You are on page 1of 13

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian / Hakekat IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS merupakan program pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, bersamaan dengan diberlakukannya kurkulum 1975 dan dianggap sebagai suatu yang baru dikerenakan cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru (Djodjo. S 1993;3). Di lapangan pendidikan IPS pada kenyataannya meliputi berbagai disiplin. Selain itu, IPS pun berkaitan dengan seni dan musik, agama dan filsafat serta ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan IPS di sekolah diberikan atas dasar pemikiran bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia lainnya, bersama individu atau manusia mereka mengembangkan hidupnya sebagai kekuatan sosial. Pendidikan IPS harus mencerminkan hasil pengorganisasian konsep-konsep ilmu sosial yang disederhanakan dan disajikan dengan

mempertimbangkan tingkat perkembangan psikologi anak. Melalui pengajaran PIPS diharapkan berbagai kemampuan dapat berkembang pada diri siswa, khususnya untuk hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mengantarkan anak menjadi warga negara yang baik, mengajarkan anak bagaimana berfikir dan dengan pelajaran IPS dapat menyampaikan warisan kebudayaan kepada anak. Selain itu PIPS merupakan pengetahuan yang selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di lingkungan masyarakat, yang dimaksud adalah kegiatan yang 7

dilakukan oleh manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya. Dengan kata lain IPS merupakan usaha mempelajari, menelaah dan mengkaji kehidupan sosial manusia dalam lingkungan masyarakat setempat, nasional dan internasional. Oleh karena itu, IPS merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarakan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pendidikan menengah atas. Sekolah sebagai lembaga yang mempersiapkan generasi penerus bangsa harus mampu membina pesreta didik sesuai dengan keadaan masa kini, serta siap berperan aktif dan menciptakan landasan yang mampu berkiprah di masyarakat. Pembelajaran IPS hendaklah menempatkan siswa sebagai subjek bukan hanya sekedar objek dalam kegiatan belajar, dengan demikian adanya pengakuan terhadap siswa dengan berbagai potensi yang dimiliki. (Suwarma, 2004:23). Progran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa. Keterlibatan siswa secara penuh dalam serangkaian aktivitas dan pengalaman belajar mampu memberikan kesempatan yang luas pada siswa untuk terlibat dalam proses memecahkan masalah di dalam lingkungan belajar yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya.

2.2 Tujuan Pengajaran IPS

Menurut Clark (dalam Buchari Alma, 2003:149-150) bahwa titik berat dari studi sosial atau IPS adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya serta manusia dengan kegiatan dan interaksi antara mereka. Untuk itu diharapkan agar anak menjadi masyarakat yang produktif serta dapat memberikan andil kepada masyarakat, mempunyai rasa tanggungjawab, tolong menolong dan dapat mengembangkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Untuk mencapai tujuan yang umum ini program pengajaran studi sosial difokuskan kepada penyediaan pengalaman belajar yang akan membantu anak untuk : 1. Memahami bahwa lingkungan fisik menentukan bila dan bagaimana manusia hidup 2. Memahami bagaimana manusia berusaha menyesuaikan, mempergunakan, mengontrol, tenaga dan sumber daya lingkungan. 3. Memahami bahwa perubahan adalah merupakan kondisi masyarakat yang selalu ada berkembang setiap waktu mereka harus terlibat di dalamnya. 4. Mengenal dan mengerti implikasi dari perkembangan saling ketergantungan

manusia satu sama lain dan dengan bangsa lain di dunia. 5. Menghargai dan mengerti persamaan semua ras, etnik, agama, dan kebudayaan serta dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang pluralistik 6. Menghargai hak-hak individu orang lain. 7. Mengerti dan menghargai warisan leluhur sebagai aset bangsa

10

Melalui tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa semuanya bermuara kepada anak menjadi warga negara yang baik. Maka program pengajaran IPS tujuannya diklasifikasikan sebagai berikut: -Understanding; Artinya anak harus memiliki latar belakang pengetahuan yang

dibutuhkan dalam menghadapi masalah-masalah sosial. -Attitude; Artinya moral,cita-cita dan aspek kepercayaan yang dapat membantu anak bersikap baik dan bertanggungjawab. - Skill ; Meliputi skill sosial, keterampilan belajar dan kebiasaan kerja, keterampilan kerja kelompok

2.3 Pembelajaran IPS di SMP Dalam kurikulum 2006 IPS SMP / MTS, disebutkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Menurut Djahiri (1996:6) bahwa pengajaran IPS di SMP tidak bersifat keilmuan melainkan bersifat pengetahuan. Ini bermakna bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori ilmu sosial, melainkan hal-hal praktis yang berguna bagi diri dan kehidupannya kini maupun kelak dikemudian hari dalam berbagai lingkungan. Pembelajaran IPS di SMP tidak bersifat keilmuan melainkan bersifat pengetahuan, ini berarti yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal praktis yang berguna bagi kehidupannya masa kini atau di masa yang akan datang. Pendidikan IPS di sekolah menengah pertama lebih bersifat pemberian/pembekalan

