You are on page 1of 10

A. Apa itu zat warna ?

Zat pewarna adalah : (1) Bahan yang digunakan untuk memberi wama atau memperbaiki wama atau barang, (2) Suatu wama atau pigmen yang berasal dari sayuran, hewan, mineral atau dari sumber lain, yang bila ditambahkan pada makanan, obat dan kosmetika dapat memberikan wama. ( Depkes.RI, 1985 ). Di Indonesia, undang-undang penggunaan zat pewarna belum memasyarakat sehingga terdapat kecendrungan penyimpangan pemakaian zat pewama untuk berbagai bahan pangan oleh produsen, misalnya pemakaian zat pewarna tekstil dan Mit dipakai untuk mewamai makanan, hal tersebut jelas berbahaya bagi kesehatan, karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut, serta dapat menyebabkan karsinogenik. Timbulnya penyimpangan penggunaan zat pewarna disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan. Hal tersebut disebabkan bea masuk zat pewarna untuk makanan jauh lebih mahal dari zat pewarna non pangan. Hingga saat ini aturan penggunaan zat pewarna di lndonesia diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober 1973, tetapi dalam peraturan ini belum tercantum dosis penggunaannya dan juga tidak adanya sanksi bagi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut (table I). Zat pewarna makanan untuk makanan terbagi dalam dua kelompok, Certified color merupakan zat pewarna alami berupa ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan atau hewan dan zat pewarna mineral. Penggunaan zat warna ini bebas dari sertifikasi. Uncertified color atau pewarna sintetis tidak dapat digunakan sembarangan. Di negara maju, pewarna jenis ini harus melalui proses sertifikasi terlebih dahulu sebelum digunakan pada bahan makanan. Di Indonesia,

peraturan peggunaan zat pewarna sintetik baru dibuat pada tanggal 22 Oktober 1973 melalui SK Menkes RI No. 11332/A/SK/73, sedangkan di Amerika Serikat aturan pemakaian pewarna sintetis sudah dikeluarkan sejak tahun 1906. Peraturan ini dikenal dengan Food and Drug Act (FDA) yang mengizinkan penggunaan tujuh macam zat pewarna sintetis, yaitu orange no. 1, erythrosin, ponceau 3R, amaranth, indigotine, naptholyellow, dan light green. Tabel 1. No Warna Nama . 1. Zat Warna alam Merah Alkanat, Karmin, Safron Kurmunin Kuning Annato, Karoten Hijau Klorofil Biru Ultramarin Coklat Karamel Hitam Carbon Black, Besi Oksida Putih Titanium Dioksida 2. Zat Warna Sintetik Merah Carmoisine, Erythrosine Oranye Sunset Yellow Kuning Tatrazine, Quineline Yellow Biru Brilliant blue, Indigocarmine Hijau Fast green FCF Ungu Violet GB B. Apa itu zat pewarna alami ? Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada

kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis. Zat warna ini telah sejak dahulu digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang umumnya penggunaannya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Selain itu penelitian toksikologi, zat warna alami masih agak sulit karena zat warna ini umumnya terdiri dari campuran dengan senyawasenyawa alami lainnya. Misalnya, untuk zat warna alami asal tumbuhan, bentuk dan kadarnya berbeda-beda, dipengaruhi faktor jenis tumbuhan, iklim, tanah, umur dan faktor-faktor lainnya. Pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen yang dibuat secara sintetis yang struktur kimianya identik dengan pewarna-pewarna alami. Yang termasuk golongan ini adalah karotenoid murni antara lain canthaxanthin (merah), apo-karoten (merah-oranye), betakaroten (oranye-kuning). Semua pewarna-pewarna ini memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan, terkecuali beta-karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas. Dalam Winarno dan Rahayu (1994), secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua macam jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan tambahan makanan, yaitu : 1. Pewarna alami yaitu zat warna yang diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti caramel, coklat dan daun suji. 2. Pewarna buatan yang sering disebut dengan pewarna sintetik. Proses pembuatan zat warna sintetik ini biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.

