You are on page 1of 17

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK (Studi Pada Sekolah Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan) ABSTRAK Makalah ini secara khusus mengkaji permasalahan pokok bagaimana menghasilkan kurikulum pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Pengembangan desain kurikulum menggunakan frame work sistemik, comprehensive, intercorrelation, observable dan measureable. Kurikulum Pendidikan Kejuruan di spesifikan pada kurikulum SMK program produktif Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan menerapkan model kurikulum sistemik dari Romiszowski melalui 14 langkah penyusunan kurikulum. Hasil kajian menggambarkan sosok desain kurikulum yang mengedepankan logika menstrukturkan peta kompetensi pada struktur pekerjaan. Struktur isi kurikulum dikelompokkan pada jenis pekerjaan melalui penawaran paket-paket pembelajaran, sehingga pada pengembangannya dapat melayani warga masyarakat yang berminat mempelajari materi Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan secara parsial (non-reguler). Keunggulan desain kurikulum yang dihasilkan terletak pada proses pengembangannya yang dilakukan secara logik dan komprehensif, kompetensi disusun berdasarkan jenis pekerjaan, sedangkan keterbatasannya disebabkan faktor adalah adanya kesulitan untuk melibatkan DU/DI karena jadwal kerja yang padat, tim pengembang kurikulum di sekolah yang kurang menguasai materi, bersifat pasif, dan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.

Kata Kunci : Kurikulum SMK Program Produktif, Kurikulum Sistemik

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK (Studi Pada Sekolah Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan) 1. PENDAHULUAN Upaya untuk menghasilkan lulusan pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perlu didukung dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dunia kerja. Banyaknya kritikan terhadap mutu lulusan SMK menandakan strategisnya posisi kurikulum agar relevan dengan dunia kerja, seperti yang dikemukakan Soemardi (1991), Harjoko (1994), dan Karl Frey (1992) dalam Bukit (1997:6-9), menyatakan bahwa saat ini: (1). tamatan SMK kurang menguasai pekerjaan praktik lapangan, (2). sikap sebagai teknisi perlu dikembangkan meliputi disiplin, ketekunan, kesungguhan, dan kecermatan, (3) kurangnya guru yang memiliki pengalaman industri, (4) lemahnya sumber daya fisik seperti; mesin, alat dan bahan, serta kekurangan dana operasional buat penyelenggaraan praktik yang efektif, dan (5) masih lemahnya hubungan sinergis antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Permasalahan ini juga ditemukan oleh Djohar A. (2003) bahwa peta kompetensi SMK tidak luwes terhadap perubahan, memiliki keterampilan tunggal yang cepat usang, dan tidak mampu mengembangkan dirinya. Dalam rangka mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dikembangkan program diklat yang cocok diterapkan di SMK untuk meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi kejuruan yang relevan dengan tuntutan pembangunan, masyarakat, dan DU/DI. Kurikulum SMK memuat tiga bagian kurikulum yaitu kurikulum program normatif, adaptif, dan produktif. Hubungan ketiga bagian tersebut, dapat digambarkan bahwa, Inti (core) struktur kurikulum SMK terletak pada program produktif, kemudian program adaptif dan normatif mengitari di sekeliling core untuk memberikan dukungan dan penyesuaian. Isi kurikulum perlu dirancang dengan tujuan memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensinya secara

tuntas melalui proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Hadiwaratama (1981:9) menyatakan bahwa: Tingkat pendidikan formal siswa, akan memberikan dasar kemampuan menguasai suatu bidang pekerjaan, maka jenjang pendidikan mencerminkan batas kualifikasi seseorang untuk menduduki suatu jenjang pekerjaan. Jabatan sebagai juru teknik/mekanik yang akan disandang oleh lulusan perlu dipersiapkan oleh SMK. Fakta lain menggambarkan bahwa kurikulum disusun (KTSP)

menggunakan acuan dari kurikulum SMK tahun-tahun sebelumnya., dan ada juga yang menggunakan acuan dari kurikulum diklat lembaga training industri di bawah bimbingan dinas pendidikan melalui kerja pengawas SMK. Belum optimalnya jalinan kerjasama sinergis dengan DU/DI, terdapat kondisi dimana SI program adaptif dan normatif telah distandarkan oleh BSNP sedangkan SI kurikulum program produktif belum disusun dalam kebijakan BSNP, sehingga dampaknya tidak menutup kemungkinan terjadinya sistem duplikasi dokumen kurikulum tanpa analisis, oleh karena itu kerjasama sinergis antara SMK dengan industri penting dilakukan untuk sinkronisasi kompetensi dan ruang lingkup materi yang perlu dimiliki oleh lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Berdasarkan fenomena di atas, penulis merumuskan permasalahan berkenaan dengan desain kurikulum yang bagaimana yang cocok diterapkan di SMK program produktif yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja?, sehingga penyelenggaraan pendidikan program produktif memiliki tingkat