11

awal baik berupa pengetahuan, keterampilan, nilai maupun moral pada siswa untuk dijadikan modal dalam mengenal dan memahami lingkungan sekitar sesuai dengan kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku. Dalam pembelajaran IPS siswa dibekali konsep-konsep pengetahuan yan mengarah pada pemahaman dan

pengertian-pengertian. Pembelajaran IPS di SMP isi sajiannya harus sesuai menyangkut dunia kehidupan akan sesuai dengan perkembangan usia anak. Pendidikan IPS di SMP harus benar-benar bersifat komunikatif.Masyarakat sebagai sistem, pengajaran IPS khususnya di sekolah dasar, kemampuan guru untuk mengintegrasikan antara materi yang disajikan dengan kenyataan masyarakat saat itu hendaknya dapat dikemas dalam bentuk pembelajaran IPS. Sasaran pembelajaran IPS di sekolah dasar harus mengacu kepada keterampilan dasar. Pengembangan keterampilan dasar yang dimiliki siswa akan mendorong potensi belajar secara optimal melalui kegiatan belajar yang aktif. Untuk itu sasaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS di SMP meliputi semua aspek tingkah laku siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psykomotor. Program pembelajaran IPS harus senantiasa mengacu kepada tujuan kurikulum, sasaran pembelajaran yang hendak dicapai dan tingat kematangan cara berpikir siswa. Menurut Hamid Hasan (1996:67) agar pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat menyenangkan (meaningfull learning), fakta-fakta sosial harus benarbenar dipilih fakta mana yang penting untuk diingat siswa. Fakta yang dianggap penting disini adalah fakta yang digunakan dalam berbagai bentuk berpikir dan bermakna dalam kehidupan siswa. Selain itu, perlunya dikembangkan kemampuan

12

melakukan kegiatan pencarian dan penemuan suatu permasalahan yang dapat disimpulkan hasilnya. Sehingga dapat menciptkan siswa yang dapat memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hamid Hasan (1996:67) agar pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat menyenangkan (meaningfull learning), fakta-fakta sosial harus benar-benar dipilih fakta mana yang penting untuk diingat siswa. Fakta yang dianggap penting disini adalah fakta yang digunakan dalam berbagai bentuk berpikir dan bermakna dalam kehidupan siswa. Selain itu, perlunya dikembangkan kemampuan melakukan kegiatan pencarian dan penemuan suatu permasalahan yang dapat disimpulkan hasilnya. Sehingga dapat menciptkan siswa yang dapat memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari

2.4 Metode simulasi 2.4.1 Pengertian Metode Simulasi Simulasi artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang berpura-pura (Abimanyu, 1990:78). Simulasi dapat digunakan untuk melakukan proses tingkah laku secara imitasi. Simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode

mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Dalam simulasi siswa dapat :

13

a. Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misalnya sebagai pahlawan, petani, dokter atau guru, serta siswa di laih menghargai jasa dan peranannya. b. Berperan sebagai bennda-benda misalnya berpura-pura sebagai gunung, pohon, angin atau awan. Selain itu, (Mujiono dan Dimyati 2002:80) mengemukakan bahwa Metode simulasi adalah sebagai metode mengajar format ini terajadi saat belajar mengajar yang didalamnya menampakan adanya perilaku pura-pura dari orang yang terlibat dan atau peniruan situasi (berupa proses atau peralatan) sedemikian rupa sehingga orang terlibat pada memahamai konsep, prinsip, keterampilan tertentu atau sikap dan nilai di dalamnya. Batasan metode simulasi tersebut membawa kegiatan belajar menajar ke arah 1) terlibatnya siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi tertentu; 2) terlihatnya peniruan terhadap sutau poroses baik melalui peralatan maupun tanpa peralatan yang dimaksudkan untuk membuat situasi tiruan; 3) perilaku pura-pura yang ada pada diri siswa ( baik terlibat langsung maupun tidak terlibat secara langsung).

Pelaksanaan menimbulkan

simulasi

haruslah domain

terjadi

proses-proses misalnya

kegiatan

yang

(menghasilkan)

efektif,

menyenangkan,

mengairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong dan sebagaianya. Domain psykomotorik, misalnya keterampilan berbicara, bertanya, berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin dan sebagainya. Domein kogitif, misalnya memahami konsep-konsep tertentu, pengertian teori dan sebagainya juga dalam pelaksanaan simulasi hendaklah dilakukan berhubungan antara disiplin ilmu. Beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam melaksanakan simulasi adalah sebagai berikut:

