You are on page 1of 16

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN OROMAKSILOFASIAL

drg. Shanty Chairani

Tujuan Pembelajaran
Setelah mendapat materi ini, mahasiswa dapat memahami aspek pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial, sehingga dapat menjelaskan proses tumbuh kembang rongga mulut dan jaringan di sekitarnya, serta dapat menjelaskan kelainan/gangguan yang dapat terjadi pada proses tersebut berikut faktor penyebabnya.

1. Embriologi Oromaksilofasial
Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka dan rongga mulut) dimulai pada minggu ke-3 intra uterine (i.u.). Prosesnya dimulai dengan terjadinya invaginasi dari lapisan ektoderm di bagian caudal dari Processus Frontonasalis yang disebut Stomodeum (Primitive Oral Cavity). Awalnya stomodeum ini masih terpisah dari primitive pharynx oleh suatu membran yang tipis (Membrane Bucco Pharyngeal). Sekitar hari ke-26, membran tersebut ruptur/pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara primitive pharynx dengan rongga amnion. Selain proses tersebut, terbentuk pula Branchial Apparatus yang berperan penting dalam tumbuh kembang oromaksilofasial. Branchial apparatus ini terdiri dari : Branchial/Pharyngeal Arches (lengkung faring) Branchial/Pharyngeal Pouches (kantung faring) Branchial/Pharyngeal Grooves (celah faring) Branchial/Pharyngeal Membrane (membran faring) 1. Branchial/Pharyngeal Arches (Lengkung faring) Awalnya dibentuk lengkung faring pertama, kemudian lengkung faring kedua hingga keenam, namun lengkung faring kelima mengalami rudimenter/hilang, sehingga lengkung faring keempat bergabung dengan lengkung faring keenam. Setiap lengkung faring terdiri atas sebuah inti jaringan mesenkim, yang di bagian luarnya dibungkus oleh ektoderm permukaan dan bagian dalamnya oleh epitel yang berasal dari endoderm. Setiap inti jaringan mesenkim tersebut terdiri atas unsur arteri, unsur kartilago, unsur otot dan saraf/nervus. Jaringan mesenkim tersebut berasal dari mesoderm lempeng paraksial dan lateral yang membawa unsur otot dan arteri. Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm, inti tiap lengkung faring juga terdiri atas sel krista neuralis yang bermigrasi ke dalam lengkung faring dan berperan dalam membentuk unsur rangka pada wajah. Komponen saraf pada lengkung faring berasal dari neuroektoderm dari otak primitif.

Gambar 1. Branchial apparatus Sumber : Embriologi Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1996.

Lengkung faring pertama yang disebut juga lengkung mandibula (mandibular arch) berkembang menjadi dua tonjolan, yaitu : tonjolan/procesuss mandibularis dan tonjolan/ processus maxillaris. Sedangkan lengkung faring kedua disebut juga lengkung hyoid (hyoid arch). Pertumbuhan dan perkembangan dari lengkung faring dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan lengkung faring


Lengkung faring
I (mandibular arch)

Saraf
N. V2-3

Otot
Otot-otot pengunyahan (M. Temporalis, M. Pterigoideus medialis dan lateralis) M. Mylohyoideus M. Digastricus venter anterior M. Tensor tympani M. Tensor velli palatini Otot-otot mimik (M.Buccinator, M. Aurikularis, M. Frontalis, M. Platysma, M. Orbicularis oris dan oculi) M. Stapedius M. Stylohyoideus M. Digastricus venter posterior Platysma Stylopharyngeus

Struktur tulang
Tulang rawan Meckel membentuk : Dorsal : Malleus, incus Ventral hilang Tulang rawan Reichert membentuk: Dorsal : Stapes dan Proc. Stylohyoideus Ventral : Cornu minus dan bagian atas corpus dari os hyoid Cornu mayus dan bagian bawah corpus dari os hyoid Tulang rawan larynx: Thyroid Cricoid Arytenoid Corniculata Cuneiforme

Ligamentum
Malleus anterior Sphenomandibular

II (hyoid arch)

N. VII (Facialis)

Stylohyoideus

III

N. IX Glossopharyngeus N. X Ramus Laryngeus superior Ramus laryngeus recurrens

IV & VI

Cricothyroideus Levator velli palatini Kontriktor pharynx Otot intrinsik laring

Sumber : Embriologi Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1996.

