You are on page 1of 14

LAPORAN RESMI TERTULIS

SISTEM PERTANIAN DI WANAREJA, CILACAP

Disusun oleh Nim Prodi Materi

: Didiq Ade M.R. : 12.05.0078 : Budidaya Tanaman D IV : Pengantar ilmu pengetahuan

POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2012 POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2012

ertanian adalah kegiatan bercocok tanam yang merupakan salah satu usaha manusia dalam memnuhi kebutuhan hidupnya. Menurut perkiraan sejarah, pertanian telah dilakukan oleh manusia sekitar 10.000 tahun lalu, setelah manusia meninggalkan kegiatan meramu( koentjaraningrat, 1995:1 ). Pertanian dengan segala bentuknya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan kebudayaan masyarakatnya. Bentuk pertanian di indonesia awalnya adalah ladang berpindah. Selanjutnya karena tingkat kepadatan penduduk tidak memungkinkan lagi, dilakukan bentuk pertanian menetap. Sawah adalah salah satu bentuk pertanian menetap yang telah lama dilakukan oleh masyarakat indonesia, khususnya yang berada di pulau jawa. Bukti tertua mengenai adanya sawah di indonesia secara arkeologis diketahui dari prasasti dien tahun 809 m, yang berisi menegnai aturan pajak sawah

A. Lokasi, luas,sosial kependudukan, lingkungan alam dan tata guna lahan


Kecamatan Wanareja secara administratif termasuk wilayah kabupaten Cilacap bagian barat, provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Wanareja berjarak 94 km dari ibukota kabupaten Disebelah utara berbatasan dengan berbatasan dengan kabupaten kuningan Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mejenang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipari dan kecamatan Langensari Jawa Barat, dan sebelah barat berbatasan dengen kecamatan dayeuhluhur. Posisi Kec. Wanareja dalam Atlas Indonesia :

Saat ini Kecamatan Wanareja dipimpin oleh Drs. Rumbarwoto, M.Si. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kecamatan Wanareja adalah 92.482 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 45.805 dan perempuan 46.677. Kecamatan Wanareja membawahi beberapa desa. Tiap desa terbagi menjadi beberapa dusun. Tiap dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun yang disebut kadus . Desa madura merupakan fokus penelitian dalam perekaman tertulis ini. Desa madura mempunyai beberapa dusun. Didalam lingkungan suatu dusun membawahi beberapa RW yang di kepalai seorang ketua, dan RW sendiri membawahi beberapa RT. Kelompok RW dan RT tidak termasuk dalam struktur pemerintahan, satuan itu hanya dianggap sebagai organisasi masyarakat yang berfungsi sebagai struktur bantuan dalam mengkoordinir masyarakat ditingkat dusun.

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Wilayah Kecamatan Wanareja terdiri dari 16 desa, yaitu desa : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Adimulya Bantar Cigintung Cilongkrang Jambu Limbangan Madura Madusari 9. Majingklak 10.Malabar 11.Palugon 12.Purwasari 13.Sidamulya 14.Tambaksari 15.Tarisi 16.Wanareja

Desa-desa dengan kondisi geografis sebagian besar merupakan wilayah pegunungan. Wilayah kecamatan wanareja seperti terbagi dua oleh sebuah jalan raya milik negara yang merupakan jalur lintas selatan. Jalan tersebut merupakan jalan utama yang menghubungkan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Jarak dari ibukota kecamatan wanareja ke desa-desa sekitar 3 s.d.10 km. Kecamatan Wanareja berjarak 94 km dari ibukota kabupaten. Untuk desa madura sendiri memiliki jarak 4 km dari ibukota kecamatan, lokasinya di ujung barat kecamatan. Saran kendaraan umum antardesa adalah kendaraan motor roda dua atau bisa disebut ojek , angkutan kota atau disebut angkot , angkutan desa atau disebut andes, dan bus antarkota kecil ukuran tiga per-empat. Angkutan-angkutan tersebut selalu ramai digunakan penduduk desa. Kecamatan Wanareja merupakan suatu wilayah yang dikelilingi bukit-bukit yang ditanami oleh hutan lindung seperti tumbuhan jati dan pinus dan sebagian lagi ditanami oleh tanaman perkebunan seperti kakao dan karet. Wilayah Wanareja rata-rata berada pada ketinggian 75 198 m dpl dari permukaan laut. Secara umum permukaan kecamatan Wanareja berbentuk landai miring dan beberpa terdapat bentuk lipatan dari utara ke-selatan. Bagian utara merupak daerah tinggi dan selatan merupakan daerah