Menurut Husodo (1999) terdapat kurang lebih 150 jenis pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan (kayu, bambu, pandan) dan batik (katun, sutra, wol). Jenis pewarna alami menghasilkan warna-warna dasar, misalnya: warna merah dari Caesalpina sp., warna biru dari Indigofera tinctoria, warna jingga dari Bixa olleracea dan wana kuning dari Mimosa pudica. Masyarakat Papua secara turun-temurun telah menggunakan pewarna alami sebelum dikenal bahan pewarna sintetis untuk mewarnai perlengkapan dalam kerajinan tradisional. Makabori (1999) mengemukakan bahwa terdapat delapan jenis hasil hutan non kayu yang dijadikan sumber bahan pewarna alami oleh masyarakat Papua, yang pemanfaatannya tersebar di beberapa daerah yaitu: Biak, Yapen, Arfak, dan Sorong. Delapan jenis tumbuhan pewarna alami tersebut adalah Arcangelesia sp., Callophylum inophyllum, Leea zippetiana, Morinda citrifolia, Nauclea sp., Premna corymbosa, Pterocarpus indicus, dan Rhizophora mucronata. Pewarna alami bisa diperoleh dengan cara ekstraksi dari tanaman yang banyak terdapat di sekitar. Bagian tanaman yang merupakan sumber pewarna alami adalah: kayu, kulit kayu, daun, akar, bunga, biji, dan getah. Tumbuhan pewarna alami oleh masyarakat asli Papua digunakan sebagai sumber pewarna untuk mewarnai pakaian, makanan, kosmetik, magis, dan untuk barang kerajinan (Wibowo, 2003). Pewarna makanan alami adalah sebuah zat warna alami (pigmen) yang didapat dari tumbuhan, hewan, atau sumber mineral. Kebanyakan kita yakin, kalau pewarna alami, akan lebih aman dari pada pewarna sintetis. Dalam daftar FDA, pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color

additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. C. Jenis-jenis pewarna alami (Dikutip dari buku membuat pewarna alami karya nur hidayat dan elfi anis saati terbitan Trubus Agrisarana 2006.) 1. Karoten Menghasilkan warna jingga sampai merah. Digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari pepaya, wortel dan lain-lain. 2. Biksin Memberikan warna kuning mentega sampai kuning buah persik. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis. Biksin sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung, dan salad dressing. 3. Karamel, Berwarna cokelat gelap hasil dari pemanasan terkontrol molase, hidrolisis (pemecahan) zat pati, dekstrosa, gula pasir, laktosa, sirup malt, dan gula invert. Karamel tediri dari tiga jenis; karamel tahan asam yang digunakan untuk minuman berkarbonat (misalnya soda); karamel cair untuk roti, biskuit, dan cake; serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol. 4. Chocineal, Diperoleh dari hewan Coccus cacti betina yang dikeringkan (hewan ini hidup pada sejenis kaktus di kepulauan Canary dan Amerika Selatan), bisa memberikan warna merah. 5. Karmin, Diperoleh dengan cara mengekstraksi asam karminat dan dilapisi alumunium. Biasa digunakan untuk melapisi bahan berprotein, berwarna merah jambu.

Membuat Pewarna Alami, juga disebutkan jenis pewarna alami yakni : 1) Klorofil Menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas. 2) Antosianin Penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga Mawar, Pacar Air, Kembang Sepatu, Bunga Tasbih/Kana, Krisan, Pelargonium, Aster Cina, Dan Buah Apel,Chery, Anggur, Strawberi, juga terdapat pada buah Manggis Dan Umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu). 3) Kurkumin Berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna kuning pada masakan yang kita buat. D. Masalah dari pewarna alami Pewarna alami sebenarnya tidak bebas dari masalah. Dari segi kehalalan, pewarna jenis ini justru memiliki titik kritis yang lebih tinggi. Sebagaimana dijelaskan, pewarna natural ini tidak stabil selama penyimpanan. Untuk mempertahankan warna agar tetap cerah, maka sering digunakan bahan pelapis untuk melindunginya dari pengaruh suhu, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Nah, bahan pelapis yang