II. Branchial/Pharyngeal Pouches (Kantung faring) Kantung faring merupakan bagian endoderm dari faring yang memisahkan lengkung faring di bagian dalam. Contohnya kantung faring pertama terletak diantara lengkung faring pertama dan lengkung faring kedua. Kantung faring terdiri dari empat pasang dimana kantung faring kelima seringkali tidak ada/rudimenter. Pertumbuhan dan perkembangan kantung faring 1. Kantung faring I : kantung ini meluas menjadi tubotympanic recess yang selanjutnya akan berkembang menjadi cavum tympani, antrum mastoideum dan tube eustachius (tube auditory). 2. Kantung faring II : berkembang menjadi tonsil palatina dan intratonsillar cleft (fossa tonsilaris). 3. Kantung faring III : bagian dorsal akan berdifferensiasi menjadi glandula parathyroid inferior (glandula parathyroid III), sedangkan bagian ventralnya membentuk glandula thymus. Dalam perkembangannya, keduanya akan kehilangan hubungan dengan faring dan bermigrasi ke arah caudal. Kemudian glandula parathyroid inferior akan terpisah dengan glandula thymus dan bermigrasi ke bagian dorsal dari glandula thyroid. 4. Kantung faring IV : bagian dorsal berdifferensiasi menjadi glandula parathyroid superior (glandula parathyroid IV) yang kemudian bermigrasi ke bagian dorsal glandula thyroid. Sedangkan bagian ventral berkembang menjadi ultimobranchial body yang dalam perkembangannya akan berfusi dengan glandula thyroid.

Gambar 2. Pertumbuhan dan perkembangan kantung faring Sumber : Embriologi Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1996.

Gambar 3. Perkembangan lanjut dari kantung paring Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

III. Branchial/Pharyngeal Grooves (Celah faring) Celah faring merupakan celah yang memisahkan lengkung faring di bagian luar. Proliferasi aktif jaringan mesenkim di dalam lengkung faring kedua menyebabkan lengkung faring tersebut berkembang melampaui lengkung faring ketiga dan keempat sehingga membentuk sinus servikalis. Setelah lengkung faring kedua berfusi dengan epicardial ridge, sinus servikalis dan celah faring kedua sampai keempat akan menghilang, sehingga membentuk kontur leher yang rata. Yang mengalami perkembangan hanyalah celah faring pertama dimana akan membentuk meatus acusticus eksternus. IV. Branchial/Pharyngeal Membranes (Membran faring) Membran faring terbentuk saat epitel dari celah faring dan kantung faring saling mendekat. Endoderm dari kantung faring dan ektoderm dari celah faring akan terpisah oleh jaringan mesenkim. Dalam perkembangannya, hanya satu pasang saja dari membran faring yang berperan dalam pembentukan organ tubuh manusia, yaitu membran faring pertama yang membentuk membran tympani.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Oromaksilofasial


2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Fasial (muka) Pertumbuhan dan perkembangan fasial (muka) berasal dari lima buah Fasial Primordia, yaitu : Sebuah tonjolan Processus Fronto Nasalis, terletak di atas Stomodeum. Sepasang tonjolan Processus Maxillaris yang berasal dari lengkung faring pertama, terletak di cranio lateral dari Stomodeum.

Sepasang tonjolan Processus Mandibularis yang juga berasal dari lengkung faring pertama, terletak di kaudal Stomodeum.

Bagian wajah yang pertama kali terbentuk adalah mandibula, yang merupakan hasil fusi dari kedua processus mandibula ke arah medial pada minggu ke-4. Processus mandibula ini nantinya akan berperan dalam membentuk bibir bawah, dagu dan pipi regio bawah. Pada akhir minggu ke-4 i.u. terbentuk dua buah penebalan ektoderm yang berbentuk oval, terletak di ventrolateral processus fronto nasalis dan di atas stomodeum yang disebut Nasal Placode. Setelah embrio berumur 5 minggu i.u. terbentuk lagi dua penonjolan berbentuk tapal kuda dari jaringan mesenkim yang mengelilingi nasal placode yaitu : Processus Nasalis Medialis dan Processus Nasalis Lateralis. Selanjutnya nasal placode akan menjadi dasar lekukan ke dalam dan membentuk Nasal Pit, yang nantinya akan menjadi lubang hidung (nostril) dan cavum nasi. Proliferasi mesenkim pada processus maxillaris menjadikan tonjolan ini membesar dan berkembang ke medial dan saling mendekat antara yang kanan dan kiri. Migrasi processus maxillaris ke medial ini mendorong processus nasalis medialis ke arah midline dan saling mendekat satu sama lain. Awalnya processus nasalis lateralis terpisah dengan processus maxillaris oleh celah yang disebut nasolacrimal groove. Pada akhir minggu ke-6, processus nasalis lateralis akan berfusi dengan processus maxillaris sepanjang nasolacrimal groove, sehingga membentuk kontinuitas antara ala nasi yang dibentuk oleh processus nasalis lateralis dengan pipi regio atas yang dibentuk oleh processus maxillaris.

