You are on page 1of 15

Max Weber Latar belakang

Maximilian Weber (21 April 1864 14 Juni 1920).Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, dari keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi politik yang relatif penting. Ibunya, seorang Calvinis yang sangat religious. Perbezaan orang tuanya dilihat pada orientasi intelektual dan perkembangan psikologi Weber. Di usia 18 tahun, Weber berkuliah di Universiti Heidelberg. 3 tahun kemudian Ia mengikuti wajib militer dan pada tahun 1884, kembali ke orang tuanya di Berlin dan melanjutkan pelajaran di Universiti Berlin. 8 tahun kemudian pelajarannya tamat dan mendapatkan gelaran doctor falsafah serta menjadi pengacara dan dosen di universiti Berlin. Selama 8 tahun di Berlin, perekonomian Weber ditopang oleh ayahnya satu situasi yang tidak disukainya. Pada saat yang sama, beliau semakin mendekati nilai-nilai Ibunya, dan antipasti terhadap ayahnya meningkat. Beliau menjalani kehidupan asketis dan tenggelam dalam pekerjaannya. Tahun 1896, beliau menjadi professor ekonomi di Heidelberg. Namun, tahun 1897, ayahnya meninggal dunia. Sejak saat itu, kondisinya kian labil. Hingga pada tahun 1903. Tak sampai tahun 1904, ketika ia menyampaikan kuliah perdananya (di AS) dalam kurun waktu 6,5 tahun, Weber mampu kembali aktif dalam kehidupan akademik. Pada tahun 1904-1905, beliau menerbitkan salah satu karyanya yang terkenal, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism serta beberapa hasil pelajarannya tentang agama-agama dunia dalam perspektif sejarah dunia (contoh China, India dan Yahudi Kuno). Karyanya yang tak rampung adalah Economy and Society. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh McClelland dan Marx (sekaligus mengkritik keduanya).

Jangka hayat hidup

Teori dan pemikirannya

Sejarah dan Sosiologi. Weber membuat perbezaan yang cukup menarik mengenai sejarah dan sosiologi. Menurutnya, sosiologi berusaha merumuskan konsep tipe dan keseragaman umum proses-proses empiris. Sedangkan sejarah berorientasi pada analisis kausal dan penjelasan ke atas tindakan struktur, dan kepribadian individu yang memiliki signifikansi kultural. Meskipun demikian, Weber dapat mengkombinasikan keduanya di mana sosiologi berorientasi pada pengembangan konsep yang jelas sehingga ia dapat melakukan analisis kausal terhadap fenomena sejarah. Weber mendefinisikan prosedur idealnya sebagai perubahan pasti peristiwaperistiwa konkrit individual yang terjadi dalam realiti sejarah menjadi sebab-sebab konkrit yang ada secara historis melalui pembelajaran tentang data empiris pasti yang telah diseleksi dari sudut pandang spesifik. Dari pemaparan ini, Weber tergolong sebagai sosiologi historis.

