You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Keadaan tersebut dapat tercapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Dalam hal ini, air menempati proporsi yang besar dalam tubuh, dimana air tersebut tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu cairan intraselular dan cairan ekstraselular. Pendistribusian air di dalam dua kompartemen utama (cairan intraselular dan cairan ekstraselular) ini sangatlah bergantung kepada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat di dalam kedua kompartemen tersebut. Karena membran sel yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk setiap zat, maka komsentrasi larutan (osmolalitas) pada kedua kompartemen juga akan berbeda. Di samping itu, cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk kehidupan.

1.2 Tujuan 1.2.1 Sebagai media pembelajaran bagi setiap mahasiswa 1.2.2 Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya kebutuhan akan cairan dan elektrolit

1.3 Manfaat 1.3.1 Sarana membaca 1.3.2 Pelengkap arsip studi 1.3.3 Media pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

1.

Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran cairan tubuh di dalam pembuluh kapiler dan jelaskan bagaimana mekanismenya sehingga terjadi keseimbangan cairan tubuh! Pembahasan : Sebelum kita membahas faktor yang memengaruhi pertukaran cairan di dalam kapiler dan mekanisme terjadinya keseimbangan tubuh, perlu kita teori keseimbangan cairan tubuh. Dalam tubuh kita mengenal istilah Total Body Water (TBW) atau total seluruh cairan dalam tubuh kita. Berat cairan dalam tubuh kita berkisar 60% dari berat badan kita. Hal ini menunjukkan bahwa cairan merupakan komponen terbesar dalam tubuh kita. 60% cairan dalam tubuh, terbagi dalam tiga komponen utama, yaitu cairan intraseluler, cairan interstisial, dan cairan plasma (intravaskuler), dengan komponen terbanyak adalah cairan intraseluler. Cairan plasma dan interstisial dipisahkan oleh membran kapiler, sedangkan cairan intertisium dan intrasel dipisahkan oleh membran sel. Walaupun mempunyai kompartemen masing-masing, namun komposisi diantara ketiganya dapat berubah karena pengaruh lain.
Tubuh 100% Cairan 60% (100) Jaringan 40%

Intraseluler 40% (60)

Ekstraseluler 20% (40)

Interstisial 15% (30)

Intravaskuler 5% (10)

Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University Center for Veterinary Health

Faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran cairan tubuh di dalam pembuluh kapiler adalah: Tekanan hidrostatik, adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu likuid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisial, sehingga cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa metabolismee berpindah dari sel menuju kapiler karena tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisial. Tekanan osmotik koloid, merupakan tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh protein plasma yan cenderung untuk menimbulkan pergerakan cairan secara osmosis dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh protein plasma ini pada keadaan normal mencegah hilangnya volume airan yang cukup bermakna dari darah ke dalam ruang interstisial. Dibagian ujung vena kapiler, tekanan onkotik dan penurunan tekanan hidrostatik vena akan menarik air dan produk-produk sisa metabolisme menuju kapiler untuk difiltrasi melalui ginjal. Tekanan kapiler, cenderung mendorong cairan keluar membran kapiler. Tekanan cairan interstisial, yang cenderung mendorong cairan ke dalam melalui membran kapiler bila nilainya positif tetapi keluar bila nilainya negatif.

Mekanisme pertukaran cairan hingga terjadi keseimbangan cairan tubuh: Keseimbangan air mengacu pada ekuilibrium yang dipertahankan antara masukan (intake) dan haluaran (output) air. Masukan air berasal dari cairan yang diminum, air dalam makanan, dan air hasil oksidasi bahan makanan. Air tersebut dipakai dalam proses metabolik tubuh dan diperlukan untuk mengangkut produk limbah untuk diekskresi melalui urine, kulit, paru, dan tinja. Komposisi cairan tubuh diatur oleh ginjal dan paru, yang mendapat masukan dari jantung dan kelenjar-kelenjar tubuh. Sedangkan hormon, khususnya aldosterone dan ADH, berfungsi mengatur komposisi plasma dan cairan tubuh lainnya. Pengaturan keseimbangan ini terjadi melalui rasa haus, ADH, aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid. Rasa haus merupakan suatu keinginan secara sadar terhadap air yang biasanya terjadi pertama kali bila osmolalitas plasma mencapai kira-kira 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus pada hipotalamus sensitif terhadap perubahan osmolalitas cairan ekstrasel ini. Bila osmolalitas meningkat, sel 3

mengkerut dan sensasi rasa haus dialami sebagai akibat dari dehidrasi. Keadaan ini merangsang rasa haus melalui mekanisme sebagai berikut: a. Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II. Angiotensin II ini kemudian merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab untuk meneruskan sensasi haus. b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaras saraf yang mengakibatkan sensasi rasa haus. c. Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan lokal dari mulut pada status hyperosmolar. Hormon antidiuretic (ADH) dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Maksudnya, ADH diproduksi untuk merespon stimulus osmotik dan nonosmotik yang sama sehingga menyebabkan sensasi haus. ADH ini mengakibatkan retensi air oleh ginjal dan penurunan keluaran air. Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal, bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium yang kemudian menjadi retensi air. Pelepasan aldosterone dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, oleh kadar natrium serum, dan oleh sistem angiotensin-renin. Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan yang berfungsi dalam respon radang, dalam pengendalian tekanan darah, dalam kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin ginjal berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium, dan efek ginjal pada ADH. Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan dalam kadar glukokortikoid akan menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga tempat cairan tersebut, yaitu intraseluler, interstisial, dan intravaskuler. Pergerakan cairan dan elaktrolit tersebut harus dipertahankan dalam keadaan seimbang. Pergerakan cairan tubuh ini dipengaruhi oleh gaya-gaya utama yang menyebabkan cairan dan elektrolit tersebut bergerak. Gaya tersebut meliputi difusi, osmosis, filtrasi, dan transpor aktif.

