You are on page 1of 9

Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi di Indonesia A. Awal PemerintahanOrde Baru 1.

Pepyebab Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru Orde haru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekad awal munculnya Orde Baru. Tekad awal Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah melaksanakan pancasila dan T TD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. kronologi Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru Berikut ini kronologi jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998: a. Tanggal 12 Mei 1998 (Tragedi di Kampus Trisakti) Peristiwa tragedi di kampus Trisakti ini sungguh sangat disesalkan. Sejumlah aparat keamanan mengarahkan senjatanya untuk menembaki mahasiswa di kampus Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta. Saat itu empat , mahasiswa gugur sebagai pahlawan reformasi. Mereka adalah mahasiswa Usakti yang terdiri dari Elang Mulya Lesmana (mahasiswa teknik arsitektur), Hafidin Royan (mahasiswa ekonomi), Hari Hariyanto (mahasiswa ekonomi), dan Hendriawan (mahasiswa ekonomi). b. Tanggal 16 Mei 1998 (Rencana Reshuffle Kabinet) Ketua DPR-MPR Harmoko bersama keempat wakilnya, Abdul Gafur, Svarwan Hamid. Ismail Hassan Metareum, dan Fatimah Achmad, mengadakan konsultasi dengan Presiden Soeharto di Cendana. Harmok menjelaskan konsultasi itu kepada pers bahwa Presiden Soeharto akan melakukan reshuffle Kabinet Pembangunan VII. Ini bermaksud untuk menciptakan kabinet yang lebih tanguh dan kuat

c.

Tanggal 18 Mei 1998 (Mahasiswa Tolak Reshuffle dan Tuntut Soeharto Mundur).

Keluarga Besar Universitas Gaiah Mada Yogyakarta. yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa yang mencapai 15 ribu orang dengan penuh semangat melakukan aksi menolak prakarsa Presiden Soeharto untuk melakukan reshuffle kabinet. Mereka berkumpul di Balairung UGM. Dalam acara itu dibacakan pernyataan sikap yaitu menuntut Presiden Soeharto mundur sebagai syarat dari reformasi total, kembalikan ABRI kepada rakyat, dan tolak segala tindak kekerasan dalam memperjuangkan reformasi. d. Tanggal 21 Mei 1998 (Presiden Soeharto Lengser Keprabon)

Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 dan sesuai dengan Pasal 8 UUD 1945. wapres Prof. Dr. ing. Bj. Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan presiden / Mandataris MPR periode 1998-2003. B. Pembentukan Pemerintahan Indonesia 1. Gerakan Reformasi a. Pengertian Reformasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan radikal untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau Negara da1am segala bidang. Reformasi menghendaki susunan tatanan perikehidupan lama diganti dengan tatanan perikehidupan baru secara hukum menuiu peruaikan. Reformasi merupakan formulasi menuju Indonesia bare dengan tatanan baru. b. Tujuan Reformasi 'I'ujuan gerakan reformasi ialah memperbarui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, baik dalam bidang ekonomi, politik dan hukum. c. Dasar Filosofi Reformasi Agar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tujuan nasional bangsa Indonesia dapat tercapai maka Republik Indonesia harus menggunakan dasar Flosofi reformasi yaitu Pancasil

2.latar Belakang Munculnya Reformasi a. Krisis Ekonomi Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjaadi 0%. Hal ini mengakibatkan iklim bisnis menjadi lesu. Kondisi moneter Indonesia pun mengalami keterhurukan dengan dilikuidasinya 16 bank pada akhir tahun 1997. b. Krisis Politik 1> Awal Krisis Politik Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang politik selalu menguntungkan Golkar dan merugikan partai politik. Mayoritas tunggal (single majority) dengan kemenangan Golkar adalah demi kelangsungan pembangunan nasional. 2> Masalah di Ridang Politik Gerakan reformasi juga menuntu t pemerintahan yang bersih dari KKN. Gerakan reformasi menuntut pembaharuan lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, yaitu: @ UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum. @ UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang DPR/MPR, @ UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya, UU No. 4 Tahun 1985 tentang Referendum, @ UU No. 5 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa . 3> Krisis Kepercayaan Dalam pemerintahan Orde Baru berkembang budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), yang dilaksanakan secara terselubung maupun secara terang-terangan. Hal ini mengakihatkan timhulnya ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintah dan ketidakpercayaan luar negeri terhadap Indonesia. 4> Krisis Hukum Pelaksanaan hokum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehaakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan nemerintah (eksekutif). Namun, pada kenvataannva kekuasaan kehakiman berada