Pemikiran Weber tentang sosiologi dibangunkan oleh serangkaian debat intelektual (Methodenstreit) yang berlangsung di Jerman pada masanya. Perbezaan tersebut tentang hubungan sejarah dengan ilmu pengetahuan. Perdebatan berlangsung antara kubu positivis yang memandang sejarah tersusun berdasarkan hukum-hukum umum (nometik) dengan kubu subjektivis yang mendasarkan sejarah menjadi sekadar tindakan dan peristiwa idiosinkratis (idiografis). Weber menolak dua persepsi itu di mana menurutnya sejarah terdiri dari sejumlah peristiwa empiris unik; tidak mungkin ada generalisasi pada level empiris. Weber merasakan bahawa sejarah (sosiologis historis) membahas individualiti dan generaliti. Penyatuan dilakukan melalui perkembangan dan pemanfaatan konsep umum dalam pembelajaran terhadap individu, peristiwa atau masyarakat tertentu. Konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan individualiti pada setiap perkembangan, karakteristik yang memnyebabkan orang melahirkan kesimpulan dengan cara yang berbeza dari orang lain, kemudian mereka dapat menentukan sebab-sebab yang mengikut pada perbezaan-perbezaan ini. Pemahaman (verstehen), secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah sumbangannya yang paling banyak dikenali dan kontroversial terhadap metodologi sosiologi kontemporer. Pemikiran Weber tentang verstehen sering ditemukan dikalangan sejarawan Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenali dengan hermeneutika. Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap pemahaman dan penafsiran tulisan-tulisan yang dipublikasikan. Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang mahupun struktur dasar teks. Satu kesalahfahaman yang sering terjadi berkaitan konsep verstehen adalah bahawa dia difahami sekadar sebagai pengguna intuisi oleh peneliti. Verstehen melibatkan penelitian sistematik dan ketat serta bukannya sekadar merasakan teks atau fenomena sosial. Dengan kata lain, verstehen adalah prosedur pembelajaran yang rasional. Beragam penafsiran atas verstehen membantu kita mengetahui mengapa Weber begitu penting dalam teori sosiologi. Penafsiran verstehen pada level budaya selaras dengan teori-teori skala-besar (contohnya dalam fungsionalism struktural), sementara itu pada pandangan level individu sesuai untuk teori skalakecil (contohnya interaksionalisme simbolik). Kausalitas. Weber cenderung melihat pembelajaran tentang sebab-sebab fenomena sosial berada di dalam wilayah sejarah, bukan sosiologi. Kausalitas adalah kemungkinan suatu peristiwa diikuti atau disertai peristiwa lain. Weber cukup jelas ketika membicarakan isu keseragaman kausalitas dalam pembelajarannya tentang hubungan antara protestanism dengan semangat kapitalism. Weber menyatakan bahawa etika protestan adalah salah satu dari faktor kausal munculnya semangat kapitalism moden. Tipe-tipe Ideal. Tipe ideal adalah konsep yang dikonstruksi oleh ilmuwan sosial, menurut minat dan oriesntasi teoritisnya dalam rangka memahami ciri utama fenomena sosial. Tipe ideal dibentuk oleh aksentuasi satu sisi dari satu atau lebih sudut pandang dan oleh sistesis dari begitu banyak fenomena individual konkrit yang kabur, khas, kadang kala ketara dan kadang-kadang tidak, yang diatur menurut sudut pandang satu sisi ke dalam konstruk analistis terpadu. Dalam kemurnian konseptualnya konstruk mental ini secara empiris tidak dapat ditemukan di dalam realitas. Tipe ideal berfungsi sebagai alat pembanding dengan realiti empiris untuk menentukan ketidaksesuaian atau kemiripan, untuk menyebarkannya dengan konsep yang dapat difahami secara tepat dan untuk menentukan dan menjelaskan secara kausal. Tipe ideal ini, Weber cuba

meneerapkannya dalam birokrasi. Peneliti mencari ketidaksesuaian data kasus riil dari tipe ideal rata-rata dan lalu mencari sebab-sebab ketidaksesuaian dan penyimpangan tersebut. Beberapa alasan tipikal bagi ketidaksesuaian ini adalah: (1) tindakan birokrat yang di dasarkan pada reformasi yang keliru; (2) kesalahan strategi, terutama yang yang dilakukan oleh para pemimpin birokrasi; (3) kesalahan logika yang menumpang tindakan pemimpin dan pengikut; (5) segala irasionalitas dalam tindakan pemimpin dan pengikut birokrasi. Beberapa macam tipe ideal: (1) Tipe ideal Historis berkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu (misalnya pasar kapitalis moden); (2) Tipe ideal Sosiologis Umum berkait dengan fenomena yang sama dengan beberapa periode historis dan masyarakat (misalnya birokrasi); (3) Tipe ideal Tindakan adalah tipe tindakan murni yang di dasarkan pada motivasi pelaku (misalnya tindakan afektual); (4) Tipe ideal Struktural adalah bentuk kausal tindakan sosial (misalnya dominasi tradisional). Nilai. Menurut Weber, ilmuwan sosial tidak boleh membiarkan nilai pribadinya mempengaruhi penelitian ilmiah. Oleh sebab itu, Weber memandang sosiologi harus bebas-nilai.

