You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat. Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dengan kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan dilapangan terutama guru, kepsek, pengawas, bahkan anggota komite sekolah, jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model-model pengembangan kurikulum. Mengapa guru dituntut untuk mengetahui konsep-konsep tentang tentang kurikulum, yang dalam hal ini model-model pengembangan kurikulum? Karena pemahaman tentang kurikulum itu sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Model pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut Nana Syaodih Sukmadinata pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Sedangkan model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model

pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada. Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai factor maupun aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berfikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya dan social), proses

pengembangan kebutuhan peserta didik, lingkup dan urutan bahan pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu kedalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.

B.

Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis model pengembangan kurikulum? 2. Jelaskan model-model pengembangan kurikulum? 3. Bagaimana perbandingan model-model pengembangan kurikulum? 4. Apa saja kekuatan dan kelebihan dari masing-masing model pembelajaran?

C.

Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan berbagai jenis model pengembangan kurikulum. 2. Menjelaskan model-model pengembanagn kurikulum. 3. Membandingkan model-model pengembangan kurikulum. 4. Menganalisis atau menjelaskan kekuatan dan kelebihan masing-masing model pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM Pada dasarnya, suatu model adalah pola yang dapat membantu berfikir, konseptualisasi, suatu proses yang menunjukkan prinsip-prinsip, dan prosedur yang dapat menjadi pedoman bertindak. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan sistem dan cara yang dituangkan dalam berbagai model. para ahli kurikulum sering mngembangkan model-model yang berbeda-beda. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihannya, disamping didasarkan atas kelebihan dan kelemahannya, serta kemungkinan pencapaian hasil optimal, juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang dipergunakan. Model-model pengembangan kurikulum tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: A. Model pengembangan kurikulum dari rogers Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum mulai dari model yang sederhana sampai model yang paling sempurna. Ada empat model dalam pengembangan kurikulum ini:(Hamid Syarif 1996: 97) Model I (paling sederhana), Menjelaskan bahwa pendidikan hanyalah meliputi informasi (isi pelajaran/Materi Pelajaran) dan ujian (Evaluasi). Hal ini didasarkan pada asumsi, bahwa: 1) 2) Pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan. Pengetahuan informasi. Kedua asumsi diatas dapat dilihat pada bagan di bawah ini : Isi/Materi Pelajaran Ujian (Evaluasi merupakan akumulasi bagian-bagian materi dan

Model ini merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model II. Model ini merupakan penyempurnaan dari model I, dimana dalam pengembangannya disamping pengembangan materi dan evaluasi juga dipikirkan pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan pelajaran secara sistematis. Dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Metode/Cara Mengajar

Organisasi Isi/Materi Pelajaran

Isi/Materi Pelajaran

Ujian (Evaluasi)

Akan tetapi model ini masih mengabaikan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipergunakan dalam suatu mata pelajaran? 2) Alat atau media pengakaran apa yang dapat dipergunakan dalam mata pelajaran tertentu. Model III, Model ketiga merupakan penyempurnaan model II, yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan sebagai media/alat dan soft ware (perangkat lunak) yang mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Metode/Cara Mengajar

Teknologi pendidikan

Organisasi Isi/Materi Pelajaran

Isi/Materi Pelajaran

Ujian (Evaluasi)

Model IV, Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling sempurna. Sebab tujuan atau sasaran pada model ini sebagai bagian dari salah satu komponennya. Dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Metode/Cara Mengajar

Teknologi pendidikan

Organisasi Isi/Materi Pelajaran

Tujuan/sasaran

Isi/Materi Pelajaran

Ujian (Evaluasi)

B.

Model pengembangan kurikulum berdasarkan hasil pemikiran Ralp Tayler Ada empat pertanyaan pokok yang harus dijawab dalam

pengembangan kurikulum dan perencanaan pengajaran, yaitu: 1) 2) Tujuan-tujuan pendidikan apa yang seharusnya dicapai oleh sekolah? Pengalaman-pengalaman pendidikan apa yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan? 3) Bagaimana pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya

diorganisasikan? 4) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai? Berdasarkan empat pertanyaan tersebut, Tayler merumuskan empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu meliputi: 1) 2) 3) 4) Menentukan tujuan pendidikan. Menentukan proses pembelajaran. Menentukan organisasi pengalaman belajar. Menentukan evaluasi belajar. Dasar pemikiran tayler ini telah banyak menjadi dasar untuk mengembangkan kurikulum dimasa sekarang. (Hamid Syarif 1996: 101) C. Model pengembangan menurut Robert S. Zais Robert S. Zais mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum sebagai berikut: (Hamid Syarif 1996: 102) 1. The administrative model (line staff model) Model pengembangan kurikulum ini merupakan model pengembangan paling lama dan paling banyak dikenal.Diberi nama model administrasi atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidkan dan menggunakan prosedur administrasi.(Nana Syaodih Sukmadinata 2004: 161). Model pengambangan ini bersifat sentralisasi, yaitu dengan wewenang adminstrasinya, administreator pendidikan (dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi

yang anggota-anggotanya terdiri dari tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya seperti ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan(tim pengarah). Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasanlandasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Setelah konsep ini tersusun, administrator pendidikan membentuk kembali sebuah tim yang disebut tim kerja (anggotanya para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru bidang studi yang senior) tim ini bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional, dijabarkan dalam konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah mulai dari penyusunan tujuan sampai pada tahap rencana pelaksanaan evaluasi. Setelah selesai maka hasil kerja tim kerja dikaji ulang oleh tim pengarah. Dan setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diuji cobakan secara nyata di beberapa sekolah yang di anggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum. Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di

lapangan. Kurikulum dengan pengembangan seperti ini dapat kita lihat dan rasakan pada pelaksanaan kurikulum tahun 1968, 1975, 1984,1994 dan 2004 yang lebih bersifat sentralisasi. (Mihalul Abror 2011: Online). 2. The grass roots model Model grass rotes adalah pengembangan kurikulum berasal dari bawah, artinya guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif model, artinya model ini digunakan dan berkembang dalam sistem pendidikan desentralisasi. Pengembangan kurikulum dalam model ini dilakukan oleh seorang guru di suatu sekolah. Kegiatan ini dilakukan berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi, ataupun

keseluruhan bidang studi dari seluruh komponen. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stanley dan shores. (Nana Syaodih Sukmadinata 2004: 163). Pengembangan kurikulum model ini, kerja sama dengan orang tua anak didik dan masyarakat sangat diperhatikan. Kerja sama guru merupakan bagian terpenting dalam model ini. Para administrator cukup memberikan bimbingan dan dorongan dalam kegiatannya dan guru akan melaksanakan tugas penegmbangan kurikulum secara demokratis. (Hamid Syarif 1997: 103) 3. Beauchamps system Model ini diformulasikan atau dikembangkan oleh G.A Beauchamps yang mengemukakan bahwa ada lima langkah penting dalam

pengambilan keputusan mengenai pengembangan kurikulum, antara lain: Pertama, menetapkan area atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara. kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum, yaitu: 1) Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada tingkat pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar. 2) Para ahli dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih. 3) Para profesional dalam sistem pendidikan. 4) Profesional lain dan tokoh-tokoh pendidikan dalam arti luas. Misalnya, para penulis dan peberbit buku, pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Ketiga, berhubungan dengan pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, penentuan

materi pelajaran, dan kegiatan belajar. Untuk itu ditempuh cara-cara berikut: 1) Membentuk tim pengembang kurikulum. 2) Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan yang sedang digunakan. 3) Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru. 4) Merumuskan kreteris-kreteria bagi penetuan kuirkulum baru. 5) Penyusunan dan penulisan kurikulum baru. Keempat, implementasi kurikulum. Implementasi atau pelaksanaan kurikulum membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guruguru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat. Kelima, sebagai langkah terakhir, yakni evaluasi kurikulum. Langkah ini mencakup empat hal yaitu: 1) Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru. 2) Evaluasi desain kurikulum. 3) Evaluasi hasil belajar siswa. 4) Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. 4. The demonstration model Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, yang datang dari bawah. Bedanya pada model grass roots pengembangan kurikulum adalah murni dari orang-orang yang berada dalam suatu sekolah tanpa campur tangan oleh pemerintah atau para ahli. Model ini diprakarsai oleh guru atau sekelompok guru yang bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores ada dua variasai dalam model ini yaitu: pertama, sekelompok guru dari suatu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk oleh pengambil kebijaksaan untuk melakukan percobaan tentang salah satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Kedua, kurang bersifat formal yaitu beberapa orang guru merasa kurang puas

