You are on page 1of 46

BAB 3 SAKLAR ELEKTRONIK DAN MULTIVIBRATOR

3.1 Pendahuluan Dalam bab-bab yang terdahulu telah dibahas bagaim ana transistor digunakan sebagai komponen aktif dalam suatu penguat. Pada penggunaan ini transistor diberi panjaran sedemikian rupa sehingga bentuk isyarat keluaran serupa dengan isyarat masukan dan tegangan keluaran berbanding lurus (tinier) dengan tegangan masukan. Bila tegangan isyarat masukan diubah menjadi dua kali lipat, maka tegangan isyarat keluaran juga menjadi dua kali lipat. Dikatakan transistor bekerja dalam daerah tinier. Disamping dapat berfungsi sebagai penguat transistor j ? uga dapat bekerja

sebagal saklar dimana transistor dibuat agar hanya ada pada dua keadaan yaitu keadaan saturasi dan keadaan terputus . Pada keadaan saturasi beda tegangan antara kclektor dan emitor sama dengan not, dan arus yang mengalir mendekati nilai R (gambar 3.1). Pada keadaan terputus tegangan
c

antara kolektor dan emitor sama dengan Vcc dan arus kolektor sama dengan not. Pada keadaan saturasi transistor dikatakan menghantar (ON) dan pada keadaan terputus transistor dikatakan padam (OFF).

Gambar 3.1 Sebagai saklar transistor hanya dapat berada pada dua keadaan, yaitu saturasi atau terputus.

39

Saklar transistor hanyalah merupakan satu macam saklar elektronik. Disatu

pihak saklar transistor digunakan dalam multivibrator, yang terdiri dari dua saklar transistor yang sating berinteraksi. Saklar transistor dalam bentuk yang tebih umum membentuk pintu-pintu logika (logic gates) yang bersama multivibrator merupakan komponen-komponen utama dari pada elektronika digital. Pintu-pintu logika serta multivibrator yang digunakan dalam elektronika digital adalah berupa IC dengan berbagai skala integrasi. Orang telah membuat IC digital dengan skala kecil (SSI- Small Scale Integration), dan skala besar (LSI Large Scale Integration), dan skala amat besar (VLSI Very Large Scale Integration). Pada arah yang lain saklar eiektronik digunakan dalam industri guna menghantarkan dan memadamkan arus Iistrikk dalam alat-alat berdaya tinggi. Skalar elektronik ini terutama berupa suatu komponen semikonduktor yang bernama Silicon Controlled Rectifier (SCR). Komponen ini terbuat dari bahan semikonduktor p dan n, yang membentuk struktur pnpn, seperti yang telah kita jumpai pada PUT (Programmable Unijunction Transistor). Piranti pnpn ini ada banyak macam dan seluruhnya dikenal nama thyristor. Saklar elektronik yang menggunakan thyristor adalah tulang punggung elektronika daya dan elektronika industri. Komponen ini kini telah banyak menggantikan komponen-komponen berupa tabung gas seperti misalnya thyratron. Satu pemakaian lagi dari pada saklar elektronik adalah sebagai pemotong (chopper). Pemotong memotong-motong isyarat ac frekuensi rendah atau dc menjadi pulsa-pulsa. Pengertian pemotong ini digunakan pada berbagai piranti seperti penguat dc, pengubah tegangan dc menjadi ac (inverter), integrator boxcar untuk mengolah isyarat, dan akhir-akhir ini sedang berkembang dengan pesat yaitu regulator saklaran. Yang terakhir ini adalah suatu C regulator tegangan dc, dim ara ana isyarat tegangan dc dipotong-potong menjadi pulsa-pulsa berfrekuensi tinggi. Rangkaian balikan pada regulator ini akan mengubah lebar pulsa (modulasi lebar pulsa) sehingga tegangan dc keluaran tidak berubah dengan arus beban. Regulator

40

sakiaran ini dapat dibuat amat kecil dan mempunyai daya guna (efisiensi) yang tinggi. Pada bab inl kita mula-mula akan membahas sakiar transistor, kemudian diikuti dengan uraian tentang pemotong transistor, multivibrator, IC
timer 555, dan thyristor.

3.2 Saklar transistor Rangkaian dasar daripada suatu sakiar transistor ditunjukkan pada gambar 3.2a.
V

cc

Y?nA w ri t j g Ib ) ^ 1 tT

Vs

O V

-I -

'S V CEwre VG

fbwM61
CE

(a)

(b)

Gambar 3.2

(a) Rangkaian sakiar transistor keluaran transistor dan garis beban.

(b) Karakteristik

Gambar 3.2b menunjukkan karakteristik keiuaran beserta garis bebannya. Pada rangkainn akan tampak bahwa bila arus basis IB = IBO maka transistor tepat akan saturasi, Pada keadaan ini beda patensial antara kolektor dan emittor adalah amat kecil, yaitu sama dengan VCE(sat) arus kolektor yang mengalir hampir sama dengan a" dan hambatan kolektor adalah kebalikan dari pada kemiringan kurva saturasi dari transistor. Bila arus basis diperbesar menjadi IB atau IB2 atau Iebih besar lagi, tegangan kolektor
kolektor Ic tak berubah nilainya, yaitu masing-masing tetap sama dengan VCE(sat) dan

(V CE

) dan arus

Ri. Inilah mengapa keadaan ini diberi nama keadaan saturasi

atau

keadaan jenuh, sebab nilainya tak berubah walaupun arus basis ditambah terus.

41

Nilai arus basis bergantung kepada tegangan Vs yang digunakan untuk


menghantarkan transistor (membuatnya ON) dan juga kepada hambatan RB

yang dipasang serf dengan basis. Arus basis IB dapat dihitung dari
/B = VS - VBE VS -0,6V _ RB RB (3.1)

Hubungan antara arus basis dan arus kolektor adalah linier yang berarti arus kolektor berbanding lurus dengan arus basis kurang dari IBO , yaitu arus basis yang tepat mengakibatkan keadaan saturasi. Bagian dari garis beban antara q1 dan q2 pada gambar 3.2 disebut daerah linier. Dapatlah disimpulkan bahwa pada daerah linier, yaitu
Ic =h E =/3 F IB IB

(3 ) .2

Pada persamaaan 3.2 tetapan hFE adalah untuk arus dc. Jadi belum tentu sama dengan parameter hFE untuk isyarat kecil (ac). Agar Iebih jelas mariiah kita bahas suatu contoh. Kita ingin menggunakan saklar transistor untuk menyalakan lampu LED. Yang terakhir ini. adalah suatu diode yang bi!a diberi panjaran maju akan menyala. LED adalah singkatan dari Light Emitting Diode. LED yang biasa digunakan orang adalah untuk daerah cahaya tampak, dan digunakan untuk iampu indikator. LED untuk daerah infra merah juga digunakan pada komunikasi optik melaiui serat optik. LED terbuat dari bahan semikonduldor galium-arsenida membentuk sambungan pn, dengan tegangan cut-in kira-kira 1,2 V. LED akan tampak menyala sedikit terang bila dialiri arus maju (forward) sebesar 10 mA. Bila digunakan arus Iebih besar LED akan menyala Iebih terang lagi. Satu bentuk saklar transistor untuk menyalakan LED adalah seperti pada Gambar 3. Tegangan Vcc dan Vs boleh mempunyai nilai berapa saia. Dalam contoh ini digunakan Vcc = 15 V dan Vs = 5 V. Misalkan kita alirkan arus kolektor Ic = 10 mA untuk menghantar (agar transistor dalam saturasi).

42

I
R

v
S

mrnyata

tI

t2

(c)

Gambar 3.3

(a) Saklar transistor untuk menyalakan lampu LED (b) Rangkaian ekulvalen (c) Waktu nyala lampu LED V D

I
C

- V CC

- V CE(sat)

(3.3)

R +d B r

dengan VD adalah tegangan cut-in LED = 1,5 V dan ra adalah hambatan ekuivalen dc dari LED. Bila Vc
R _ VCr_ IC
VD

E(s3t)

dan Rd kita abaikan maka

- (15 - 1,5)V - 13,5 20 mA 20 kK2 = 68052

Selanjutnya misalkan transistor yang kita pasang mempunyai penguatan arus Pdc = 100, maka
I IC(sat) = 10 mA = 0,1 mA Bo = 100 )qdC

Hambatan RB dapat dihitung dari


RB VS - VBE VS-0,7V
IB IB

(3.4)

I B = IBO = 0,1 mA adalah nilai arus IB yang diharapkan tepat akan menyebabkan transistor menjadi jenuh (saturasi). Agar Iebih pasti kita pilih IB
>>

IBO, misalkan IB = 10 IBO = 1 mA. Ini dapat dicapai bila R _ VS - VBE -VS-0,7V = (5-0,7)V B IB 1 mA IB
=

4,3k52

atau kita pasang RB = 3K9 agar Iebih past) lagi.