SOSIOLOGI SUBSTANTIF

Tindakan Sosial. Weber membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otoritas yang me-libatkan proses pemikiran. Stimulus dating dan perilaku terjadi. Ia memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran dan tindakan bermakna yang di-timbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dengan respons. Contohnya dapat ditemukan tentang tindakan ekonomis yang ia definisikan sebagai orientasi sadar dan primer kearah per-timbangan ekonomis karena yang dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan. Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regulitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar, di-antaranya (1) Rasionalitas Sarana-Tujuan. Tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan aktor-aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional; (2) Rasionalitas Nilai. Tindakan yang titentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai-nilai perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya; (3) Tindakan Afektual. Ditentukan oleh kondisi emosi actor; (4) Tindakan Tradisional. Ditentukan oleh cara ber-tindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Kelas, Status dan Partai. Menurut Weber, masyarakat terstratifikasi berdasarkan ekonomis, status dan kekuasaan. mulai dengan kelas, Weber berpegang pada konsep orientasi tindakannya dengan menyatakan bahwa kelas bukanlah komuni-tas, kelas adalah sekelompok orang yang situasi ber-sama mereka dapat menjadi dan kadang-kadang sering kali basis tindakan kelompok. Sedangkan status adalah setiap komponen tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh

estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif. Bagi Weber, partai merupakan struktur yang berjuang untuk meraih dominasi. Struktur Otoritas. Weber memilih demokrasi sebagai bentuk politik bukan karena ia percaya pada massa, namun karena demokrasi menawarkan dinamika maksimal dan merupakan milieu terbaik untuk menciptakan pemimpin politik. Weber mencatat bahwa struktur otoritas hadir disetiap institusi sosial dan pandangan politiknya terkait dengan analisis struktur ini pada semua setting. Dominasi adalah probabilitas suatu perintah (atau semua perintah tertentu akan dipatuhi oleh se-kelompok orang. Bentuk dominasi yang sah adalah otoritas. Tiga klasifikasi dasar legitimasi untuk men-dapatkan otoritas, yaitu: (1) Legitimasi Rasional yang bersandar pada kepercayaan akan legitimasi atas aturan tertulis dan hak mereka yang diberi otoritas berdasakan aturan untuk emngeluarkan perintah; (2) Legitimasi Tradisional yang didasarkan pada kepercayaan yang telah mapan terhadap kesucian tradisi kuno dan legitmasi mereka yang menjalankan otoritas berdasarkan tradisi tersebut; dan (3) Legitimasi Karisma, didasarkan pada kesetiaan para pengikutnya ter-hadap kesucian yang tidak lazim, sosok teladan, heroism, atau kekuatan khusus (misal kemampu-an untuk menciptakan mukjizat) yang dimiliki pe-mimpin, maupun pada tatanan normatif yang di-berlakukannya. Struktur otoritas terkonstuksi berdasarkan ke-tiga legitimasi di atas: 1. Otoritas Legal Otoritas legal memiliki beragam bentuk struktur-al. contohnya adalah birokrasi. Tipe ideal birokrasi memiliki ciri utama diantaranya: terdiri dari rangkaian organisasi fungsi-fungsi resmi yang terikat oleh aturan; setiap badan memiliki ranah kompetensi spesifik; terorganisasi ke dalam sistem hierarkis; membawa serta kualifikasi teknis yang mengharuskan partisipasnya memperoleh pelatihan yang tepat.; staf yang mengisi badan-badan tersebut tidak memiliki sarana produksi yang terkait dengannya; pegawai tidak diizinkan merubah posisi dan tetap menjadi bagian dari organisasi; tindakan, keputusan dan aturan administratif dirumuskan dan dicatat secara tertulis. 2. Otoritas Tradisional Didasarkan pada klaim pemimpin dan keyakinan para pengikutnya bahwa terdapat kelebihan dalam kesucian aturan dan kekuasaan yang telah berusia tua. Bentuk awal otoritas ini adalah gerantrokasi melibatkan kekuasaan yang dijalan-kan oleh orang yang lebih tua, sementara itu patriarkalisme primer adalah kepemimpinan yang diperoleh karena warisan. 3. Otoritas Karismatik Lahirnya pemimpin karismatik sangat mungkin menjadi ancaman bagi sistem otoritas tradisional dan otoritas legal yang membawa pada perubah-an dramatis dalam sistem tersebut. Rasionalisasi dibahas oleh Weber dalam beragam definisi. Rasionalitas terbagi menjadi empat, yaitu (1) rasionalitas praktis adalah setiap jalan hidup yang memandang dan menilai aktivitas-

