You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945, dalam usaha mencapainya banyak mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman. Oleh karena itu perlu kekuatan untuk mewujudkannya. Kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut dikenal dengan istilah ketahanan nasional. Ketahanan nasional perlu dibina terus menerus dan dikembangkan agar kelangsungan hidup bangsa tersebut dapat dijamin. Dalam sejarah perjuangan bangsa, Ketahanan bangsa Indonesia telah teruji, bangsa Indonesia mampu mengusir penjajahan Jepang, Belanda, menghadapi separatis RMS, PRRI, Permesta, DI TII, PKI, GAM, dan Papua Merdeka. NKRI tetap tegak berdiri karena memiliki daya tahan dalam menghadapi Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG). Tapi sekarang, bangsa Indonesia menghadapi permasalahan KKN, kemiskinan, pengangguran, konflik SARA, pelanggaran HAM, SDM yang rendah, globalisasi, dan yang paling buruk adalah menurunnya kualitas moral remaja sebagai generasi penerus bangsa, namun hanya dengan ketahanan bangsa saja kelangsungan hidup bisa terjamin. Dahulu negara Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, memiliki penduduk yang penuh etika dan sopan santun. Masyarakat juga masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun hubungan antar teman. Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan yang cepat dalam teknologi informasi telah mengubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif, khususnya bagi remaja yang notabene lebih banyak menggunakan. Seperti yang di muat dalam Pancasila khususnya sila ke-2 Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dari pernyataan ini mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk hidup adil dan beradab. Untuk mencapai masyarakat yang beradab di perlukan moral

yang baik. Moral bangsa Indonesia tercermin pada perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter. Hilangnya moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan di seluruh pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral remaja yang telah hilang termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah serius yang telah mengancam bangsa ini. Remaja yang seharusnya menjadi tumpuan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri. Menurut Moetojib (2008:01) langkah yang perlu diambil bangsa Indonesia menghadapi persoalan bangsa pada era globalisasi adalah melakukan rekonstruksi moral secara total dengan membangun kembali karakter dan jati diri bangsa (Nation and character building). Selain melakukan rekonstruksi moral juga melakukan konsolidasi kebangsaan dengan melaksanakan langkah strategi memperkuat komitmen kebangsaan dan bersama membangun ke Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa keadaan moral remaja Indonesia saat ini telah telah mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki lagi. Sebab moral remaja saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Sehingga dari semua pihak yang terkait perlu membantu demi kesadaran dan kebaikan generasi penerus. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini, antara lain: 1.2.1 Apakah yang dimaksud krisis moral yang sedang melanda remaja Indonesia? 1.2.2 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya krisis moral? 1.2.3 Apa saja solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis moral remaja?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penurunan kualitas dan krisis moral yang dialami para remaja dan solusi untuk mengatasinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kata


1. Krisis

Dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan Poerwadaminta, Krisis diartikan sebagai kemelut atau keadaan yang genting. Dengan adanya suatu krisis maka perlu adanya solusi sebagai jalan keluar agar krisis tersebut dapat diatasi.
2. Moral

Moral menurut bahasa berarti baik atau buruknya perbuatan. Sedangkan dari segi istilah moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang. Dalam hal sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dilakukan.

Secara etimologi, istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.

Menurut Drs Sidi Ghozalba, moral adalah kesesuian dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan yang wajar.

3. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah tersebut mempunyai arti yang lebih kuas yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak namun tidak juga golongan dewasa atau tua.

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia (2010:01) Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.

4. Globalisasi

Globalisasi menurut Ahmad Suparman Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