43

Contoh lain lagi penggunaan sakiar transistor adalah seperti pada Gambar 3.4. Rangkaian ini adalah untuk alarm pencuri. Saklar S1, S2 reedswitch yang dipasang pada jendela-jendela secara serf. Bila pencuri
membuka jendela maka salah satu reedswitch akan membuka dan bel akan

dll. adalah

berbunyi
V cc =ioV
220 V ac PW

(b)

Garnbar 3.4

(a) Saklar transistor untuk menyalakan relay R. (b) Reedswitch.

Bila semua jendela tertutup maka sakiar S1, S2,

...dst dalam keadaan

tertutup. Akibatnya VBE(Q1) + VBE(Q2)= 0, dan transistor Q, dan Q2 padam (off) relay tak dialiri arus, dan saklar SR yang ada didalam kotak relay dalam keadaan terbuka. Saklar ini adalah tipe NO (Normally Open), yang berarti bila relay R tak dialiri arus, sakiar SR terbuka. Disamping sakiar NO ada juga saklar NC (Normally Dosed). Redswitch S1, S2 ... .dst juga sakiar NO. Bila alarm ada dalam keadaan terpasang semua reedswitch S, S2 ...dst. ada dalam keadaan tertutup. Ini berarti dapat dilakukan dengan memasang magnet permanen kecil yang dapat di beli di toko besi pada daun jendela. daun jendela dibuka maka reedswitch yang bersangkutan akan terbuka, sakiar relay SR menutup dan bel akan berbunyi. arus IB masuk kedalam, basis Q1, dan mengalirkan arus kolektor pada relay, Bila sehingga

44

Satu contoh lagi pemakaian saklar transistor dilukiskan pada Gambar 3.5. Rangkaian ini dapat digunakan agar saklar dibuat menghantar bila cahaya yang jatuh pada R terhalang. Saklar ini dapat digunakan untuk alarm yang bekerja bila suatu berkas cahaya terhalang oleh orang yang memotongnya.

Gambar 3.5 Saklar peka cahaya.

Pada rangkaian di atas op-arnp 741 bekerja sebagai komparator. Biia cahaya jatuh pada R, maka ke!uaran op-amp 741 sehingga transistor Q padarn dan relay RL1 mempunyai tegangan not, tak dialirl arus. Bila cahaya

terhalang maka hambatan R3 naik , sehingga Va naik. Untuk R3 digunakan LDR ( light dependent resistor ) yang hambatannya turun bila terkena cabaya. Bila Va > Vb maka keluaran komparator mempunyai tegangan positif sehingga transistor saturasi, dan arus mengalir dalam kumparan relay, menutup saklar relay RL1 sehingga bel berbunyi. Bel berbunyl selama cahaya terhalang menyinari R3 . Untuk membuat agar bel tetap berbunyi walaupun penghalang sudah berlalu, saklar relay
RL2

yang ditutup oleh relay yang

sama, dihubungkan seperti pada Gambar. Dikatakan babwa saklar sensor kita bersifat latching. Sifat latching ini terjadi oleh karena dengan mengalirnya
arus melalui kumpara, maka relay RL2

tertutup, sehnigga arus dari Vcc

mengalir ke tanah. Walaupun transistor menjadi padam lagi bila penghalang sudah berlalu arus mengalir malalui RL2 . Saklar S1 bersifat NC (Normally Connected), dan digunakan untuk mematikan bel bila relay ada dalam

45

keadaan latching (mengunci). Diode D digunakan untuk mencegah terjadinya ggl induksi pada kumparan relay.
M ungkin anda berfikir bahw transistor hanya dapat digunakan untuk a

m enghantarkan arus yang kecil-kecil saja, akan tetapi teknologi sem ikonduktor terus berkem bang dengan am pesat. Pada saat ini at perusahaan semikonduktor Motorola telah membuat transistor bipolar Darlington, yaitu MJ 10500 yang dapat menahan beda petensial 400 V antara kolektor dan emitor, serta dilewatkan arus hingga 200A. Dipihak lain perkembangan FET untuk daya tinggi telah menghasilkan transistor dengan kemampuan tegangan 400 V dan mampu mengalirkan arus 7 A secara kontinyu. Transistor ini yaitu transistor Hexfet IRF 350, dibuat oleh perusahaan semikonduktor International Rectifier. 3.3 Transistor pemotong Pada bagian yang terdahulu kita telah membahas bagaimana transistor bekerja sebagai saklar, untuk menyalakan lampu LED atau saklar relay. Seringkali transistor digunakan untuk menghantarkan dan mematikan arus listrik secara berulang. Dikatakan bahwn transistor bekerja sebagai pem otong. Isyarat yang dipotong-potong dilukiskan pada gam 3.6. bar

Hf}fl
F x + ?

? I

i `

Gambar 3.6 (a) Isyarat pemotong (b) Isyarat keluaran pemotong

46

Pemotccng digunakan pada isyarat penguat dc atau penguat untuk frekuensi


amat re-ndah, misalnya dibawah 1 Hz. Isyarat dc dipatong-potong dahulu, kemudn cibuatkan searah dan dihaluskan dengan filter.

Pada rrasa kini pemotong digunakan pada regulator saklaran untuk regulasi catu daya. Pada regulator ini tegangan do dipotong-potong sehingga menjadi pulsa-pulsa dengan frekwensi tinggi 1000 Hz. Lebar pulsa dapat diatur sesuai dengan arus beban sehingga dihasilkan tegangan dc yang konstan dalam batas-batas arus beban tertentu. Regulator saklaran atau dikenal sebagal switcher, mempunyal efesiensi tinggi dan tidak mempunyai induktansi tinggi untuk filter. Pada masa kini telah dibuat catu daya saklaran (switch mode power supply - SMPS) dengan kemampuan arus 300 A untuk tegangan 5V dengan ukuran kecil. Pemotong juga digunakan untuk membuat agar lampu LED infra merah menyala dan m sesuai dengan isyarat pulsa pada masukan yang ati digunakan pada komunikasi optik dengan serat optik..Pemakaian lain dari pada pemotong adalah untuk penguat sinkron, untuk stabilitas penguat instumentasi, untuk detektor peka fase dan integrator boxcar, dll. Sekarang kita tinjau bebarapa rangkaian pemotong transistor. Satu rangkaian pemotong sederhana dengan transistor bi-polar dilukiskan pada
Gambar 3.7.

v31 tnnnn nW Lnnn

V o V 0

(a)

(b

Gambar 3.7

(a) Pemotong transistor bipolar (b) Rangkalan ekuivalen.

47

Peristiwa pemotongan isyarat V1(t) oleh Vs(t) dapat difahami dari Gambar

3.8.

V Q st
0
1

? o v

v 11) 0

v
v
tL

Gambar 3.8 (a) Bentuk isyarat pemotong VV(t) untuk setiap isyarat masukan VI(t) dan syarat keluaran Vo(t) . (b) Kurva karakteristik keluaran beserta garis garis beban pada berbagai nilai isyarat masukan V,(t)

Antara tj dan t2, Vs mempunyai nilai Vp sehingga transistor saturasi. Akibatnya pada selang waktu ini isyarat keluaran Vo - 0 V. Selanjutnya antara t2 dan t3 , Vs = 0, maka transistor ada pads keadaan terputus, yaitu arus kolektor Ir = 0. Akibatnya pada selang waktu ini tegangan kolektor sama dengan V, . Demikian seterusnya terjadi secara berulang, sehingga isyarat keluaran Vo menjadi terpatong-potong seperti pada gambar 8 (a). .