aktivitas duniawi dalam kaitannya dengan ke-pentingan individu yang murni pragmatis dan egoistis; (2) rasionalitas teoritis adalah upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsepkonsep yang makin abstrak dan bukannya melalui tindakan; (3) rasionalitas subtantif secara langsung menyusun tindakan-tindakan ke dalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai; (4) rasionalitas formal melibatkan kalkulasi sarana-tujuan dengan merujuk pada aturan, hukum, dan regulasi yang ber-laku universal. The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Menurut Weber, semangat kapitalism adalah sistem etika, dan etos yang memang jadi salah satu pendorong terjadinya kesuksesan ekonomi. Protestanism berhasil mengalihkan upaya mencari keuntungan menjadi jihad moral. Topangan sistem moral inilah yang secara tak terduga men-dorong terjadinya ekspansi besarbesaran dalam pencarian keuntungan dan pada hakikatnya melahirkan sistem kapitalisme.

Cabang-cabang Teori

Buku-buku yang ditulis The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism The Sociology of Hinduism and Buddhism Theory of Social and Economic Organization Methodology of The social Princess

Karl Marx Karl Marx lahir di Trier, Prussia. Pada tahun 1841, memperoleh gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin. Terlahir dari keturunan rabi, namun karena alasan bisnis ayahnya, kemudian berganti agama menjadi Lutherian. Marx menikah tahun 1843 dan pindah ke Paris. Di sini (Paris), Ia bertemu dengan Engels (seseorang yang nantinya akan menopang hidupnya sekaligus sebagai rekan sepanjang hayat-nya). Marx dan Engels acap kali menulis sebuah buku bersama, diantaranya seperti The Holy Family dan The German Ideology. Selain itu, mereka berdua ber-afiliasi dengan beberapa organisasi radikal dan menulis artikel. Karena beberapa tulisannya me-resahkan Pemerintah Prussia, Pemerintah Perancis (atas permintaan Pemerintah Prussia) mengusir Marx pada tahun 1845 dan akhirnya Marx hijrah ke Brussel. Marx dan Engels sempat bergabung dengan liga komunis dan menulis artikel untuk organisasi tersebut yang hasilnya adalah Communist Manifesto (1848). Tahun 1849, Marx pindah ke London dan pada 1852, Ia memulai studi yang terkenal tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum.Pembelajaran tersebut kemudian menghasilkan tiga jilid buku Capital. Tahun 1864, Marx bergabung dengan International (gerakan pekerja Internasional).

Teori dan pemikirannya

Fakta dan Nilai. Dalam analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari faktafakta sosial. Fakta-fakta dan nilai-nilai saling terkait, dan oleh karena itu, fenomena itu sarat-nilai (value-laden). Metode analisis dialektis bukanlah hubung-an kausal sederhana dan satu arah antarbagian-bagian dunia sosial. Inti pemikiran Marx berada pada hubungan antara manusia dan struktur-struktur skala-luas yang mereka ciptakan. Di satu sisi, struktur-struktur skala-luas membantu manusia memenuhi kebutuhan mereka; di sisi lain, dia merepresentasikan suatu ancaman yang me-nakutkan terhadap umat manusia.

SIFAT DASAR MANUSIA

Marx membangun analisis kritisnya terhadap kontradiksi-kontradiksi masyarakat kapitalis berdasarkan premis-premisnya tentang sifat dasar manusia, hubungannya dengan pekerja dan potensinya bagi alienasi di bawah kapitalisme. Marx berkeyakinan bahwa manusia adalah suatu ansambel relasi-relasi sosial. Dengan ini, dia ingin mengatakan bahwa sifat dasar kita jalinmenjalin dengan relasi-relasi sosial kita yang khusus dan konteks institusional kita. Oleh sebab itu, sifat dasar manusia bukan merupakan sesuatu yang statis, akan tetapi berbeda-beda sesuai latar historis dan sosialnya. Bagi Marx, spesies manusia dan sifat dasarnya terkait erat dengan kerja dan hal tersebut (kerja) dapat berfungsi sebagai indikator yang membeda-kan manusia dengan hewan, karena (1) kita kerja mewujudkan suatu hal di dalam realitas yang se-belumnya hanya ada di dalam imajinasi. Produksi kita merefleksikan tujuan kita; (2) kerja ini bersifat material. Ia bekerja dengan alam material untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan material kita; dan (3) kerja tersebut tidak hanya merubah alam, tapi juga merubah kita, termasuk kebutuhan, kesadaran dan sifat dasar kita.