Difusi merupakan pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang mempunyai konsentrasi rendah dan hasil akhir dari proses tersebut adalah konsentrasi di kedua kompartemen menjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan, seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain. Contoh proses difusi adalah pergerakan oksigen dari kapiler darah ke sel. Difusi oksigen ini terjadi karena perbedaan konsentrasi oksigen antara di kapiler dengan di sel.

Osmosis adalah gerakan air yang melewati membran semipermeable dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Tujuan dari osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solut) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan. Konsentrasi solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan tekanan osmosis dapat memengaruhi kecepatan osmosis. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmosis pada larutan tersebut menjadi tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. Tekanan osmotik atau osmolalitas antara lain dipengaruhi oleh jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi antara cairan intravaskuler dengan ekstravaskuler. Contohnya, osmosis air dari interstisial ke venula bersamaan dengan perpindahan kerbondioksida, urea, dan sampah metabolisme lainnya untuk diekskresi oleh tubuh.

Filtrasi merupakan suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan yang lebih besar pada satu sisi membran dibandingkan dengan sisi lain. Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikel-partikel bergerak melewati membran. Tekanan atau bobot cairan ini disebut dengan tekanan hidrostatik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa filtrasi terjadi dari daerah yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke daerah yang tekanan hidrostatiknya rendah. Misalnya, bergeraknya air dan solut dari intravaskuler ke interstisial terjadi karena tekanan hidrostatik pada intervaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan interstisial.

Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energy untuk menggerakkan berbagai materi untuk menembus membran sel. Pada transpor aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membran sel dari larutan yang konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi dengan memakai energy. Contoh transpor aktif ini adalah pada pompa natrium dan kalium, dimana natrium dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk ke sel. 5

2.

Jelaskan bagaimana proses terjadinya udim dan apa yang menyebabkan terjadinya udim! Pembahasan: Edema menunjukkan adanya cairan yang berlebihan di jaringan tubuh yang pada sebagin besar keadaan, edema sering terjadi pada kompartemen cairan eksternal, tetapi juga melibatkan kompartemen cairan intrasel. Edema atau sembab adalah meningkatkan volume cairan ekstraseslular dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang diserta dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan dan rongga-rongga badan). Edema ini bisa bersifat lokal (setempat) atau general (umum). Edema yang bersifat lokal, misalnya terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrotorax), di bawah kulit ( edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantuing (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (geberal edema). Cairan edema diberi istilah transudate, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jenih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila di dalamnya mengandung sejumlah fibrinogen plasma.

Edema Intrasel Dua kondisi yang memudahkan terjadinya pembengkakan intrasel adalah depresi sistem metabolisme jaringan dan tidak adanya nutrisi bagi sel yang adekuat. Misalnya, bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrient tentu saja berkurang. Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Sehingga, bila hal ini terjadi, ion natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi dipompa keluar dari sel, dan kelebihan ion natrium dalam sel akan menimbulkan osmosis air ke sel. Kadangkadang hal ini dapat meningkatkan volume intrasel suatu jaringan, bahkan pada seluruh tungkai yang iskemik sampai dua atau tiga kali volume normal. Bila hal ini terjadi, biasanya merupakan awal terjadinya kematian jaringan. Edema intrasel juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang, yang biasnya mempunyai efek langsung pada membran sel, yaitu meningkatkan permeabilitas membran dan memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi masuk ke dalam sel, yang diikuti dengan osmosis air ke dalam sel.

Edema Ekstrasel Edema ekstrasel terjadi apabila ada akumulasi caiaran yang berlebihan ke dalam ruang ekstrasel. Penyebab edema ekstrasel yang paling umum dijumpai adalah adanya kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi kapiler dan kegagalan sistem limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstitium ke dalam darah.

Proses terjadinya edema (oedema) Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari intravaskuler ke interstisial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hokum Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik di dalam dan di luar vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg, yang dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Dan tekanan osmotik koloid plasma sebesar 20-25 mmHg, yang ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler, sedangkan sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Pada kondisi normal, tekanan hidrostatik di kapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut di dalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk kedalam ruang interstisial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan cara osmosis dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume cairan secara terusmenerus dari darah ke dalam ruang interstisial.

Penyebab terjadinya edema a. Adanya kongesti Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravascular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung), sehingga menimbulkan perembesan cairan plasma ke ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan. b. Penurunan tekanan osmotik koloid Bila protein plasma di dalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun, yang memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Hal ini menimbulkan akumulasi 7

cairan dalam jaringan dengan penurunan volume plasma sentral. Ginjal berespon terhadap penurunan volume sirkulasi melalui aktivitas sitem reninangiotensin, yang mengakibatkan reabsorpsi tambahan terhadap natrium dan air. Volume intravaskuler meningkat untuk sementara, namun karena difisit protein dalam plasma belum diperbaiki, penurunan tekanan osmotik koloid tetap rendah terhadap tekanan hidrostatik kapiler. Akibatnya, cairan intravaskuler bergerak ke dalam jaringan, memperburuk edema dan status sirkulasi. c. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler Penyebab paling umum dari peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung kongestif, dimana peningkatan tekanan vena sistemik dikombinasi dengan peningkatan volume darah. Pada gagal jantung. Jantung gagal untuk mrmompa darah secara normal dari vena ke dalam arteri, hal ini menimbulkan tekanan vena dan tekanan kapiler yang menyebabkan peningkatan garam dan air oleh ginjal, yang meningkatkan volume darah dan lebih lanjut meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler sehingga edema makin bertambah. Penurunan aliran darah ke ginjal juga merangsang sekresi renin, menyebabkan peningkatan pembentukan angiotensin II dan peningkatan sekresi aldosterone, yang menambah beratnya retensi garam dan air oleh ginjal. Penyebab lain dari peningkatan tekanan hidrostatik adalah gagal ginjal dengan peningkatan volume total, peningkatan kekuatan gravitasi akibat berdiri lama, kerusakan sirkulasi vena, dan obstruksi hati. d. Obstruksi atau hambatan limfatik Bila terjadi hambatan limfatik, edema dapat semakin berat, karena protein plasma yang bocor ke dalam ruang interstisial tidak mempunyai jalan lain untuk keluar. Sehingga, peningkatan konsentrasi protein akan meningkatkan tekanan osmotik koloid cairan interstisial, yang akan menarik cairan dari kapiler lebih banyak lagi. Penyebab paling umum dari obstruksi limfatik adalah pengangkatan lomfonodus dan pembuluh darah melalui pembedahan. e. Peningkatan permeabilitas kapiler Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeable yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat 8

bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kepiler, sehingga tekanan osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotik cairan interstisial bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Kerusakan langsung pada pembuluh darah, seperti pada trauma dan luka bakar juga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas hubungan endothelium. Edema lokal dapat terjadi akibat respon terhadap allergen, seperti sengatan lebah. f. Kelebihan air tubuh dan natrium Pada gagal jantung kongesif, curah jantung menurun pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi, peningkatan jumlah aldosterone menyebabkan retensi natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu juga tekanan kapiler intervaskular vena. Jantung yang gagal ini tidak mampu untuk memompa peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan dipaksa masuk ke dalam area.

3.

Jelaskan bagaimana proses terjadinya dehidrasi dan identifikasi apa faktor penyebabnya! Pembahasan : Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) terjadi jika kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium, atau jika terdapat peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis aktif. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas (konsentrasi) serta dehidrasi intrasel meningkat. Faktor-faktor risiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu kecukupan asupan oral (mis; perubahan fungsi neurologis). Klien lansia yang rapuh dan lemah memiliki risiko yang besar untuk mengalami dehidrasi karena terjadi penurunan yang pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan, konsentrasi di ginjal, penurunan respon terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak dalam tubuh, yang membatasi persediaan klien lansia dalam menghadapi situasi pada saat terjadi kekurangan air. Penurunan sekresi ADH (pada diabetes insipidus) dapat menyebabkan kehilangan air yang besar. Ketidakseimbangan hiperosmolar dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan pemberian formula hipertonik melalui selang pemberian makan atau pemberian larutan IV yang meningkatkan jumlah solut dan konsentrasi darah. Pada kondisi ini, air bergerak keluar 9

dari cairan intrasel untuk mempertahankan volume cairan ekstrasel. Pada akhirnya, fungsi selular menjadi rusak dan sirkulasi menjadi kolaps. Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan) terjadi ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH berlebihan. Efek keseluruhannya adalah dilusi (pengenceran) volume cairan ekstrasel disertai osmosis air ke dalam sel. Sel-sel otak sangat sensitive dan proses ini dapat menyebabkan edema serebral, yang dapat menyebabkan penurunan level kesadaran, koma, dan bahkan kematian.

4.

Pada orang normal berapa kebutuhan cairan tubuh per hari dan bagaimana cairan itu didapatkan! Pembahasan: Kebutuhan cairan dan elektrolit per hari adalah: a. Pada orang dewasa Air 30-35 ml/kg dan setiap kenaikan suhu 10C diberi tambahan 10-15%. K+ 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5 gram) Na+ 1-2 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9 gram)

a. Pada bayi dan anak-anak Air 0-10kg: 4 ml/kg/jam (100 ml/gram), 10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg) >20 kg: 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500 ml + 20 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg) K+ 2 mEq/kg (2-3 mEq/kg) Na+ mEq/kg (3-4 mEq/kg)

Cairan tubuh didapat melalui tiga cara yaitu, pertama asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif dari karbohidrat, protein, dan lemak yaitu sekitar 250 300 ml per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100 1400 ml per hari, dan cairan yang diperoleh dari makanan padat sekitar 700 1000 ml per hari.

5.

Jelaskan bagaimana cara menghitung balance cairan pada orang normal atau klien yang terpasang alat-alat perawatan. Kapan balance cairan dilakukan (pagi, siang, malam atau sewaktu-waktu)!

10

Pembahasan: Menghitung balance cairan berhubungan dengan intake dan output cairan. Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output). Tujuannya dari menghitung balance cairan ini adalah untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien serta menentukan tingkat dehidrasi klien. Menghitung balance cairan biasanya dilakukan sehari sekali pada pagi hari sebelum makan atau minum dalam waktu yang konsisten setiap harinya.

Prosedur: a. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh bisa meelalui air yang diminum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), ataupun melalui cairan intravena. b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah. c. Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.

Hal yang perlu diperhatikan adalah rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan yang disajikan pada table berikut: Masukan/Intake Cairan oral 1100 - 1400 ml Air dalam makanan 800 - 1000 ml Hasil oksidasi 300 ml TOTAL 2200 - 2700 ml Haluaran/Output Urine 1200 - 1500 ml Kulit 500 - 600 ml Paru-paru 400 ml Feses 100 - 200 ml TOTAL 2200 - 2700 ml

Tabel 2-1 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan dalam tubuh pada orang dewasa Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Rumus balance: cairan masuk cairan keluar IWL Rumus IWL: 15 cc x kgBB Rumus IWL kenaikan suhu: [(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] / 24 jam + IWL

11

6.