Pada gambar 3.8b ditunjukkan garis-garis beban untuk berbagai nilai V1. Bila isyarat V, negatif maka penguatan arus mempunyai nilai amat kecil. Akibatnya untuk membuat agar transistor saturasi perlu arus basis IB yang Iebih besar dari pada kolektor yang mempunyai tegangan positif. Agar pemotong simetrik terhadap polaritas isyarat masukan, artinya untuk transistor diperlukan arus basis yang sama, kita dapat gunakan rangkaian seperti pada gambar 3.9. jauh perilaku saturasi

48

=l
V

nn ninn 171Z_
1 -? t t ! t 13 t

VO

Gambar 3.9 Pemotong simetrik

Suatu rangkaian pemotong FET sederhana dilukiskan pada gambar Perhatikan bahwa rangkaian ini isyarat V hams mengambang Transistor FET juga dapat digunakw untuk pemotong. Karakeristik keluaran FET adalah simetris terhadap polaritas beda tegangan antara drain dan source. Dengan kata lain drain dapat berfungsi sebagai source dan sebaliknya. Hal lain yang bila FET digunakan untuk pemotong ada!ah FET diatur oleh tegangan pada gate, sedangkan transistor bipolar diatur oleh arcs pada gate. Untuk memotong arus yang besar diperlukan arus basis yang besar pada pemotong transistor bipolar. -7
a( )

10. (floating).

Va-0 Vjc0 0 'R -"


V
GS

VI V05

>
05

V -0

(a)

(b)

Gambar 3.10 (a) Rangkaian FET pemotong. (b) Karakteristik keluaran FET Pada masa lalu keberatan dari pada FET untuk pemotong adalah beda tegangan antara drain dan source pada keadaan saturasi
mempunyai
VDS(sat)

49

nilai lebih besar dari pada VC

E(sat)

untuk transistor bipolar. Ini berhubungan

erat dengan hambatan channel rd pada keadaan saturasi yang biasanya


dinyatakan sebagal rd(on). Besaran ini adalah sama dengan kebalikan dari

pada kemiringan bagian saturasi dari pada kurva karakteristik keluaran


transistor. Suatu MOSFET yang dibentuk secara khusus dan dikenal sebagai

HEXFET IRF 350 telah dibuat agar mampu menahan tegangan V = 400 V, anus ID(kontinu) = 11 A, dan mempunyai
rd(on) =0,3 0.

FET days lain yang sering

digunakan untuk pemotong adalah VMOS. Transistor ini mampu memotong dengan frekuensi tinggi untuk daya yang tinggi. Pada gambar 10 (a), perhatikan bahwa isyarat pemotong VS(t) mempunyai nilai negatif. Ingat bahwa JFET harus diberi panjaran mundur pada
VGS

arus

(reverse bias)

pada gate, dan

= 0 mengalir arus drain IDSS.

Kita harus memasang RL cukup besar agar garis beban memotong bagian saturasi dari kurva karakteristik keluaran sehingga VDs(sat) sekecil mungkin. Ini dapat dicapai dengan membuat agar pada keadaan saturasi ID Dengan demikian pada waktu Vcs = 0 maka transistor akan betel-betul jenuh. Biia Vas menentukan Rs? Misalkan isyarat yang harus dipotong-potong berbentuk sinusoida dengan amplituda 20 V Dalam operasi normal, yaitu bila drain lebih positif dari source (Vi > 0 ), transistor akan mati (padam) bila VG = -IVpl dengan Vp = -3V. adalah tegangan pinch-off. Misalkan transistor mempunyai Vp menentukan Rs kita harus tentukan tegangan Vs yang diperlukan untuk membuat agar transistor mati (padam) dan berapa beda tegangan maksimum antara kedua ujung resistor R. Dalam operasi normal V, >0 akan tetapi isyarat V, dapat berubah menjadi negatif. Pada keadaan ini V, < 0, sehingga panjaran transistor terbalik dan fungsi drain dan source ikut terbalik juga. Misalkan VDD = 20 V, maka untuk membuat transistor pinch off, gate harus berada pada tegangan Vp = 3V dibawah source (drain dalam keadaan normal). Oleh karena pada keadaan pinch off VG = Vi = -20 V, haruslah VG > 0 maka arus I
G

(sat) << ICSS

dibatasi oleh Rs. Bagaimana Cara

Tegangan pada V, dapat mempunyai nilal antara 20 V hingga 20 V. Untuk

50

= - 20 V + Vp = -20 V - 3 V = -23 V. Ini berarti bahwa isyarat pemotong VS


haruslah berbentuk persegi dengan am plitudo 23 V A lebih jelas . gar

rangkaian pemotong beserta isyarat Vi dan Vo dilukiskan pada Gambar 3.11. F -I

r
'?Q - U - U - J v (b)

(a)

Gam bar 3.11

(a) Pemotong MET (b) E3entuk isyarat V. (t) dan V (t)

Dari Gambar 3.11 (b) tampak bahwa pada saat VD = VI = 20 V, dan VS = -23 V, yaitu dalam selang waktu antara t1 dan t2. Pada keadaan ini VD - VS = 20 V - (-23 V) = 43 V dengan gate pada keadaan ini dapat timbul arus mundur (arus saturasi) yang cukup besar dari drain ke gate. Misalkan arus ini mempunyai nilai 1 mA, dan agar transistor dalam keadaan mati, maka gate haruslah paling sedikit Vp = -3 V dibawah tegangan source, atau. gate
Vba
tGmaks

mempunyai tegangan VG, = VD Vp = -3V. Akibatnya antara kedua ujung RS ada beda tegangan sebesar Vba = -3 V + 23 V = 20 V dan Rs =
zoV =
1 mA

20 kQ

3.4 Waktu Saklaran

Pada penggunaan transistor untuk sakiar pada pemotong dan beberapa pemakaian yang akan dibahas kemudian, perubahan dari keadaan mati
(padam) menjadi nyala (saturasi) dan sebaliknya, harus terjadi secepat mungkin. Pada kenyataannya perubahan ini memerlukan waktu. Misalkan

kita mempunyai rangkaian sakiar transistor seperti pada Gambar 3.12a.

51

Oc

(a)

(b)

Gambar 3.12 (a) Rangkaian sakiar transistor (b) Bentuk isyarat Vs(t) dan
isvarat keiuaran Vo(t).

Tampak bahwa isyarat keluaran perlu waktu untuk naik dan untuk turun. Waktu yang diperlukan isyarat untuk naik dari 10 % ke 90 diperlukan isyarat untuk turun dad
%

ciaripada

keadaan maksimum isyarat disebut waktu naik (rise time), dan waktu yang 90 % ke 10 % daripada keadaan maksiksimum disebut waktu turun (fall time). Adanya waktu naik dan waktu turun disebabkan oleh adanya kapasitansi-kapasitansi yang paralel dengan arus isyarat, yaitu yang bersifat sebagai filter lolos rendah (low pass). Kapasitansi-kapasitansi yang sama menyebabkan terjadinya frekuensi potong atas pada penguat. Pada gambar 3.12b bentuk isyarat keluaran Vo(t) yang terlukis adalah untuk arus basis yang tepat menyebabkan saturasi, yaitu pada Gambar 3.13a.
C

Vo

? IBR t C

V
R

CC C

IW

0 0 0

1 --:7
(b)

(a)

CE

Gambar 3.13 (a) Arus IBO adalah anus yang tepat menyebabkan saturasi untuk garis beban terlukis. b. Bentuk isyarat keluaran untuk IBO dan IB3 >> IBo

52

Nyata bahwa bila IB diberi overdrive, basis diberi pacu Iebih.

>>

IBO isyarat akan lebih cepat naik. Dikatakan basis

atau dalam bahasa Indonesia kira-kira dikatakan bahwa

Pacu lebih, pada basis ini mempunyai efek sampingan, yaitu bahwa pada saat isyarat pada basis waktu simpan
Vs(t)

kembali ke nol (t), isyarat keluaran masih tetap


is

dan baru turun setelah waktu

kemudian (Gambar 13b). Waktu is ini disebut

(storage time). Adanya waktu simpan ini disebabkan oleh

terkumpulnya muatan bebas dari emitor didalam basis pada keadaan pacu lebih. Muatan terkumpul ini disebut muatan simpanan, perlu waktu untuk dinetralkan oleh arus basis. Waktu simpan is memegang peranan amat penting pada elektronika digital, dan merupakan besaran yang membatasi rangkaian digital terhadap isyarat frekuensi tinggi. Pengarun waktu simpan is dapat dikurangi dengan memberikan panjaran mundur (reverse) pada waktu isyarat turun ditunjukkan pada Gambar 3.14.
V0

tx

tr

F t-h E

Znc

------------------

?-

Gambar 3.14 Pengaruh pacu Iebih dan pacu mundur pada bentuk isyarat

Tampak bahwa pacu lebih waktu isyarat naik akan mempersingkat waktu naik
t1,

dan pada waktu isyarat turun mengurangi waktu simpan

is

dan waktu

turun tf . Kedua hal di atas dapat dilaksanakan sekaligus dengan memasang suatu kapasitor paralel dengan RB seperti ditunjukkan pada Gambar 3.15.