sering digunakan adalah gelatin, yang berasal dari hewan. Tentu saja gelatin ini perlu dilihat, apakah berasal dari hewan halal atau tidak. Salah satu contoh pewarna alami yang digunakan dalam pengolahan pangan adalah xanthaxanthine. Bahan pewarna yang memberikan warna merah ini diekstrak dari sejenis tanaman. Untuk membuat pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai bahan pelapis (coating) melalui sistem mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan pada industri daging dan ikan kaleng (ikan sardin). Pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena ia adalah bahan alam yang tidak menimbulkan efek negatif pada tubuh. Namun harus diingat bahwa penggunaan bahan tambahan atau bahan penolong semisal pelapis pada pewarna tersebut harus dipilih dari bahan-bahan yang halal. Kalau harus menggunakan gelatin sebaiknya dengan gelatin yang halal. Bisa juga digunakan bahan lain, seperti maltodekstrin atau karagenan yang lebih aman dari segi kehalalan. Jika masalah harga masih menjadi kendala, maka penggunaan bahan pewarna sintetis boleh-boleh saja. Namun harus jenis pewarna yang untuk makanan (food grade) dengan jumlah yang proporsional dan tidak berlebihan. Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi. Konsentrasi dan stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik, serta spectrum warna yang tidak seluas pewarna sintetis. E. Kegunaan zat warna 1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen. 2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.

menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya. 4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan. 5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan. (Syah et al. 2005) F. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan 1. Aman dikonsumsi. 2. Warna lebih menarik. 3. Terdapat zat gizi. 4. Mudah didapat dari alam. Kekurangan 1. Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan. 2. Tidak stabil pada saat proses pemasakan. 3. Konsentrasi pigmen rendah. 4. Stabilitas pigmen rendah. 5. Keseragaman warna kurang baik. 6. Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis. 7. Susah dalam penggunaannya. 8. Pilihan warna sedikit atau terbatas. 9. Kurang tahan lama. G. Macam macam bahan yang menghasilkan warna alami Zat warna alami untuk makanan. 1. Daun Suji Daun suji bisa dipakai untuk warna hijau. Biasanya daun suji dicampur dengan daun pandan, sehingga juga memberikan aroma harum pada makanan , kue atau

3. Untuk

minuman Anda. Cara membuatnya, iris halus daun suji dan daun pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, kemudian saring dan peras, tambahkan air kapur sirih sebagai pengawet, masukkan ke dalam botol tertutup dan simpan di lemari es. 2. Kayu Secang Manfaatkan batang kayu secang untuk memberi warna merah pada makanan. Cara membuatnya, batang secang yang masih basah serut kemudian keringkan. Serutan batang secang yang telah kering rebus dengan air kemudian saring, campurkan ke dalam adonan atau bahan yang akan diwarnai. Kayu secang bisa diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional. 3. Angkak Angkak bisa menggantikan warna merah sintetis. Contoh penggunaan angkak untuk pewarna makanan atau minuman diantaranya adalah anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka macam kue, dan produk olahan daging seperti sosis.Cara menggunakannya adalah diseduh dengan air panas, air seduhan pertama lebih baik dibuang karena rasanya pahit. Setelah seduhan ketiga baru saring lalu haluskan. 4. Bunga Telang Bunga telang berwarna biru keunguan bisa digunakan sebagai warna alami biru pada makanan. Cara menggunakannya, cuci bersih bunga telang, remas-remas atau tumbuk dengan sedikit air matang, kemudian saring. Atau, rebus bunga telang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru, kemudian saring dan ambil airnya. Jika ingin menyimpan untuk waktu yang lama,bunga telang keringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari, kemudian masukkan ke dalam kemasan kering dan tertutup. 5. Kunyit Untuk mendapatkan warna kuning dari kunyit, parut kunyit hingga halus,kemudian peras atau campurkan langsung ke makanan.

6. Kluwek, Abu Merang, tinta cumi, dan daun pisang kering Kluwek, abu merang dan tinta cumi serta daun pisang yang sudah kering dapat digunakan sebagai pewarna hitam alami untuk makanan. Misalnya untuk membuat kue yang berwarna hitam,bisa menggunakan abu merang dengan cara abu merang dibakar kemudian diayak, atau kluwak yang berkualitas baik dipecahkan, kemudian ambil daging buahnya, kemudian haluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya. Bisa juga dengan tinta cumi yang dilarutkan dengan air. 7. Rosella Dari buah rosella yang bisa dipakai kulitnya setelah dihancurkan kemudian disaring, diuapkan, dikeringkan, dan akhirnya terbentuk pigmen berwarna merah. 8. Daun Pandan Daun pandan bisa menghasilkan warna hijau pada makanan, cara pembuatannya daun pandan cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya. 9. Buah Stoberi Stoberi dapat menghasilkan warna merah pada makanan, cara pembuatannya stoberi cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya. 10. Buah Tomat Tomat dapat menghasilkan warna orange pada makanan, cara pembuatannya tomat yang sudak matang cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya. 11. Anggur Untuk mendapatkan warna ungu, dapat dibuat dari kulit buah anggur yang dihaluskan, dan diperas airnya. 12. Wortel Untuk mendapatkan warna orange dapat menggunakan sari wortel. Wortel diparut kemudian diperas airnya. 13. Kesumba (Bixa orellana)