Jelaskan apa perbedaan hipovolemia dan dehidrasi, jelaskan itu terjadi dan berikan beberapa contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkannya! Pembahasan: Hipovolemia Hipovolemia merupakan kehilangan volume cairan sirkulasi (penurunan volume darah) yang dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi yang secara bermakna menguras volume darah normal, plasma, atau air. Patologi dasarnya, tanpa memperhatikan tipe kehilangan cairan yang pasti, dihubungkan dengan defisit volume/tekanan cairan sirkulasi actual. Contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkan hipovolemia, misalnya hemoragi, luka bakar, dan trauma. Hemoragi terjadi sebagai akibat dari kehilangan darah masif. Beberapa kondisi yang menimbulkan kehilangan darah drastic mencakup pendarahan gastrointestinal, hemoragi pascaoperasi, hemophilia, persalinan, dan trauma. Kehilangan darah minimal, sampai 10% dari volume total tidak menimbulkan perubahan nyata pada tekanan darah atau curah jantung. Namun, jika sampai kehilangan darah sampai 45% dari volume darah total akan menurunkan curah jantung maupun tekanan darah sampai nol. Luka bakar, khususnya luka bakar derajat-tiga, sering menyebabkan syok hipovolemia. Mekanisme terjadinya syok ini tidak terlalu berhubungan dengan kehilangan cairan, tetapi kehilangan protein plasma melalui permukaan yang terbakar. Kehilangan protein plasma ini akan menurunkan tekanan osmotik koloid. Trauma yang dimaksud adalah bentuk cedera remuk pada otot dan tulang, luka tembak, dan penetrasi pada pembuluh darah, visera, atau organ vital lain oleh pisau atau alat tajam lain yang menimbulkan status syok terutama melalui kehilangan darah tiba-tiba dan hebat. Jumlah kehilangan darah yang tidak terduga karena trauma dapat tersembunyi dalam jaringan, organ, dan ruang ketiga selama variable waktu sebelum gejala syok terlihat. Sebagai contoh, otot paha dapat menahan sampai 1000 ml darah akibat fraktur femur atau robekan pada pembuluh darah femoralis.

Dehidrasi Jenis dehidrasi ada dua yaitu (Long 1992): a. Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibandingkan kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, 12

sehingga terjadi pemindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi dehidrasi pada intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka dapat menyebabkan kematian pada sel. Contoh dehidrasi jenis ini adalah, misalnya seseorang yang meminum air laut saat kehausan berat. b. Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibandingkan kekurangan air (dehidrasi hipertonis). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam intrasel. . Contoh dehidrasi jenis ini adalah, misalnya orang yang kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.

Dehidrasi merupakan kekurangan air dalam satu periode waktu yang dapat diganti melalui mekanisme regulator normal. Dengan demikian, tubuh berada dalam keseimbangan air yang negative. Contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkan dehidrasi, misalnya berkeringat yang berlebihan; kehilangan cairan melalui

gastrointestinal sehubungan dengan diare, muntah, atau pengisapan gastrointestinal atas; demam; diabetes insipidus; asites; fase diuretic dari gagal ginjal akut; ketoasidosis diabetic; penyakit Addison; hipoaldosteronisme; kekurangan masukan volume cairan adekuat; diuresis osmotik; hiperventilasi; dan penggunaan diuretic yang tidak tepat.

7.

Jelaskan apa tanda atau gejala kelebihan dan kekurangan cairan tubuh! Penjelasan: Tanda dan gejala dari kekurangan cairan, yaitu : i. Saat terjadi dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2 % cairan tubuh), respon tubuh akan menimbulkan rasa haus yang teramat sangat, mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang dan produksi kencing pun menurun. Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh, suhu tubuh menjadi panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman, nafsu makan hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual. ii. Ketika cairan yang hilang mencapai 5-6% dari berat badan, frekuensi nadi meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin 13

tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat. Kehilangan cairan tubuh 10-15% dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan kesadaran. Dan apabila mencapai lebih dari 15% akan mengakibatkan kegagalan multi-organ dan mengakibatkan kematian. iii. Pemeriksaan fisik: nadi cepat tetapi lemah, kolaps vena, hipotensi, frekuensi napas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, kehilangan berat badan yang cepat. iv. Hasil pemeriksaan laboratorium: berat jenis urine > 1,025, peningkatan semu hematocrit > 50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN) > 25mg/100ml Tanda dan gejala dari kelebihan cairan, yaitu : i. Pemerikasaan fisik: denyut nadi kuat, pernapasan cepat, hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena, suara krakels di paru-paru, peningkatan berat badan yang cepat. ii. Hasil pemerikasaan laboratorium: penurunan semu BUN < 10mg/100ml.

8.

Jelaskan bagaimana cara menentukan derajat dehidrasi (pada anak dan dewasa). Pembahasan : Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialami. Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan. Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada klien. Penurunan Berat Badan Akut 2-5% 5-10% 10-15% 15-20% Keparahan Defisit Cairan Tubuh Ringan Sedang Berat Fatal

Tabel 2-2 Penurunan berat badan sebagai indikator dehidrasi Dikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika

14

Penilaian Lihat: keadaan umum Mata Air mata Mulut dan llidah Rasa haus Periksa: turgor kulit Hasil pemeriksaan

A Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa, tidak haus Kembali cepat Tanpa dehidrasi

B Gelisah, rewel* Cekung Tidak ada Kering Haus, ingin minum banyak* Kembali lambat* Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda *, ditambah 1 atau lebih tanda lain

C Lesu, lunglai, atau tidak sadar* Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering Malas minum atau tidak bisa minum* Kembali sangat lambat* Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda *, ditambah 1 atau lebih tanda lain

Tabel 2-3 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien Dikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika

Skor Aspek yang Dinilai Keadaan umum Baik 1 2 Lesu / haus 3 Gelisah, lemas, mengantuk, syok Mata Mulut Pernapasan Turgor Nadi Biasa Biasa <30 x/menit Baik <120 x/menit Cekung Kering 30-40 x/menit Kurang 120-140 x/menit Sangat cekung Sangat kering >40 x/menit Jelek >140 x/menit

Tabel 2-4 Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO

Hasil : Skor 6 Skor 7-12 Skor 13 = tanpa dehidrasi = dehidrasi ringan sampai sedang = dehidrasi berat

Dehidrasi Ringan Sedang Berat


Shock

Dewasa
4% 6% 8%

15-20%

Anak 4-5% 5-10% 10-15% 15-20%

Tabel 2-5 Penilaian derajat dehidrasi pada dewasa dan anak Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

15

9.