53

v0

Gambar 3.15 Kapasitor C untuk mempercepat naik dan turunnya isyarat keluaran.

Pada saat isyarat Vs mendadak naik, kapasitor C belum terisi, sehingga beda tegangan antara kedua keping transistor adalah not dan arus mengalir basis amat besar. Inilah pacu Iebih basis pada salt isyarat keluaran naik saat isyarat turun, kapasitor C telah penuh berisi muatan, dengan keping kapasitor yang berhubungan dengan basis pada potensial negatif . Bila V mendadak menjadi not, maka basis akan berada pada potensial negatif sehingga basis menjadi terpanjar mundur. Nilai kapasitansi untuk C dapat ditentukan dengan menggunakan rangkaian ekivalen hybrid-P. Rangkaian ekivalen ini mestinya digunakan untuk isyarat kecil, sehingga penggunaannya untuk rangkaian saklar hanyalah bersifat pendekatan. Dengan menggunakan kapasitor C maka
pernah terbenam terlalu jauh dalam keadaan saturasi, rangkaian hybrid-P tidaklah menyimpang terlalu jauh. rangkaian pada Gambar 3.15 dapat dilukiskan

ke Pada kepingIebih

RB dipilih agar

,B

tepat

memberikan saturasi, atau mengikuti Gambar 15, IB = IBO . Oleh sebab itu

transistor tak sehingga penggunaan

Rangkaian hybrid-P untuk

seperti pada Gambar 3.16.

54

(a)
C R.'b J

(b)
(C)

R ra S
R

(d)

(e)

Gambar 3.16 (a) Rangkaian ekivalen hybrid-P penuh, (b) Dilihat dari masukan, (c) Dilukis sebagal jembatan, (d) C dipilih agar << C dan dalam keadaan seimbang, (c) Pendekatan bila Celt
RB+rn>> Rs+rb

Agar jembatan pada gambar 3.16c ada dalam keadaan seimbang, maka
RBXceff = riXc (3.5)

atau
R C r B =
,

C KU

Nilai RB dipilih agar IB yang dihasilkan tepat memberikan keadaan saturasi

atau

5!

hI sedangkan

F B E

= Vcc
RC

(3.6)

I B = RB+RS

V+ SV

BE

(3.7)

atau
RB + R s = Dari persaman (4-1) dan
(V S
V Eh E C B) FR

. (3 8 )

Vcc (4-2) nilai kapasitansi C dapat dihitung. Pada

keadaan ini waktu naik dan waktu turun diberikan oleh tetapan waktu rangkaian, yaitu
r = (Rs + rb)C (3.9)

dan
t,. =tf=2,2(Rs+rb)C (3.10)

3.5 Multivibrator Transistor yang bekerja sebagai sakiar juga digunakan ' dalam rangkaian multivibrator. Keluaran multivibrator dapat berada pada dua keadaan, sesuai dengan dua keadaan transistor bila digunakan sebagai sakiar. Satu keadaan menyatakan transistor dalam keadaan padam (cut-off) dan keadaan yang menyatakan transistor dalam keadaan saturasi. Pada keadaan pertama tegangan keluaran sama dengan Vcc, sedang pada keadaan yang lain tegangan keluaran sama dengan nol. Ada empat macam multivibrator, yaitu astabil, dan picu Schmitt. bistabil (flip-flop), monostabil, lain

Monostabil mempunyai satu keadaan stabil,

bistabil mempunyal dua keadaan stabil, dan astabil selalu berubah keadaan. Astabil berfungsi sebagal osilator relaksasi. Picu Schmitt berubah keadaan bila isyarat masukan melampaui suatu nilai tegangan tertentu. Picu Schmitt tak lain adalah komparator dengan histeresis.

56

3.5.1 Multivibrator bistabil Multivibrator bistabil juga dikenal sebagal flip-flop. Rangkaian bistabil adalah
seperti pada Gambar 3.17.

p P

Gai,ibar 3.17 Multivibrator bistabil

Kita lihat bahwa bistabil dapat dipandang sebagai penguat dengan balikan positif, atau dua saklar yang salig menghantarkan. Akibatnya rangkaian dapat berada pada dua keadaan. Pada keadaan satu transistor Q 2 menghantar (saturasi) sedangkan yang lain transistor Q2
p d m a Qmn h na. Bl p d k l ko Q a a d n i e g a t r i a a a oe t r 1 Q1

padam (cut-off), pada keadaan , jadi

pada basis transistor Q2 , diberi suatu pulsa negatif (picu) maka bistabil akan berubah keadaan, dan tetap berada pada keadaan yang baru ini hingga ada pulsa picu baru yang mengubah keadaannya. Misalkan kita bermula dengan transistor Q2
( auai , yi uk l ko Q s t r s) at oe t r 1

dalam keadaan menghantar

ada pada Vcc , dan Q2 mendapat arus basis


Q1

amat besar sehingga Q2 saturasi akibatnya kolektor Q2 ada pada tanah, dan
arus basis Q1

sama dengan nol sehingga

padam. Misalkann Q1 diberi tak

picu berupa pulsa negatif maka untuk waktu sesaat transistor Q2 mendapat arus basis, sehingga tegangan pada kolektor Q2 akan naik sesaat, dan arus basis Q1 naik kolektor Q1 turun, arus basis Q2 lebih turun lagi dan tegangan kolektor Q2 naik lagi demikian seterusnyya sehingga bistabil akan berubah keadaan. Pada keadaan baru Q2 padam dan Q1 dalam keadaan menghantar. Keadaan ini tetap bertahan sehingga ada picu negatif pada

57

kolektor Q2 , yang akan memadamkan Q,. Picu berupa pulsa negatif harus dipasang sehingga mepadamkan transistor yang sedang menghantar. Dengan menggunakan dioda pulsa picu dapat disampaikan secara otomatis kepada transistor yang sesuai. Ini ditunjukkan pada Gambar 3.18.

Pr

rr

(I)

(b)

Gambar 3.18 a. Rangkaian bistabil (flip-flop) b. Lambang untuk flip-flop

Pulsa positif yang masuk pada T terdiferensiasi oleh rangkaian RC sehingga terjadi sepasang pulsa positif dan negatif. Pulsa positif adalah diferensial dari pada tepi naik, dan pulsa negatif diferensial dari pada tepi turun. Bila Q2 sedang padam (VQ2 = Vcc) maka sedang menghantar (VQ, = 0 V). Akibatnya dioda D2 mendapat panjaran maju, sedangkar, dioda D, mendapat panjaran mundur. Sehingga apabila bila ada pulsa negatif pada titik A, pulsa akan diteruskan ke Q2, sehingga memadamkan Q, , dan keluaran Q pada Q2 berubah keadaan menjadi VQ = 0 V. Keadaan ini akan tetap bertahan hingga ada pulsa lagi pada masukan T, yang akan membuat keluaran Q menjadi tinggi lagi
(VQ

= Vcc ). Jadi dengan memberikan beberapa pulsa berturut-turut (Low), dst. Dikatakan bahwa flip- flop berperilaku seperti

keluaran Q dirubah menjadi tinggi (VQ = Vcc), rendah (VQ = 0 V), tinggi (High), rendah saklar togle (saklar tekan on-off), sehingga rangkaian di atas disebut flip-flop Toggle. Lambang dari pada flip-flop togle adalah seperti pada gambar 18b. Bila masukan OR diberi pulsa negatif (seperti pada Gambar 18a), maka Q

58

akan padam dan Q saturasi, yang berarti VQ = 0 V atau Q menjadi rendah (L). Bila masukan PR (preset) diberi pulsa negatif (seperti ada Gambar 18) maka Q akan saturasi, sehingga Q akan tinggi (H). Pada bulatan kecil berarti masukan aktif bila rendah (L) sedang tanda pada T mengatakan aktif oleh transisi negatif. Bistabil atau flip-flop dapat dipasang gandengkan seperti pada Gambar 3.19.