Kebun karet

rendah yang banyak terdapat lipatan curam dan landai. Untuk ketinggian desa madura sendiri berada pada 18 meter dari permukaan air laut dengan medan wilayahnya banyak terdapat dataran rendahnya dan juga bukit-bukit landai dan curam. Dengan menggunakan dasar pemisah tinggi tempat, keadaan tanah, bentuk muka lahan dan hidrologi akhirnya wilayah Wanareja termasuk kedalam wilayah Sub Agroekosistem pegunungan. Curah hujan diwilayah kecamatan wanareja mencapai 245 mm perbulannya untuk 6 bulan terakhir dari bulan Januari s.d. Juni pada tahun 2011 berdasarkan penelitian dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Cilacap. Musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April. Untuk musim kemarau di desa madura berlangsung antar bulan Mei sampai September. Pada musim kemarau di Madura tetap ada hujan, namun tidak terus menerus seperti waktu musim hujan. Selama musim kemarau udara terasa lebih dingin dari pada ketika musim hujan. Peralihan musim antara musim hujan ke musim kemarau atau pancaroba terjadi pada bulan Oktober sampai November. Kecamatan wanareja mempunyai luas wilayah sekitar 189,73 km2 . dengan luas areal lahan sawahnya adalah 4.229 ha dan lahan keringnya adalah 14.834 ha jadi jumlah luas lahan sawah dan keringnya mencapai 19.063 ha pada tahun 2011. Sedangkan untuk luas lahan di tingkat kabupaten cilacap pada tahun 2011 sebagai berikut :

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

LUAS PENGGUNAAN TANAH/LAHAN DI KABUPATEN

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

CILACAP TAHUN 2011 Land Utilization Area in Cilacap 2011 DALAM SATU TAHUN DITANAMI PADI > 1 KALI

PENGGUNAAN LAHAN / Land Utilization

1 KALI Sistem

TIDAK DITANAMI PADI

pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

SEMENTARA TIDAK DIUSAHA-KAN

JUMLAH

LAHAN SAWAH 1 2 3 4 5 6 7 8 IRIGASI TEKHNIS IRIGASI SETENGAH TEKHNIS IRIGASI SEDERHANA IRIGASI DESA / NON PU TADAH HUJAN PASANG SURUT LEBAK POLDER DAN LAINNYA 37.862 2.833 4.312 2.066 14.047 0 82 180 61.382 0 0 0 0 2.280 0 0 40 2.320 19 28 0 0 15 0 0 0 62 0 0 0 0 199 0 0 0 199 37.881 2.861 4.312 2.066 16.541 0 82 220 63.963

JUMLAH LAHAN SAWAH

PENGGUNAAN LAHAN/Land Utilization LUAS / Area

BUKAN LAHAN SAWAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PEKARANGAN TEGAL / KEBUN LADANG / HUMA PENGGEMBALAAN / PADANG RUMPUT SEMENTARA TIDAK DIUSAHAKAN DITANAMI POHON / HUTAN RAKYAT HUTAN NEGARA PERKEBUNAN LAIN-LAIN LAHAN LAINNYA 10 11 12 RAWA-RAWA (yang tidak ditanami) TAMBAK KOLAM / EMPANG JUMLAH BUKAN LAHAN SAWAH SUMBER : DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KAB. CILACAP 4.784 42.397 284 3 136 5.747 40.992 11.921 31.870 8.135 2.993 111 514 149.887