Gambar 4. Pertumbuhan dan perkembangan fasial Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

Pada minggu ke-7-10, kedua processus nasalis medialis akan berfusi membentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segment kemudian akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam dua arah yaitu : ke arah kaudal membentuk Philtrum dan ke arah medial membentuk nasal septum, palatum primer (processus palatinus medialis) dan premaxilla (yaitu tulang rahang atas bagian tengah yang menunjang gigi-gigi anterior atas). Selain itu, processus nasalis medialis juga berfusi dengan processus maxillaris dan membentuk kontinuitas dari rahang atas dan bibir atas. Processus fronto nasalis akan membentuk dahi dan hidung. Sedangkan processus maxillaris sendiri akan membentuk bibir atas bagian lateral, os maxilla, palatum sekunder (processus palatinus lateralis) dan pipi regio atas. Procesuss maxillaris akan berfusi dengan processus mandibularis di daerah lateral dan terbentuklah kontinuitas dari bibir dan pipi. Dengan begitu terbentuklah muka yang lengkap.

Gambar 5. Pertumbuhan dan perkembangan fasial (lanjutan) Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

Gambar 6. Intermaxillary segment Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

2.2. Pertumbuhan dan perkembangan Cavum Nasi dan Cavum Oris Dimulai dengan proses invaginasi pada nasal placode sebagai dasar lekukannya pada minggu ke-6 i.u. Mula-mula dibentuk nasal pit, kemudian lekukan meluas membentuk Saccus Nasalis. Saccus nasalis ini masih belum berhubungan dengan cavum oris karena masih dipisahkan oleh membran oro nasal. Setelah embrio berusia 7 minggu i.u., membran itu pecah dan terjadilah hubungan antara Cavum Nasi dan Cavum Oris. Batas hubungan antara Cavum Nasi dan Cavum Oris di belakang palatum primer disebut Primitive Choanae. Setelah palatum sekunder kanan dan kiri selesai berdifusi dengan septum nasi, maka terbentuklah Cavum Nasi yang sempurna. Dengan demikian batas hubungan antara Cavum Nasi dan Cavum Oris kini di belakang palatum sekunder dan disebut Definitive Choanae.

Gambar 7. Pertumbuhan dan perkembangan cavum nasi dan cavum oris

Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

2.3. Pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang atas Tulang rahang atas (os maxilla) berasal dari lengkung faring pertama bagian atas (Processus Maxillaris). Maxilla mengalami penulangan secara intramembranous dengan pusat ossifikasi terletak pada percabangan n. infra orbitalis menjadi n. Alveolaris superior anterior dan n. Alveolaris superior medius. Kemudian proses ossifikasinya berlanjut ke arah ventro cranial membentuk Processus Frontalis Ossis Maxillaris, ke arah caudal membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxillaris dan ke arah medial membentuk Processus Palatinus Ossis Maxillaris. Selama proses tersebut, di bagian pusat ossifikasinya membentuk Corpus Maxilla, hingga terbentuklah Os Maxilla yang lengkap. 2.4. Pertumbuhan dan perkembangan palatum Palatum berkembang dari 2 buah primordia, yaitu palatum primer dan palatum sekunder. Meskipun palatogenesis dimulai pada akhir minggu ke-5 tapi fusi sempurna dari palatum baru terjadi setelah minggu ke-12. Palatum primer (Processus Palatinus Medialis) Palatum primer seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dibentuk oleh Intermaxillary Segment yang merupakan fusi dari processus nasalis medialis. Palatum sekunder (Processus Palatinus Lateralis) Palatum sekunder berasal dari processus maxillaris. Awalnya palatum sekunder berkembang ke arah bawah karena masih adanya lidah embrional. Namun setelah rahang bawah (os mandibula) berkembang, maka ruang bertambah besar, sehingga lidah turun ke bawah. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder dapat berkembang ke arah midline dan berfusi. Fusi antara palatum sekunder kanan dan kiri ditandai dengan adanya sutura palatina mediana/sutura intermaksilaris. Selain itu palatum sekunder juga berfusi dengan palatum primer dan septum nasi. Fusi palatum sekunder ini dimulai dari bagian anterior yang berlanjut ke bagian posterior. Fusi antara palatum primer dan palatum sekunder ini ditandai dengan tanda batas berupa foramen insisivum.