Reset

Gambar 3.19 Flip-flop digunakan untuk pencacah (counter) Mula-mula kita beri masukan rendah (L) pada reset. Akibatnya ke!uaran Q pada semua flip-flop menjadi rendah (L). Dikatakan semua flip-flop direset. Selanjutnya misalnya pada masukan T datang pulsa-pulsa seperti pada Gambar 19. Oleh pulsa ti keluaran
QA

pada FFA menjadi tinggi, sehingga

lampu LED A menyala. Dikatakan FFA diset. Flip-flop yang lain tetap pada keadaan reset. Pulsa t2 akan mereset FFA, dan transisi negatip yang terjadi pada QA akan mentogel FFB, sehingga QB menjadi set, dan lampu LED B menyala. Setelah dua pulsa datang maka keadaan lampu seperti berikut: LED A = padam; LED B = menyala dan LED C padam. Dengan cara ini rangkaian pada Gambar 19 dapat mencacah pulsa dan dikatakan membentuk pencacah (counter). Alat cacah pada Gambar 19 mempunyai 23 = 8 keadaan, dan dapat mencacah hingga 7 buah pulsa. Pada pulsa ke delapan semua flip-flop kembali direset (semua lampu padam). Peristiwa di atas juga menunjukkan bahwa flip-flop membentuk suatu rangkaian yang punya ingatan (memory). Setelah tiga buah pulsa keadaan flip-flop tetap

59

sebagai (QA QB Qc) = (H H L), yang berarti rangkaian ingat bahwa ada tiga buah pulsa yang telah masuk. Sebuah flip-flop T dapat digunakan untuk membagi frekuensi. Dua buah flip-flop dapat membagi empat frekuensi isyarat masukan. Flip-flop banyak digunakan dalam elektronika digital dalam bentuk rangkaian terintegrasi (IC). Demikian pula halnya dengan pencacah. Memory semi konduktor digunakan dalam komputer terdiri dari banyak flip-flop. Satu IC memory dapat berisi hingga 64.000 flip-flop. 3.5.2 Multivibrator monostabil Seperti halnya flip-flop, multivibrator monostabil mempunyai dua keadaan, akan tetapi hanya satu keadaan mendapat pulsa picu maka keluarannya akan berubah ke keadaan yang tak stabi! sclania waktu tertentu kemudian kemball Ice pada keadaan yang stabil. Dalam prakteknya monostabil digunakan untuk mengubah transisi pada isyarat masukan menjadi pulsa dengan lebar tertentu. Monostabil juga dapat digunakan untuk mengubah lebar pulsa. Pulsa yang amat sempit dapat diperlebar, dan sebaliknya pulsa yang lebar dapat dibuat sempit. Lebar pulsa keluaran ditentukan oleh nilai R dan C di dalam rangkaian. Oleh karena untuk satu isyarat picu dihasilkan satu pulsa keluaran, monostabil juga dikenal dengan nama one-shot (satu tembakan). Rangkaian suatu monostabil diskrit (menggunakan transistor, R, dan Q ditunjukkan pada Gambar 3.20. yang stabil. Bila masukan monostabil

Vc

Gambar 3.20 Rangkaian monostabil

60

Keadaan stabil dari pada monostabil adalah bila transistor Q2 ada dalam keadaan saturasi, jadi Vo = 0 V. Dalam keadaan stabil titik a pada kapasitor berada pada VBE(Q2) = 0,6V sedang titik b ada pads Vcc. Dengan kata lain basis Q2 ada pada potensial Vcc - VBE(Q) = Vcc - 0,6 V Iebih rendah daripada kolektor
Q,

Sekarang misalkan pada kolektor Q, datang suatu pulsa picu arah negatif Tegangan basis Q2 akan turun sejenak, cukup untuk membuat Q2 padam sehingga tegangan kolektor mendadak naik, dan tegangan kolektor Q, turun menjadi 0 V karena ada dalam keadaan saturasi. Tegangan basis Q2 yang berada pada potensial (Vcc - 0,6 V) Iebih rendah dari kolektor Q, menjadi (Vcc - 0,6 V). Oleh karena kolektor Q2 ada pada 0 V. Peristiwa ini dilukiskan pada Gambar 3.21.
0 t vc(Q1) -01 -? --

Gambar 3.21 Terbentuknya pulsa keluaran pada monostabil

Selanjutnya kapasitor C2 Selama VBE(Q2) Segera setelah basis Q2

diisi melalui RB2

dengan tetapan waktu RB2C2.


VCC.

0,6 V transistor Q2 tetap padam, sehingga Vc(Q2)

mencapai = _ 0,6 V transistor Q2 kembali pada keadaan saturasi dan Vc(Q2) kembali kepada keadaan semula yaitu 0 V.

61

3.5.3. Multivibrator Astabil

Keluaran multivibrator astabil dapat berada pada dua keadaan akan namun
keduanya tidak stabil. Keluaran astabil selalu bergantian keadaan, sehingga

astabil tak lain juga merupakan suatu osilator relaksasi. Pada umumnya multivibrator astabil tak perlu pulsa picu. Pada pemakaian tertentu seperti misalnya pada osilator horisontal didalam pesawat pene 1 Mia televisi orang menggunakan astabil yang dapat dipicu, sehingga osilator dapat dibuat sinkron dengan pulsa-pulsa sinkronisasi horisontal. Rangkaian suatu astabil ditunjukkan pada Gambar 3.22.

Gam bar 3.22 Rangkaian multivibrator astabil

Pada saat dihubungkan dengan Vcc salah satu transistor akan saturasi dan yang lain akan padam. Misalkan kita bermula dengan transistor
02

padam

(Vc (Q2) = Vcc ) dan Qi saturasi (Vc(Qi) = 0 V). Kapasitor C2 diisi lewat RB2. Pada saat Vc > 0,6 V, Q2 akan saturasi (Vc (Q2)= 0 V). Akibat selanjutnya Va turun menjadi - (Vcc - VBE) sehingga Q, padam. Selanjutnya C, diisi lewat RB1sehingga tegangan titik a terus naik hingga pada waktu Va
tra s to Q n is r 1

> 0,6 V menjadi saturasi dan Q2 padam. Demikian terus terjadi secara

berulang. Agar lebih jelas peristiwa ini dilukiskan pada Gambar 3.23.

62

V B (a2

f I
E

t
t

v - 0,6v

TR '= C

82

Gambar 3.23 Bentuk isyarat pada basis Q , basis Q dan kolektor Q untuk rangkaian pads Gambar 3.22

Periode osilasi astabil adalah kira-kira


T = 0, 693 (z, +
z2)

= 0, 693 (R B, C, + R B 2 C2) (3.11)

3.5.4 Picu Schmitt Picu Schmitt juga mempunyai dua keadaan dan keduanya stabil. Picu Schmitt akan berubah keadaan bila tegangan pada masukan melampaui suatu tegangan acuan. Rangkaian picu Schmitt adalah seperti pada Gambar
3.24. v- = 15 V

v0

Gambar 3.24 Picu Schmitt

63

perilaku picu Schmitt dapat dilukiskan pada Gambar 3.25.


0

M
t
(a)
(C)

Gambar 3.25

a) Isyarat masukan dan keluaran, b) Histeresis pada k-araktenstik picu Schmitt, c) Lambang picu Schmitt

Pada Gambar 3.25a tampak bahwa selama isyarat masukan berada di bawah V2 maka isyarat keluaran mempanyai nilai V1. Demikian isyarat masukan melebihi Vt tegangan keluaran menjadi sama dengan Vcc. Pada waktu isyarat menjadi lebih rendah dari pada Vt maka tegangan keluaran kembali menjadi V. Ini terus berlangsung hingga V; menjadi lebih besar dan V2 lagi, pada saat mana isyarat keluaran berubah menjadi Vcc iagi. Hubungan antara V. dan V; adalah seperti pada Gambar menunjukkan suatu histeresis. Cara kerja picu Schmitt adalah sebagai berikut (lihat Gb.3.24). Bila VBE(Q1 ) Iebih kecil dari 0,6 V maka Qt akan padam (off), dan nilai-nilai komponen yang dipergunakan haruslah membuat agar transistor Q2 (saturasi), yaitu VCE(Q2) 0. Pada keadaan ini
Vo = VL VE(Q2) V. RE2 + RC2
_ RE2

3.25b, yang

menjadi jenuh
(3.12) (3.13)

