You are on page 1of 9

BAB II KONSEP DASAR TEORI A.

Pengertian Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3 darah a tau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik da lam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhenti nya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh d isfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti. Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah ol eh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359) Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik da lam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhenti nya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehata n Anak FKUI.2005.Hal:451) Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang m engarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dal am sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412) B. Etiologi a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawa an lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya. b. Faktor didapat 1. Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb. 2. Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihista min), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristi ne, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti micro bial. 3. Radiasi : sinar roentgen, radioaktif. 4. Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain. 5. Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain. 6. Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik. 7. (Mansjoer.2005.Hal:494) C. Patofisiologi Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi a nemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu : 1. kerusakan sel hematopoitik 2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang 3. proses imunologik yang menekan hematopoisis Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal seb agai, longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC) , jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun . Bukti klinis yang yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasi lan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa den gan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada p asien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses imunologik. Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik t ergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam jum lah normal sedangkan sitokin penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor? (TNF-?), protein macrophage inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth f actor ?2 (TGF-?2) akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunja ng pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel ind

uk yang berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkunga n mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin banyak dit inggalkan. Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi f aktor pertumbuhan. Kerusakan akibat Obat. Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi sepe rti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkina n telah memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan z at kimia, terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya laru t dengan air, melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofili k yang sangat reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic k arena kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler. Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jari ngan. Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam det oksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubah an genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas da ri jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjel asan terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi obat. D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah : a. Lemah dan mudah lelah b. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infe ksi bakteri c. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit d. Pucat e. Pusing f. Anoreksia g. Peningkatan tekanan sistolik h. Takikardia i. Penurunan pengisian kapler j. Sesak k. Demam l. Purpura m. Petekie n. Hepatosplenomegali o. Limfadenopati (Tierney,dkk.2003.Hal:95) A. Penatalaksanaan Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi seb agai berikut : 1. Terapi Kausal Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemapara n lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat diko reksi. 2. Terapi suportif Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitope nia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut : a. Untuk mengatasi infeksi Hygiene mulut Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat/. Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat. b. Usaha untuk mengatasi anemia Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak p

erlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal c. Usaha untuk mengatasi perdarahan Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau trombos it < 20.000/mm3. 3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut : a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2 -3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialam i berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil . 4. Terapi Definitif Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjan g. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai be rikut : a. Terapi imunosuprersif Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuli ne (ATG) dapat menekan proses imunologis Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tingg i b. Transplantasi sumsum tulang Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan k esembuhan, tetapi biayanya mahal. 2.6 Komplikasi 1. Perdarahan 2. Infeksi organ 3. Gagal jantung 2.7 A. 1. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Aplastik Pengkajian Anamnesa Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status p erkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tangga l MRS, diagnosa medis. Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronolo gi terjadinya penyakit. Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta penyaki t yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu f aktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, da n anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik. 2. Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas / Istirahat Keletihan, kelemahan otot, malaise umum Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya Ataksia, tubuh tidak tegak Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan keletihan b. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI

Palpitasi (takikardia kompensasi) Hipotensi postural Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T Bunyi jantung murmur sistolik Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku Sclera biru atau putih seperti mutiara Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasoko nsriksi kompensasi) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) Rambut kering, mudah putus, menipis c. Integritas Ego Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi d arah Depresi d. Eliminasi Riwayat pielonefritis, gagal ginjal Flatulen, sindrom malabsorpsi Hematemesis, feses dengan darah segar, melena Diare atau konstipasi Penurunan haluaran urine Distensi abdomen e. Makanan / cairan Penurunan masukan diet Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia Adanya penurunan berat badan Membrane mukusa kering,pucat Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic Stomatitis Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah f. Neurosensori Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berko nsentrasi Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis Tidak mampu berespon lambat dan dangkal Hemoragis retina Epistaksis Gangguan koordinasi, ataksia g. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan Napas pendek pada istirahat dan aktivitas Takipnea, ortopnea dan dispnea i. Keamanan Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fen ilbutazon, naftalen Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas Transfusi darah sebelumnya Gangguan penglihatan Penyembuhan luka buruk, sering infeksi Demam rendah, menggigil, berkeringat malam Limfadenopati umum Petekie dan ekimosis B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagal an untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya perta hanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (resp ons inflamasi tertekan). 5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan per ubahan sirkulasi dan neurologist. 6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubah an proses pencernaan; efek samping terapi obat. 7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah i nterpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. C. NCP Nn0 Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 11 Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperluka n untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. Peningkatan perfusi jaringan KH : Klien menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

s.

Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisiu

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air man di dengan thermometer. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah mer ah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Memberikan informasi tentan g derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan interven si. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan sel uler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peni ngkatan kompensasi curah jantung. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap tera pi.

Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan. 22 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengi riman) dan kebutuhan. Dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas. KH : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasa n, dan tekanan darah masih dalam rentang normal Kaji kemampuan ADL pasien. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pe rtahankan tirah baring bila di indikasikan Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi ke lelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa mem aksakan diri). Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurun kan regangan jantung dan paru Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol. 33 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencer na atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untu k pembentukan sel darah merah Kebutuhan nutrisi terpenuhi KH : Menunujukkan peningkatan /mempertahankan berat badan dengan nilai laborato rium normal. Tidak mengalami tanda mal nutrisi. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau m empertahankan berat badan yang sesuai. Kaji riwayat nutrisi, termasuk m akan yang disukai Observasi dan catat masukkan makanan pasien Timbang berat badan setiap hari.

Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara wa ktu makan Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yan g berhubungan Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, g unakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium

Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gast er Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bak teri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin di perlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutri si yang dibutuhkan. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masuk kan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. 44 Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit tertekan). Infeksi tidak terjadi. KH : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan pertahanan sekunder (respons inflamasi infeksi. eritema, dan demam. dan pasien

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam Tingkatkan masukkan cairan adekuat

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa dema m Amati eritema/cairan luka

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien deng an anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri

menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untu k mencegah pneumonia membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granu losit tertekan. membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pi lihan pengobatan mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pen gobatan proses infeksi local 54 Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubah an proses pencernaan; efek samping terapi obat. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. KH: Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah Auskultasi bunyi usus Awasi intake dan output (makanan dan cairan).

Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

Hindari makanan yang membentuk gas Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi ku lit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjad i diare. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk .

Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk ata u enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atro pine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang te pat. bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam me ngidentifikasi defisiensi diet membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membant u memperthankan status hidrasi pada diare menurunkan distress gastric dan distensi abdomen mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan

serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanj ang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebag ai perangsang untuk defekasi. mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. 65 Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah i nterpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. KH : Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penya kit. Mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup. Berikan i nformasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung p ada tipe dan beratnya anemia. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang . Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah dib erikan memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat piliha n yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga ten tang penyakitnya dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keber hasilan dari tindakan yang dilakukan

You might also like