ALIENASI

Alienasi menurut marx terlahir karena penyelewengan kapitalisme terhadap kerja yang tak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri yang lalu tereduksi menjadi sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Alienasi terbagi menjadi empat bidang, yaitu (1) pekerja/ploretariat mengalami alienasi dari pekerjaannya karena mereka diperlakukan sebagai bagian alat produksi yang bersifat mekanik; (2) alienasi dari hasil pekerjaannya karena mereka tidak mendapatkan apa yang mereka hasilkan melainkan upah; (3) alienasi dari pekerja lainnya karena mereka terasing dan bersaing dengan pekerja lainnya; dan (4) alienasi dari kemampuan manusiawi mereka dan tunduk pada mesin.

STRUKTUR MASYARAKAT KAPITALIS

Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana sejumlah besar pekerja yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kapitalis yang memiliki komoditas, alat produksi, dan waktu pekerja (yang dibeli melalui gaji). Di bawah kapitalisme, ekonomi tampil kepada kita sebagai kekuatan alamiah. Orang-orang yang diberhenti-kan, upah dikurangi, pabrik-pabrik ditutup, dsb. Komoditas. Pandangan Marx tentang komodi-tas berakar pada orientasi materialisnya dengan fokus pada aktivitas-aktivitas produktif para aktor. Nilai-guna komoditas adalah objek-objek yang di-produksi manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik digunakan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Sedangkan nilai-tukar adalah objek-objek yang diproduksi tersebut tidak diguna-kan langsung, tetapi dipertukarkan di pasar demi uang atau objek-objek yang lain. Eksploitasi. Bagi Marx, ekspolitasi dan domi-nasi lebih dari sekedar distribusi kesejahtera-an dan kekuasaan yang tidak seimbang. Kapitalis-me membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk mereka sendiri. Hal tersebut yang disebut nilaisurplus. Nilai-surplus adalah perbedaan antara nilai produk ketika produk ketika dijual dan nilainilai elemen yang digunakan untuk membuat produk tersebut (termasuk kerja para pekerja). Keinginan untuk memperoleh lebih banyak ke-untungan dan lebih banyak nilai-surplus untuk ekspansi, mendorong kapitalisme pada apa yang disebut hukum umum akumulasi kapitalis. Fetitisme Komoditas adalah komoditas (yang merupakan produk kerja manusia yang bisa terlepas dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan pem-buatnya) menjadi suatu realitas eksternal yang independen dan nyata, bahkan hampir menjadi realitas eksternal yang mistis. Fetish yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang kita buat untuk diri kita sendiri, akan tetapi sekarang kita sembah (seolah-olah seperti dewa atau berhala). Fetitisme komoditas memberi ekonomi suatu realitas objektif independen yang berada di luar aktor dan paksaan terhadapnya, dan kemudian fetitisme komoditas diterjemahkan menjadi konsep reifikasi (penyusutan atau proses mempercayai bahwa secara manusiawi bentuk-bentuk sosial yang terbentuk merupakan sesuatu

