahmat-sig.pdf)

9. PROGRAM/ SOFTWARE YANG DAPAT DIGUNAKAN PADA SIG UNTUK STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Software Arcview adalah salah satu program yang mudah digunakan, memungkinkan kita untuk melakukan organisasi, memelihara, menggambarkan, dan menganalisis peta dan informasi spasial. Arcview berjalan di bawah sistem manajemen desktop mapping dengan menyediakan suatu kerangka kerja guna pembuatan keputusan spasial,
21

mempunyai kemampuan untuk menggambarkan, menyelidiki, dan menganalisis data spasial. Dengan Arcview, kita dapat dengan cepat merubah simbol peta, menambah gambar citra atau grafik, menempatkan tanda arah utara, skala batang dan judul, serta mencetak peta dengan kualitas yang baik. Arcview mengintegrasi informasi dari berbagai sumber dan jenis melalui data dasar yang saling berhubungan. Arcview bekerja dengan data tabuler, citra, text file, data spreadsheet dan data grafik. Dengan Arcview juga dapat memodifikasi interface yang ada guna mendukung suatu aplikasi. Dapat pula merubah suatu icon-icon dan terminologi yang digunakan pada interface, mengotomatisasikan operasi-operasi, atau membuat interface tertentu untuk melakukan akses ke data dasar tertentu. Juga dapat melakukan komunikasi dengan produk software lain, dimana kita dapat meng-exchange data tanpa melakukan convert dan tanpa meninggalkan Arcview.

10. PERANAN SIG DALAM MENDUKUNG EPIDEMIOLOGI WebGIS yang digunakan sebagai teknologi untuk memonitor wabah penyakit (epidemi) di suatu daerah secara cepat,tepat, dan akurat. Sistem yang dibangun ini melakukan beberapa tahapan, yaitu : sinkronisasi data dengan database pasien pada rumah sakit/puskesmas pada tiap kecamatan secara real-time, Layering (menandai pada polygon), kalkulasi rasio penyakit dengan persentase tertentu untuk pengambilan keputusan status awas terhadap epidemi yang sedang terjadi. implementasi ke dalam sistem monitoring epidemi berbasis WebGIS yang berfungsi untuk mengetahui daerah terjangkitnya epidemi pada daerah tertentu. Dengan adanya rancangan prototype sistem monitoring dan notifikasi cepat wabah penyakit (epidemi) berbasis WebGIS ini, penyebaran area epidemi dapat terpantau secara cepat, tepat, dan akurat sehingga kebutuhan informasi tentang sebaran epidemi untuk user dapat terpenuhi.
(sumber: elektro.unsyiah.ac.id/kitektro/wp.../FormatJurnalOnlineKitektro.docx)

22

Salah satu perkembangan SIG yang menarik adalah epidemiologi spasial (spatial epidemiology). Menurut Elliot dan Wartenberg (2004) dalam Spatial Epidemiology :current Approaches and Future Challenges, spasial epidemiologi adalah ilmu untuk mendeskripsikan dan menganalisis keragaman geografis pada penyakit dengan memperhatikan dimensi geografis, lingkungan, prilaku, sosial ekonomi, genetika dan faktor risiko penularan. Epidemiologi spasial ini menghasilkan pemetaan penyakit (diseases mapping), studi korelasi geografis (geographical correlation studies), pengelompokan penyakit (diseases kluster), dan survailans (surveillance). 11. PERANAN SIG SEBAGAI EARLY WARNING TERHADAP MITIGASI BENCANA kajian terhadap amblesan tanah, semburan gas, kerusakan aset, pencemaran air, dan kesehatan masyarakat, contohnya pada bencana lumpur lapindo menggunakan teknologi SIG(Sistem Informasi Geografis). SIG mengkaji fenomena dinamika bumi yang dapat sebagai saran untuk mencegah akibat aktivitas penurunan tanah(land Subsidence), perencanaan penanggulangan lumpur pada saat ini dan masa depan dengan memperhitungkan dinamika vertikal(perubahan tinggi tanah) dan horisontal(pergeseran)nya. Hasilnya adalah data-data penurunan tanah pada titik-titik penelitian dengan data GPS geodetic dan di analisis sebagai early warning system upaya mitigasi bencana yang ditimbulkan jebolnya tanggul penahan lumpur.
(sumber: http://himage-its.org/its-tak-henti-teliti-semburan-lumpur-lapindo)