1. 2.

Gambar 8. Pertumbuhan dan perkembangan palatum Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

Perkembangan selanjutnya dari palatum primer adalah terjadinya ossifikasi yang dimulai dari palatum primer yang kemudian menjadi premaksila. Lalu proses ossifikasi berlanjut ke palatum sekunder membentuk palatum durum/palatum keras (hard palate). Bagian posterior dari palatum sekunder tidak mengalami proses ossifikasi tetapi meluas melampaui septum nasi dan berfusi membentuk palatum molle/palatum lunak (soft palate) dan uvula. 2.5. Pertumbuhan dan perkembangan Os Palatinum Os palatinum berasal dari bagian medial tulang rawan Nasal Capsul. Nasal capsul merupakan tulang rawan yang pertama kali dibentuk di daerah muka atas dan analog dengan tulang rawan Meckel rahang bawah. Atas nasal capsul, bagian lateral membentuk Os Ethmoidale, bagian posterior membentuk septal cartilage (pars perpendicularis ossis ethmoidalis). Keduanya mengalami ossifikasi setelah lahir. Bawah nasal capsul, bagian lateral membentuk concha nasalis inferior sedangkan diantaranya mengalami atrofi. Bagian medial membentuk os palatinum. Ossifikasinya terjadi pada minggu ke 7-8 berlokasi di dekat N. Palatinus Descendeus. Ossifikasi ke arah vertikal disebut pars perpendicularis ossis palatini, yang akan berfusi dengan os maxillaris membentuk dinding medial sinus maxillaris. Ossifikasi ke arah horizontal disebut pars horizontalis ossis palatini yang akan berfusi dengan processus palatinus ossis maxillaris, dengan garis fusi berupa sutura palatina transversa/sutura palatomaksilaris. 2.6. Pertumbuhan dan perkembangan Sinus Maxillaris Sinus maxillaris mulai terbentuk sekitar minggu ke-10 i.u sebagai evaginasi kecil dari middle meatus di daerah lateral cavum nasi. Awalnya sinus maxillaris masih terpisah dari maksila oleh tulang rawan nasal capsul dan baru berhubungan langsung dengan tulang setelah nasal capsul bagian bawah atrofi. Sinus ini terus berkembang hingga ukuran dewasa ke arah processus alveolaris. 2.7. Pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang bawah Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari lengkung faring pertama bagian bawah (Processus Mandibularis). Mula-mula dibentuk tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis. Pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan Meckel ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat pembentukan N. Mandibularis mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, ia bercabang menjadi N. Alveolaris Inferior (lateral) dan N. Lingual (medial). Selanjutnya N. Alveolaris Inferior berjalan ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N. Mentalis dan N. Incisivus. Di tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat padat fibrosa mengalami ossifikasi pada minggu ke-7. Pusat ossifikasinya di sekitar Foramen Mentale. Kemudian pertumbuhan dan perkembangan berlanjut ke arah anterior mencapai symphisis mandibula dan ke arah posterior membentuk ramus mandibula hingga terbentuklah mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckel menghilang.

Gambar 9. Pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang bawah

2.8. Pertumbuhan dan perkembangan Sendi Temporo Mandibular Awalnya os temporalis masih terpisah jauh dari os mandibula dengan adanya ruangan berisi jaringan mesenkim. Setelah pertumbuhan condylus mandibula, jaringan ikat di antara keduanya mengalami atrofi dan terbentuk jaringan ikat padat tipis yang disebut Discus Artikularis. Kemudian tuberculum articulare baru tampak pada saat lahir.