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Di bagian utara kecamatan, areal penanaman padi memanfaatkan ladang. Dan untuk area persawahannya terdapat dibagian selatan kecamatan. Di Wanareja pengairan sawahnya bersifat tadah hujan, irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, lebak dll. Pengairan sawah bersifat tadah hujan dn irigasi sederhana yang paling menonjol berada di desa Madura. Proporsi penggunaan tanah kering di kecamatan Wanareja adalah untuk perkebunan 46,1 %. Urutan kedua digunakan untuk kebun/tegal sebanyak 35,3 %. Urutan ketiga digunakan untuk ladang/huma sebanyak 10,7 %. Selanjutnya digunakan untuk hutan negara sebanyak 7,7 %, dan sisanya yaitu 0,2 % atau 4 ha digunakan untuk kolam ikan dan lain-lain. Lahan perkebunan ditanami karet dan kakau yang dikelola PTPN IX , dan tanah tegalan dan ladang digunakan untuk tanaman jagung, pohon kelapa, bambu,dan buahbuahan. Disamping itu terdapat hutan negara yaitu hutan jati. Pohon dan buah-buahan yang ditanam rakyat desa madura antara lain rambutan, kedondong, dukuh, pisitan, manggis, dan pepaya. Lokasi tanah tegalan/kebun ini jauh dari pemukiman. Pohon buahbuahan yang tumbuh ditanah tegalan, berfungsi sebagai pelindung erosi.

Tanah pekarangan yang berada disekitar pemukiman biasanya ditanami dengan berbagai tanaman yang dapat di konsumsi sendiri/gurem. Seperti ; melinjo,ketela, ubi, kacang panjang, kacang tanah, pisang, jambu, dukuh dan rambutan. Pola pemukiman penduduk kecamatan wanareja, pada umunya mengelompok dan menyebar. Pengelompokan itu terlihat dari tiap-tiap dusun. Seperti dusun margasari,karangsari, babakan,purwasari,rancailat, sampai ke tiap desa. Pemukimannya dikelilingi pegunungan dan dataran rendahnya di penuhi tanah sawah. Rata-rata setiap RT mempunyai 50 kepala keluarga. Hampir setiap rumah mempunyai pekarangan/halaman. Pekarangan ini bisa berada di depan dan di belakang rumah, atau di samping kiri maupun di samping kanan. Sistem pertanian tradisional di Wanareja, Saat ini kegiatan pertanian padi di Wanareja telah mengalami perkembangan. Kebutuhan akan pangan tidak lepas dari pertanian itu. Banyak areal ladang yang dibuka sebagai alternatif bercocok tanam tidaak hanya di areal sawah saja. Tanaman pertanian tumbuh subur di daerah wanareja yang berada 75 198 m dpl.

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Sistem pertanian yang berada di masyarakat petani wanareja tidak jauh berbeda dengan yang berjalan di daerah-daerah lain di pulau Jawa. Sesui dengan gerak laju pembangunan dalam meningkatkan produksi pangan. Pemerintah memasukkan berbagai pangetahuan penyuluhan pertanian ke masyarakat petani wanareja. Gagasan tersebut mencakup dari pengolahan tanaman, pemeliharaan tanaman, hingga pasca panen. Dengan masuknya berbagi pegetahuan baru akan menggeser sistem pertanian tradisional yang telah lama dilaksanakan masyarakat desa. Hal tersebut hingga kini masuk dan berkembang di masyarakat petani wanareja. Pemerintah mengenalkan beberap jenis padi varietas unggul pada masyarakat petani wanareja. Seperti pada jenis IR 48,IR 64,IR 65,IR

Verietas Unggul Padi VARIETAS IR 48 KEUNGGULAN Umur panen 115 hari, produksi 5-7,2 ton/Ha, tahan werenng cokelat tipe 1 dan tipe 2, tahan blast daun,tahan virus tungro IR 64 Produksi 5 ton/Ha, rasa nasi enak, tahan wereng cokelat tipe 1 & tipe 2, tahan kerdil rumput IR 65 Umur panen 110, produksi 4,5 ton/ha, rasa nasi ketan, tahan wereng cokelat tipe 1 & tipe 2, tahan wereng hijau, tahan virus tungro IR 74 Umur panen 120 hari, produksi 4,5-6 ton/Ha,rasa nasi enak, tahan bulai,tahan wereng hijau, tahan virus tungro. Rojolele Umur panen 115 hari,produksi 4,2 ton/ha,rasa nasi pulen,wangi,amilosa 21%, tahan rontok