relevansi yang lebih tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Secara lebih rinci, pertanyaan yang dikaji adalah sebagai berikut: 1. Desain kurikulum program produktif kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan seperti apakah yang relevan dengan tuntutan dunia kerja?. 2. Apa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari desain kurikulum yang dikembangkan?.

2. TUJUAN Makalah ini secara umum mengkaji tentang desain kurikulum program produktif SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan desain kurikulum program produktif kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. 2. Menemukan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari desain kurikulum program produktif pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang telah dikembangkan.

3. DUKUNGAN TEORI Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam mengimbangi berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni, psikologi, sosial politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan gambaran mengenai arah dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan diimplementasikan oleh implementator kurikulum. Hal ini sejalan dengan pernyataan Oliva (1992:12), bahwa Curriculum is a product of its time, cure and respond to changed by social forces, philosophy position, psychology principles, educational leadership at a moment in history. Daeng Sudirwo (2002;5), bahwa kurikulum SMK haruslah dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja, sehingga lulusannya memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, mengandung makna bahwa kurikulum itu akan dan harus berubah (adanya pengembangan) sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan kurikulum adalah untuk mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat, pandangan terhadap psikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan, serta dalam rangka menjalankan fungsinya kepada masyarakat. Secara konseptual kurikulum SMK berada pada posisi model kurikulum teknologis, Model Kurikulum teknologis atau sering juga disebut sebagai kurikulum kompetensi, kurikulum mengarahkan pada pemuatan isi sesuai

dengan tuntutan kehidupan (pekerjaan), isi kurikulum disesuaikan dengan tututan pekerjaan hidup (life skills), mata pelajaran disusun berdasarkan karakteristik kompetensi yang perlu dikuasai, model pembelajaran tuntas lebih banyak digunakan pada model kurikulum ini, evaluasi pembelajaran diarahkan pada keterampilan hidup, dan siswa dipandang sebagai calon orang dewasa. Model-model pengembangan kurikulum yang disajikan dalam tulisan ini, dipilih beberapa model-model yang sesuai dengan topik kajian. Pemilihan model-model pengembangan kurikulum dikaitkan dengan pokok permasalahan desain kurikulum program produktif di SMK khususnya pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Model yang disajikan diantaranya adalah model Desain Sistem Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank, dan Model Sistematik Romiszowski. Model pengembangan desain sistem pelatihan berbasis kompetensi dari Blank (1982:11), mengandung tiga unsur pokok, yaitu; pemilihan kompetensi yang sesuai, menentukan indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pengajaran. Desain yang dituliskan oleh Blank (1982:26), menawarkan 12 langkah pengembangan kurikulum, yang terbagi kedalam dua tahapan yaitu tahap menganalisis kompetensi yang diperlukan dalam pekerjaan dan tahap mengembangkan program pelatihan untuk membantu peserta didik dalam menguasai kompetensi kerja sesuai dengan perangkat kompetensi yang telah dideskripsikan. Ringkasnya langkah yang dituliskan oleh Blank di atas dapat disederhanakan dengan: (1) merinci secara tepat apa yang harus dipelajari

siswa, (2) menyediakan pengajaran dengan kualitas yang paling baik, (3) menolong siswa untuk dapat mempelajari setiap tugasnya sebelum melanjutkan ke tugas berikutnya, dan kemudian (4) meminta kepada setiap peserta didik untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah dicapainya. Model sistematik Romiszowski menerapkan salah satu pendekatan sistem (system Approach). Pendekatan sistematik dalam mengembangkan suatu kurikulum adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada struktur dan