Gambar 10. Pertumbuhan dan perkembangan TMJ Sumber : Oral Biology, BGJ Van Rensburg. 1995

2.9. Pertumbuhan dan perkembangan lidah Pada akhir minggu ke-4, mula-mula dibentuk sebuah tonjolan di dasar faring, anterior foramen caecum disebut Tuberculum Impar. Kemudian dibentuk pula 2 buah tonjolan di daerah lateral dari tuberculum impar yang disebut Tonjolan Lateral Lidah. Ketiga tonjolan ini berasal dari lengkung faring pertama. Kemudian tonjolan lateral lidah berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada bagian luar : sulcus lingualis media dan bagian dalam : septum lingual. Sedangkan tuberculum impar tidak membentuk bangunan yang khas. Pertumbuhan dan perkembangan 1/3 posterior lidah dimulai dengan dibentuknya tonjolan Copula (berasal dari lengkung faring II) kemudian dibentuk lagi tonjolan Hypobranchial (lengkung faring III-IV) pada kaudal dari foramen caecum. Kemudian tonjolan Copula mengalami rudimenter. Tonjolan Hypobranchial tetap berperan membentuk 1/3 posterior lidah dan selanjutnya berfusi dengan 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada Sulcus Terminalis Linguae yang berupa alur berbentuk huruf V, sehingga terbentuklah lidah yang lengkap.

Gambar 11. Pertumbuhan dan perkembangan lidah Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

2.10. Pertumbuhan dan perkembangan Kelenjar Saliva Kelenjar saliva berawal dari proliferasi padat dari sel-sel epitel mulut selama minggu ke-6 dan 7. Glandula parotis berasal dari jaringan ektoderm dari stomodeum. Kemudian sel-sel berproliferasi membentuk tali-tali padat dengan ujung bulat. Tali tersebut berkembang membentuk lumen dan selanjutnya terbentuklah duktus, sedangkan ujung bulatnya akan berdiferensiasi membentuk acini yang akan mengeluarkan sekret.

Glandula submandibularis yang berasal dari jaringan endoderm berlokasi didasar mulut. Cara pembentukannya sama dengan glandula parotis. Glandula sublingualis berkembang agak akhir, dimana ia juga berasal dari jaringan endoderm sebagai multiple buds yang nantinya membentuk lobus mayor dan lobus minor.

Gambar 12. Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar saliva Sumber : Oral Biology, BGJ Van Rensburg. 1995

2.11. Pertumbuhan dan Perkembangan Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terbentuk dari penebalan jaringan endoderm di belakang tuberkulum impar, kemudian melekuk ke caudal yang disebut thyroid diverticulum. Selama perkembangan lidah, thyroid diverticulum akan bermigrasi ke kaudal sehingga terbentuklah duktus tiroglossus. Duktus tiroglossus ini akan tersisa sebagai foramen caecum dan lobus pyramidalis kelenjar tiroid. Bagian duktus yang lain akan menghilang, sedangkan thyroid diverticulum yang bermigrasi ke kaudal akan membentuk dua lobus yaitu kelenjar tiroid.

Gambar 13. Pertumbuhan dan perkembangan glandula tiroid Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

3. Penyimpangan/Gangguan Tumbuh Kembang Oromaksilofasial


Adanya gangguan/penyimpangan tumbuh kembang oromaksilofasial menyebabkan terjadinya anomali/congenital malformation. Anomali yang terjadi antara lain dapat berupa : A. Anomali fasial

Gambar 14. Anomali fasial Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

B. Anomali rongga mulut Anomali yang terjadi pada rongga mulut dapat mengenai bibir, rahang, palatum dan lidah. Anomali perkembangan pada bibir, rahang dan palatum berupa cleft/sumbing. Cleft yang terjadi pada bibir atau palatum bisa berdiri sendiri atau kombinasi keduanya. Klasifikasi cleft : Labio schisis/cleft lip/sumbing bibir Dengan atau tanpa cleft rahang. Bila cleft mengenai bibir dan rahang disebut labio gnatho schisis. Dapat terjadi unilateral atau bilateral, komplet atau tidak komplet. Palatal cleft : bifid uvula, hanya mengenai palatum lunak/molle atau mengenai palatum keras/durum dan palatum lunak. Kombinasi : Labio gnatho palato schisis/sumbing bibir, rahang dan palatum. Dapat terjadi unilateral/bilateral, komplet atau tidak komplet.