14

1. Menjelaskan, guru dapat menjelaskan sekedarnya kepada siswa dan siswa harus memahami aturan antara kegiatan simulasi 2. Pengawas, guru membentuk kelompok-kelompok dan membagi siswa kedalam kelompok atau peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswa. Guru harus mengawasi partisipasi siswa dalam permainan simulasi, disini guru bertindak sebagai pengawas/wasit yang menyelenggarakan aturan-aturan permainan agar ditaati oleh siswa. 3. Melatih, dimana guru bertindak sebagai pelatih yang memberikan petunjukpetunjuk kepada siswa agar mereka dapat bermian dengan baik. 4. Memimpin diskusi, selama permainan berlangsung guru akan memimpin kelas dalam suasana diskusi. Misalnya membicarakan tanggapan siswa dan kesukaran yang dijumpai (Abu Ahmadi, 1990:85) Simulasi dapat dilakukan dari bentuk yang sederhana sampai kegiatan yang kompleks. Simulasi sering dikaitkan dengan permainan. Di dalam permainan para pemain melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi hiburan kepada pemain-pemainnya. Penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran kecendrungan sesuai dengan pengajaran modern sekarang. Model simulasi mempunyai beberapa hal yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar antara lain: Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru atau siswa mengambil bagian di dalamnya

15

Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan antar disipilin ilmu di dalam belajar, selain itu dapat mempraktekan keterampilan yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

Simulasi adalah model mengajar yang dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah serta membutuhkan keluwesan dalam berfikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah (Abu Ahmadi, 1990:34)

2.4.2 Bentuk-Bentuk Metode Simulasi Metode simulasi memiliki beberapa bentuk yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran terutama dalam pelajaran IPS, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Feer Teaching, latihan atau praktek mengajar yang menjadi murid adalah temannya sendiri, tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar. b. Sosiodrama, sosiodrama sandiwara atau drama lisan tanpa bahan tulisan, tanpa latihan terlebih dahulu dan menyuruh siswa menghafal sesuatu. Pokok atau masalah yang didramatisasikan atau perankan ialah yang berhubungan dengan situasi sosial yang bertalian dengan hubungan antar manusia. Sosiodrama ini sering kita dapati pada anak-anak kecil misalnya mereka memerankan sebagai ayah atau ibu dengan bonekanya.

16

Tujuannya agar anak

dapat mengerti

peranan orang lain dan dapat

memecahkan masalah-masalah sosial. c. Psikodrama, permainan peran yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang

dirinya dan dapat menemukan dirinya sendiri, psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang. Misalnya memerankan orang yang sedang sedih atau gembira. d. Simulasi Game, atau permainan simulasi ini hampir sama dengan demontrasi tetapi situasi yang diciptakannya ialah situasi tiruan atau ada unsur yang bukan sebenarnya. Tujuan mengajar dengan menggunakan metode ini ialah seperti mengajar dengan menggunakan metode demontrasi yaitu supaya siswa memiliki pengetahuan tentang dan keterampilan dalam sutau kegiatan, seperti seorang perawat

memperlihatkan contoh-contoh cara mandi di depan kelas. e. Role playing, adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dna mengeksposes kejadian-kejadian masa kini, permainan ini sangat cocok untuk pelajaran sejarah.

17

2.4.3 Langkah-langkah yang Dilakukan Dalam Melaksanakan Metode Simulasi Untuk melakukan metode simualsi ini tentunya terlebih dahulu menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh. adalah : a. Persiapan simluasi, yang meliputi : 1). Menetapkan topik atau masalah simluasi . 2). Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan . 3). Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang akan disediakan. 4). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. serta tujuan yang hendak dicapai dalam Langkah-langkah tersebut diantaranya

b. Pelaksanaan simulasi meliputi : 1). Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran 2). Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian 3). Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan 4). Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan c. Kegiatan penutup meliputi :

18

1). Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang di simulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi 2). Merumuskan kesimpulan. Menurut Mujiono dan Dimyati (2002:80) dapat dikemukakan tujuan pemakaian metode simulasi dalam kegiatan belajar adalah : 1. Mengembangkan sikap dan keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari. 2. Melatih para siswa memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumbersumber yang dapat digunakan memecahkan masalah. 3. Meningkatkan tentang konsep dan prinsip yang telah dipelajari

2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan dalam proses pelaksanaannya, begitupun metode simulasi. Untuk lebih jelasnya mengenai kelebihan dan kelemahan metode simulasi dapat dilihat di bawah ini :

a. Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja. b. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan disimulasikan. c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa topik yang

19

d. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran. Selain memiliki kelebihan, simulasi memiliki kelemahan diantaranya: a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan b. Pengelolaan yang kurang baik , simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan , sehingga tujuan pembeljaran menjadi terabaikan. c. faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempemgaruhi siswa dalam melakukan simulasi. Dengan adanya kekurangan-kekurangan yang dimiliki metode simulasi bukan berarti metode simulasi dapat ditinggalkan begitu saja . Metode simulasi dalam halhal tertentu akan sangat membantu terciptanya situasi yang menyenangkan dalam interaksi belajar mengajar dikelas.

You might also like