dengan kurikulum yang ada, kemudian mereka mencoba mengadakan penelitian, perbaikan dan pengembangan sendiri. 5. Tabas inverted model (model terbalik Hilda Taba) Model ini merupakan kebalikan cara yang lazim ditempuh secara deduktif, sehingga cara ini lebih bersifat induktif. Karena itu, model ini dikatakan terbalik. Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan kemudian diimplementasikan. (Hamid Syarif 1997: 105) Ada lima langkah dalam pengembangan kurikulum model ini: 1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Untuk menghasilkan unit-unit itu ditempuh cara sebagai berikut: a) mendiagnosis kebutuhan, b) Menformulasikan tujuan khusus, c) Memilih konten (isi), d) Mengorganisasi konten, e) Memilih pengalaman belajar, f) Menilai pengalaman belajar, g) Mencetak pertimbangan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. 2) Menguji unit eksperimen dalam rangka menentukan validitas dan kelayakan belajar-mengajar. 3) Merevisi (memperbaiki) hasil yang diuji cobakan serta

mengkonsolidasikannya. 4) Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum, apabila kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. 5) Implementasi dan desiminasi, menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. 6. Rogers interpersonal relations model Carls Rogers adalah pencetus model ini, meskipun bukan seorang ahli pendidikan (ia ahli psikologi) tetapi konsep-konsepnya tentang

psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan, ia mendasarkan pandangannya bahwa kurikulum diperlukan dalam rangka

10

mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif (penyesuaian) terhadap situasi perubahan. (Hamid Syarif 1997: 106) Ada empat langkah dalam pengembangan kurikulum model ini: 1) Memilih sasaran adminstrator (pejabat pendidikan) dalam sistem pendidikan dengan syarat individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan intensif kelompok selama satu minggu di suatu tempat khusus yang jauh dari tempat kesibukan. 2) Mengikutsertakan staf pengajar (guru) dalam pengalaman intensif kelompok. Sama seperti yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok yang diadakan pada pertemuan selama seminggu atau kurang dari satu minggu. 3) Mengikutsertakan satu kelas atau unit kelas dalam pertemuan lima hari. 4) Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara

administrator, pengajar, dan orang tua siswa. 7. The systematic action-research model Model pengembangan kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional. Model ini terdiri dari dua langkah: 1) Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. 2) Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama, kegiatan ini segera diikuti oleh kegiatan pegumpulan data dan fakta-fakta. 8. Emerging technical model (model teknologi) Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi efektivitas dalam bisnis, juga mepengaruhi perkebangan model-

11

model kurikulum. Ada kecenderungan-kecenderungan baru yang tumbuh didasarkan atas hal itu, diantaranya adalah: (Nana Syaodih

Sukmadinata:2004:170) 1) The berhavioral analisys model (model analisis prilaku), model ini memulai kegiatan dengan jalan melatih kemampuan anak didik mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap. 2) The system analisys model (model analisis sistem), model ini memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output), kemudian menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannya dan mengidentifikasikan sejumlah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses

penyelenggaraannya. 3) The computer-based model (model berdasarkan komputer/ suatu model pengembangan model ini kurikulum memulai dengan kegiatan memamafaatkan dengan jalan

komputer),

mengidentifikasikan sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuantujuan instruksional khususnya.

D.

Kebaikan dan Kelemahan Setiap Kurikulum (Analisis) A. Model Pengembangan Kurikulum Rogers Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya. Kebaikan : selalu ada perbaikan dalam model ini. Kelemahannya : membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyempurnakan proses dari model pertama sampai terakhir. B. Model pengembangan kurikulum berdasarkan hasil pemikiran Ralp Tyler Model pengembangan kurikulum Ralp Tyler mengacu pada empat pertanyaan dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut

12

merupakan

pilar-pilar

bangunan

kurikulum.

Proses

pengembangan

kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut membentuk hasil berupa kurikulum. Kebaikan : Model ini berguna untuk membuat desain dan pelaksanaan suatu mata pelajaran baru yang lebih memadai. Kelemahan : dalam prosesnya pengembangan kurikulum secara makro(besar) dengan model ini harus melibatkan berbagai pihak seperti perguruan tinggi dan masyarakat yang terdiri dari para ahli: bidang studi, kurikulum, pendidikan, psikologi dan perkembangan anak dan bidang lainnya yang terkait. C. Model pengembangan menurut Robert S. Zais 1. Model administratif Dalam model administratif , inisiatif pengembangan kurikulum datang dari pihak pejabat (administrator) pendidikan. Begitu pula dalam kegiatan penunjukan orang-orang yang terlibat didalamnya beserta tugas-tugasnya dalam pengembangan kurikulum ditentukan oleh administrator. Dengan menggunakan sistem garis komando selanjutnya hasil pengembangan kurikulum disebarluaskan untuk diterapkan disekolah-sekolah. Kebaikan model ini : pada model ini penekanan diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dengan uraian tugas dan fungsinya masing-masing, disamping pengarahan kegiatan yang bercirikan dari atas kebawah. Model ini mudah dilaksanakan di negara-negara yang kemampuan profesional staf pengajarannya masih lemah. Kelemahan model ini : 1)Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas. 2)Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena

13

perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian . 3)Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut. 2. The grass roots model Model grass roots kebalikan drai model administratif. Inisiatif dan kegiatan pengembangan kurikulum datang dari guru, baik pada level ruang kelas maupun level sekolah. Inisiatif ini muncul dikarenakan oleh ketidakpuasan guru terhadap kurikulum yang berjalan,

selanjutnya para gru berupaya mengadakan inovasi terhadap kurikulum yang sedang berjalan. Kebaikan model ini : Kurikulum ini sangat bersifat desentralisasi, karena segala ide mulai dari perencanaan penyusunan sampai pelaksanaannya di lapangan adalah hak otonomi sekolah tersebut, dan pemerintah atau pengambil kebijaksaan yang lebih tinggi di atasnya tidak mempunyai kewenangan untuk mengubahnya. Kelemahan model ini : di sekolah tedapat banyak kurikulum sehingga menimbulkan banyak kebingungan baik siswa maupun guru. 3. Beauchamps system Model ini baik, karena dalam pembuatan kurikulum dengan model ini banyak melibatkan banyak orang, tidak hanya para ahli bidang pendidikan,tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat. Beauchamp juga membuat sistem sendiri dengan menentukan arena atau ruang lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum, setelah itu menetapkan personalia dalam pengembangan kurikulum tersebut, Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, kemudian implementasi

kurikulum itu.

14

Kebaikan model ini : semua para ahli yang bergelut dalam bidang pendidikan, profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat ikut serta dalam penyusunan kurikulum. Kelemahan model ini : sulit untuk mengumpulkan orang-orang tersebut karena banyak pihak (profesi) yang terlibat dalam penyusunan kurikulum tersebut. 4. The demonstration model Pengembangan kurikulum ini pada dasarnya datang dari bawah (grass roots), semula merupakan upaya suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan daam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sring mendapatkan tantangan dan ketidak setujuan dari pihak-pihak tertentu. Kebaikan : 1) Menghasilkan kurikulum yang lebih praktis, karena kurikulum disusun dan di laksanakan dalam situasi tertentu yang nyata. 2) Perubahan atau penyempurnaan yang hanya dalam skala kecil atau bagian-bagian tertentu dalam kurikulum, maka perubahan atau penyempurnaan akan lebih mudah diterima oleh administrator. 3) Memungkinkan terlaksananya teori dan praktek atau dokumentasi yang ada dapat dilaksanakan. 4) Dapat mendorong administrator mengembangkan program baru, karena sifat dari model demonstrasi adalah grass roots yang menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber. Kelemahan : model ini menciptakan pertentangan-pertentangan dikalangan guru. Guru-guru yang tidak ikut serta dalam proses pengembangan kurikulum cenderung menganggap guru-guru yang melakukan eksperimen dengan keraguan (setengah hati), tidak yakin atu bahkan tidak memperdulikannya. Oleh karena itu, suatu komponen yang penting pada model demonstrasi adalah perlu diadakannya komunikasi terbuka antara guru-guru yang melakukan eksperimen dengan pihak berwenang (misalnya perguruan tinggi yang terkait), yang bertujuan untuk mencegah rasa keraguan/rasa tidak diikutsertakan, sebaiknya