Jelaskan kapan seorang klien membutuhkan terapi cairan. Pembahasan : Seorang klien membutuhkan terapi cairan saat : Pembedahan Prosedur pembedahan menyebabkan perubahan keseimbangan cairan pada hari kedua sampai hari kelima setelah pembedahan karena respon stress tubuh terhadap trauma pembedahan. Peningkatan sekresi ADH menyebakan penurunan haluaran urine. Selama fase retensi cairan, mekanisme dan respon sistem saraf simpatik membantu mempertahankan volume sirkulasi darah dan tekanan darah setelah pembedahan. Setelah hari kedua pasca operasi, dimulailah fase diuretic : kadar hormon kembali ke nilai normal sehingga kelebihan natrium dan air diekskresikan. Setelah pembedahan, klien dapat memperlihatkan banyak perubahan dalam asambasa. Klien yang enggan mengambil napas dalam dan batuk dapat mengalami asidosis respiratorik akibat tertahannya CO2 sehingga terjadi peningkatan PaCO2. Pengisapan melalui selang nasogastric pada klien dapat menyebabkan alkalosis metabolik akibat kehilangan asam lambung, cairan, dan elektrolit. Luka Bakar Klien yang menderita luka bakar parah derajat dua atau tiga, akan kehilangan cairan tubuh. Semakin luas permukaan tubuh yang terbakar, semakin besar kehilangan cairan. Klien yang menderita luka bakar mengalami kehilangan cairan tubuh melalui salah satu dari lima rute berikut. Pertama, plasma meninggalkan ruang intravascular dan terperangkap menjadi edema. Kondisi ini juga disebut sebagai perpindahan cairan plasma ke ruang interstisial. Hal ini diikuti dengan hilangnya protein serum. Kedua, plasma dan cairan interstisial hilang sebagai eksudat luka bakar. Ketiga, uap air dan panas hilang sesuai dengan proporsi besarnya daerah kulit yang terbakar. Keempat, darah bocor dari kapiler yang sudah rusak, sehingga menambah kehilangan volume cairan intravascular. Terakhir, perpindahan natrium dan air masuk ke dalam sel, yang lebih jauh membuat volume cairan ekstrasel semakin berkurang. Gangguan Kardiovaskular Kegagalan jantung membuat penurunan curah jantung. Akibatnya, perfusi ke ginjal menurun dan haluaran urine berkurang. Klien yang mengalami peningkatan natrium dan air, menyebabkan beban kerja sirkulasi berlebih, sehingga menyebabkan edema paru. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan gagal 16

jantung, dapat dikendalikan untuk sementara dengan obat-obatan dengan pembatasan asupan cairan dan natrium. Tujuan pengurangan cairan ini adalah untuk menurunkan kerja ventrikel kiri jantung dengan cara mengurangi volume cairan sirkulasi yang berlebihan. Gangguan Pernapasan Banyak perubahan fungsi pernapasan yang menjadi faktor predisposisi bagi klien untuk mengalami asidosis respiratorik. Misalnya, perubahan yang terkait dengan pneumonia, kelebihan sedative, dan penyakit paru obstruktif menahun, akan mengganggu eliminasi karbondioksida.

10.

Jelaskan apa perbedaan rehidrasi atau resusitasi dan maintenance cairan. Pembahasan: Cairan rehidrasi atau resusitasi Merupakan cairan yang digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dengan jumlah yang cukup besar dan kecepatan yang tinggi tergantung kebutuhan sehingga dapat meresortasi cairan. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk memperbaiki volume sirkulasi, agar tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dan oksigenasi sel, sehingga dapat mencegah iskemi jaringan dan gagal organ. Kategori paling umum yang digunakan untuk terapi cairan resusitasi adalah kristaloid isotonik dan koloid, yang terdiri dari larutan garam tanpa tambahan dextrose. Kristaloid isotonik memiliki kandungan garam/Na+ relative tinggi (>100 mEq/L), tujuannya agar bertahan lama di ekstraseluler (intravaskuler). Dextrose dikecualikan sehingga tidak menaikkan output urine secara artifisial. Cairan kristaloid dan koloid mengandung elektrolit yang sesuai dengan osmolalitas plasma, sehingga dapat diberikan dalam waktu cepat dengan jumlah yang banyak. Contoh cairan kristaloid adalah RL, Ringer asetat, Normal Saline atau NaCl 0,9%. Contoh cairan koloid adalah hidroksi, gelatin, albumin 5%, dan hesteril. Namun jenis kristaloid untuk resusitasi yang paling umum digunakan dalam perawatan kritis bedah adalah RL. Selain itu, jenis cairan yang juga digunakan untuk resusitasi adalah PlasmaLyte A, PlasmaLyte 56, dan PlasmaLyte 148.

Cairan maintenance Sedangkan cairan maintenance merupakan cairan yang dibuat untuk mengganti kekurangan cairan yang dapat diukur maupun yang tidak dapat diukur dengan volume cairan yang normal selama 1-2 hari. Sebaliknya, cairan maintenance menggunakan 17

elektrolit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan harian (Na+ dan K+) atau menggunakan elektrolit komposisi lengkap (Na, Cl, K, Mg, Zn), atau cairan bernutrisi seperti dextrose, xylitol, asam amino, lipid, dan lain-lain. Contoh cairan yang digunakan adalah 2,5% dekstrose dalam 0,45% NaCl, KNMY, KNIB, KN, 3A, triofulsin, dan lain-lain. Jika tujuan pemberian cairan resusitasi adalah untuk memperbaiki gangguan hemodinamik, maka tujuan dari pemberian cairan maintenance adalah memelihara homeostatis pada klien.