keteraturan yang direncanakan sejak awal untuk menghasilkan hal-hal yang spesifik. Menurut Hamalik Oemar (2000:68-70), model sistematik ini dapat digunakan untuk mengembangkan program pendidikan kurikulum, desain pembelajaran, dan desain program pelatihan. Pengembangan kurikulum dalam tulisan ini berdasarkan pada 14 langkah pengembangan kurikulum J. Romiszowski. sebagai berikut: deskripsi tugas, analisis tugas, menetapkan kemampuan, spesifikasi kemampuan, kebutuhan pendidikan dan latihan, perumusan tujuan kompetensi/kemampuan, kriteria keberhasilan, organisasi dan isi, pemilihan strategi pengajaran, uji coba program, evaluasi, implementasi program, monitoring, dan perbaikan dan penyesuaian (feedback). Kurikulum SMK berpusat pada subject, yaitu berupa mata pelajaran yang terpisah pisah, yang secara logis materi yang diberikan adalah mata pelajaran yang dianggap penting dapat mengembangkan kemampuan

matematika, fisika, bahasa, kimia (adaptif) yang diajarkan dan materi yang berkenaan dengan emosi, seperti seni rupa, olah raga, agama (normatif), diberikan untuk mendukung pencapaian penguasaan kompetensi kejuruan (produktif). Implikasinya guru hendaknya merupakan orang yang menguasai suatu cabang ilmu, ahli (a master teacher) yang bertugas membimbing untuk memudahkan siswa menyimpulkan materi. Pada kurikulum SMK terdapat label mata pelajaran yang terkesan terpisah-pisah, meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum SMK yaitu diawali orientasi atau fokus pada pekerjaan, kemudian dirinci kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan materi atau bahan belajar yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi-kompetensi tersebut dengan menunjukkan performance, menentukan sumber belajar dan membuat instrumen evaluasi. Materi atau bahan belajar yang dibutuhkan tidak ditafsirkan sebagai mata pelajaran, tetapi mata pelajaran merupakan label dari kumpulan materi atau bahan yang dibutuhkan untuk membantu mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pengembangan desain kurikulum SMK ditempuh dengan melakukan langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu pada standar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian guru dan pihakpihak terkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar, metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Senada dengan pengembangan kurikulum SMK di atas. Sukmadinata (2004:93), merumuskan langkah penyusunan desain kurikulum SMK sebagai berikut; 1). merumuskan tujuan, 2). merumuskan kompetensi, 3). merumuskan pembelajaran dan bahan pembelajaran, 4). menghitung waktu pembelajaran, 5). menentukan struktur dan sebaran mata pelajaran. Untuk kebutuhan makalah ini, dalam proses pengembangan desain kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan, mengacu pada 1). kebijakan yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional, 2). prosedur pengembangan kurikulum yang ditawarkan oleh Sukmadinata (2004:93), dan kemudian dikemas dengan 3). penyusunan desain program kurikulum sistemik dari Romiszowski, yang disederhanakan oleh Hamalik (2000:71).

4. METODE PENGEMBANGAN Metode yang digunakan adalah Research & Development, Borg dan Gall (1979:624), education research and development is a process used to develop and validate education product. Pada penelitian dan pengembangan ini, dilakukan penyederhanaan langkah menjadi tiga tahap yaitu: tahap studi pendahuluan, pengembangan dan pengujian dan validasi. Sukmadinata (2006:184) Validasi desain kurikulum program produktif yang dikembangkan, peneliti melakukan dua langkah yaitu; validasi ahli sebelum desain kurikulum tersebut diimplementasikan artinya dilakukan pada saat desain kurikulum program produktif selesai disusun dengan mengacu kepada data hasil studi

pendahuluan oleh Pembimbing Disertasi, DU/DI, Pengawas SMK, Ketua Kompetensi, dan guru mata pelajaran program produktif dan keahlian berkaitan dengan struktur isi kurikulum, dan kejelasan rumusan dan uraian (keterbacaan). Kedua, validasi dilakukan setelah menempuh tahap ujicoba (terbatas dan luas). Pada tahap ini dilakukan uji produk dan sosialisasi hasil kegiatan uji produk yaitu menguji keampuhan produk yang dihasilkan, dengan melakukan pengujian learning package mengacu pada desain kurikulum produktif yang dikembangkan.Teknik dan Alat Pengumpul data. Alat/ Instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan observasi, panduan wawancara, kuisioner, instrument tes, dan panduan studi dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitas dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sementara itu data yang bersifat kuantitatif dianalisis secara deskripstif kuantitatif dengan perhitungan rerata dan persentase uji statistik.