Vcc

Bla VBE(Q1) > 0,6 V atau VB(Q1) > VB(Q1)+0,6 V =

RgREZ

Vcc+ 0,6 V, maka

transistor Qt akan jenuh (saturasi), dan transistor Q2 padam sehingga Vo = Vcc. Nilai tegangan VB(Q1) ini tak lain adalah V2 pada Gambar 3.25a. Pada keadaan ini VVE(Q1) = 0 V, sehingga

64

V E =

W O

R E2

RE2 +

R c1

Vc c

(3.14)

Jika
VB < (VB + 0,6 V) = RE2 Vcc + 0,6 V (3.15)

RE2 + Rc1

maka transistor Q1 gambar 3.25b


Vl =
V = 2

akan kenibah padam, dan transistor Q2

akan jenuh,

sehingga V. = VE(Q2) = V1 (lihat Gambar 3.25a). Jadi pada histeresis untuk

RE2

RE2 + Rc2

Vcc + 0,6 V
V c +0 V c ,6

(3.16) (3 7 .1 )

RE2 + Rci

, R2 E

Picu Schmitt digunakan sebagai komparator untuk pembentukan kembali puisa-puisa yang sudah lemah, untuk pembentukan pulsa pada osiloskop, pada alat-alat elektronika nuklir, untuk pembentukan pulsa-pulsa picu maupun pada saklar transistor. 3.6 Pewaktu 555 Pada tahu;i 1972 perusahaan semikonduktor Signetics mengeluarkan suatu produk berupa IC pewaktu (timer) dengan nomor NE 555. Kini hampir semua perusahaan semikonduktor yang besar ikut memproduksi IC ini. IC ini amat luwes dan dapat dirakit untuk berbagai ppnggmaan. Dengan menambahkan beberapa resistor dan kapasitor IC ini dapat berfungsi sebagal multivibrator astabil, monostabil, bistabil maupun picu Schmitt untuk modulasi lebar pulsa dan penundaan waktu (time delay) pulsa. Dalam buku IC Timer Cookbook' karangan Berlin disebutkan literatur hampir dapat dibuat dengan IC ini.
Pada bagian ini hanya akan dibahas dasar kerja pew aktu

150 macam, pemakaian yang

555, beserta

beberapa penggunaan dasar, yaitu astabil, monostabil, bistabil dan picu Schmitt. Beberapa pemakaian yang dapat disebutkan disini adalah konverter DC-DC (mengubah catu daya DC agar mempunyal tegangan Iebih tinggi),

65

logic probes, tachometer, pengatur dan pengukur suhu, cable tester, konverter V-F (pengubah tegangan m enjadi frekuensi), pengirim isyarat morse, timer fotografi, regulator switching, komunikasi data (line driver dan line receiver). Disamping pewaktu dsb. 3.6.1 Pewaktu 555 Astabil Pewaktu merupakan suatu rangkaian pembangkit pulsa yang dapat menjadi input bagi pencacah. Ada beberapa jenis pewaktu diantaranya adalah pewaktu pewaktu 555 astabil. 555 astabil. Gambar 3.26 memperlihatkan rangkaian V 555 ada berbagai jenis pewaktu lainnya dalam bentuk IC, seperti ZN1034 buatan Ferranti, XR 2240 buatan Exar,

+V C bd

Resd
Tn g.c Tlaesbold

Oko"A

555

Gam bar 3.26 Rangkaian astabil 555

66

Cara kerja rangkaian dapat diterangkan dengan menggunakan diagram blok 555 seperti ditunjukkan pada gambar 3.27.
6 2M bang

' 0 reset

1 Vrd kontrd 0.01 5 RO 0S


1

/QF
2
0

o-a d schwge

NE555

3 kekraran

Gambar 3.27 Diagram blok 555

Pada saat Vcc dihubungkan dengan catu daya, kapasitor Ct belumberisi muatan, dan jugs keluaran Q2 pada flip-flop ada pads keadaan tinggi; sehingga transistor Q2 ada pada keadaan saturasi, dan kaki (2) dan (6) keduanya rendah. Hal ini selanj!atnya membuat komparator A menjadi rendah dan komparator B memnjadi tinggi, sehingga keluaran Q2 menjadi rendah dan transistor Q2 terbuka. Selanjutnya kapasitor Ct diisi muatan melalui RA dan RB dan tegangan naik secara eksponensial dengan tetapan waktu. Bila tegangan pada kapasitor Ct melebihi 2/3 Vcc maka masukan R pada flipf l op menjadi tinggi pula. Akibatnya transistor Q2 saturasi, dan muatan kapasitor Ct dikosongkan lewat RB. Bila tegangan pada kapasitor Ct sudah turun dibawah 1/3 Vcc maka komparator A membuat masukan R rendah, dan komparator B akan membuat masukan S tinggi, sehingga keluaran Q2 menjadi rendah, transistor Q2 terbuka (mati), dan kapasitor C mulai diisi lagi melalui RA + RB. Bentuk isyarat pada keluarah adalah seperti pada gambar 3.28

67

v C

Gambar 3.28 Bentuk isyarat keluaran

Selang waktu ti = 0, 693 (RA + RB) Ct t2 = 0, 693 RBCt Perioda T= + t1 t2 = 0, 693 (RA + 2RB) Ct Sehingga frekuensi
_1_ T 1,443 (RA + 2RB)Ct (3.21) (3.18)

(3.19) (3.20)

Sedang Duty cycle


- RA+RB
Dt c ce= , uy y l t

t,

+ 2 t

R +R A 2B

( .2 ) 32

Agar t, = t2, yaitu Duty cycle = 50% maka dapat digunakan rangkaian pada gambar 3.29.

Gambar 3.29 Rangkaian pewaktu 555 untuk mendapatkan duty cycle 50 %

68

Dengan memasang dioda D1 maka pengisian kapasitor Ct dilakukan melalui RA dan mengosongkan melalui RB. Bila RA 50%. 3.7 Thyristor Pada masa kini relay elektromekanik telah banyak digantikan dengan relay semikonduktor, berupa SCR, triac, dan sebagainya. Relay semikonduktor ini mempunyai struktur pnpn, dan secara keseluruhan dikenal sebagai thyristor. Dua anggota keluarga thyristor yang paling dikenal adalah SCR (Silicon Controlled Rectifier), dan triac. Kedua thyristor ini (terutama SCR) dapat digunakan untuk daya tinggi. Anggota keluarga thyristor yang lain yang digunakan untuk daya rendah, antara lain adalah PUT, DIAC, SCR, Silicon Unilateral Switches (SUS), Gate turn-off(GTO), dsb. Pada bagian ini kita akan m bahas SCR dan triac serta beberapa em rangkaian untuk mengontrol operasinya. Uraian disini dimaksudkan sebagai pengenalan pertama terhadap thyristor. Topik ini mempunyai tempat yang penting dalam elektronika industri dimana banyak digunakan banyak thyristor yang dipasang seri, paralel atau membentuk suatu jaringan. Begitu pula karakteristik thyristor dibahas seperlunya. Untuk membuat rangkaian bekerja mungkin diperlukan informasi lebih dalam tentang data dan karakteristik thyristor yang digunakan. 3.7.1 Dasar kerja thyristor Struktur pnpn sederhana seperti pada SCR dapat dipandang sebagai dua transistor npn dan pnp yang dihubungkan membentuk pasangan feedback regeneratif, seperti pada gambar 30. Kita telah membahas ini di depan pada waktu membicarakan PUT (Programmable Unijunction Transistor). = RB maka tetapan waktu pengisian dan pengosongan menjadi sama, sehingga diperoleh duty cycle

69

KATOOE

Gambar 3.30 Analogi thyristor dengan pasangan transistor

Tampak bahwa arus kolektor transistor pnp membentuk arus basis untuk transistor npn, dan arus kolektor npn merupakan sebagian dari arus basis transistor pnp. Dapat ditunjukkan bahwa arus anode I adalah
+ (1 - afMp)IG(n) +'CBO(n) + ICBO(1) + 1CBO(2) V 1 -apM p-anM n cc

IA -

_ anMnIG(p)