Masyarakat Jawa Tengah sering menyebutnya sebagai kesumba keling atau kesumba saja. Selaput Biji Kesumba alami dari Bixa orellana dapat diperoleh dari selaput bijinya. Komponen warna utama pada kesumba ini adalah bixin, yang mencapai 80 persen dari total pigmen pada selaput bijinya. Selain itu juga terdapat pigmen norbixin. Baik bixin maupun norbixin merupakan golongan pigmen karotenoid. Bixin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam lemak. Sedangkan norbixin larut dalam air. Kedua sifat kelarutan inilah yang menjadi alasan mengapa pewarna alami dari tanaman ini tersedia dalam bentuk kristal (bixin, larut dalam lemak) dan serbuk (norbixin, larut dalam air). Uji klinis mengenai efek mengkonsumsi makanan dengan pewarna bixin maupun norbixin telah dilakukan Masyarakat Ekonomi Eropa sejak 1980. Hasil penelitian membuktikan, bixin dan norbixin berpotensi sebagai antioksidan, memiliki potensi aktivitas antimutagenik dan antigenotoksik, sehingga berpotensi pula sebagai antikanker. Tanaman ini juga banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk sakit perut, batuk, diuretik, dan hati. Aplikasi pada Makanan Keindahan kesumba ini bisa dilihat dari warna yang ditampilkan saat dibubuhkan pada makanan/minuman. Pada industri makanan, bixin biasanya diformulasikan untuk menampilkan warna pada kisaran kuning, oranye, jingga, sampai merah pada aneka makanan berbasis lemak (mentega, margarin, keju, yoghurt, krim) dan makanan ringan (kue, biskuit). Bixin juga digunakan sebagai pewarna minyak goreng, minyak jagung, dan salad. Sedangkan norbixin dapat digunakan untuk menampilkan warna oranye sampai kuning pada tepung beras, tepung jagung, saus tomat, kecap, minuman seperti sirup buah, selai buah dan manisan pepaya. Salah satu merek makanan terkenal yang menggunakan kesumba sebagai pewarnanya adalah

Kraft Inc. Sebagian besar produk mereka yang berbahan dasar susu menggunakan kesumba untuk memberikan warna yang menarik. Selain warna yang indah, kesumba alami yang dipakai sebagai pewarna makanan secara klinis juga terbukti aman bagi kesehatan tubuh. Hasil analisis toksikologi WHO menunjukkan, pewarna ini aman dikonsumsi atau tidak berakibat toksik bagi tubuh. Badan Obat dan Makanan AS (FDA) menggolongkan kesumba alami sebagai uncertified color additives atau penggunaannya terbebas dari sertifikasi. Depkes RI juga menetapkannya sebagai pewarna yang aman, berdasarkan SK No.722/MenKes/ Per/VI/88. WHO menganjurkan, dosis asupan untuk bixin yang diperbolehkan (istilah klinisnya acceptable daily intake (ADI)) adalah 0-12 mg/kg berat badan. Sedangkan untuk norbixin adalah 0-0,6 mg/kg berat badan. Selain untuk pewarna makanan, kesumba juga telah dilirik berbagai industri tekstil dan kosmetik. Kesumba memiliki nama lain lipstick tree, karena digunakan sebagai bahan dasar lipstik sejak satu abad lalu. Di Bantul terdapat produk batik bermerk Batik-Bixa. Nama ini dipakai, karena produsen tidak menggunakan bahan pewarna sintetis, tetapi kesumba. Perusahaan batik ini menjadi pionir dari pengguna pewarna alami pada industri tekstil di Indonesia. Dengan demikian, Bixa orellana tidak hanya berperan sebagai pewarna alami makanan, tetapi juga merambah ke sektor industri. Peluang untuk menggali dan memanfaatkannya sebagai pewarna alami makin terbuka, mengingat produk alami diprediksi kian memegang peran penting di sektor industri. Pewarna Tekstil Alami Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (Indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit

(Curcuma), teh (the), akar mengkudu (Morinda dalam hal ini ada pada Sargassum dan Turbinaria. citrifolia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), Struktur kimianya mengikat zat pewarna, namun lebih kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium mudah melepaskannya pada bahan kain. Bahan guajava). (Sewan Susanto,1973) pewarna alami ini kini mulai banyak digunakan Pewarna nabati yang digunakan untuk mewarnai menggeser pewarna sintetis. Hal ini tentunya akan tekstil dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe menurut memberi banyak keuntungan bagi Indonesia yang sifatnya : memiliki rumput laut jenis alga coklat yang melimpah. Selain ramah lingkungan, harga pewarna alami dari 1. Pewarna langsung dari ikatan hidrogen dengan rumput laut juga relatif murah dibandingkan pewarna kelompok hidroksil dari serat; pewarna ini mudah kimia sintetis. Pembuatan batik cap dengan pewarna luntur contohnya kurkumin. rumput laut dapat menekan biaya hingga 25 persen. 2. Pewarna asam dan basa yang masing-masing Pemanfaatan potensi alam Indonesia ini juga akan berkombinasi dengan kelompok asam basa wol dan berdampak pada penghematan devisa karena akan sutra; sedangkan katun tidak dapat kekal warnanya mengganti pewarna batik yang selama ini masih impor. jika diwarnai; contohnya adalah pigmen-pigmen Selain itu, pengolahan rumput laut menjadi zat pewarna flavonoid. merupakan peluang usaha baru bagi industri lokal dan 3. Pewarna lemak yang ditimbulkan kembali pada selanjutnya juga akan membuka lapangan kerja baru serat melalui proses redoks, pewarna ini seringkali bagi masyarakat. memperlihatkan kekekalan yang istimewa terhadap b. Kulit Manggis cahaya dan pencucian (contohnya tarum). Proses pembuatan zat pewarna alami dari kulit 4. Pewarna mordan yang dapat mewarnai tekstil manggis ini adalah sebagai berikut : yang telah diberi mordan berupa senyawa etal a. Sortasilah kulit manggis yang akan digunakan polivalen; pewarna ini dapat sangat kekal contohnya b. Lakukanlah pencucian kuli manggis sampai alizarin dan morindin. bersih Perbandingan antara pewarna alami dengan pewarna c. Lakukanlah proses blansing buatan d. Kemudian kulit manggis mengalami proses Zat pewarna Pembeda Zat pewarna alami penghancuran Sintetis e. Kemudian kulit manggis yamg telah hancur di Warna yang Lebih cerah Lebih pudar ekstraksi dengan metode maserasi (perendaman dihasilkan Lebih homogen Tidak homogen dalam larutan selama satu malam dalam lemari es) Variasi warna Banyak Sedikit f. Setelah diekstraksi kemudian dilakukan proses Harga Lebih murah Lebih mahal penyaringan untuk memisahkan dari ampasnya g. Kemudian melalui proses filtrat Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas h. Kemudian melalui proses sentrifuga (diberikan Kestabilan Stabil Kurang stabil pelarut) Contoh Pewarna tekstil i. Dihasilkan pigmen yang masih terdapat berbagai a. Alga coklat (Sargassum) campuran Untuk pewarna tekstil, alga coklat yang digunakan j. Dilakukan proses pemyaringan adalah yang memiliki struktur manuronat lebih banyak

k. Dilakukan proses penguapan l. Kemudian dikeringkan m. Dihasilkanlah pigmen (zat pewarna alami). c. Daun Pohon Nila (Indofera) Warna biru tua dan hitam umunya diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom dengan proses fermentasi. d. Kulit Soga Jambal (Pelthophorum Ferruginum) Kulit soga jambal akan menghasilkan warna soga/coklat. Warna ini diambil dari campuran kulit pohon tinggi arah warna merah, kulit pohon jambal arah warna merah coklat dan kayu tegeran arah warna kuning. Untuk membuat soga terantung campuran ketiga bahan tersebut. Contohnya bisa diambil campuran kulit kayu tinggi 5kg, kulit kayu jambal 10kg dan kulit tegeran 3kg. Bahan-bahan itu dipotong kecil-kecil, dicuci dan direbus kemudian disaring diambl ekstraknya. Ekstrak atau air soga ini setelah dingin siap dipakai untuk menyoga kain. Langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala rumah tangga adalah sbb: a. Potong menjadi ukuran kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr. b. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter. c. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai

indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna. d. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan. e. Daun mangga Menghasilkan warna kuning-hijau, daun rambutan menghasilkan warna kuning abu-abu, kulit rambutan menghasilkan warna kuning-coklat hitam, kulit pohon jati menghasilkan warna coklat, kulit buah biksa (Bixa orellana) menghasilkan warna oranye, sedang eceng gondok menghasilkan warna hijau, dan masih banyak lagi. Menurut perempuan yang akrab disapa Rini ini, cara membuat perwarna alami dari buah maupun dedaunan relatif gampang. Hanya dengan merebus buah atau dedaunan, maka akan diperoleh warna aslinya. Adapun cara membuat komposisi warna yang tepat memang ada trik khusus. Misalnya, formula untuk menghasilkan warna ungu hingga merah dibuat dari kulit buah manggis yang dicampur dengan 10 liter air. Selanjutnya, air hasil rebusan disaring dan didinginkan atau didiamkan selama minimal dua hari agar mengendap. Untuk memperoleh warna yang pas, pencelupan harus dilakukan berkali-kali. Bahkan ia harus mencampur dengan bahan dari pewarna lain agar semakin kuat. Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto dalam bukunya Sumber Daya Nabati Asia Tenggara Nn.3 (tumbuhan-tumbuhan penghasil pewarna dan tannin,1999), sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, di dalam tumbuhan terdapat

pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Pada umumnya olongan pigmen tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Dalam pencelupan dengan zat warna alam pada umumnya diperlukan pengerjaan mordanting pada bahan yang akan dicelup / dicap dimana proses mordanting ini dilakukan dengan merendam bahan kedalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah atau krom. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit akar mengkudu yang dilakukan Tiani Hamid dan Dasep mukhlis (2005) menunjukkan bahwa penggunaan mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian. Hal ini menunjukkan senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah luntur. Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim peneliti, pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan untuk mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini didasari bahwa teknik pencapan sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari disamping itu akan dapat memperpendek waktu produksi jika digunakan untuk membuat motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan produk kerajinan. Beberapa langkah untuk menghindari pewarna makanan yang tidak aman : a. Carilah makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok.

Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya anda pilih makanan atau minuman dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Hal ini karena makanan yang terlihat mencolok atau ngejreng, kebanyakan dari pewarna makanan sintetis yang biasa digunakan untuk pewarna tekstil. Seperti halnya Rhodamin B yang membuat warna makanan terlihat lebih ngejreng. b. Test terlebih dahulu jika memilih makanan atau minuman yang berwarna. Caranya, uji cobalah dengan menempelkan makanan ke tangan atau kain. Jika warnanya menempel dan sulit untuk dihilangkan, berarti makanan tersebut menggunakan pewarna yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi. c. Kenalkan sejak dini pada anak. Tidak cukup dengan mengetahui pewarna yang aman atau tidak aman, kenalkan juga sedini mungkin pada anak-anak, makanan yang aman dan tidak aman. Sehingga anak-anak mengetahui makanan yang boleh ia makan atau tidak. d. Biasakan anak sarapan dirumah. Biasakan anak sarapan dirumah sebelum berangkat sekolah, dan beri bekal untuk makan siang anak. Karena dengan anak sarapan pagi dirumah, maka meminimalkan anak untuk jajan diluar yang memang belum terjamin keamanan dan kebersihannya. e. Baca jenis dan jumlah pewarna yang dipergunakan. Setiap kali membeli makanan dalam kemasan, teliti dan baca jenis dan bahan pewarna yang dipergunakan dalam produk tersebut. Hal ini untuk mengetahui jumlah kandungan bahan pewarna yang dipakai di makanan tersebut. f. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label makanan tercantum izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis POM beserta no izin pendaftaran. Atau jika produk tersebut

hasil industri rumah tangga, maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan nomor izin pendaftarannya.

You might also like