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Padi jenis varietas unggul memiliki rumpun batang pendek serta lebih tahan terhadap terpaan hujan lebat. Oleh sebab itu, varietas padi ini dapat ditanam di semabarang waktu, tidak lagi mengikuti pranoto mongso. Bintang waluku sudah tidak diperlukan lagi seabagi pedoman dalam kegiatan bertani. Para petani sudah semakin jarang memperbincangkan hal itu. Pengalihan pengetahuan tentang hal tersebut ke generasi yang lebih muda di kalangan petani cenderung menghilang. Dengan makin tingginya pendidikan formal generasi muda warga kecamatan wanareja tampak kecendrungan bekerja di bidang non-pertanian. Gejala ini makin lama makin tampak jelas dengan makin meningkatnya jumlah warga wanareja yang meninggalkan daerah asal untuk bekerja di kota. Sekilas foto lingkungan wanareja :

jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain

lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang

Jalan air alami Kegiatan perekonomian

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

B. Tahap kegiatan pertanian


Langkah pertama penyiapan bibit & penyediaan dana, serta tenaga. Bibit padi di dapat dari bulir-bulir padi yang kualitas bagus dan telah dipersiapkan sejak panen sebelumnya. Bulir padi yang berisi dan besar dipilih menjadi bibit. Selain dari itu untuk penyiapan benih, para petani dapat membeli benih di pasar yang bersertifikat atau berlabel biru, kebutuhan benih tergantung pada sistem dan jarak tanam yang digunakan. Sistem tanam dengan sebar langsung(tabela) memerlukan benih lebih banyak. Sedangkan sistem tanah pindah memerlukan sekitar 20-25kg/ha. Hampir semua petani di wanareja menanami sawahnya dengan padi jenis unggul IR. Kegiatan pertanian di wanareja hampir 56% bersifat tadah hujan sehingga masih terikat oleh musim dalam penanamannya. Air sebagai penghambat ruang gerak kegiatan pertanian dan sebagian lagi bersifat irigasi yang hampir pengairannya selalu ada melalui saluran-saluran irigasi. Sehingga tidak jarang dijumpai disatu desa/daerah sawah,padinya menguning sedang didaerah lain terkendala kekeringan. Para petani tadah hujan memanfaatkan kedaan semacam itu bukan sebagai pembatas kegiatan pertanian. Mereka melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang agak tahan pada kondisi itu seperti sayuran, palawija, dengan pengairannya menggali sumur di area tersebut. Untuk mengolah tanah memerlukan persiapan yang matang akan dan dan tenaga. Para petani telah menerima gagasan baru tentang pertanian modern, proporsi terbesar pendanaan adalah untuk keperluan pupuk dan upah kerja bagi tenaga yang digunakan. Sementara itu sebagian petani belum dapat menerima pembaharuan itu. Sebagaian petani memilih mengolah lahan menggunakan traktor. Pada sistem itu upah akan diberikan setelah seluruh tahap pengolahan selesai. Upah itu cukup seimbang dengan dengan hasil baik garapannya. Lain halnya dengan para petani pemilik yang mengerjakan lahannnya sendiri. Tindakan awal pada tahap pengolahan lahan sawah adalah membersihkan batang padi yang tersisa setelah panen. Batang-batang padi dibabat dengan menggunakan arit atau sabit. Batang padi kemudian dibakar dan untuk selanjutnya ditebarkan sebagai pupuk. Sejumlah petani menjaga kesuburan lahan sawah yang tidak begitu luas dengan menimbun babatan sampah padi kedalam petak sawahnya. Sebagian batang-batang digunakan untuk pakan ternak.