C. 1.

Perkembangan Politik setelah 21 Mei 1998 Masa PemerintahanB.J. Habibie

Setelah B. J. Habibie dilantik menjadi presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998 dan sesuai dengan janji yang diucapkannya, maka tugasnya adalah memimpin bangsa Indonesia dengan memerhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi rakyat yang berkembang dalam pelaksanaan reformasi secara menyeluruh. Habibie bertekad untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN. a. Dasar Hukum Habibie Menjadi Presiden Tampilnya B.J. Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto menjadi polemic dikalangan ahli hokum. Ada sebagian yang menilai hal itu konstitusional, tetapi ada sebagian yang menilai hal itu inkonstitusional. Pendapat yang menyatakan bahwa B.J. Habibie menjadi Presiden adalah konstitusional menggunakan dasar Pasal 8 UUD 1945. dalam Pasal UUD 1945 dinyatakan bahwa,"Bila presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, is digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa waktunya". Sebaliknya yang menyatakan bahwa B.J. Habibie menjadi presiden adalah inkonstitusional, dasarnya adalah pasal 9 UTD 1945. pasal 9 UUD 1945 menyatakan bahwa, "Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah dan janji di depan MPR atau DPR". B. J. Habibie tidak melakukan hal demikian. la mengucapkan sumpah dan janji di depan Mahkamah Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan bersifat kelembagaan.

C. 1.

Perkembangan Politik setelah 21 Mei 1998 Masa PemerintahanB.J. Habibie

Setelah B. J. Habibie dilantik menjadi presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998 dan sesuai dengan janji yang diucapkannya, maka tugasnya adalah memimpin bangsa Indonesia dengan memerhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi rakyat yang berkembang dalam pelaksanaan reformasi secara menyeluruh. Habibie bertekad untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN. a. Dasar Hukum Habibie Menjadi Presiden Tampilnya B.J. Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto menjadi polemic dikalangan ahli hokum. Ada sebagian yang menilai hal itu konstitusional, tetapi ada sebagian yang menilai hal itu inkonstitusional. Pendapat yang menyatakan bahwa B.J. Habibie menjadi Presiden adalah konstitusional menggunakan dasar Pasal 8 UUD 1945. dalam Pasal UUD 1945 dinyatakan bahwa,"Bila presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, is digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa waktunya". Sebaliknya yang menyatakan bahwa B.J. Habibie menjadi presiden adalah inkonstitusional, dasarnya adalah pasal 9 UTD 1945. pasal 9 UUD 1945 menyatakan bahwa, "Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah dan janji di depan MPR atau DPR". B. J. Habibie tidak melakukan hal demikian. la mengucapkan sumpah dan janji di depan Mahkamah Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan bersifat kelembagaan. b. Langkah-Langkah yang Dilakukan Habibie

Pemerintahan B.J. Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1> Membentuk Kabinet Reformasi Sesuai dengan keputusan Presiden No. l22/M Tahun 1998, pada tanggal 22 Mei 1998,Presiden B.J. Habibie membentuk cabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Cabinet ini terdiri dari 36 menteri yang meliputi perwakilan dari militer (ABRI), Golkar, PPP dan PDI.