yang alami, universal dan absolute yang berakibat bentuk-bentuk sosial tersebut memperoleh sifat-sifat tsb). Proletariat adalah para pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat produksi sendiri. Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat produksi serta membayar upah kepada proletariat atas jasa mereka yang dijual. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Hal tersebut akan nampak terlihat seperti apa yang diutarakan oleh Marx sebagai titik tolak kapital, yaitu sirkulasi komoditas, diantaranya (1) komoditas uang komoditas (C1-MC2); (2) uang komoditas uang (M1-C-M2). Pada struktur yang keduamenurut Marx adalah membeli untuk menjual. Di lain sisi, kapital juga merupakan sebuah relasi sosial antara proletariat yang harus bekerja sekaigus membeli barang kepada orang yang menginvestasikan uangnya kepada mereka (kapitalis). Kesadaran semua merupakan pola pemikiran yang dipengaruhi oleh pahaman kapitalisme. Mayoritas masyarakat kapitalis tidak memandang sistem perundangan sebagai bagian dari sebab konflik yang sedang berlangsung. Hal-hal individu untuk mewakili barang-barang pribadi diterima begitu saja sebagai hal yang wajar (take for granted). Realita tersebut, dapat dilihat dari penilaian mereka yang cenderung mempersalahkan korban (blaming the victim) dalam masalahmasalah sosial. Kesadaran semu ini seolah-olah membenar-kan anggapan bahwa problemproblem sosial di-sebabkan oleh kesalahan-kesalahan individual dan bukannya karena struktur ekonomi makro yang menguntungkan kapitalisme Konflik kelas terjadi anatara kelas proletar (pekerja) dengan borjuis (kapitalis) karena adanya konflik kepentingan yang inheren antara borjuis dengan proletarian dibubah kembali menjadi nilai-surplus. Lambat laun, komposisi kelas yang ada adalah jumlah populasi proletarian jauh lebih banyak dari kapitalis karena para kapitalis meng-ganti tenaga pekerja tersebut dengan mesin-mesin sehingga mendorong terjadinya revolusi.

MATERIALISME HISTORIS

Klaim-klaim umum materialisme-historis Marx adalah bahwa cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan material mereka menentukan atau secara umum mengkondisikan hubunganhubung-an antarmereka, institusi-institusi sosial mereka dan bahkan ide-ide mereka yang lazim. Karena pentingnya cara orang memenuhi kebutuhan-ke-butuhan material mereka serta relasirelasi ekonomi yang terjadi dari situ, maka ekonomi ada-lah sebagai hal dasar (core) dan relasirelasi nonekonomi, institusi-institusi sosial yang lain dan ide-ide sebagai superstruktur. Ideologi. Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasirelasi pendukung, institusi-institusi, dan khususnya ide-ide umum. Ketika ide-ide umum menunjukkan fungsi ini, Marx menyebutnya ideologi. Marx juga menyatakan bahwa agama adalah bentuk lain dari ideology. Baginya, kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukar-an yang sebenarnya dan juga protes melawan ke-sukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega mahluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat. Pada hakikatnya,

Marx tidak menolak agama, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama. Mengutarakan tentang kelas sosial dan ekonomi dan beliau sering dikaitkan dengan teori konflik yang menyatakan tentang kuasa yang terdapat pada kerajaan melalui paksaan.konflik ini berpunca daripada kegiatan ekonomi yang mempunyai dua golongan yang sering bertentangan iaitu golongan kapitalisma(borjuis) yang mengawal pengeluaran ekonomi dengan golongan kedua iaitu pekerja (prolitariat).Contoh dalam kilang membuat kereta dan jentera-jenteranya diketuai golongan borjuis.Golongan prolistariat terdiri daripada pekerja-pekerja yang memasang alat-alat kereta tersebut.Marx melihat hubungan antara mereka ialah hubungan antara kelas dominan dan subdominan.Golongan Borjuis dianggap menindas golongan bawahan dan sentiasa dalam konflik.Marx percaya keadaan ekonomi pekerja akan menyedarkan pekerja itu sendiri.Pekerja yang ditindas akan menyedari kedudukan mereka akan bertambah balik jika menentang sistem kapitalis serta tubuhkan sistem sosialis. Ini disebut kesedaran kelas dan Marx percaya eksploitasi kapitalis menjadi tidak stabil.Sistem sosialis yang dicadangkan beliau akan menyebabkan kerajaan menentukan sepenuhnya corak ekonomi.Contoh negara yang amalkan system sosialis ialah China iaitu individu tidak ada kebebasan dan segala masalah ekonomi diselesaikan oleh kerajaan dan wujudkan masyarakat tanpa kelas serta bebas daripada penindasan.Ada juga perbezaan kelas golongan intelek dengan golongan buruh.Marx juga memberi tumpuan kepada tingkah laku kerana agama tidak penting kerana beliau berpendapat manusia tidak perlukan agama jika masyarakatnya stabil dan mencapai pembangunan. Marx melihat kelas dari dua unsur.Pertama melalui hubungannya dengan proses pengeluran dan kedua, kelas merupakan kelompok sosial paling aktif dalam masyarakat dan merupakan kelompok sejarah.