11.

Jelaskan alasan seseorang diberikan terapi cairan dan elektrolit. Pembahasan : Alasan seseorang diberikan terapi cairan dan elektrolit adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energy dalam proses metabolisme, memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat. Yang perlu diperhatikan adalah jenis cairan yang digunakan dalam terapi cairan dan elektrolit, dimana pemilihan jenis cairan harus berdasarkan pertimbangan kompartemen yang terganggu atau yang mengalami defisit.

12.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan cairan isotonis, hipotonis, dan hipertonis! Kapan disertagunakan dan berikan contoh cairan tersebut? Pembahasan: Cairan isotonis Adalah cairan yang konsentrasi atau kepekatannya sama dengan cairan tubuh atau dengan kata lain mempunyai osmolalitas total yang mendekati cairan ekstraseluler dan tidak menyebabkan sel darah merah mengkerut atau mengembang. Cairan isotonik ini meningkatkan volume cairan ekstraseluler, dimana satu liter pemberian cairan isotonis meningkatkan satu liter cairan ekstraseluler. Namun, cairan ini hanya meningkatkan liter plasma karena cairan isotonis merupakan cairan kristaloid yang berdifusi dengan cepat ke dalam kompartemen CES. Untuk alasan yang sama, 3 liter cairan isotonis dibutuhkan untuk menggantikan 1 liter darah yang hilang.

18

Cairan hipotonis Adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut atau kepekatannya kurang dari cairan tubuh. Salah satu tujuan dari pemberian larutan hipotonis adalah untuk menggantikan cairan seluler, karena larutan ini bersifat hipotonis terhadap plasma. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.

Cairan hipertonis Adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut atau kepekatannya melebihi cairan tubuh. Sehingga, larutan ini akan menarik air dari kompartemen intraseluler ke kompartemen ekstraseluler dan menyebabkan sel-sel menjadi mengkerut. Jika diberikan dengan cepat dan atau dalam jumlah yang besar, hal ini bisa menyebabkan kelebihan volume ekstraseluler. Sehingga, pemberian cairan ini harus lebih berhati-hati dan biasanya diberikan hanya jika osmolalitas serum menurun sampai ke batas rendah yang berbahaya.

Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi adalah sebagai berikut: i. Cairan pengganti (rehidrasi atau resusitasi), tonisitas 275 295 mOsm/L Bersifat isotonis karena konsentrasi partikel terlarut sama dengan cairan intraseluler, sehingga menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Contoh cairan isotonis, seperti NaCl 0,9%, Lactate Ringers atau RL, dan koloid. ii. Cairan rumatan (maintenance), tonisitas < 270 mOsm/L Bersifat hipotonis karena konsentrasi partikel terlarut lebih kecil daripada konsentrasi cairan intraseluler (CIS) atau dengan kata lain cairan hipotonis mempunyai osmolaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan serum (kadar Na+ lebih rendah) sehingga pemberian cairan hipotonis ini akan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan akan ditarik dari dalam pembuluh darah ke jaringan sekitar sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Contoh cairan hipotonis, seperti dekstrosa 5%, dekstrosa 5% dalam Salin 0,25%, 0,45% larutan saline, 2,5% dekstrosa dalam air, dan 0,33% larutan saline. iii. Cairan khusus, tonisitas > 295 mOsm/L Bersifat hipertonis karena konsentrasi partikel terlarut lebih besar daripada CIS, sehingga menyebabkan air keluar dari sel dan menuju daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Contoh cairan hipertonis, seperti NaCl 3%, NaCl 7,5%, mannitol, sodium bikarbonat, dan natrium laktat hipertonik. 19

13.

Pada klien dehidrasi atau hipovolemia, cairan yang digunakan untuk resusitasi adalah RL. Jelaskan apa alasannya! Pembahasan: Cairan yang digunakan untuk resusitasi umumnya bersifat isotonis atau tergantung kompartemen yang akan diresusitasi. Dalam prakteknya, RL merupakan cairan golongan kristaloid yang paling sering digunakan sebagai terapi cairan pengganti (resusitasi atau replacement therapy), misalnya pada dehidrasi atau syok hipovolemia. Hal ini dikarenakan cairan ini mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan ekstraseluler (CES=CEF). Cairan ini akan diam di dalam intrasvaskuler dan mengganti cairan yang hilang. Selain itu, keuntungan dari cairan ini antara lain karena factor finalsial, yaitu harganya yang cukup murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanannya yang sederhana, dan dapat disimpan lebih lama.

14.

Pada pengkajian keperawatan yang berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan volume cairan dan elektrolit, apa saja yang perlu ditanyakan dan pemeriksaan fisik apa saja yang perlu dilakukan? Pembahasan: Hal yang perlu ditanyakan dalam proses pengkajian keperawatan yang berhubungan dengan kelebihan dan cairan adalah: Apakah klien ada perubahan berat badan? Apakah klien sering mengalami sakit kepala atau kepala pening/pusing? Apakah klien ada riwayat anokreksia atau kram abdomen? Berapa gelas kira-kira klien minum cairan dan porsi makan klien berapa?

Pemeriksaa fisik yang perlu dilakukan adalah: Observasi apakah klien mengalami iritabilitas, latergi, dan konfusi atau disorientasi. Inspeksi fontanel (pada bayi), mata, tenggorokan dan mulut. Periksa sistem kardiovaskular dengan menginspeksi vena dan bagian-bagian tubuh yang tertekan pada saat berbaring, seperti tungkai, sakrum, dan punggung. Palpasi denyut nadi, jika terdapat edema, atau distrimia. Serta auskultasi apakah ada bunyi jantung ketiga. Periksa sistem pernapasan dengan menginspeksi frekuensi napas dan auskultasi apakah ada krekels. 20

Periksa sistem gastrointestinal dengan menginspeksi abdomen serta apakah klien ada muntah atau diare, dan auskultasi peristaltik klien.

