Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 8 Putra Harry S 110110100186 Putri Esta Napitu 110110100211 Glady Christina 110110100232 Nina Y. Pardosi 110110100255 Lize Maydner 110110100260 Silvia Rachmawati 110110100261 Luthfia Maharani 110110100262 Mega Meirina 110110100270
pengertian/istilah berdasarkan kepada perbedaan perlakuan peraturan terhadap perbuatan-perbuatan yang telah melanggar hukum yang sehubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank. yaitu: 1. Tindak Pidana Perbankan mengandung pengertian tindak pidana itu semata-mata dilakukan oleh bank atau orang bank, sedangkan yang kedua tampaknya lebih netral dan lebih luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar dan di dalam bank atau keduanya. 2. Tindak pidana di bidang Perbankan dimaksudkan untuk menampung segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank. Definisi secara popular, tindak pidana perbankan adalah tindak pidana yang menjadikan bank sebagai sarana (crimes through the bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the bank).
bisa berupa tindak kejahatan seseorang terhadap bank 2. tindak kejahatan bank terhadap bank lain 3. kejahatan bank terhadap perorangan, sehingga dengan demikian bank dapat menjadi korban maupun pelaku Dimensi ruang : 1. tindak pidana perbankan tidak terbatas pada suatu ruang tertentu bisa melewati batas-batas territorial suatu negara
1.
yang sangat berkaitan dengan kegiatan perbankan dan lebih luasnya mencakup juga lembaga keuangan lainnya
ketentuan yang dapat dilanggarnya : 1. Tertulis 2. Tidak tertulis 3. juga meliputi norma-norma kebiasaan pada bidang perbankan, namun
Lingkup pelaku dan tindak pidana perbankan : Dilakukan perorangan Dilakukan Badan Hukum (korporasi) Salah satu tindak pidana di bidang perbankan adalah Money Laundry atau Pencucian Uang.
Money Laundering adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal.
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Oleh karena itu, tindak pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tahap Integrasi
Tahapan dimana pelaku memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam Harta Kekayaan yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegaiatan bisnis yang sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana
yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku. Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil. U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya. Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut merupakan proceed of crime. Pembelian aset/barang-barang mewah, yaitu menyembunyikan status kepemilikan dari aset/ barang mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan.
Pertukaran
barang (barter), yaitu menghindari penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh system keuangan. Underground Banking/Alternative Remittance Services, yaitu kegiatan pengiriman uang melalui mekanisme jalur informal yang dilakukan atas dasar kepercayaan. Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana. Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dimana pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana, yaitu :
Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
yang dikenakan kepada setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
Hal tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).
yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang cukup berat, yakni dimulai dari hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan denda paling banyak 10 miliar rupiah.
3.
4.
5.
6.
Korupsi Penyuapan Penyelundupan barang Penyelundupan tenaga kerja Penyelundupan imigran Kejahatan di bidang perbankan
7.
8.
9. 10. 11. 12.
Kejahatan di bidang pasar modal Kejahatan di bidang asuransi Narkotika Psikotropika Perdagangan Manusia Perdagangan Senjata gelap
13. Penculikan 14. Terorisme 15. Pencurian 16. Penggelapan 17. Penipuan 18. Pemalsuan uang
perpajakan 22. Kejahatan di bidang kehutanan 23. Kejahatan di bidang lingkungan hidup 24. Kejahatan di bidang kelautan
Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi terorisme, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.
berdampak negatif bagi perekonomian dunia, misalnya dampak negatif terhadap efektifitas penggunaan sumber daya dan dana. Dengan adanya money laundering sumber daya dan dana banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak sah dan dapat merugikan masyarakat, di samping itu dana-dana banyak yang kurang dimanfaatkan secara optimal.
Dengan ditetapkannya money laundering sebagai tindak
pidana akan lebih memudahkan bagi aparat penegak hukum untuk menyita hasil tindak pidana yang kadangkala sulit untuk disita, misalnya aset yang susah dilacak atau sudah dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Dengan cara ini pelarian uang hasil tindak pidana dapat dicegah. Dengan demikian pemberantasan tindak pidana sudah beralih orientasinya dari menindak pelakunya ke arah menyita hasil tindak pidana.
sebagai tindak pidana merupakan dasar bagi penegak hukum untuk mempidanakan pihak ketiga yang dianggap menghambat upaya penegakan hukum.
Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak
pidana dan dengan adanya sistem pelaporan transaksi tunai dalam jumlah tertentu (cash transaction report) dan transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction report), maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya. Tokohtokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi banyak menikmati hasil-hasil tindak pidana tersebut
Soeharto Presiden Soeharto disinyalir banyak memanfaatkan jabatannya untuk mengambil uang Negara semasa dia menjabat Presiden. Akan tetapi, uang tersebut ternyata sangat sulit ditarik kembali oleh pemerintah penggantinya. Suatu ketika, dia mengatakan bahwa dia tidak mempunyai uang sesen pun di luar negeri dan dengan menantang meminta siapapun untuk membuktikan jika dia mempunyai uang di luar negeri. Bahkan, Tim pelacakan majalah Time yang sempat heboh tidak sanggup membongkarnya dengan bukti yang kuat.
Salah satu modus operandi pencucian uang yang dilakukan lewat BCCI adalah dengan menggunakan tenaga konsultan manajemen. Misalnya, salah satu kasus yang melibatkan BCCI adalah dibukanya rekening di BCCI oleh sebuah kantor konsultan keuangan, yang mempunyai klien berupa investor yang kaya di Negara Amerika Latin. Setelah rekening tersebut tidak aktif selama lebih kurang 6 bulan, mendadak ada masuk dana via telegram berkali-kali dalam jumlah yang sangat besar. Kemudian, direktur dari kantor konsultan keuangan tersebut memberikan perintah transfer sebagian besar dananya ke sebuah rekening di Bank Panama via sebuah bank besar di New York. Kejahatan yang dilakukan oleh BCCI adalah banyak dan berlangsung selama kurang lebih 2 dasawarsa. Dalam melakukan kejahatannya, bank ini menggaet tokoh-tokoh dunia, mulai dari Presiden. Misal: Jimmy Carter dan Bert Lance, yakni orang kepercayaan Jimmy Carter, miliarder Timur Tengah, misalnya Ghaith Pharaon (Arab Saudi), selebritis misal: Altman dan istrinya Linda, yakni pemeran utama film serai TV Wonder Woman, sampai dengan gembonggembong mafia perdagangan obat bius.
satu cabang Bank of Boston memberikan pengecualian bagi nasabahnya yang merupakan seorang gembong pelaku kejahatan. Pengecualian tersebut adalah pengecualian terhadap keharusan mengisi formulir pelaporan transaksi mata uang Currency Transaction Reports (CTR). Bertahun-tahun gembong pelaku kejahatan tersebut tidak mengisi formulir laporan, padahal dia melakukan banyak transaksi dengan membawa cukup banyak uang kontan untuk dibeli Cashiers Check. Akan tetapi, kemudian kegiatan ini dicium oleh departemen perdagangan Amerika Serikat dan kantor pajak. Akhirnya, Bank of Boston dinyatakan bersalah dan harus membayar denda sebesar US $ 500.000.
Tansil (Tan Tju Fuan alias Tan Tjoe Hong) sangat kuat pengaruh bisnisnya, dengan menggaet orang-orang kuat dalam pemerintahan kala itu. Bisnisnya antara lain di bidang memasukkan kereta angkutan bajai, bisnis produksi minuman keras dan petro kimia. Karena terbukti korupsi, oleh Pengadilan dijatuhi hukuman seumur hidup kepadanya, serta hartanya disita untuk Negara. Akan tetapi, banyak orang percaya bahwa sebenarnya dia masih banyak menyembunyikan uang dari hasil bisnisnya, tetapi sukar dilacak dengan jalan money laundering ini. Untuk melacaknya, Pemerintah mengangkat perusahaan investigasi professional terkenal, yaitu Kroll. Teddy Tansil menjadi siluman dengan kaburnya dia dari penjara setelah berkolaborasi dengan petugas penjara dan kemudian dia hilang tanpa bekas dan tidak diketahui dimana keberadaannya.
Kesimpulan
Penanganan tindak pidana pencucian uang di Indonesia telah
menunjukkan arah yang positif.Hal itu, tercermin dari meningkatnya kesadaran dari pelaksanaan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, seperti penyedia jasa keuangan/Perbankan dalam melaksanakan kewajiban pelaporan, Lembaga Pengawas dan Pengatur dalam pembuatan peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam kegiatan analisis, dan penegak hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga penjatuhan sanksi pidana dan/atau sanksi administratif Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain karena peraturan perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang berbedabeda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana Undang-Undang TP Pencucian uang ini.
Saran
Dalam mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang perlu dilakukan kerja sama regional dan internasional melalui forum bilateral atau multilateral agar intensitas mengenai tindak pidana yang menghasilkan atau melibatkan harta kekayaan/perbankan yang jumlahnya besar dapat diminimalisasi