Buku-buku yang ditulis beliau The Communis Mnifesto

Emile Durkheim

Durkheim lahir di Epinal, Perancis. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Kant, Saint Simon dan Comte. Ia adalah keturunan rabi. Tahun 1893, menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa Perancis, The Division of Labor in Society, dan tesisnya dalam bahasa latin Montesquieu. Pernyataan metodologis utamanya, The Rules of Sociological Method pada tahun 1895 dan pada tahun 1897 (setahun setelah menjadi profesor di Bordeaux) Ia menerbitkan buku Suicide. Karya lainnya yang terkenal adalah The Elementary Forms of Religious Life terbit pada 1912. Durkheim adalah seseorang yang membela sekaligus mengkritik paham liberalisasi dan paham komunitarianisme. Membela penekanan liberalisasi atas individu dan mengkritiknya karena melihat individu berlawanan dengan masyarakat. Dia membela penekanan komunitarianisme terhadapa tradisi dan nilai komunal, akan tetapi mengkritiknya karena tidak mengakui bahwa kesakralan dari individu bisa menjadi bagian penting dari nilai tradisi tersebut.
Teori dan pemikiran

FAKTA SOSIAL Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyara-kat dan pada saat yang sama keberadaannya ter-lepas dari manifestasi-manifestasi individual. Fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor. Fakta sosial dibagi menjadi dua, material dan nonmaterial. Fakta sosial material contohnya seperti gaya arsitektur, bentuk teknologi dan hukum serta Undang-Undang. Sedangkan fakta sosial non-material seperti moralitas, kesadaran kolektif, reperesentasi kolektif dan aliran sosial.

PEMBAGIAN KERJA (Division of Labor)

Tesis pembagian kerja adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Durkheim berpendapat, fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Maka, fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih. Karena adanya pola pembagian kerja, maka terjadilah perubahan struktur masyarakat dan Durkheim membaginya menjadi solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena suluruh orang adalah generalis.

Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Perbedaan mekanis dan organis diantaranya solidaritas mekanis dicirikan dengan masyarakat tradisional, tersegmentasi, hukum represif dan kesadaran kolektifnya tinggi. Sedangkan solidaritas organis dicirikan dengan masyarakat modern, terdiferensiasi, hukum restitutif, dan spesialisasi. Dalam The Division of Labor, Durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik beberapa bentuk abnormal yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern, yaitu: 1. Pembagian kerja anomik Pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu masyarakat tentang apa yang harus mereka kerjakan. 2. Pembagian kerja yang dipaksakan Patologi kedua ini merujuk pada fatwa bahwa norma yang ketinggalan zaman dan harapan bisa memaksa individu, kelompok dan kelas masuk ke dalam posisi yang tidak sesuai bagi mereka. Tradisi, kekuatan ekonomi atau status bisa men-jadi lebih menentukan pekerjaan yang akan dimiliki ketimbang bakat dan kualifikasi. 3. Pembagian kerja yang terkoordinasi buruk Hal ini terjadi katika fungsi-fungsi khusus yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda-beda dan tidak diatur dengan baik.

BUNUH DIRI (Suicide)

Teori bunuh diri Durkheim bisa dilihat ketika kita mencermati hubungan jenis-jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya, integrasi dan regulasi. Integrasi merujuk pada kuat tidaknya keterikatan dengan masyarakat. Regulasi merujuk pada tingkat paksaan eksternal yang dirasakan oleh individu. Durkheim menyimpulkan bahwa faktor terpenting dalam perbedaan angka bunuh diri akan ditemukan dalam perbedaan level fakta sosial. Perubahan dalam sentimen kolektif membawa perubahan dalam arus sosial, sehingga membawa perubahan pada angka bunuh diri. Empat jenis bunuh diri, diantaranya adalah: 1. Bunuh diri Egoistis

