You are on page 1of 4

PEMILAHAN SAMPAH

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Menurut pasal 12 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dijelaskan kewajiban seseorang dalam mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan, sehingga dengan pengelolaan sampah diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang di buang ke TPA. Sebelum adanya pengolahan sampah lebih lanjut, sampah yang di hasilkan dari kegiatan manusia harus dipilah terlebih dahulu berdasarkan jenisnya. Pemilahan sampah langsung pada sumbernya merupakan hal terpenting, karena tidak akan efisien jika pemilahan sampah dilakukan di TPA dimana akan memerlukan sarana dan prasarana yang mahal. Oleh sebab itu, memilah harus dilakukan pada sumbernya, seperti pada perumahan, sekolah, kantor, pasar, rumah sakit, stasiun dan tempat lain yang menjadi aktifitas manusia. Keberhasilan program daur ulang sampah diawali dengan memilah. Memilah berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari sesuatu yang sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen.

Manajemen memilah sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan

memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pembuangan, pengumpulan, melalui pengangkutan, pengolahan organisasi hingga yang

pengendalian

pengelolaan

berwawasan lingkungan sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu lingkungan bebas sampah (Susanto, 2008). Setiap tempat aktifitas manusia dapat disediakan empat buah tempat sampah yang diberi label, yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu tempat sampah

untuk tempat plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng dan satu tempat sampah untuk botol. Sampah-sampah B3 harus dilakukan penanganan tersendiri (Susanto, 2008). Sampah yang banyak dihasilkan dari aktifitas manusia dapat bersifat organik maupun anorganik, contoh sampah organik adalah sisasisa bahan makanan, kertas, kayu dan lain-lain. Sedangkan untuk contoh sampah anorganik seperti plastik, logam, kaleng dan karet. Ditinjau dari jenis sampah yang dapat dikelompokkan menjadi sampah yang mudah terurai secara alami (degradebel), sedangkan sampah anorganik atau sampah kering dapat digolongkan menjadi sampah yang tidak dapat terurai (Tim Penulis Ps, 2008). Sampah merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda-benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmojo, 2003). Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alami yang berbentuk padat (Undang-Undang Tentang Pengolahan Sampah Nomor 18 Tahun 2008). Sampah dapat berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah yang dalam keadaan basah dan sampah yang dalam keadaan kering. Pada hakikatnya sampah sangat jijik/jorok dihadapan masyarakat, oleh karena itu hanya sebagian masyarakat yang dapat atau mampu mengolah sampah baik itu sebagai pupuk tanaman, mainan anak, kerajinan tangan dan sebagian besar pelengkap dari bahan bangunan rumah. Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya

dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1993).

Berdasarkan jenis sampah pada prinsipnya dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu : 1. Sampah padat a. Sampah cair b. Sampah dalam bentuk gas Dampak dari adanya sampah 1. Dampak terhadap kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan tempat yang cocok untuk tumbuhnya organisme penyebab timbulnya penyakit. Selain itu tempat tersebut juga menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, anjing dan jenis serangga lainnya yang dapat menjadi perantara berjangkitnya berbagai penyakit. 2. Dampak terhadap lingkungan Menurut Slamet Rahatjo dalam bukunya Pengolahan Sampah ada beberapa dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah yaitu : a. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase sungai atau laut akan mencemari air. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya berbagai organisme yang hidup di air. b. Penguraian sampah yang dibuang ke air. Hal ini dapat menghasilkan asam organik dan gas cair orgaik seperti metana. Selain menimbulkan bau kurang sedap, gas metana dalam konsentrasi yang tinggi juga dapat menimbulkan ledakan.

3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi Pengelolaan sampah yang kurang baik menimbulkan efek sebagai berikut (Slamet, 2002) : a. Membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi

masyarakat, seperti bau tidak sedap serta pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. b. Memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata. c. Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat yang pada gilirannya akan menimbulkan efek berupa meningkatnya pembiayaan kesehatan yang bersifat langsung dan pembiayaan yang bersifat tidak langsung. d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir.

You might also like