Gambar 15. Anomali rongga mulut Sumber : The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed, K.L Moore, 1993.

Adanya variasi dari lokasi cleft ini disebabkan karena bibir dan palatum primer terbentuk lebih dahulu daripada palatum sekunder. Jadi, cleft lip yang berdiri sendiri merupakan akibat dari gangguan perkembangan pada tahap awal, sedangkan cleft palate yang berdiri sendiri merupakan akibat dari gangguan pada tahap berikutnya, dimana palatum primer sudah menutup. Kontrasnya, gangguan perkembangan yang berkepanjangan dapat mencegah penutupan palatum primer dan palatum sekunder sehingga menyebabkan anomali kombinasi yang parah. Cleft lip dan cleft palate ini juga dapat terjadi bersamaan dengan gangguan perkembangan yang lain, seperti syndrom down, syndrom patau dan cleidocranial dysplasia. Anomali lidah dapat berupa bifid tongue, cleft tongue. Pada bifid tongue, kegagalan fusi tonjol lateral lidah dari posterior hingga apex lidah terbelah. Sedangkan pada cleft tongue kegagalan fusi tonjol lateral lidah hanya di bagian posterior. Anomali lidah yang lain dapat berupa : makroglossia, mikroglossia, ankyloglossia (tongue tie). C. Anomali lain Meskipun jarang, pada beberapa kasus juga dapat ditemukan anomali dari branchial apparatus seperti branchial/lateral servical sinus, branchial cyst, branchial fistula dan disostosis mandibulofasialis. Sedangkan anomali dari kelenjar tiroid dapat berupa thyroglossal duct cyst. Anomali tersebut terjadi karena adanya gangguan pada saat proses tumbuh kembang oromaksilofasial.

Etiologi Kelainan Tumbuh Kembang Oromaksilofasial


Etiologi dari kelainan tumbuh kembang oromaksilofasial ini menyangkut banyak faktor, diantaranya : a. Gen (monogen) atau poligen yang dikaitkan dengan faktor lingkungan. b. Kromosom Kelainan yang dianggap berperan dalam menjadikan sindrom celah langit dan bibir berupa kelainan dalam jumlah kromosom atau dalam bentuk struktur. Biasanya kondisi yang dikaitkan dengan kelainan kromosom tidak dapat bertahan hidup lebih lama, 60% cenderung abortif. c. Faktor lingkungan Faktor ini biasanya bekerja dalam interaksi dengan faktor genetik, menjadikan mutasi gen baru. Faktor lingkungan juga bisa secara langsung menyebabkan kelainan celah bibir dan langit-langit, yaitu adanya unsur teratogenik pada masa kehamilan, seperti infeksi virus, obatobatan (thalidomide, valium, cortison), defisiensi vitamin, faktor hormon, faktor fisik dan mekanik (stress, merokok, radiasi). Kepustakaan 1. Cawson RA, Odell EW and Porter S. Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
Churchill Livingstone, London. 2002. 2. Moore, K.L., The Developing Human, Clinically Oriented Embryology 5th Ed. London, W.B. Saunders, 1993. 3. Sadler, T.W., Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7. Edisi terjemahan : Alih Bahasa : dr Joko Suyono, Jakarta, EGC, 1996. 4. Van Rensburg BGJ. Oral Biology. Quintessence Publishing Co. Inc., Germany. 1995

LEMBAR TUGAS
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN OROMAKSILOFASIAL
Adanya gangguan atau penyimpangan pada proses tumbuh kembang dapat menimbulkan terjadinya anomali, baik itu anomali pada fasial maupun anomali pada rongga mulut. 1. Jelaskan anomali fasial yang terdapat pada gambar di bawah ini!

a. Apa nama kelainannya? b. Anomali tersebut merupakan kegagalan dari fusi apa? 2. Jelaskan anomali rongga mulut yang terdapat pada gambar di bawah ini!

a. Apa nama kelainannya? b. Anomali tersebut merupakan kegagalan dari fusi apa? 3. a. b. c. d. e. f. g. h. Jelaskan anomali berikut ini! Lengkapi penjelasan dengan gambar! Branchial cyst Branchial sinus Branchial fistula Disostosis mandibulafasialis Thyroglossus duct cyst Macroglossia Microglossia Ankyloglossia

You might also like