2> Reformasi di Bidang Ekonomi @. Merekapitulasi perbankan @. Merekonstruksi perekonomian nasional @Melikuidasi beberapa bank bermasalah @Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga di bawah Rp 10.000,00 @Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF. 3> Reformasi di Bidang Politik Di era reformasi Presiden B. J. Habibie mengupayakan politik Indonesia dalam kondisi yang trasparan dan merencanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dengan ini diharapkan dapat dibentuk lembaga tertinggi dan tinggi Negara yang betul-betul representative. Dalam pemilu yang dilaksanakan pada masa pemerintahan B.J. Habibie, ternyata rakyat dapat menyalurkan aspirasinya sehingga bermunculan partai-partai politik dan yang lolos (ikut) dalam pemilu sebanyak 48 partai. 4> Reformasi di Bidang Hukum Target reformasi hokum menyangkut tiga hal, yakni substansi hokum, aparatur penegak hokum yang bersih dan berwibawa, serta institusi peradilan yang independent. 5> Masalah Dwifungsi ABRI Di era reformasi ABRI yang duduk dalam anggota MPR/DPR jurnlahnya sudah dikurangi yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang. ABRI yang semula terdiri atas empat angkatan termasuk Polri, mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI beruhah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. 6> Siding Istimewa MPR Sesuai dengan tuntutan reformasi, maka diselenggarakan Sidang Istimewa pada tanggal 10-13 November 1998. siding Istimewa MPR menghasilkan 12 ketetapan, diantaranya sebagai berikut: Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. @.Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih serta Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. @. Ketetapan MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

@ Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggara Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, Berta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. @Ketetapan MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekonomi @ Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. 7> Pemilihan Umum 1999 Untuk melaksanakan pemilihan umum sebagaimana yang ditetapkan dalam ketetapan MPR No. XIVIMPR/1998, Presiden B.J. Habibie menetapkan tanggal 7 juni 1999 sebagai pelaksanaannya. Pemilu tahun 1999 muncul lima partai besar yakni PDI Perjuangan (PDT P), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PBK), Partai Amanat Nasional (PAN). 8> Jajak Pendapat dan Lepasnya Timor Timur Ketika Presiden Soeharto masih berkuasa, Timor Timur tetap menjadi bagian integral dari Indonesia clan menjadi propinsi yang ke- 27. namun ketika Presiden Soeharto turun dari jabatannya dan digantikan oleh B.J. Habibie , mulai aada gejala-gejala melemahnya dukungan integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia. Berkurangnya dukungan itu seiring dengan kian memudarnya perang dingin dan ancaman komunis di dunia Amerika Serikat dan Australia mengusulkan untuk jajak pendapat tentang Timor Timur. Presiden B.J. Habibie yang ingin meraih dukungan dari dunia internasional karena dukungann dari dalam negeri kurang signifikan dan agar pemerintahannya terkesan sebagai pembela demokrasi merespons usulan jajak pendapat tersebut. Bahkan secara berani Presiden B.J. Habibie melemparkan opsi atau pilihan melepaskan Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia jika wilayah itu menolak usulan pemerintah yang memberikan status khusus dengan otonomi yang sangat diperluas. Jajak pendapat disepakati untuk melaksanakan pada 30 Agustus 1999, dan hasilnya diumumkan oleh UNAMET (United Nations Mission in East Timor) yaitu misi PBB yang bertuga menyelenggarakan jajak pendapat. Pada tanggal 4 September 1999, hasil jajak pendapat diumumkan di markas besar PBB di New York. Jajak pendapat dimenangkan oleh kelompok prokemerdekaan atau antiintegrasi dengan perolehan suara sekitar 78,5% dan 21,5% prootonomi.

Dengan ini berarti lepasnya Timor Timur dari RI. secara konstitusional, integrasi Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam Tap. MPR No. VI Tahun 1978 di cabut. Pencabutan itu dilakukan dalam nama Timor Leste. 2. Akhir Pemerintahan Habibie Sidang Umum MPR Tahun 1999 berdasarkan Tap MPR No. V/MPR/1999. selanjutnya Timor Timur menjadi Negara mereka dengan