Globalisasi menurut Scholte Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi: Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI DAN LATAR BELAKANG KRISIS MORAL PADA REMAJA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI Masa remaja adalah masa transisi sekaligus masa kegemilangan. Dikatakan masa transisi karena perpindahan dari usia anak-anak menuju usia remaja yang lebih menuntut kedewasaan. Di samping itu, pada masa remaja, manusia bisa melakukan banyak hal yang produktif dalam hidupnya. Kekuatan fisik yang mendukung, juga semangat muda yang menggelora, menjadikan remaja sebagai tonggak peradaban umat manusia. Beradab atau tidaknya suatu bangsa, dapat dilihat dari peran pemudanya (remaja) hari ini. Terlebih pada aspek moralitasnya. Bangsa yang memiliki pemuda yang santun, pekerja keras, kredibel, dan bertanggung jawab serta mempunyai loyalitas yang tinggi, maka dapat dipastikan bangsa tersebut ke depannya menjadi sebuah bangsa yang bermartabat. Beragam bentuk kriminalitas yang dilakukan oleh remaja bukan barang baru di negeri ini. Mulai dari penghisapan sabu, minum-minuman keras, perzinahan dengan berbagai jenisnya, tawuran, dan baru-baru ini ada yang disebut geng motor. Kenakalan remaja berupa krisis moral para remaja merupakan masalah yang telah meluas dan secepatnya harus segera diselesaikan, karena dapat mengancam masa depan kehidupan mereka sendiri dan masa depan bangsa. Namun sebagian besar masyarakat tidak menyadari akan hal tersebut. Krisis moral adalah permasalahan yang sangat kompleks, namun selalu merupakan interaksi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi yaitu keluarga, kelompok sebaya, kehidupan sekolah, dan masyarakat luas termasuk media massa serta penegakan hukum setempat. Dari ketiganya yang paling penting adalah faktor individu. Seseorang harus bertanggung jawab atas perilakunya. Kriminalitas remaja dalam bentuknya yang usang tersebut pada sepuluh tahun terakhir ini mengalami peningkatan secara kuantitas dan motifnya. Telah marak terjadi prostitusi di negeri yang dikenal ramah dan beradab ini, yang sangat mengiris hati yakni dilakukan oleh remaja. Hal ini tersurat dalam kasus tertangkapanya seorang remaja berinisial MS berumur 19 tahun yang melakukan perdagangan perempuan (trafficking) pada 22 Februari 2012 lalu. Selain itu, free sex (seks bebas) telah menjadi fenomena baru di negeri yang memegang

prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab ini. Free sex bukan lagi sesuatu yang tabu, bahkan telah menjadi alternatif pesta remaja dalam merayakan hari bahagia. Sebut saja perayaan ulang tahun atau hari kelulusan ujian nasional. Berdasarkan data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2012, 47% remaja perempuan telah terbiasa melakukan seks bebas. Angka tertinggi seks bebas berada di Surabaya sebanyak 54%, Medan 52%, dan Yogyakarta 37%. Apa yang diistilahkan dengan married by accident (MBA) pun bukan barang langka di negeri yang memiliki penduduk mayoritas muslim ini. Jika sepuluh tahun yang lalu jarang ditemukan remaja yang hamil di luar nikah, sekarang bahkan dalam satu desa atau daerah pelosok pun dapat ditemukan puluhan perempuan yang hamil di luar nikah. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggapnya sesuatu yang wajar, dengan mengasumsikan tren zaman sekarang adalah hamil dahulu, nikah kemudian. Tawuran antar pelajar kerap terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga tengah merambah ke daerah-daerah. Hal ini diperparah dengan tanggapan dari para pendidik maupun warga masyarakat dengan mengatakan bahwa tawuran itu sudah menjadi tradisi. Memang tidak bisa disalahkan, istilah tersebut muncul akibat sering terjadinya tawuran antar pelajar yang dianggap sebagai tonggak masa depan itu.

3.2 FAKTOR PENYEBAB KRISIS MORAL REMAJA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa faktor penyebab krisis moral remaja terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Faktor Internal
a. Keluarga

Keluarga mempunyai fungsi sebagai pengawas sosial, keluarga memberi pengertian kepada semua anggota keluarga tentang peranannya, baik di dalam maupun di luar rumah atau dalam masyarakat. Keluarga merupakan agen sosial pertama dan utama dalam mengenalkan nilai-nilai sosial dan kebudayaan. Dengan demikian orang tua mempunyai peranan penting dalam mendidik

anak, jika orang tua benar dan sungguh-sungguh dengan ikhlas maka akan menghasilkan anak yang sopan dan patuh. Namun, melihat perkembangan zaman sekarang banyak orang tua yang lebih mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anak, sehingga banyak remaja yang kurang perhatian dan merasa bebas mengatur jalan hidupnya sendiri.
b. Salahnya Pergaulan dan Kurangnya Pengawasan Orang Tua