12. PERANAN SIG SEBAGAI PEMANTAU PENYAKIT MALARIA Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk membuat peta kabupaten mencakup batas administrasi, topografi, tata ruang dan tutupan lahan serta hidrologi. Informasi lain yang penting bagi program kesehatan masyarakat, seperti fasilitas kesehatan, sekolah, tempat perindukan nyamuk serta data epidemiolgi dapat pula ditambahkan. Sumber daya kesehatan, penyakit tertentu dan kejadian kesehatan lain dapat dipetakan menurut lingkungan sekeliling dan infrastrukturnya. Informasi semacam
23

ini ketika dipetakan sekaligus akan menjadi alat yang amat berguna untuk memetakan risiko penyakit, identifikasi pola distribusi penyakit, memantau surveilans dan kegiatan penanggulangan penyakit, mengevaluasi aksebilitas ke fasilitas pelayanan kesehatan dan memperkirakan jangkauan wabah penyakit (Depkes, 2006a). Penerapan pertama kali SIG dipelpori oleh Jhon Snow ketika membuat peta pompa air pada saat wabah kolera pada abad 19. menurut Pope 1994, di mancanegara pemanfaatan data SIG bidang kesehatan antara lain digunakan untuk memprediksi dinamika populasi nyamuk Anopheles di daerah pantai, memonitor pola transmisi malaria, memprediski epidemic dan merencanakan strategi kontrol memetakan secara sederhana habitat potensial untuk memprediksi pola spasial nyamuk (Thomas, 2003), Pada aplikasi penanganan kesehatan misalnya, bisa digunakan untuk memutuskan di kawasan mana pusat layanan kesehatan baru akan didirikan berdasarkan atas data-data kependudukan. Selanjutnya, berdasarkan sistem informasi tersebut kita dapat menarik informasi dari peta yang tersedia dalam aplikasi SIG tersebut, atau sebaliknya memperoleh informasi mengenai peta kawasan tertentu manakah yang akan muncul jika kita menggunakan peta merupakan kunci pada SIG. Proses untuk membuat (menggambar) peta dengan SIG jauh lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis. Menurut Mardihusodo (2007), dijelaskan bahwa aplikasi SIG pada studi pemantauan dinamika penyebaran nyamuk sebagai database diperlukan data kuantitatif epidemiologi yang menyangkut: 1) Kasus malaria: pasien dengan gejala klinis positif parasitemia, yang meliputi insidensi dan prevalensi menurut lokasi (desa, kecamatan, kabupaten dan sebagainya). 2) Vektor: spesies yang dipastikan spesies malaria (confirmed malaria vector) termasuk densitas rata-rata dan bulan atau musim penularan malaria. 3) Parasit malaria: spesies Plasmodium, formula pada kasus-kasus malaria. 4) Lingkungan-ekologis: unsur-unsur geografis, klimatologi, biologis, demografis dan sosial ekonomi.
24