Tingginya angka bunuh diri ini dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi tersebut melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat dan masyarakat bukan pula bagian dari individu. 2. Bunuh diri Altruistis Bunuh diri tipikal ini terjadi ketika integrasi yang terjadi begitu kuat. Contohnya adalah para samurai Jepang yang memilih bunuh diri dengan cara harakiri dan dalam kasus mati syahid para pelaku bom di TimTeng. 3. Bunuh diri Anomik Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Contoh bunuh diri ini adalah ketika seseorang kehilangan pekerjaan (maka, di lain sisi Ia kehilangan dan terlepas regulasi yang biasa mengatur dirinya) dan kemudian Ia rentan terhadap arus anomi yang bsai saja menyeret dirinya untuk melakukan bunuh diri. 4. Bunuh diri Fatalistis Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Contohnya adalah bunuh diri yang dilakukan oleh seorang budak karena putus asa akan regulasi yang setiap saat menekan hidupnya.

ASAL-USUL AGAMA (The Elementary Forms of Religious Life)

Penelitian Durkheim lainnya adalah tentang masyarakat primitif yang berguna untuk mengetahui asal-usul agama. Dalam penelitian itu, dimenyatakan bahwa sumber dari agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat mendefinisikan hal-hal tertentu sebagai sakral dan hal-hal lainnya sebagai profan. Penelitiannya mengenai totemisme dilakukan pada masyarakat Arunta di Australia. Totemisme adalah sistem agama di aman sesuatubisa binatang dan tumbuhan dianggap sakral dan menjadi simbol klan. Dari ritual keagamaan ini, Durkheim meng-kostruksi sosiologi pengetahuannya di mana bahwa konsep dan kategori-kategori fundamental kita (waktu yang berasal dari irama kehidupan sosial; tempat dikembangkan dari pembagian tempat yang ditempati oleh masyarakat; klasifikasi dilekatkan pada kelompok manusia; kekuatan berasal dari pengalaman dengan kekuatan sosial; kausalitas sebagai ritual imitasi; dan masyarakat sebagai representasi dari totalitas) adalah representasi kolektif yang diciptakan masyarakat.

PEMUJAAN INDIVIDU

Di dalam diri manusia terdapat dua hakikat (homo duplex), yaitu (1) didasarkan pada individualitas tubuh kita yang terisolasi; dan (2) hakikat kita sebagai mahluk sosial. Point nomor dua

(2) adalah yang merupakan diri kita yang tertinggi dan merepresentasikan segala sesuatu yang deminya kita rela mengorbankan kedirian dan kepentingan jasmaniah kita sendiri. Pengertian kita tentang individualitas kita berkembang sebagaimana berkembangnya masyarakat. Hal ini terjadi dengan pembagian kerja yang memahami diri kita sebagai bagian individu. Ketika kita sadar tentang individu kita, kebutuhan dan hasrat nonsosial tersebut adalah egosime. Di pihak lain, individu yang menjadi representasi kolektif dan oleh karena itu mengikat harapan kohesi sosial di sekitar ide individualitas disebut individualisme moral. Homo duplex merepresentasikan perbedaan antara mengejar ego dan hasrat individual kita dengan kesiapan untuk mengorbankan mereka atas nama individualitas yang kita percaya bahwa semua manusia memiliki keadaan yang sama.

PENDIDIKAN MORAL DAN REFORMASI SOSIAL

Program refomasi dan pendekatan reformis Durkheim berkaitan dengan keyakinannya bahwa masyarakat adalah sumber moralitas yang ditentu-kan oleh fakta bahwa masyarakat perlu memiliki kemampuan untuk saling menghasilkan tuntutan moral bagi individu. Moralitas bagi Durkheim memiliki tiga kom-ponen, yaitu: 1. Disiplin Otoritas yang menghalangi dorongan-dorongan idiosinkratis. 2. Keterikatan Keterikatan yang dimaksud adalah keterikatan seseorang dengan kelompok sosialnya atau masyarakatnya karena masyarakat adalah sumber dari moralitas itu sendiri. 3. Otonomi Di mana individu bertanggungjawab dengan atas tindakan mereka. Otonomi baru memiliki kekuatan penuh dalam modernitas ketika mitos dan simbol-simbol sistem moral terdahulu yang digunakan untuk menerapkan disiplin dan men-ciptakan keterikatan sudah mandul.

Buku yang dihasilkan The Division of Labour in Society Rules of Sociological Method Suicide The Elementary Form of Religions Life

You might also like