Pergaulan remaja saat ini lebih cenderung ke arah pergaulan bebas, terbukti banyaknya para remaja yang melakukan seks bebas dan menggunakan narkotika, hal ini bisa dilihat dari banyaknya para remaja yang menggunakan barang haram tersebut. Mengapa para remaja menggunakan barang haram tersebut? Karena salahnya pergaulan yang mereka pilih,seperti mereka berteman dengan orang yang menggunakan narkoba sehingga mereka juga ikut-ikutan menggunakan narkoba dan kurangnya faktor pengawasan orang tua mereka. Seandainya mereka di awasi oleh para orang tuanya, mereka tidak mungkin menggunakan barang tersebut. Untuk seks bebas hal tersebut dikarenakan lepas dari pengawasan orang tua atau karena kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mereka melakukan seperti itu dan bisa juga akibat salah pergaulan lagi. Dari kasus ini, peran orang tua sangatlah penting untuk membentuk pola pikir remaja menjadi lebih baik dan melakukan hal-hal yang positif. Orang tua juga harus memberi pengarahan tentang bahaya narkoba dan seks bebas untuk masa depan remaja. c. Keadaan yang Tidak Seimbang pada Remaja Sebenarnya karakteristik dan perjalanan tumbuh kembang remaja tidak pernah berubah antara generasi lalu dengan generasi sekarang. Masa remaja tetaplah merupakan suatu fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan dewasa. Dalam periode ini pastilah terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik,mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri,sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu sering kali terjadinya ketidakseimbangan yang

menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Perkembangan fisik remaja dalam usia ini,juga perkembangan kematangan seksualnya,mengalami perubahan yang sangat pesat dan sudah seharusnya menjadi perhatian khusus remaja. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab atau alasan bagi remaja untuk coba-coba bereksperimen dengan aktivitas seks,termasuk juga mencoba menggunakan narkoba.
d. Dasar agama

Agama merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kepribadian seorang remaja untuk mengontrol jiwanya lebih baik dan jika seseorang mempunyai dasar agama yang kurang maka akan kurang juga moral yang dimilikinya.
e. Remaja Mengidolakan orang yang salah dan bermasalah

Tidak hanya salah mengidolakan seseorang, tetapi juga mengidolakan orang bermasalah. Sebut saja selebritis yang jelas-jelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti. f. Tekanan psikologi yang dialami remaja Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah, misalnya diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah berada di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.. 2. Faktor Eksternal
a.

Pengaruh lingkungan sekolah Salah satu dari penyebab krisis moral remaja adalah lingkungan sekolah, hal itu terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: - Kurangnya perhatian dari pihak guru - Terlalu bebas bergaul - Lemahnya peraturan sekolah, dan lain-lain
b. Pengaruh lingkungan tempat tinggal

Pergaulan lingkungan sekitar juga harus di awasi, karena remaja juga dapat menggunakan narkoba karena sedang depresi/sekadar coba-coba. Maka dari

itu mudah sekali tergoda untuk menggunakan barang tersebut dan lama kelamaan menjadi pecandu berat dan sulit untuk lepas dari barang itu, maka dari itu lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh dalam perkembangan moral remaja. Lingkungan tempat tinggal merupakan tempat bergaul yang nyata.
c.

Lingkungan bergaul Pergaulan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya krisis moral remaja. Seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang berperilaku buruk, maka dia juga akan terseret ke dalamnya. Krisis moral yang melanda remaja Indonesia telah terbukti oleh penelitian Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN) M Masri Muadz bahwa 63% remaja usia SMP SMA di 33 propinsi di Indonesia telah mengalami krisis moral. Ini sangat memalukan bagi masyarakat Indonesia yang terkenal kental dengan adat ketimuran. Sangat ironis memang, karena krisis moral ini telah meluas ke individu remaja masing-masing yang seharusnya menjadi penerus bangsa Indonesia ini. Jika para remaja terus mengalami krisis moral, maka akan membawa dampak negatif terhadap dirinya sendiri, seperti: masa depan yang tidak jelas, dijauhi teman-teman, kemiskinan mental, ketidakharmonisan dalam keluarga, dan lain-lain.

d.

Kurangnya Pemupukan Rasa Cinta Tanah Air Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museummuseum sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini terjadi?. Ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan di televisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak. Selain itu, hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air. Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang

kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tahu akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan, ini dapat dilihat dari beberapa hal yaitu tingginya angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas di kalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50% melakukan hubungan seks di luar nikah. Ini sangat mengkhawatirkan bagi Bangsa Indonesia, krisis moral yang terjadi di kalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.
e.