Dalam Sidang Paripurna MPR tanggal 19 Oktober 1999, pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh anggota MPR melalui mekanisme voting dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9abstain, dan 4 suara tidak sah. Dengan penolakan pertanggungjawaban tersebut, peluang Habibie untuk mencalonkan diri kembali sebagai Presiden RI pupuslah sudah. D. 1. Pembentukan Pemerintahan Indonesia Upaya Pemerintahan untuk Mengatasi Krisis Ekonomi Setelah dilanda krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, yang kemudian berkembang ke krisis yang lain akhirnya pemerintahan Orde Baru jatuh pada bulan Mei 1998. jatuhnya pemerintahan Orde Baru ditandai dengan lengsernya Soeharto sebagai Presiden RI yang telah memegang tampuk pemerntahan selama orde baru, maka Indonesia memasuki masa Reformasi. Masa reformasi yang bertekad untuk memperbaharui kehidupan dalam segala bidang termasuk bidang ekonomi, maka pemerintah(masa B.J. Habibie) menggelar Sidang Umum MPR 1998 yang salah satunya menghasilkan ketetapan di bidang ekonomi. Berkaitan dengan perkembangan ekonomi masa reformasi, dapat berpijak pada ketetapan MPR No. XVI/MPR/1998 sebagai salah satu produk MPR yang bertekad untuk memperbaiki kondisi ekonomi bare sebagaimana diatur dalam Tap MPR No XVI/MPR/1998 mencakup kebijaksanaan, strategi dan pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional sebagai perwujudan dari prinsip-prinsip dasar demokrasi ekonomi yang mengutamakan kepentingan rakyat banyak. Tap MPR No. XVI/MPRJ12998 sebagai politik ekonomi baru mengtur bahwa tanah(land), tenaga kerja (labour), dan modal (capital) sebagai tiga factor produjsi utama dalam perekonomian harus dimanfaatkan secara demokratis untuk menjamin terwujudnya amanat demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud Pasal 33 UUD 1945. dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi tidak boleh dan harus ditiadakan terjadinya penumpukan asset dan pemusatan ekonomi pada seseorang, sekelompok orang atau perusahaan, yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan. Dengan Tap MPR No. XVI/MPR/1998 tersebut, pemerintah ingin merombak sistem ekonomi dari

versi ekonomi kapitalis dan digantikan sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan khususnya menunjuk pada sila keempat Pancasila yakni demokrasi ekonomi atau kerakyatan. Pembangunan nasional yang dilakukan selama ini masih jauh dari tujuan akhirnya yaitu keadilan social. Sebab kemakmuran yang rata-rata meningkat 10-15 kali dalam periode masa 30 tahun (masa orde baru) belum dirasakan atau dinikmati oleh semua orang secara merata. Sebagai penduduk yang hidup di bawah tingkatan rata-rata atau dibawah garis kemiskinan pada tahun 1996 masih berjumlah 22,5 juta orang atau 11,3% meskipun telah menurun drastic dari 70 juta(60%) pada tahun 1970. 2. Upaya Pemerintah untuk Mewujudkan Keadilan Sosial Pihak pemerintah sebenarnya telah berupaya untuk mewujudkan keadilan social seperti yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945. program yang ditempuh secaraa umum dilakukan melalui pembangunan nasional yang mencakup segala bidang termasuk bidang ekonomi. Sedangkan program khusus melalui serangkaian kebijakan, antara lain sebagai berikut: a. Program IDT Program IDT bertujuan untuk menggerakan roda ekonomi rakyat terutama dipedesaan. Sampai dengan akhir tahun 1997, sebagian besar desa IDT yang berjumlah 28.376 desa, telah berkembang dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan penduduk miskin, baik berupa peningkatan kemampuan yang meningkat dalam pembiayaan pendidikan anak-anak dan peningkatan kualitas kesehatan keluarga. b. Jaring Pengaman Sosial (JPS) Dalam upaya mencapai pereeekonomian rakyat, pemerintah selanjutnya berusaha untuk menanggulangi kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan missal dilakukan melalui program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS), dan pada peningkatan desentralisasi serta otonomi daerah untuk secepatnya menghapuskan ketimpangan ekonomi dan kesenjangan social. Oleh karena itu adanya otonomi daerah yang telah digulirkan mulai tahun 1999 diharapkan dapat menanggulangi kemiskinan. c. Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dewasa ini pemerintah dalam upaya memberantas kemiskinan melakukan suatu program subsidi BBM yang disebut dengan Bantuan LangSSsung Tunai (BLT)

You might also like