You are on page 1of 7

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu dari sepuluh mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan atas bahan kajian geografi, sosiologi, ekonomi, tata negara, antropologi dan sejarah (Kurikulum 2006). Fungsi mata pelajaran IPS di SMP adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di SMP adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air,hal tersebut selaras pula dengan fungsi dan tujuan yang tercantum, dalam kurikulum 2006. Penerapan fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di SMP sangat penting untuk dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian fungsi dan tujuan tersebut. Sebagian besar siswa SMP tidak dapat mengikuti pelajaran IPS dengan baik karena materi pelajaran yang terlalu banyak, sehingga siswa merasa jenuh,

malas dan pasif. Guru hanya mengejar target kurikulum dengan menjejali siswa hanya dengan pengetahuan saja. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penilaian dalam pembelajaran IPS di SMP lebih menekankan pada aspek penguasaan pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian yang biasanya dilakukan guru, lebih banyak menekankan pada aspek pengulangan materi dengan cara mengingat dan menghafal yang bahannya bersumber dari buku. Penekanan lebih banyak pada hasil belajar

daripada proses belajar (Al Muchtar,1995). Permasalahan siswa dalam pembelajaran IPS terutama pada pelajaran

Sejarah, ternyata dilapangan yaitu di SMPN 1 Cicalengka kelas 8 kesamaan yaitu : 1. Kurangnya siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran 2. Minat siswa dalam belajar sangat rendah, hal ini disebabkan karena siswa hanya diberikan tugas-tugas dalam buku pelajaran oleh guru 3. Siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru untuk dihafalkan. Dengan masalah tersebut ternyata motivasi siswa sangat rendah permasalahan tersebut diakibatkan karena proses pembelajaran selalu terpusat pada guru atau teacher centered dan guru selalu menggunakan metode

konvensional dalam pembelajaran IPS. Selian itu penggunaan metode mengajar yang kurang mengarah kepada berfikir keratif dan inovatif.

Untuk itu, dalam mengatasi permasalahan tersebut penulis berupaya unutk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model bermain peran, karena model bermain peran disinyalir dapat meningkatkan proses pembelajaran. Menurut Devies (dalam Sadeli, 25:1999) penggunaan model bermain peran dapat membawa siswa dalam mencapai tujuan yang efektif. Dengan digunakannya model tersebut dapat

memecahkan permasalahan pada pembelajarn IPS di SMPN 1 Cicalengka.Selain itu menurut Syah (75:1997) dari sekian banyak pendekatan mengajar yang

dipandang relevan dengan penanaman nilai-nilai sosial adalah bermain peran, karena melibatkan siswa dalam pembelajaran dan menuntut kemampuan guru dalam memodifikasi kegiatan belajar mengajar. Dengan melihat permasalahan di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Model Bermain Peran Pada Mteri Menjelanag Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kelas 8 SMPN Cicalengka Kabupaten Bandung

1.2 Rumusan Masalah Masalah penelitian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah Bagaimanakah model bermain peran dalam mata pelajaran IPS mampu meningkatkan kreativitas siswa di Kelas 8 SMPN Kabupaten Bandung? Untuk membantu penelitian, rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Perencanaan Pembelajaran di kelas 8 SMPN Cicalengka dengan menggunakan model bermain peran? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan model bermain peran ? 3. Hambatan dan kesulitan apakah yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model bermain peran? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ingin memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran di kelas 8 SMPN 1 Cicalengka dengan menggunakan model bermain peran. 2. Ingin memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa setelah menggunakan model bermain peran. 3. Ingin memperoleh gambaran mengenai hambatan dan kesulitan yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model bnermain peran 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis, temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, memberikan masukan praktis tentang upaya peningkatan kualitas hasil belajar siswa

2. Bagi siswa, memberikan pengalaman bahwa pelajaran IPS terutama Sejarah tidak membosankan sehingga tumbuh minat belajar terhadap mata pelajaran IPS 3. Bagi sekolah, memberikan masukan positif meningkatkan mutu lulusannya 4. Bagi dinas terkait, memberikan masukan dalam upaya mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan pembelajaran IPS dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar. 1.5 Hipotesis Tindakan Dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPS sejarah di kelas 7 SMPN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung hipotesis tindakan yang digunakan adalah, jika menggunakan model bermain peran dalam pembelajaran IPS maka kreativitas siswa akan meningkat. bagi sekolah dalam siswa

1.6 Definisi Operasional 1.6.1 Konsep Mengajar Bermain Peran Dahlan (1984:21) memberi pengertian metode mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajar dikelas dalam pengajaran. Menurut Soedirman (1991:56) bahwa metode mengajar merupakan upaya guru dalam membantu memudahkan proses belajar, sehingga diharapkan dalam jangka panjang para siswa dapat meningkatkan kemampuan belajarnya secara efektif dan

mudah menyerap atau memperoleh informasi, gagasan, kemampuan nilai-nilai, berpikir serta dapat mengekspresikan dirinya.

1.6.2 Metode Bermain Peran Menurut Surachmad (1984:102) menyatakan bahwa metode bermain peran dalam pelaksanaannya sering disilihgantikan. Bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diikutsertakan dalam memainkan peranan dan mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial. Sementara itu, menurut Hasan (1996) mengemukakan bahwa bermain peran adalah suatu proses belajar dimana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang lain, dimana orang tersebut adalah mungkin seorang presiden, raja, mentri, tokoh masyarakat, pejabat hukum, guru atau bahkan masyarakat biasa.

1.6.3 Konsep IPS Ilmu Pengetahuan Sosial bukan Ilmu sosial, pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terbatas di Perguruan Tinggi, melainkan diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dilaksanakan sampai saat ini baik pada pendidikan dasar maupun pada

pendidikan tinggi tidak menekankan kepada asepk teoritis keilmuannya melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah (Nursid, 1984:9).

1.7 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Menurut Sukidin, et al. (2002: 10) adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005:11) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Oleh karena itu Penelitian Tindakan Kelas sangat tepat dilakukan oleh guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan guru dalam proses belajar mengajar, sehingga kekurangankekurangan itu dapat diperbaiki.

You might also like