Budaya asing yang masuk ke negara Indonesia. Tidak adanya filter yang ketat atas masuknya budaya asing ke Indonesia. Semua yang menguntungkan para pemodal, akan diizinkan dengan mudah masuk ke negeri ini.

f.

Peranan media massa Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang mereka lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya. g. Perkembangan teknologi modern Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapat hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.

h.

Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, tingginya tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial, seperti meningkatnya jumlah kriminalitas, kurangnya pendidikan, dan banyaknya jumlah penduduk yang kelaparan serta kurang gizi. Hal tersebut menarik sebagian besar perhatian pemerintah sehingga masalah mengenai krisis moral remaja di kesampingkan. Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral remaja mengakibatkan tingkat krisis moral yang tinggi. Penerapan-penerapan norma

dan sanksi yang kurang mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan tersebut. 3.3 ASPEK YANG DAPAT MENCEGAH KRISIS MORAL REMAJA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI Berikut ini merupakan aspek yang dapat mencegah krisis moral remaja.
1. Aspek pendidikan formal/lingkungan sekolah

Pendidikan yang lebih menekankan kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor penting, karena melatih mental dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri berikut lingkungan sosialnya. Pihak sekolah mendidik pelajar dengan tuntunan pelajaran yang berbasis agama serta lebih mengedepankan intelektualitas yang berwawasan etika dan moral yang tinggi. 2. Aspek lingkungan keluarga Lingkungan keluarga jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang para remaja, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja akan menentukan perilaku sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja seusianya yang notabene mendapat penerimaan secara utuh oleh kalangannya. Oleh karenanya, peranan orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap perkembangan perilaku remajanya. Tak hanya itu, adanya motivasi dari keluarga sangat diperlukan bagi remaja tersebut, kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Perhatian dan pengawasan dari orang tua terhadap remaja juga harus lebih besar, dan lebih dekat terhadap mereka, agar mereka lebih terbuka dan mudah di arahkan.

3. Aspek lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan sering kali menuntut dan memaksa remaja harus dapat menerima pola perilaku yang dikembangkan remaja. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktivitas remaja dapat terwujud. Remaja juga harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. 4. Aspek penegakan hukum/sanksi Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya. 5. Aspek sosial masyarakat Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi di antara warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontakkontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di lingkungannya. Hal ini tentu sangat mendukung terjalinnya hubungan dan aktivitas remaja yang terkontrol.

3.4 PENANGGULANGAN MASALAH KRISIS MORAL REMAJA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI Berikut ini merupakan cara menanggulangi masalah krisis moral remaja, yaitu menggunakan strategi advokatif dan edukasi melalui jalur intra kurikulum, semi kurikulum maupun ekstra kurikulum. Strategi Advokasi yang bisa dimunculkan adalah: Memberdayakan remaja agar bisa menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bersama untuk bisa mendapatkan pengakuan, memperjuangkan hak-hak remaja, terutama hak-hak reproduksi dan seksual remaja. Mendesak pemerintah agar bisa mengambil keputusan yang pro remaja dengan mengubah regulasi, kebijakan,program dan anggaran agar bisa mendukung pemenuhan hak informasi dan pelayanan. Melibatkan remaja dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, implementasi dan monitoring. Mengembangkan akses informasi, pelayanan, konseling, pendampingan dan pelayanan kepada remaja. Meningkatkan kerja sama, koordinasi dan jaringan dengan sektor swasta, lembaga sosial masyarakat (LSM), organisasi remaja, dan lembaga pemerintah. Mendapatkan dukungan lebih dari masyarakat, lembaga lain terutama pihak media massa untuk melakukan advokasi ke pemerintah dan pengambilan kebijakan. Edukasi melalui jalur intra kurikulum, semi kurikulum maupun ekstra kurikulum, terlebih lagi dengan diterapkan kurikulum berbasis kompetensi. Saat ini merupakan peluang yang sangat penting guna mendorong pemberian informasi dan keterampilan untuk menerapkan perilaku yang sehat dan upaya pencegahan bahaya narkoba di sekolah maupun kampus. Berbagai pihak dapat diajak bekerja sama untuk mengembangkan kurikulum terintegrasi HIV/AIDS, narkoba dan kesehatan reproduksi di sekolah maupun kampus.