5. PENGEMBANGAN KURIKULUM DENGAN MODEL SISTEMIK Desain kurikulum program produktif SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang dikembangkan, dihasilkan melalui (1) analisis potensi yang ada di SMK, (2) menganilisis peluang dan tantangan yang ada pada dunia kerja, dan (3) menganalisis standar kompetensi lulusan dan SKKD. Isi kurikulum diorganisasikan menggunakan pendekatan berbasis kompetensi. Pendekatan berbasis kompetensi dimaksudkan bahwa kurikulum harus memuat materi pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang tuntutan kompetensi pekerjaan dipersyaratkan dunia kerja. Komponen tujuan dalam desain kurikulum program produktif dituliskan secara sistematis mulai dari tujuan umum SMK dan tujuan khusus SMK sebagai salah satu dari satuan pendidikan tingkat menengah, dan lebih spesifik dituliskan tujuan yang harus dicapai oleh Kompetensi Keahlian dalam hal ini adalah Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan.

Lingkup Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ditekankan pada bidang penguasaan kompetensi pekerjaan jasa perawatan dan perbaikan lingkup pekerjaan bagi lulusan yang relevan sebagai teknisi/mekanik, pelayanan suku cadang, operator teknisi perakitan/ teknisi produksi. Berdasarkan lingkup kompetensi keahlian di atas, dirumuskan standar kompetensi lulusan (SKL) mengacu pada BSNP yang terbagi pada SKL kompetensi umum dan SKL kompetensi kejuruan. Kedua SKL tersebut dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh lulusan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan mengacu pada dokumen Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2008 yang terdiri dari 26 standar kompetensi dan 96 kompetensi dasar. Struktur kurikulum program produktif dan substansi kajian

diorganisasikan dengan sistem paket-paket pembelajaran yang dipelajari secara mandiri dan tuntas, melalui pengorganisasian tersebut siswa dapat mengambil paket pembelajaran yang benar-benar diminatinya secara tuntas untuk kemudian setelah melewati mekanisme uji kompetensi siswa dapat bekerja sesuai dengan kompetensi pekerjaan yang telah dikuasainya. Kemudian, melalui struktur kurikulum program produktif yang dikembangkan dapat melayani warga masyarakat yang berminat mempelajari secara parsial (non-reguler) berdasarkan paket pembelajaran yang ditawarkan di sekolah. Kompetensi dikelompokkan dalam paket-paket pembelajaran untuk memfasilitasi belajar sesuai dengan minat siswa dan sebagai antisipasi pelaksanaan multy entry- multy exit. Beban belajar ditetapkan berdasarkan sebaran kompetensi per paket pembelajaran. Metoda pembelajaran yang digunakan diawali mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian. Sistem evaluasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap aspek penguasaan pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja, penilaian ditekankan untuk mendeskripsikan hasil belajar pada aspek sikap dan kemampuan kerja siswa. Penjabaran kurikulum secara operasional dengan menerapkan desain kurikulum sistemik dari J. Romiszowski, yaitu sebagai berikut:

Deskripsi Tugas

Analisis Tugas

Spesifikasi Kemampuan (Skills, Knowledge, dan Attitudes) Analisi Kebutuhan Diklat

Kemampuan Akhir

Menyusun Kriteria Keberhasilan

Rumusan Tujuan Diklat

Organisasi Isi dan Sumber Belajar Perbaikan dan Penyesuaian

Penetapan Strategi Pembelajaran

Strategi Bimbingan

Evaluasi

Ujicoba Program

Implementasi Program

Monitoring

( Model Sistemik Romiszowski 1981:20) Diagram Alur Pengembangan Kurikulum Program Produktif Model Sistemik

Perkembangan desain kurikulum yang dihasilkan, dimana faktor pembedanya terdapat aspek tujuan yang ditambahkan adanya penulisan rumusan tujuan SMK, tujuan kompetensi keahlian, dan penulisan standar kompetensi lulusan. Penetepan SK/KD mengacu pada spektrum kompetensi keahlian. Dituliskan rumusan analisis jenis pekerjaan berdasarkan struktur jenis pekerjaan yang ada di industri dalam hal ini struktur pekerjaan seorang mekanik, berikut dengan perincian tugas-tugas mengacu pada tugas-tugas tuntutan pekerjaan seorang mekanik. Jenis kompetensi yang harus dikuasai mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan serta dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, jumlah kompetensi yang digunakan mengacu pada spektrum kompetensi keahlian. Desain kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan diskusi mendalam pada Focus Discussion Group (FDG). FGD beranggotakan peneliti, guru produktif, ketua kompetensi keahlian, dan Pihak DU/DI. Tugas FGD tersebut pada tahap awal adalah untuk penyiapan dan penyusunan draft, reviu dan revisi, serta finalisasi draft kurikulum program produktif. Perkembangan sosok desain kurikulum program produktif yang dikembangkan disarikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1 Perkembangan Sosok Konstruks Desain Kurikulum Program Produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan

NO 1

ASPEK Tujuan

DRAFT 1 berdasarkan struktur pekerjaan Kurikulum SMK Tahun 2004 Berdasarkan karakteristik mata pelajaran program produktif Mengacu pada tugas-tugas sesuai struktur pekerjaan Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan Kompetensi dikelompokkan pada rumpun mata pelajaran

DRAFT 2 Lebih spesifik pada rumusan tujuan pada komponen tugas Kombinasi antara spektrum dan kurikulum SMK Tahun 2004 Berdasarkan karakteristik dan tuntutan kompetensi pada mata pelajaran Mengacu pada tugas-tugas sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan Kompetensi dikelompokkan disesuaikan dengan jenis

2 a

Isi (Penetepan SK/KD): Jenis Pekerjaan,

DRAFT 3/ FINAL sesuai komponen tugas pekerjaan mengacu standar kompetensi lulusan Spektrum Kompetensi Keahlian disesuaikan struktur jenis pekerjaan yang ada di industri (struktur pekerjaan mekanik) tugas-tugas dijabarkan sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan Pengelompokkan kompetensi di masukan dalam paket-paket

Tugas-Tugas,

Jenis Kompetensi,

d e
15

Jumlah Kompetensi Rumusan Kompetensi Pengelompokkan kompetensi

dalam

Sebaran Kompetensi

Metoda

Mata pelajaran kompetensi dasar dipusatkan pada tingkat I dan Mata pelajaran kompetensi kejuruan disebar mulai tingkat II mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi yang dipelajari Pembobotan nilai ditekankan pada aspek sikap dan kemampuan kerja

Evaluasi

pekerjaan yang dapat dilakukan pada setiap rumpun mata pelajaran. Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai implementasi harapan siswa tingkat I praktik di bengkel kerja otomotif Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi Memberikan penilaian pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada kemampuan kerja

pembelajaran untuk memfasilitasi belajar sesuai dengan minat Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai antisipasi pelaksanaan multy entry multy exit Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi Memberikan penilaian dengan bobot pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada sikap dan kemampuan kerja

6. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT Berdasarkan hasil pembahasan mengenai sosok desain kurikulum yang dihasilkan, terdapat beberapa faktor yang mendukung terhadap kurikulum program produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang telah dihasilkan dengan menggunakan model sistemik, baik dari aspek proses penyusunannya maupun dari desainnya itu sendiri, yaitu antara lain : 1) Dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan tuntutan kerja dan kesiapan sekolah. 2) Pengembangan kurikulum ditempuh dengan tahapan: merumuskan tuntutan pekerjaan, tujuan ditetapkan berdasarkan SKL dan SKKD, penetapan nama mata pelajaran berdasarkan karakteristik kompetensi, penetapan waktu dan jumlah jam pelajaran disesuaikan dengan pembobotan pencapaian

kompetensi, rumusan silabus dan RPP disesuaikan dengan kebijakan yang ada di sekolah, media/metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan perhitungan rasio siswa dan ketersediaan sara pembelajaran khususnya sarana pembelajaran praktik; dan sistem evaluasi mengintegrasikan pengukuran kognitif, afeksi dan psikomotorik untuk mengukur kemampuan kerja siswa. 3) Memungkinkan adanya pengembangan kelompok mata pelajaran baru yang nama mata pelajarannya kurang dikenal dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. 4) Silabus berisi informasi yang lengkap tentang mata pelajaran membawa dampak pada pembelajaran yang sistematik. 5) Kejelasan materi apa yang akan disampaikan dapat menuntun siswa untuk lebih siap belajar dengan memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilalui.

Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dari kurikulum program produktif yang dihasilkan, antara lain : 1) Memerlukan cukup banyak waktu untuk menggali informasi dan merumuskan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan para lulusan dan tuntutan DU/DI.

2) Sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum 3) Keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal merupakan keharusan, sedangkan DU/DI memiliki jadwal kerja yang padat sehingga memerlukan tim pengembang kurikulum yang aktif dan kreatif. 4) Penyusunan silabus yang berisi gambaran lebih menyeluruh tentang paket pembelajaran (mata pelajaran) yang dikembangkan memerlukan waktu penyusunan dan pemikiran yang lebih menguras tenaga. 5) Penyusunan kurikulum memerlukan waktu yang luang, tenaga yang banyak, dan biaya yang besar. 6) Beragamnya ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang kurang sesuai baik dari segi kuantitasnya dibandingkan dengan jumlah rombongan belajar dan kualitasnya (spesifikasi) dibandingkan dengan perkembangan teknologi saat ini.