SIG malaria dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam penanggulangan malaria. Dalam proses pengambilan keputusan harus benar-benar mengetahui situasi terakhir malaria, populasi beresiko dan trend perjangkitannya di wilayah tertentu. Kondisi saat data dihimpun secara manual kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau angka tersendiri, interprestasi data tersebut menggunakan banyak waktu dan tenaga sehingga terasa menghambat proses pengambilan keputusan (Depkes, 2006a). Prinsip dasar penggunaan SIG di bidang kesehatan khususnya malaria, antara lain: 1) Menggunakan data epidemiologi surveilans malaria yang ada. 2) Menggunakan indikator seminimal mungkin yang cukup untuk mendukung pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan surveilans dan penanggulangan malaria. 3) Indikator dapat ditambahkan atau dihapus, sesuai dengan minat dan kondisi lokal. 4) Data malaria dan populasi akan dikumpulkan dan dimasukkan di tingkat desa dimana data survelans epidemiologi dikumpulkan secara rutin. 5) Data lingkungan (peta) dan fasilitas surveilans malaria akan diintegrasikan ke dalam SIG untuk memudahkan pengguna dalam mempelajari pola penyebaran spasial malaria sekaligus memantau kinerja program survelans malaria. 6) Mengalihkan data menjadi representatif visual seperti peta dan grafik untuk memfasilitasi interprestasi dan perbandingan data. 7) Membandingkan risiko malaria menurut tempat dan waktu untuk mengevaluasi dinamika penularan malaria. 8) Menilai aksebilitas terhadap fasilitas survelans dan penanggulangan malaria. 9) Yang terpenting, menggunakan data untuk menentukan wilayah mana yang paling berisiko sehingga dapat menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk penanggulangannya, wilayah mana yang memiliki potensi perjangkitan paling tinggi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi yang tepat sesegera mungkin (Depkes, 2006a). 13. GPS, FUNGSI, DAN BAGAIMANA APLIKASINYA DALAM PEMETAAN GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi Satelit, dan terdiri dari konstalasi (susunan/jajaran) 24 satelit dan stasiun penerima di Bumi GPS menggunakan
25

Satelit -Satelit buatan tersebut sebagai titik referensi untuk menghitung posisi Pada prinsipnya seluruh posisi di bumi dapat dipantau dan diketahui koordinatnya dengan menggunakan GPS.

Cara kerja GPS

a. Konstelasi satelit GPS memancarkan sinyal posisi satelit tersebut b. Sinyal tersebut ditangkap oleh penerima sinyal GPS c. Dengan menghitung waktu tempuh sinyal dari 3 GPS, maka posisi didapat Aplikasi GPS 2. Survey / pemetaan 3. VTS (Vehicle Tracking System) 4. Militer (missile guidance, monitoring pergerakan pasukan) 5. Aviation 6. Security 7. Environment (memantau pergerakan paus, burung dll) 8. Dan. Masih banyak lagi Aplikasi GPS yang sudah diterapkan di Indonesia 2. Vehicle Tracking System Blue Bird 3. GPS sebagai base station Bakosurtanal, dan beberapa perusahaan minyak/survey (CalMarine, Unocal). 4. Routing and tracking. : :

1. Aktivitas outdoor (hiking dll)

1. Secara Individual untuk navigasi, pemetaan, dan Surveying

14. EPIINFO, DAN BAGAIMANA APLIKASINYA Epi Info adalah program komputer domain publik untuk analisis statistika yang dikembangkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta,
26

Georgia, Amerika Serikat. Perangkat lunak ini dirancang untuk keperluan bidang epidemiologi.

Epi Info adalah paket software public domain yang sangat bermanfaat untuk membantu praktisi kesehatan masyarakat dan peneliti, yang praktis dapat digunakan untuk membuat formulir pendataan (questioner), perekaman data, dan melakukan analisis denganstatisticepidemiologi,petadangrafik. AplikasiEpiInfoantaralain: MakeView program untuk membuat formulir pendataan (questioner) yang sekaligus dapatdimanfaatkansebagaialatperekamandata. Enter - program untuk merekam data yang formulir isian datanya dibuat dengan MakeView. Analysis - program analisis dengan pendekatan statistik epidemiologi. Data yang dianalisis dapat berasal dari data yang direkam melalui program "Enter" maupun data imporyangdiolahdenganprogramlain(Excell,dBasedsb) EpiMa-programuntukmembuatpetaGIS Epi Report alat untuk mengelola hasil kerja analisis dalam tampilan laporan yang profesional. Laporan-laporan ini dapat direkam sebagai file HTML, sehingga praktis untukdipublikasikan Meskipun Epi Info merupakan CDC trademark, program, dokumentasi, dan materi pelatihan yang ada adalah suatu public domain dan boleh di-copy, didistribusikan dan bahkan diterjemahkan dalam bahasa lain Epi Info merupakan software public domain yang dikembangkan oleh Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease Control and Prevention adalah salah satu bagian dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat, yang bertugas untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi dan kronik, ancaman cedera, bahaya di tempat kerja, ketidakmampuan, termasuk kesehatan lingkungan. Epi Info terutama ditujukan kepada ahli epidemiologi, secara khusus, maupun ahli kesehatan masyarakat, secara
27