Beberapa program yang dilakukan di beberapa sekolah maupun kampus melalui edukasi menggunakan modul berbasiskan teknologi komputer juga bisa dikembangkan untuk remaja sekolah dan pengaktifan kelompok sebaya remaja oleh berbagai LSM maupun lembaga pemerintah. Semua pihak diharapkan bisa berperan. Karena kemitraan adalah kata kunci untuk bisa menggalang dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pemberdayaan tersebut.

3.5 HUBUNGAN KRISIS MORAL REMAJA INDONESIA DENGAN KETAHANAN NASIONAL BANGSA INDONESIA Degradasi atau penurunan kualitas moral remaja Indonesia sudah mulai terjadi mulai kurang lebih satu dasawarsa atau sepuluh tahun yang lalu, hingga akhirnya bisa dikatakan bangsa Indonesia mengalami krisis moral pada era globalisasi ini. Hal ini memberikan banyak dampak bagi bangsa Indonesia itu sendiri, khususnya dampak negatif, seperti misalnya bangsa Indonesia akan lebih mudah diserang jika para generasi penerus bangsanya mengonsumsi narkoba, semakin banyak narkoba beredar di negara Indonesia, semakin besar peluang generasi muda untuk memakai narkoba, yang berakibat tingkat kesehatan pemuda rata-rata menurun dan akan menurunkan tingkat ketahanan nasional karena banyak generasi mudanya ketergantungan narkoba, jika banyak generasi penerus bangsa yang memakai narkoba, otomatis banyak remaja yang rusak moralnya, sehingga ketahanan nasional menurun karena banyak remaja yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang mementingkan kepentingan umum, tak hanya itu para remaja tersebut juga akan bersikap acuh dan tidak lagi peduli untuk menggapai cita-citanya kelak. Moral juga menentukan berhasil atau tidaknya bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan. Sekarang di Indonesia ini moral bangsa masih banyak yang tingkatnya di bawah standar seperti misalnya masih banyak koruptor, kriminalitas dan hal-hal yang menyebabkan penduduk Indonesia kurang makmur. Apa jadinya apabila semua bisa dibeli dengan uang, negara Indonesia akan semakin kacau. Untuk itu sebaiknya moral kita harus bisa diperbaiki menjadi lebih baik lagi dengan begitu Indonesia akan menjadi negara yang makmur karena bermoral tinggi.

3.6 KEADAAN MORAL REMAJA INDONESIA DILIHAT DARI BEBERAPA KASUS


1. Demo Mahasiswa Tuntut SBY - Boediono Turun Tahta

Jakarta, 28 Januari 2010, ribuan massa terus memadati halaman luar istana merdeka mereka terus merengsek menuju gedung megah tersebut dari tiga penjuru, Jl. Medan Merdeka utara, Jl. Medan merdeka Barat dan Jl. Majapahit. Massa dari arah Jl. Medan Merdeka Utara di tutup oleh massa dengan berdiri membentuk blokade menutup jalan tersebut. Demikian juga massa menutup jalan dari arah Harmoni menuju Medan Merdeka Barat dengan membentuk blokade juga. Ribuan orang dari Gerakan Indonesia Bersih (GIB) terlibat aksi dorong dorongan dengan aparat kepolisian di depan kantor memko kesra, massa yang mengusung SBY GAGAL ini terus berusaha menerobos istana negara. Selain itu, demonstran komite aksi pemuda anti korupsi (KAPAK) akhirnya bergerak menuju depan istana untuk bergabung bersama massa GIB. Kemudian dua buah peti mati imitasi yang bertuliskan Alm Boediono dan Alm. Sri mulyani mereka lempar besama enam ekor tikus putih yang terdapat dalam sangkar melewati brikade brimob di depan istana. Dalam aksi ini seorang polisi yang sedang menghalau massa terkena pukulan kayu dari demonstran di bagian pelipis sebelah kanan. Kemudian dia langsung di larikan ke RS. Terdekat. (Sumber: http://hariansib.com/pp=108919) 2. Kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, 08 Februari 2010, tiga mahasiswa junior sekolah tinggi ilmu pelayaran (STIP) Jakarta menjadi bulan-bulanan pemukulan seniornya. Dua di antaranya mengalami luka di wajah dan bibir hingga berdarah. Dalam sebuah video di perlihatkan sejumlah taruna junior di bariskan di sebuah lorong. Mereka kemudian ditempeleng dan dipukul. Tampak seorang senior memegang kepala junior sementara senior lainnya menampar wajah sang junior. Tak lama bibir junior berdarah dan menetes di telapak tangannya. (sumber: http://www.yuotube.com/watch?v=YFllckD7aJ4)
3. 41 Kasus Hamil di Luar Nikah Dalam Sebulan di Bali