7. SIMPULAN DAN PENUTUP Simpulan mengenai sosok desain kurikulum yang dikembangkan. Sosok desain kurikulum memuat rasionalisasi penyusunan desain kurikulum program produktif, rumusan tujuan sesuai dengan cakupan kompetensi kerja Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Tahun 2008. Struktur kompetensi lebih spesifik diuraikan pada jenisjenis pekerjaan yang ada di tempat kerja sesuai dengan payung kelompok mata pelajarannya, melalui penawaran paket-paket pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang ingin dikuasai. Faktor-faktor pendukung desain kurikulum yang dikembangkan, antara lain : dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan kerja dan kesiapan sekolah, prosedur pengembangan ditempuh mengacu pada dasar teori, kebijakan, dan kondisi empirik, memungkinkan adanya pengembangan secara berkelanjutan, silabus berisi informasi yang lengkap sistematik, dan urutan materi yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya adalah memerlukan cukup banyak waktu dan biaya, sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan

praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum dan sulitnya melibatkan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal, dan beragamnya ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil kajian berkenaan dengan pengembangan desain kurikulum yang telah dikembangkan, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bersama sesama para pengembang kurikulum yaitu; a. Pengembangan kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila melibatkan pihak sekolah, dan pihak industri secara sinergis. b. Pengembangan kurikulum program produktif harus memahami dan memiliki pengalaman kerja di industri sehingga dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di industri. c. Pengembang kurikulum harus memahami prosedur pengembangan kurikulum dan menggunakan acuan model/desain pengembangan

kurikulum yang teruji baik secara teoritik maupun secara praktik. d. Implementasi kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila didukung dengan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan didukung sarana pembelajaran yang sesuai rencana pembelajaran. e. Evaluasi pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga pada proses belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. f. Pengakuan hasil belajar siswa oleh pihak dunia kerja perlu menjadi agenda dalam pengelolaan SMK melalui kegiatan UJK atau program sertifikasi kompetensi dari industri atau asosiasi profesi.

DAFTAR PUSTAKA Blank, E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs: New Jersey. Prentice-Hall Inc. Bukit, M. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum: Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Deborah, B. (1998). Vocational Educations Image for the 21 st Century. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigest.org/1999-2/21st. Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan: Studi pada SMK Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas: Ellibeee, M (1997). A Grounded Theory of Essential Attributes of Quality Education-for-work Curriculum, Journal of Vocational Education Volume 22, No.1 1997. Finch & Crunkilton (1999). Curriculum development in Vocational and Technical Education: Boston. Allyn and Bacon. Hamalik. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hasan, Said Hamid. (2004). Implementasi Kurikulum dan Guru: Jurnal Inovasi Kurikulum. Hipkin. 01, (1), 1-9 Imel, Susan. (1990). Vocational Education Performance Standards. [On-line]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/pre-9215/vocational.htm (10 Januari 2008). Kerka, Sandar. (1998). Competency Based Education and Training. [On-line]. Tersedia: http://www.cete.org/acve/docgen.asp?tbl=mr&ID=65 Kerka, Sandra. (1992). Higher Order Thinking Skills in Vocational Education. [On-line]. http://www.ericae.net/edo/ed350487.htm (5 Desember 2007). McAshan. (1979). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. USA: Educational Technology Publication. Miller-Seller. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. Longman: New York&London. Mukhidin. (2002). Strategi Pengembangan Peningkatan Mutu SMK di Jawa Barat. : Jurnal Mimbar Pendidikan. 03 (XXI), 27-30. Naylor, M. (1989). Retaining At-Risk Students in Career and Vocational. Terdapat di [On-line]. http://www.ericdigests.org/pre-9212/risk.htm Oliva. F.P. (1992). Developing the Curriculum. United States: HarperCollins. Ramlee and Ruhizan. 2006. A Comparative Study Of Technical Vocational Education And Training In The Asia Pasific: Journal of The Comparative Education Society of Asia (COMPARE). Romiszowski. (1981). Designing Instructional System. New York: Nichols Publishing. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya. Supriadi, D. (Eds) (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dikmenum dan Dikmenjur.

You might also like