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Setelah lahan sawah bersih dari sisa panen, selanjutnya adalah tahap membalik tanah. tanah sebelum diolah, harus digenangi air sekitar 7 hari. dengan cara membalikbalik tanah dengan mesin bajak/traktor. Tujuan ini agar tanah bagian bawah terkena sinar matahari dan udara sekaligus untuk menyuburkan tanah agar mudah ditanami. Alat yang digunakan untuk membalik tanah adalah cangkul dan luku. Luku digunakan untuk areal lahan yang cukup luas dan cangkul untuk areal lahan yang agak sempit, seperti sudut-sudut sawah. Di wanareja luku digunakan oleh traktor hanya sedikit petani yang menggunakan kerbau untuk menarik luku. Setelah lahan diluku kemudian meratakan dan menggemburkan tanah. Hasil akhir yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah tanah yang mulanya berbentuk bongkahan menjadi lumpur yang permukaanya rata dan gembur. Garu adalah alat yang terdiri dari baja yang berbentuk seperti sisir. Pada saat digaru cangkul diperlukan untuk memecahkan bongkahan tanah yang sulit di ratakan dan meratakan sudut-sudut sawah yang tidak terjangkau garu. Selama pekerjaan meratakan tanah, tanah harus diairi. Pekerjaan ini dianggap selesai jika permukaan tanah sudah rata. Pada tanah ringan,pengolahan tanah cukup 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu dilakukan perataan. Tetapi pada tanah berat dilakukan 2 kali bajak dan 2 kali garu. Tahap selanjutnya adalah membuat garis-garis lurus pada petak sawah untuk memetakan sawah. Tujuannya agar jarak tanam antara satu tunas dengan tunas yang lain rata. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah galah atau dengan bambu yang di bikin lingkaran di rangkai dengan susunan tertentu. Galah atau bambu diletakkan di permukaan tanah dengan sedikit ditekan. Bila galah tersebut di angkat permukaan tanah akan membekas bentuk galah tersebut sebagai garisgaris lurus, jika dengan lingakaran bambu diangkat akan terbentuk petak dan jarak tanamnya. Jarak antara satu garis dengan yang lainnya sekitar 25 cm x 25 cm, atau 30 cm x 15 cm, atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20cm x12,5 cm (2:1). Agar bekas galah/bambu tidak terinjak , maka pekerjaan harus dilakukan mundur. Dengan jarak tanam yang baik diharapkan dapat meningkatan kesuburan tanamanan yang selanjutnya meningatkan hasil produksi. Jarak tanam yang baik yang sering diguanakan petani di desa madura adalah 25 x25 cm. Selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman. Dengan membersihkan rumput yang mengganggu tanaman padi pada dinding pematang yang berfungsi supaya tidak menjadi sarang hama. Pekerjaan

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

tersebut menggunakan cangkul. Setelah pengolahan tanah selesai 10 hari kemudian melakukan tandur atau mulai menanam. Sebelum tandur telah di dahului oleh pekerjaan mambuat ipukan lalu penyemaian benih . benih yang akan disemai telah direndam selam 2 hari, sampai menjadi kecambah. Setelah benih ditebar maka ipukan harus di genangi air selama beberapa hari tujuannya supaya burung tidak memamkan kecambah padi yang digunakan. Setelah berumur 30 hari barulah bibit sudah dinyatakan siap tanam. Saat menanam caranya dengan menekan pangkal bibit dekat akar ke dalam lumpur. Penanaman Bibit umur 30 hari sebaiknya dilakukan dalam keadaan lahan tidak tergenang. Bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang. Dan langkah penanaman berjalan mundur agar tidak menginjak bibit. Tahap setelah tandur adalah tahap pemeilharaan tanaman dengan penyiangan atau mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tunas padi. Seperti rumput jajagoan,sunduk gangsir,teki,eceng gondok. Umumnya penyiangan dilakukan 3 kali pada umur 14,35, dan 55 hari setelah tanam. Caranya dengan mencabut rerumputan yang ada pada pertanaman atau dengan menggunakan herbisida. Setelah rumput dicabut dibuangnya dengan cara diinjak rumput tersebut sampai ke dalam lumpur itu gunanya untuk menambah kesuburan tanah. untuk pemupukan pupuk yang digunakan pupuk hijau, dosisnya 2-5 ton/ha yang diberikan saat pengolahan lahan. Untuk dosis pupuk anjuran adalah 200 kg urea/ha,75-100 kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCI/ha. Urea diberikan 2-3 kali pada umur tanaman 14 hari,30 hari, dan saat primordia bunga. Apabila digunakan NPK(15-15-15) maka dosisnya 300 kg/ha, waktu pemberiannya setengah dosis pada umur 14 hari, sisanya pada umur 50 hari. Agar tanaman padi tumbuh subur dan memunyai hasil yang optial perlu adanya pengaturai air yang sesuai. Dengan cara menggenai tanaman dengan air dari umur 3,5 bulan. Apabila kondisi air itu bisa diatur(beririgasi penuh) maka metode pemberian air sawah yang dilakukan para petani madura adalah

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

Dari Umur ke1-3 hari 4-10 hari 11-menjelang berbunga Fase berbunga-10 hari sebelum panen 10 hari menjelang panen

