Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Didalam kehidupan kita sehari-hari kita akan selalu dipertemukan dengan hal-hal yang berkaitan dengan reaksi kimia, namun kebanyakan orang tidak menyadari akan hal tersebut. Pendalaman terhadap ilmu pengetahuan alam terutama di cabang ilmu kimia akan memberikan wawasan terhadap manusia akan proses-proses perubahan yang terjadi disekitar hidupnya yang ada kaitannya dengan proses kimia. Pentingnya pengetahuan tersebut akan menjadi dasar manusia dalam melakukan percobaan-percobaan yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri. Pada percobaan kimia terdapat bermacam-macam reaksi seperti reaksi pengendapan, oksidasi reduksi, pembentukan senyawa kompleks dll yang dapat diamati secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dapat dilakukan dengan melihat perubahan warna, pembentukan gas, adanya gelembung-gelembung udara dll. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif dapat diketahui dengan menghitung jumlah zat yang terurai maupun jumlah zat yang terbentuk. Untuk itu perlu mengetahui konsep-konsep dasar perhitungan kimiawi seperti Molaritas ( M ), molalitas (m ), normalitas ( n ), persen berat dan volume ( % ) dll.
1.2 Perumusan Masalah 1. Reaksi apakah yang terjadi pada perubahan suatu objek ? 2. Bagaimanakah proses-proses yang terjadi pada suatu perubahan ? 3. Apa yang dimaksud dengan titik stokiometri ?
1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengenali reaksi-reaksi kimia berdasarkan perubahan yang terjadi 2. Mahasiswa dapat mengerti cara-cara perhitungan reaksi-reaksi kimia 3. Mahasiswa dapat menjelaskan suatu sistem reaksi kimia mencapai titik stokiometri
1.4 Manfaat 1. Dapat mengaplikasikan bagaimana kejadian kejadian yang menyangkut proses kimia 2. Dapat mengaplikasikan pada kehidupan bermasyarakat dengan pengembangan berkonsep kimia
2.1 Teori Dasar Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stokiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (17621807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain. Mengapa kita harus mempelajari stoikiometri? Salah satu alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak dapat dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita harus mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri. Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soalsoal perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan kimia dan konsep mol. Pada pembelajaran ini kita akan mempelajari terlebih dahulu mengenai asas-asas stoikiometri, kemudian setelah itu kita akan mempelajari aplikasi stoikiometri pada perhitungan kimia beserta contoh soal dan cara menyelesaikannya. Stokiometri atau Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada hukum-hukum dasar ilmu kimia. Perlu disadari bersama bahwa ukuran materi yang
dipelajari dalam kimia begitu sangat kecilnya, sehingga ada satuan khusus untuk menunjukkan jumlah maupun konsentrasi suatu zat. Disamping itu suatu unsur memiliki masa atom relatif (Ar) yang khas begitupula massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa dan semua ini terkait dengan konsep mol. 2.1.1 Rumus Empiris dan Rumus Molekul Rumus empiris merupakan rumus perbandingan paling sederhana dari atom-atom berbagai unsur dalam senyawa. Rumus empiris dapat ditentukan dari data: (1) macam unsur dalam senyawa (analisis kualitataif), (2) persentase komposisi unsur (analisis kuantitaif), (3) massa atom relatif unsur-unsur yang bersangkutan.
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan sesuai tahap berikut ini :
menggambarkan jumlah atom tiap unsur yang membentuk molekul senyawa. Rumus molekul merupakan kelipatan bilangan bulat dari rumus empirisnya. Kelipatan bilangan bulat tersebut bisa dinyatakn dengan n. Apabila rumus empiris serta massa molekul
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Peralatan dan Bahan 3.2.1 Peralatan - Tabung Reaksi - Bunsen - Pipa U atau Selang - Pipet Volume - Pipet Tetes - Breaker Glass 3.2.2 Bahan - K2CrO4 - K2Cr2O7 - NaOH - HCl - AgNO3 - CaCO3 - BaOH - H2SO4 0,1 M 0,1 M 0,1 M dan 1 M 0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,1 M 1 M
3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Perubahan Bilangan Oksidasi Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml 0,1 M K2CRO4 diberi label A dan B. Tabung A ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan tabung B ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati Perubahan warna yang terjadi. Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 M K2CR2O7 diberi label C dan D, tabung C ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan Tabung D ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati perubahan warna yang terjadi. Larutan tabung A dituangkan ke C dan Tabung B dituangkan ke D. Amati perubahan warna yang terjadi.
3.2.2 Reaksi Pembentukan Endapan Siapkan 1 tabung reaksi diisi 1 ml Nacl 0,1 M dan ditambahkan 10 tetes AgNO3 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi. 3.2.3 Reaksi peruraian Siapkan 2 tabung reaksi A dan B. A diisi 1 ml CaCO3 0,1 M + 0,1 M HCl 1 ml dan B diisi BaOH 0,1 M sebanyak 1 ml. Kedua tabung dihubungkan dengan pipa kecil. Kemudian A dipanaskan dengan bunsen dan amati gas terbentuk dalam BaOH. 3.2.4 Variasi Kontinyu (Sistem Campuran H2SO4 dan NaOH) Siapkan larutan 1 M H2SO4 dan NaOH Siapkan campuran seperti dalam label berikut ini No 1 2 3 ml H2SO4 10 15 20 NaOH 20 15 10 Waktu 2 2 2
Amati perubahan suhu selang waktu 20 detik selama 2 menit setiap sistem campuran yang dibuat.
Dari data yang ada dibuat grafik hubungan suhu vs H2SO4 Dari ketiga campuran yang ada tentukan yang mencapai titik stokiometri.
3.3 Skema Kerja 3.3.1 Perubahan Bilangan Oksidasi Persiapan Alat dan Bahan
tabung A dituangkan ke C
tabung B dituangkan ke D
SELESAI
Selesai
SELESAI
Amati perubahan suhu selang waktu 20 detik selama 2 menit setiap sistem campuran yang dibuat.
SELESAI
4.2 Pembahasan 1. Perubahan Bilangan Oksidasi Pada percobaan pertama yaitu 1 ml o,1 M K2CrO4 dengan label A berwarna kuning ditambahkan dengan larutan HCl 1 M 5 tetes berubah warnanya menjadi oranye lebih pekat. Pada percobaan kedua 1 ml 0,1 M K2CrO4 dengan label B berwarna kuning ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes berubah warnanya menjadi kuning encer. Pada percobaan ketiga yaitu 1 ml o,1 M K2CrO7 dengan label C berwarna oranye ditambahkan dengan larutan HCl 1 M 5 tetes berubah warnanya menjadi oranye lebih encer. Pada percobaan keempat yaitu 1 ml o,1 M K2CrO7 dengan label D berwarna oranye ditambahkan dengan larutan HaOH 1 M 5 tetes berubah warnanya menjadi kuning lebih encer. Percobaan kelima yaitu penggabungan antara larutan A dengan larutan C yang awalnya berwarna oranye pekat berubah menjadi oranye encer. Sedangkan pada reaksi keenam tidak terjadi perubahan setelah larutan B ditambahkan dengan larutan D.
DAFTAR PUSTAKA