umum,untuk membantu penanganan tugas terkait dengan pengelolaan database dan analisa data, baik data atribut maupun spasial. Software Epi Info dibagi dalam lima modul inti, yakni modul Make View, modul Enter Data, modul Analyze Data, modul Epi Map, dan modul Epi Report. Setiap modul dapat berjalan sendiri. Pada umumnya untuk suatu proyek, setiap modul digunakan bergantian sejak awal hingga selesai, sesuai dengan fungsi-fungsi yang diperlukan. Penjelasan fungsi setiap modul yang terdapat dalam paket Epi Info adalah sebagai berikut.
1. Modul

Make View digunakan

untuk

mendesain

kuisioner. Suatu

proyek biasanya dimulai dengan menggunakan Modul Make View, yakni untuk menyusun form atau kuisioner survei, sekaligus secara otomatis membuat basis data.
2. Modul

Enter Data digunakan

untuk memasukkan

informasi yang

diperoleh dari hasil survei ke dalam basis data. Data yang dimasukkan melalui form atau kuisioner ini akan dimasukkan ke dalam Modul Analysis untuk studi selanjutnya.
3. Modul

Analysis merupakan program untuk melakukan analisis

statistik

dan

laporan, serta membuat grafik, dari data yang telah dimasukkan melalui Modul Enter Data.
4. Modul Epi Map digunakan untuk membuat peta sistem informasi geografis dan

menumpangsusunkan data survei pada peta tersebut. Dengan kata lain, data akan diplotkan di dalam Modul Epi Map.
5. Modul

Epi

Report digunakan

untuk menyusun

presentasi

dari hasil

analisis. Modul Epi Report memungkinkan pengguna mengkombinasikan keluaran hasil dari Modul Analysis, Modul Enter data dan data lain yang terdapat di dalam server Access atau SQL, serta menyajikannya dalam format yang profesional. Laporan yang dihasilkan dari Modul Epi Report dapat disajikan dalam bentuk file HTML.
28

BAB III PENUTUP

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu prosedur manual atau beberapa set berbasis komputer dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan atau memanipulasi data geografis. SIG dapat juga diartikan sebagai himpunan atau kumpulan yang terpadu dari hardware, software, data dan liveware (orang-orang yang bertanggungjawab dalam merancang, mengimplemantasikan dan menggunakan SIG). SIG juga merupakan hasil dari perpaduan disiplin ilmu didalam beberapa proses data spasial. SIG mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Digunakan sebagai alat bantu pemantauan dan monitoring dari penyebaran penyakit. 2. SIG membantu para peneliti kesehatan dalam menentukan area dan kelompok

masyarakat yang rentan terjangkit. 3. SIG menjelaskan mengenai suatu lokasi atau letak yang dipetakan. 4. SIG menjelaskan mengenai kondisi ruang, kondisinya bisa berbentuk fisik ataupun sosial. SIG dapat berperan penting sebagai alat yang dapat memperlihatkan masalah kesehatan masyarakat, terutama berdasarkan kepada wilayah atau area yang lebih spesifik, melalui kemampuan analisis secara ruang (spatial analysis), sehingga perencanaan intervensi kesehatan menjadi lebih spesifik dan berdasar kepada wilayah sasaran.

29

You might also like