Pamberian air Kondisi tanah macak-macak sedikit air Digenangi setinggi 2-5 cm Dibiarkan mengering 5-6 hari Diairi terus menerus setinggi 5 cm Petakan dikeringkan

Pengeringan diatas bertujuan memperbaiki aerasi tanah. apabila penggenangan yang terlalu tinggi akan mengurangi pembentukan anakan. Untuk perlindungan tanaman dari hama para petani menggunakan racun untuk membasmi tikus,memburu dan mengasapi lubang tikus. Tikus berkembang pesat karena terganggunya rantai makanan atau predator untuk tiks tersebut sedikit. Untuk penanggulangan hama burung dengan cara membuat orang-orangan sawah untuk mengusirnya. Untuk hama wereng bisa di racun dengan obat sintesis caranya di semprot. Setelah umur 115 hari barulah padi siap dipanen. Atau sekitar 30-40 hari setelah berbunga merata. Panen dilakukan bila mencapai minimal 80% bulir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk. Alat yang digunakan adalah alat pemotong dan wadah hasil potongan(rinjing). Setelah semua padi di panen barulah proses pengolahan. Tahap ini di mulai dengan kegiatan iles-iles, yaitu merontokan bulir padi dari tangkai menjadi gabah. Atau bisa dengan ditumbuk pada suatu kayu yang di rancang segitiga, agar padi cepat rontok. Atau lebih canggih lagi merontokannya dengan mesin perontok (thresher). Untuk alasnya diberi tikar terpal besar untuk menghindari padi yang terbuang. Setelah itu barulah menjadi gabah. Untuk membuang kotoran atau sampah panenan pada gabah bisa dibersihkan dengan cara ditampi atau diblower. Gabah keesokan harinya dijemur agar kering sedangkan batang padi sisa panen dimanfaatkan untuk pakan ternak. Penjemuran bisa dilakukan dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Ketebalan gabah saat dihamparan tikar jemuran rata-rata 5-7 cm. Saat penjemuran dilakukan pembalikkan gabah setiap 2 jam sekali gunanya untuk mengurangi keretakan gabah. Setelah padi dijemur pada tikar yang luas dan menjadi kering barulah padi dirubah menjadi beras dengan menggunakan huler. Untuk penyimpanan gabah harus disimpan

pada tempat kering dan bersih, bebas dari hama, tidak lembab. Gabah yang aman disimpan selama 6 bulan dengan syarat kadari air maksimum 14% dam kotoran maksimum 3%. Biasanya para petani menggilingkan gabahnya untuk kebutuhan hidupnya saja. Ketika mereka membutuhkan uang barulah sebagian beras mereka jual.
Berikut adalah LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI GOGO KEADAAN TAHUN 2011
TABEL 5.1.2. LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI GOGO KEADAAN TAHUN 2011 Harvested Area, Production and Productivity of Dryland Paddy by District i n 2011

KECAMATAN rict
010 020 030 040 050 060 070 080 090 100 110 120 121 130 140 150 160 170 180 190 200 710 720 730 DAYEUHLUHUR WANAREJA MAJENANG CIMANGGU KARANGPUCUNG CIPARI SIDAREJA KEDUNGREJA PATIMUAN GANDRUNGMANGU BANTARSARI KAWUNGANTEN KAMPUNG LAUT JERUKLEGI KESUGIHAN ADIPALA MAOS SAMPANG KROYA BINANGUN NUSAWUNGU CILACAP SELATAN CILACAP TENGAH CILACAP UTARA

Dist

LUAS PRODUKTIVITAS Area Productivity (Ha) (Kw/Ha)


0 0 200 40 0 75 76 0 0 32 0 318 0 170 0 0 28 44 0 0 0 0 75 0 0,00 0,00 51,40 51,28 0,00 49,00 50,42 0,00 0,00 50,65 0,00 56,45 0,00 50,25 0,00 0,00 53,25 50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,13 0,00

PRODUKSI Production (Ton)


0 0 1.028 205 0 368 383 0 0 162 0 1.795 0 854 0 0 149 220 0 0 0 0 376 0

JUMLAH
TAHUN 2010 TAHUN 2009 TAHUN 2008

1.058
2.358 1.783 5.910

51,28
50,80 50,73 49,98

5.540
11.979 9.045 29.538

SUMBER : DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KAB. CILACAP

Sistem pertanian di kecamatanWanareja, cilacap

You might also like