Dengan

an

adalah penguatan arus basis bersama untuk transistor pnp dan ap

untuk transistor npn, sedang Mn dan Mp adalah faktor multiplikasi untuk elaktron dan lubang oleh karena breakdown longsor (avalanche). Besarnya apMp + a,M, dapat dipandang sebagai loop gain G dari pada suatu feedback positif. Dengan panjaran yang semestinya (anode yang positif dan katode negatif dan tampa ada anus gate Iii dan lG2 , maka Mn dan Mp mempunyai nilai rendah. Penyebut persamaan untuk IA mempunyai nilai hampir sama dengan satu, dan IA mendekati nilai jumlah dari pada arus bocor transistor. Pada keadaan ini thyristor dikatakan ada dalam (forward blocking) atau keadaan padam. Keadaan menghantar (yaitu impedansi rendah) dapat dicapai dengan
-+

keadaan blokir maju

membuat loop gain G sama dengan satu. Pada keadaan ini arus anode IA
co

. Secara fisis dapat dikatakan bahwa bila loop gain mendekati satu maka

70

rangkaian di dalam thyristor mulai bersifat regeneratif, masing-masing transistor membuat lawannya menjadi jenuh (saturasi). Sekali ada dalam keadaan saturasi sem sam ua bungan pn akan berada pada keadaan panjaran maju dan beda tegangan antara anode dan katode sama dengan tegangan satu sambungan pn O,7V. Arus anode hanya dibatasi oleh rangkaian luar saja. Loop gain G dapat mendekati satu oleh bertambah besarnya m punyai nilai, am rendah pada arus em em at itor yang rendah, dan bertambah besar dengan cepat bila arus emitor diperbesar. Setiap peristiwa yang menyebabkan pertambahan sernentara pada arus emitor dapat memenghantarkan suatu thyristor. Reberapa mekanisme yang penting adalah seperti tersebut di bawah Ini. a. Tegangan Bila tegangan antara kolektor dan emitor diperbesar, akhirnya akan tercapai keadaan dimana arus bocor dapat menghasilkan pembawa muatan yang lain, sehingga terjadi suatu breakdown avalanche (longsor). Mekanisme hantaran ini biasanya digunakan pada diode empat lapis seperti DIAC. b. Perubahan tegangan Setiap sambungan pn mempunyai kapasitansi. Makin luas sambungan makin besar pula kapasitasnya. Bila suatu tegangan fungsi tangga tiba-tiba dipasang antara kolektor dan dan Mp .

Mn

karena bertambahnya tegangan atau arus. Kebanyakan transistor silikon

emitor suatu arus pengisi kapasitansi akan mengalir sebesar

i = C av . Arus

ini dapat membuat nilai loop gain G mendekati nilai satu, yang akan menghantarkan thyristor.

7'i

c. Suhu Pada suhu tinggi arus bocor sambungan sebesar (arus saturasi) pada sambungan pn silikon

dengan panjaran mundur menjadi dua kali lipat dengan pertambahan suhu 8C. Ini dapat membuat loop gain G dan menghantarkan thyristor. d. Mekanisme Transistor Pada transistor pertambahan arus pada basis akan, memperbesar arus kolektor. Ini adalah mekanisme yang biasa digunakan untuk menghantarkan thyristor yang m punyai gate. SCR dibuat m em enghantar dengan memasukkan arus pada gate p. Sedangkan pada complementary SCR atau CSCR digunakan gate-n. CSCR dibuat menghantar dengan mengambil arus gate-n (gate anode). e. Cahaya Cahaya yang disinarkan pada silikon dapat melepaskan pasangan elektron lubang. Cara trigger ini dilakukan pads Light Activited SCR (LASCR), dan thyristor lain yang peka cahaya. 3.7.2 Mekanisme Pemadaman Thyristor Bila suatu thyristor ada dalam keadaan konduksi ketiga sambungan pn ada dalam keadaan panjaran mundur (reverse bias) (Gb.3.31). Kedua basis (B BP) penuh dengan elektron dan lubang sebagai muatan simpanan mundur (reverse). charges). Untuk memadamkan thyristor dengan cepat perlu dipasang tegangan dan (stored dan dari

72

E0

an

BE Pn

I
ANODE

I
KATOOE

1 Jt

t
J2

f J3

Gambar 3.31 Thyristor diberi panjaran pada keadaan konduksi (gate terbuka)

Bila tegangan mundur ini dipasang maka lubang dan elektron dalam daerah dekat sambungan di Ujung (J, thyristor tetap mempunyai niiai , J3 ) akan berdifusi dan menghasilkan arus 0,6 V selama arus (mundur) masih mundur (reverse) di dalam rangkaian luar. Tegangan antara kedua ujung mernpunyai nilai cukup besar. Setelah elektron dan lubang di daerah dekat J, dan J2 teiah bersifat, arus mundur akan berhenti dan sambungan J, dan J3 memasuki keadaan memblokir. Tegarigan mundur pada thyristor akan menjadi besar dan mempunyai niiai yang ditentukan oleh rangkaian luar. Pada keadaan ini thyristor belumlah dalam keadaan padam benar, oleh karena pada daerah sekitar sambungan J2 masih banyak muatan simpanan. Konsentrasi muatan ini berkurang melalui proses rekombinasi dan tak bergantung rangkaian di luar. Setelah muatan simpanan cukup berkurang sambungan J2 akan berada pada keadaan memblokir. Pada keadaan ini bila antara kedua ujung thyristor dipasang panjaran maju ( Iebih kecil dari VBO ), maka thyristor tetap pada keadaan maju. Waktu antara berakhirnya arus m hingga keadaan dim aju ana tegangan m dapat dipasang tanpa aju memenghantarkan thyristor disebut waktu pemadaman tq yang dapat mempunyai nilai antara beberapa mikrosekon hingga beberapa ratus mikrosekon.

73

3.7.3 SCR SCR atau Silicon Controlled Rectifier adalah suatu triode thyristor dengan tiga elektrode, yang dapat mengalirkan arus hanya pada satu arch. Salah satu struktur SCR dan simbol SCR ditunjukkan pada Gambar 32.
A

(a)

(b)

Gambar 3.32 (a) Susanan SCR (b) Lmbang SCR

Karakteristik I-V untuk SCR adalah seperti pada Gambar 3.33.


I
A

fegangan
mundur

m num ake

Gambar 3.33 Karakteristik IN SCR

Pada daerah pemblokiran maju, bila tegangan maju di tambah, maka arus bocor hampir tak berubah hingga terjadi pelipat gandaan pembawa muatan oleh adanya avalanche breakdown. Setelah keadaan ini dilampaui arus di dalam SCR mempunyai nilai cukup besar hingga loop gain sama dengan satu. Pada keadaan ini SCR akan berubah pada. keadaan konduksi asalkan arus anode lebih besar dari pada suatu nilai yang. disebut arus bertahan (holding current). Bila arus anode turun di bawah nilai arus bertahan SCR akan kembali pada pemblokiran maju. Pada keadaan pemblokiran mundur SCR berperilaku, seperti dua diode dalam keadaan terpanjar mundur

74

(reverse) dipasang serf. Bila arus gate diperbesar daerah antara arus
breakover dan arus bertahan menjadi makin sempit dan tegangan breakover

maju (VBO semakian berkurang). Untuk arus gate yang cukup besar seluruh daerah pemblokiran hilang, dan SCR berperilaku seperti diode dengan panjaran maju. Penggunaan SCR sebagai sakiar setengah gelombang dilukiskan pada Gambar 3.34. Bila sakiar S lepas I = 0 sehingga beban tak dialiri arus. Bila S dipasang arus gate mengalir hingga SCR berkonduksi, dan arus mengalir setengah gelombang melalui beban. Diode D dipasang untuk mencegah tegangan mundur pada gate yang dapat merusak SCR.
Beban

Gambar 3.34 Saklar setengah gelombang statik

Bila pada rangkaian di atas sumber arus adalah tegangan DC, maka arus akan mengalir terus walaupun S hanya tertutup sebentar, asalkan arus yang mengalir Iebih besar dari pada arus yang bertahan. Salah satu penggunaan SCR adalah untuk melindungi peralatan terhadap tegangan terlalu tinggi yang dapat merusakkannya. Rangkaian ini dikenal sebagai rangkaian crowbare. Crowbar adalah alat pembuka paku terbuat dari sebatang besi yang besar. Rangkaian crow dengan SCR berlaku seolah-olah bar m asang sebuah crowbar paralel dengan alat bila tegangan yang em terpasang pada suatu alat yang dilindungi terialu besar. D engan terpasangnya suatu crowbar maka suatu sekering yang dipasang serf dengan alat yang dilindungi akan putus, sehingga alat terhindar dari kerusakan. Gambar 35 menunjukkan suatu rangkaian crowbar.