Periksa sistem ginjal dengan menginspeksi kondisi urine serta menimbang berat jenis urine.

Periksa sistem neuromuscular dengan menginspeksi apakah klien ada mengalami kram otot, kesemutan, atau koma. Palpasi apakah klien hipotonisitas atau hipertonisitas. Dan perkusi tendon untuk mengetahui reflex tendon.

Periksa kulit dengan mengukur suhu tubuh, inspeksi apakah kering atau ada kemerahan atau tidak. Palpasi kulit untuk mengetahui tekanan turgor, suhu, dan kelembaban.

15.

Apa diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kelebihan maupun kekurangan cairan dan elektrolit, apa tujuan dan rencana tindakan Anda (bisa menggunakan acuan NANDA, NOC dan NIC). Pembahasan: Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan kelebihan maupun kekurangan cairan dan elektrolit adalah: Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan mekanisme regulasi yang terganggu Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan asupan cairan Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan asupan natrium Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi Resiko penurunan perfusi jaringan jantung karena hipovolemia Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema Kerusakan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan: klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam 48 jam.

Hasil yang diharapkan, misalnya pada klien yang didiagnosa kekurangan volume cairan yang berbuhungan dengan kehilangan aktif cairan gastrointestinal melalui muntah: Tanda-tanda vital kembali normal dalam 24 jam. Berat badan stabil 21

Haluaran urine meningkat (70 ml/jam) Berat jenis urine menurun Klien memiliki turgor kulit yang elastis Klien memiliki membran mukosa yang lembab

Intervensi yang bisa dilakukan oleh perawat, misalnya pada klien yang didiagnosa kekurangan volume cairan yang berbuhungan dengan kehilangan aktif cairan gastrointestinal melalui muntah: Dorong dan ukur sejumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit. Rasionalnya, menelan cairan yang sedikit dapat mencegah keinginan untuk muntah yang lebih lanjut. Cairan yang mengandung elektrolit mencegah kehilangan cairan lebih lanjut. Anjurkan klien untuk tidak meminum air murni. Rasionalnya, menelan air murni menyebabkan peningkatan natrium di dalam lambung karena tubuh berupaya untuk membuat air isotonik sehingga dapat terjadi absorpsi. Beri antiemetic parenteral per program dokter. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulus yang dapat merangsang muntah, misalnya meminimalkan aroma yang tidak sedap. Perbanyak lirah baring. Hal ini dapat mencegah stimulasi muntah pada otak. Ukur jumlah haluaran cairan dan banyaknya diuresis. Hal ini memungkinkan cairan dan elektrolit yang hilang digantikan dengan jumlah yang tepat. Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter untuk memberikan cairan parenteral yang mengandung elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu yang lama.

16.

Ny. D 28 tahun berat 48 kg dirawat dengan vertigo dengan keluhan utama mual muntah. Klien mampu untuk makan dan minum tapi tidak maksimal. Keluarga mengatakan klien bisa makan porsi dan minum yang habis dalam sehari 1 botol aqua tanggung. Tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Klien terpasang infuse glukosa dan kadang diganti dengan RL dan mendapat obat metronidazol infuse 3 x 500 mg. Sediaan metronidazol 500 mg dalam 100 cc aquabides. Jelaskan berapa kebutuhan cairan klien dalam sehari dan bagaimana cara pemberiannya dan berapa yang harus di berikan?

22

Pembahasan: Note: Decrease fluid: 20-25ml/kgBB Normal fluid: 25-30ml/kgBB Increase fluid: 30-35ml/kgBB

Kebutuhan cairan harian: 30-35 ml/kgBB Kebutuhan minimal: 30 ml/kg x 48 kg = 1440 ml Kebutuhan maksimal: 35 ml/kg x 48 kg = 1680 ml Intake: Makanan: Minuman: Metronidazol 3 x 100 cc x 700 ml = 175 ml = 600 ml = 300 ml + 1075 ml

Jadi, kebutuhan/asupan cairan klien dalam sehari adalah berikut, yang dapat diberikan secara oral maupun melalui intravena. Minimal: Maksimal: Rata-rata: 1440 ml 1075 ml = 365 ml 1680 ml 1075 ml = 605 ml (365 ml + 605 ml) : 2 = 485 ml

Cairan infus yang diberikan : jumlah cairan yang dimasukkan x faktor tetes lama pemberian x 60 mnt 485 cc x 20 tts/mnt 24 jam x 60 mnt 17. = 6,7 tts/mnt = 7 tts/mnt

Tn. A 40 tahun, berat 58 kg masuk ke ruang UGD dengan keluhan diare sejak kemarin pagi. Klien mengeluh pusing, rasa haus, mulut kering dan tidak kencing dari 8 jam yang lalu. Berapa cc cairan yang di butuhkan untuk melakukan rehidrasi klien tersebut dan bagaimana cairan itu di berikan. Apa yang harus di evaluasi saat pemberian cairan tersebut? Jelaskan apa diagnose keperawatan yang mungkin muncul serta tindakan yang di lakukan untuk mengatasi hal tersebut!

23

Pembahasan: Note: Decrease fluid: 20-25ml/kgBB Normal fluid: 25-30ml/kgBB Increase fluid: 30-35ml/kgBB

Kebutuhan cairan harian: 30-35 ml/kgBB Kebutuhan minimal: 30 ml/kg x 58 kg = 1740 ml Kebutuhan maksimal: 35 ml/kg x 58 kg = 2030 ml Kebutuhan rata-rata: (1740 + 2030) : 2 = 1885 ml Cairan bisa diberikan melalui intravena dan terutama melalui oral karena klien menunjukkan gejala rasa haus.