15

kelompok eksperimen melakukan serangkaian demonstrasi hasil-hasil pekerjaan mereka untuk memuaskan berbagai pihak, misalnya perguruan tinggi dan para siswa sehingga inovasi kurikulum yang telah mereka lakukan bukan hanya eksperimental belaka melainkan dapat diserap dan dilaksanakan dalam lingkungan sistem sekolah. 5. Tabas inverted model (model terbalik Hilda Taba) Tabas mengembangkan kurikulum yang bersifat induktif. Model ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model Ralp Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Kebaikan : guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum, guru diposisikan sebagai inovator dalam pengembang kurikulum. Kelemahan : terletak pada sulitnya mengorganisasikan model ini karena memerlukan kemampuan teoritis dan profesional yang tinggi dari para staf pengajar atau administrator pelaksana-pelaksananya. 6. Rogers interpersonal relations model Model pengembangan kurikulum Rogers berdasarkan atas ilmu psikologi karena dia adalah ahli psikologi, akan tetapi pengembangn kurikulum dengan model ini tidak cukup baik karena rogers bukanlah ahli pendidikan meskipun ilmu psikologi dapat membantu dalam pengembangan kurikulum. Kebaikan : adanya aktifitas dan interaksi antara individu satu dengan individu lain seperti antara guru dengan guru atau guru dengan orang tua dan seterusnya. Dalam model ini yang diutamakan adalah adanya perubahan tingkah laku, dalam hal bagaimana mereka memandang sesuatu. Kelemahan : tidak ada suatu perencanaan kurikulum yang tertulis , yang ada hanya rangkaian kegiatan kelompok. Kurikulum model ini hanya dapat dilaksanakan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan

16

berorientasi pada proses, sehingga diperlukan kelompok dalam latihan sensitif. 7. The systematic action-research model Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial, artinya bila kurikulum berubah maka perubahan sosial yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah juga mengalami perubahan. Kebaikan : kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para ortu, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dll yang mempunyai pandangan bagaimana seharusnya kurikulum yang baik. Kelemahan : terletak pada penerapannya karena memerlukan staf yang khusus dan terlatih dalam penelitian, tentunya hal tersebut (dalam pelaksanaannya) membutuhkan biaya yang besar. 8. Emerging technical model (model teknologi) Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilainilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Jadi, kurikulum juga berubah seiring dengan perkembangan IPTEK. Kebaikan : model ini menyangkut pada penyelenggaraan yang sistematis dan dapat menjangkau kawasan yang lebih luas. Kelemahan : kebalikan dari kebaikannya, keahlian dan spesialisasi dan profesional merupakan penghambat jika model ini digunakan.

17

BAB III KESIMPULAN Banyak model dari pengembangan kurikulum yang dapat digunakan. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model kosep pendidikan mana yang digunakan. A. Model Pengembangan Kurikulum Rogers Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers: 1) Model I, Model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). 2) Model II, Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I yaitu tentang metode dan organisasi bahan pelajaran. 3) Model III, Pengembangan kurikulum ini merupakan penyempurnaan Model II yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan ke dalamnya. 4) Model IV, Merupakan penyempurnaan Model III, yaitu dengan memasukkan tujuan ke dalamnya (paling sempurna). B. Model pengembangan kurikulum berdasarkan hasil pemikiran Ralp Tyler Menurut Tyler ada 4 tahapan yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1) Menentukan tujuan pendidikan 2) Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan 3) Menentukan organisasio kurikulum 4) Menentukan evaluasi pembelajaran C. Model pengembangan menurut Robert S. Zais 1. Model Administratif

18

Model administratif sering pula disebut model garis staf karena inisiatif dan gagasan dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedurprosedur administrasi. 2. Model Dari Bawah (The Grass Root Model) Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerja sama antar guru, antar sekolah-sekolah serta harus ada kerja sama antar pihak orang tua murid dan masyarakat. 3. Model Beauchamp (Beauchamps System) G.A. Beauchamp (1964) mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum : 1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah 2. Menetapkan personalia 3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum 4. Implementasi kurikulum 4. The demonstration model Model ini umumnya berskala kecil, hanya encakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum akan mencakup keseluruhan komponen kurikulum. 5. Model Terbalik Hilda Taba (Tabas Inverted Model) Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. 6. Rogers interpersonal relations model ada empat langkah dalam pengembangan kurikulum model Rogers : 1. Pemilihan target dari sistem pendidikan 2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif 3. Pngembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran 4. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok 7. The Systemic Action Research Model Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial.

19

8. Emerging technical model (model teknologi) Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi dan efektifitas dalam bisnis juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.

20

DAFTAR PUSTAKA
Syaodih, Nana. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hamid Syarif, A. 1996. Pengembangan Kurikulum. Surabaya:PT. Bina Ilmu. http://mihalulabrar.blogspot.com/2011/03/pendidik-dan-pengembangankurikulum.html(16/10/2011). http://simiati257.blogspot.com/2011/09/model-model-pengembangankurikulum.html(16/10/2011).

21

You might also like