75

Gambar 3.35 Pelindung tegangan tipe crowbar

Bila Vi naik maka V naik dan akan membuat SCR berkonduksi, sehingga memutuskan sekering. 3.7.4 Kontrol fasa pada SCR SCR dapat dibuat agar berkonduksi pada bagian tertentu dari pada siklus tegangan PLN. Rangkaian yang digunakan untuk ini ditunjukkan pada Gambar 3.36a atau bentuk tegangan Gambar 3.36b. serta arus dilukiskan pada

PLN

Gambar 3.36 a) Rangkaian SCR beserta picu b) Bentuk tegangan PLN, V, dan I(t)

Tampak bahwa segera setelah tegangan gate melebihi suatu nilai ambang V, maka SCR akan berkonduksi sehingga V = 0,7 V, walaupun tegangan gate sudah kembali ke nol. Sudut fase disebut sudut tembakan oleh karena sudut fase menyatakan awal SCR berkonduksi (menembak). Sudut fase disebut sudut konduksi. Bila sudut tembakan a = 0 maka 0 = 90 berarti SCR

76

berkonduksi selama setengah siklus dimana tegangan anode positif terhadap tegangan katode. Sudut a = 90 berarti 0 = 0 , yaitu SCR tak berkonduksi sama sekali. Dengan mengatur sudut tembakan kita dapat mengatur arus yang mengalir. Inilah mengapa SCR disebut penyearah terkontrol (controlled rectifier). Bentuk rangkaian picu kontrol fase dapat bermacam -macam. Suatu rangkaian picu yang m enggunakan RC ditunjukkan pada Gam bar 3.37.

0Gambar 3.37 (a) Rangkaian kontrol fase RC b) Bentuk isyarat V dan V

Bila anode sedang negatif terhadap katode, kapasitor C diisi muatan melalui D2 hingga tegangan -V . Diode D1 mencegah arus gate negatif pada SCR. Selanjutnya waktu anode positif, kapasitor C diisi muatan malalui R dengan tetapan waktu RC. Bila V melampaui tegangan ambang (V) maka SCR akan berkonduksi sehingga V = 0. Dengan mengatur R, sudut konduksi dapat diatur dari 0 sampai 180. Rangkaian picu yang lain menggunakan osilator relaksasi dengan UJT, PUT, atau thyristor lain. Kita akan bahas ini setelah mempelajari triac

77

3.7.5 Triac Triac adalah singkatan dan Triode AC Switch, yaitu thyristor dengan
elektrode picu yang mampu mengalirkan arus bolak-balik (AC). Struktur dan

simbol triac dilukiskan pada Gambar 3.38.


MT2

MT2 P
N gate

MT1 0 0

gate

MT1
(b)

(a)

Gambar 3.38 a) Struktur triac b) Lambang triac

Elektrode MTI ( Main Terminal no.

1) dan sering disebut anode no.1

(Al),

sedangkan MT2 sering dinyatakan sebagai A2 Karakteristik IN untuk triac adalah seperti terlukis pada Gambar 3.39. Tampak bahwa triac mempunyai karaktenistik IN yang simetrik, dan dapat berkonduksi untuk V positif atau negatif. Untuk arus gate 1 = 0 bila V > V maka arus triac akan berkonduksi. Bila arus I < I (arus bertahan) triac akan padam. Triac dapat dipicu oleh arus gate positif (masuk gate) atau oleh arus negatif (keluar gate). Ada empat modus untuk picu triac, yaitu 1. MT2+, Gate + disebut kuadran 1+
2. MT2+, Gate - disebut kuadran I

3. MT2-, Gate + disebut kuadran III+ 4. MT2-, Gate - disebut kuadran III

78

Triac paling peka adalah untuk picu I+ dan III-, sedikit kurang peka pada kuadran I- dan III+. Gambar 3.39a menunjukkan bagaimana triac digunakan untuk saklar terkontrol, dan Gambar 39b menunjukkan bentuk tegangan dan arus dalam rangkaian. Dengan mengatur sudut tembakan dari 180 arus dapat diubah dari aliran penuh hinigga menjadi not.
v
'A

0 hingga

80V

(a)

Gambar 3.39 a) Rangkaian picu kontrol fase untuk triac b) Bentuk V (t), V(t), V(t), dan I(t)

3.7.6 Komponen aktif untuk picu SCR dan Triac Untuk kontro! fase pada SCR dan triac digunakan beberapa komponen aktif, seperti UJT, PUT, diac picu, diac thyristor, Silicon Unilateral Switch (SUS). dan Silicon Bilateral Switch (SBS), diode Schottky, dll. Kita telah membahas UJT. dan PUT. Dalam bagian ini akan dibahas secara singkat,diac, SUS, dan SBS. Komponen-komponen ini digunakan dalam rangkaian osilator relaksasi.
a. Diac

Ada dua macam diac, yaitu diac picu dan disc thyrstor. Diac picu mempunyai struktur transistor. Lambang dan karakteristik daripada diac picu adalah seperti pada Gambar 3.40.

79

(b)

Gambar 3.40

a) Lambang diac picu b) Karakteristik diac picu

Perhatikan bahwa untuk arus Iebih besar dari

1 diac pica mempunyai

hambatan negatif Diac digunakan dalam osilator relaksasi seperti akan dibahas pada bagian berikutnya. Untuk diac picu tipe ST2 buatan General Electric V = 28 V hingga 36 V dan I = 200 mA (maksimum). Diac thyristor adalah suatu piranti PNPN dengan simbol dan karakteristik seperti pada Gambar 3.41. ,

e
0 V 0V 1

Gambar 3. 41 a) Lambang diac thyristor b) Karaktenistik

Tampak bahwa diac thyristor tak punya daerah hambatan negatif Diac thyristor digunakan untuk menghasilkan pulsa picu positif dan negatif dengan RC yang dipasang pada tegangan AC.

80

b. Silicon Unilateral Switch (SUS) SUS adalah suatu SCR kecll dengan gate terpasang pada anode, dan suatu diode zener dipasang antara gate dan katode. Akibatnya breakover terjadi pada tegangan yang kecil. Lambang, rangkaian ekulvalen dan karaktenistik SUS adalah seperti pada Gambar 3.42. Spesifikasi SUS tipe 2N4987 adalah seperti di bawah ini Tegangan switching V ... .. Arus switching I Tegangan maju (pada arus 170 mA) V
Tegangan pulsa V

.6 hingga 10 V . .. 0,5 mA. Arus bertahan I . . . . . 1,5 V Tegangan reverse V


...3,5 V

. . . . . . . ... .1,5 .mA .. .. . . .. .. .. . 30 V

Tegangan pulsa V adalah tegangan pulsa minimum yang dihasilkan oleh

SUS.

IA
0
V 0 7 V $
O

l
R

rr

(a)

Gambar 3.42 SUS a) Lambang b) rangkaian ekivalen c) karaktenistik

c. Silicon Bilateral Switch (SBS)

Silicon Bilateral Switch

(S S adalah seperti S S akan tetapi dapat B) U

mengalirkan arus bolak-balik. Lambang, rangkaian ekivalen dan kurva karakteristiknya adalah seperti pada Gambar 3.43.

81

Is

(a)

Gambar 3.43 SBS a) Lambang b) Rangkaian ekivalen, c) karakteristik

Bentuk umum rangkaian relaksasi yang digunakan untuk fase adalah seperti pada Gambar 3.44. v
dc eP R

piranG P+"
ep

Gambar 3.44 Bentuk umum rangkaian osilator relaksasi

R1 adalah untuk mengatur frekuensi pulsa keluaran e(t), sedangkan R2 adalah beban yang terdiri dari hambatan suatu resistor yang dipasang paralel dengan hambatan gate SCR atau triac yang dikontrol. Gambar 3.45 hingga 3.48 menunjukkan beberapa rangkaian picu untuk SCR dan triac.

Saw S V0

V0
0
T t t RC 0.

Gambar 3.45 Osilator relaksasi UJT

82

Gambar 3.46 Osilator relaksasi PUT

Gambar 3.47 Osilator relaksasi SUS


v
d C 0 ,

Sf

0 -

d c R

`v1

SBS

(a)

(b)

Gambar 3.48 Picu ac a) SBS, b) Diac picu

3.7.7 Rangkaian pemadam lam 800 W pu

Sebagai contoh pem akaian triac untuk kontrol, kita bahas rangkaian

pemadam lampu dengan nmenggunakan triac. Rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 3.49.

83

You might also like