Hal yang perlu dievaluasi saat pemberian cairan adalah: Posisi lengan, posisi lengan klien terkadang bisa menurunkan aliran infus. Sedikit pronasi, supinasi, ekstensi, atau elevasi lengan dengan bantal dapat meningkatkan aliran. Posisi dan kepatenan selang infus (aliran akan lebih cepat melalui kanula dengan diameter besar, berlawanan dengan kanula kecil). Posisi botol infus, menaikkan ketinggian wadah infus dapat memperbaiki aliran yang tersendat-sendat. Larutan/cairan yang dialirkan, larutan intravena yang kental, seperti darah membutuhkan kanula yang lebih besar dibandingkan dengan air atau larutan salin. Cek TTV

Diagnosa yang mungkin muncul: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran aktif cairan gastrointestinal melalui diare.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah: Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian panyau dan catat tanda-tanda vital setiap 4 jam. 24

Selimuti klien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas untuk mencegah vasodilatasi, terkumpulnya darah di ekstremitas, dan mencegah berkurangnya volume darah sirkulasi.

Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, dranase nasogastric, drainase slang dada, dan haluaran yang lain. Rasionalnya, haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan hipovolemia.

Berikan cairan untuk mengganti cairan serta mempermudah pergerakan cairan ke ruang intravaskuler. Pantau dan catat keefektifan dan semua efek yang tidak diharapkan.

Timbang pasien pada waktu yang sama setiap hari untuk memberikan data yang lebih akurat dan konsisten karena berat badan merupakan indicator yang baik untuk status cairan.

Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut setiap 8 jam untuk memeriksa dehidrasi. Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4 jam untuk menghindari dehidrasi membran mukosa.

Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajarkan klien untuk memantau volume cairan, misalnya dengan mencatat berat badan setiap hari dan mengukur asupan dan haluaran bila memungkinkan. Tindakan ini dapat mendorong keterlibatan klien dlam perawatan personal.

18.

Tn. S 66 kg di Ruang instalasi penyakit neurologi dengan diagnosa stroke hari ke6. Klien terpasang kateter, NGT dan infuse. Dari catatan keperawatan, produksi urine kemarin dalam sehari sebanyak 1600 cc, klien mendapatkan makanan enteral (sonde feeding susu 3 x 250 cc dan buah 1 x 200 cc). Klien mendapatkan injeksi Neurotam IV 3 x 1 gr dan furosemide 2 x 1 ampul. Sediaan neurotam 1 ampul; 500 mg dalam 10 cc aquabides dan furosemide 2 cc/ampul. Jelaskan bagaimana menghitung kebutuhan balance cairan klien dan beberapa cairan infuse yang diberikan! Pembahasan: Intake: Makanan enteral: Sonde feeding susu: 3 x 250 cc = 750 cc 25

Buah : -

1 x 200 cc

= 200 cc

Neutoram IV: 3 x 1 gr (1 gr = 1000 mg). 1 ampul = 500 mg (klien membutuhkan 2 ampul). 3 x 20 cc = 60 cc

Furosemide: 2 x 1 ampul (1 ampul = 2 cc). 2 x 2 cc = 4 cc

Jadi total intake: 750 cc + 200 cc + 60 cc + 4 cc = 1014 cc Output: urine + IWL = 1600 cc + (15 cc x kgBB) = 1600 cc + 990 cc = 2590 cc Balance cairan dapat tercapai apabila intake sama dengan output. Dengan output yang mencapai 2590 cc dan intake sebesar 1014 cc, maka klien membutuhkan intake tambahan sebesar 1536 cc (2590 cc 1014 cc). Cairan infus yang diberikan: jumlah cairan yang dimasukkan x faktor tetes lama pemberian x 60 mnt = 1536 cc x 20 tts/mnt 24 jam x 60 mnt = 21,3 tts/mnt = 22 tts/mnt

26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan, baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta kesehatannya. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah cairan karena cairan memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan 60% dari total berat badan. Seluruh cairan tubuh tersebut didistribusikan ke dalam kompartemen intraseluler dan kompartemen ekstraseluler. Kompertemen ekstraseluler dibagi menjadi cairan interstisial dan intravaskuler. Selain air, cairan tubuh juga mengandung elektrolit (Na+, K+, Cl-, HCO3-, dan PO43-) dan nonelektrolit (kreatinin dan albumin). Proses pergerakan cairan tubuh antarkompartemen dapat berlangsung secara osmosis, difusi, filtrasi, dan transpor aktif dan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan osmotik koloid, tekanan kapiler, dan tekanan cairan interstisial. Perubahan dalam cairan tubuh sendiri dapat berubah karena perubahan volume (deficit volume seperti dehidrasi atau kelebihan volume cairan), perubahan konsentrasi elektrolit, dan perubahan komposisi (asidosis dan alkalosis).

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku Aquilino, M.L., et al. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourt Edition. Missouri: Mosby Elsevier. Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. McCloskey, J.C. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Third Edition. Missouri: Mosby Elsevier. Mubarak, W.I., dan Chayatin, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. NANDA International. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC. Saputra, Lyndon. Keterampilan Dasar untuk Perawat dan Paramedis. Tengerang: Karisma Publishing Group. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC. Tamboyang, Jan. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC Taylor, C.M., dan Ralph, S.S. 2010. Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Online Caleb A. Rogovin. 2005. Electrolytes: A Review and Refresher. Assistant Director-Nurse Anesthesia Program. University of Maryland School of Nursing. Ery Leksana. 2010. Terapi Cairan dan Darah. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. 28

Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University Center for Veterinary Health. M. Anwari Irawan. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit & Mineral. Volume 01. Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

29

You might also like