Bali, 12 September 2009, kehamilan tak diinginkan atau KTD di pulau Dewata mencapai 500 kasus selama September 2008 hingga September 2009, atau rata-rata 41 kasus dalam satu bulan. Demikian diungkapkan Kita Sayang Remaja (KISARA) Bali. Kasus akibat prilaku seks bebas pada kalangan remaja ini paling banyak terdapat di kabupaten Badung dan Denpasar. Dari data konseling terhadap remaja yang mengalami KTD, beberapa orang di antaranya melanjutkan ke jenjang pernikahan dan melanjutkan kehamilannya. Namun, terdapat juga remaja yang mengaku telah mencoba aborsi dengan cara mengonsumsi pil tertentu ataupun ramuan-ramuan. (sumber: http://rastadiary.wordpress.com//2009/04/12/hamil-diluar-nikah-dibali/) 4. Pakaian Remaja Masa Kini Remaja mempunyai banyak cara untuk mencari perhatian. Beberapa di antaranya adalah tampil dengan nyeleneh, tampil beda dari yang lain. Mulailah mereka terlihat aneh dengan penampilan yang kadang mengundang kontroversi. Orang tua dan guru pun jadi lemas karena apa yang di tampilkan itu di nilai melenceng dari adat ketimuran. Busana jadi serba mini bagi remaja wanita sangat di sukai. Sedangkan yang pria tampil lebih percaya diri dengan aksesoris di tubuhnya. Remaja memang suka tampil aneh-aneh, hal ini sering dilontarkan ketika mengamati penampilan mereka di beberapa tempat umum yang tak lazim dapat mencermati dari cara-cara busana dan performance fisik mereka. Tampilan busana remaja sangat bergantung dari mode yang sedang tenar. Tren ini tentu saja di bawa oleh para remaja yang bisa saja memberi inspirasi mereka dari segi penampilan. Termasuk ketika beberapa dari remaja tampil dengan busana yang mini, tato permanen di tubuhnya atau tindik yang tak hanya di telinga sebagaimana wajarnya. (Sumber : http://bikin.web.id/tag/pakian-masa-kini/)

BAB IV SARAN DAN KESIMPULAN

SARAN
1.

Generasi penerus bangsa Indonesia agar memperdalam ilmu agamanya karena dengan berpedoman dengan ilmu agama seseorang akan memiliki kepribadian yang luhur dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

2.

Sebagai remaja hendaknya dapat membatasi diri dari hal-hal negatif yang termasuk dalam kenakalan remaja.

3.

Lingkungan hendaknya mendukung secara moral agar para remaja tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tercela.

4.

Pemerintah, guru, dan orang tua hendaknya memberikan pengarahan bagi para remaja dan membimbing para remaja ke dalam kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat.

KESIMPULAN
1.

Krisis moral telah melanda sebagian besar remaja Indonesia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

2.

Moral remaja Indonesia di era globalisasi ini dapat di simpulkan bahwa telah mengalami kerusakan dan sangat perlu diperbaiki. Sebab jika tidak segera di perbaiki, nasib bangsa Indonesia ke depan pasti akan semakin memprihatinkan.

3.

Krisis moral remaja Indonesia masih dapat diperbaiki dengan beberapa solusi yang melibatkan individu remaja sendiri dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA Ama, K.K. dan Santosa, I. 2005. Degradasi Moral, Salah Siapa?, Kompas, Fokus, 5 Maret 2005. Alqadrie, I.S., Ngusmanto, Budiarto, T. dan Erdi. 2002. Bagaimana Bisa Moral Bangsa Indonesia Dapat Mengalami Degradasi. Cifor, Bogor, Indonesia. http://google.com/hancurnya-moral-akhlak-remaja-indonesia.moefsblog.com http://google.com/degradasi-moral-di-indonesia.com http://google.com/perkembangan-moral-remaja-di-era-modernisasi.wordpress.com

You might also like