You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL Tingkat Kesejahteraan di Desa Ekowisata Sibetan, Bali Survei Pada Masyarakat Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. (Studi Tentang Pengaruh Tingkat Kebahagiaan Masyarakat, Tingkat Rasa Aman Masyarakat, dan Tingkat Kebutuhan Masyarakat Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sibetan Bali) B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL 1. Aktualitas Dewasa ini kita mengetahui bahwa terjadi pergeseran paradigma di dalam pembangunan. Paradigma pembangunan yang lama adalah dengan menggunakan paradigma pertumbuhan (Growth) yang memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam paradigma ini redistribusi dilakukan oleh negara, otoritarianisme ditolerir sebagai harga yang harus dibayar karena fokus pembangunan menggunakan pertumbuhan. Inilah sekilas tentang paradigma lama yang menitikberatkan pembangunan pada pertumbuhan.1 Sekiranya paradigma tersebut tidak lagi digunakan dan bergeser ke paradigma baru yaitu dengan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dalam paradigma ini menitikberatkan pada pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan. Pemberdayaan adalah sebuah proses membuat orang menjadi kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parros:1994). Penting dalam hal ini ketika pertumbuhan tidak lagi dijadikan dewa dalam mengartikan sebuah pembangunan. Sehingga perlu dalam hal ini ada pengembangan dalam paradigma baru tentang pemberdayaan yang dapat menjadikan desa atau masyarakat menjadi berdaya.
1

Parros dalam Materi Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat 18 Februari 2009 1

Selain pergeseran paradigma tersebut, terdapat isu global warming atau pemanasan global merupakan sesuatu yang tidak terbantahkan lagi dan dapat menimbulkan dampak sangat mengerikan. Demikian salah satu pernyataan dalam laporan terakhir Panel PBB untuk Perubahan Iklim atau United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang diumumkan di Valencia. Inilah kiranya yang membuat LSM - LSM memutar otak untuk melakukan pemberdayaan di bidang lingkungan. Dalam bidang pariwisata tercetuslah ekowisata. Inilah gaya wisata hijau yang menekankan kepedulian terhadap ancaman kerusakan lingkungan, termasuk pemanasan global. Ekowisata sendiri berawal dari ide para ahli konservasi lingkungan bahwa kegiatan turisme bisa menjadi alat untuk melestarikan lingkungan. Konsep ekowisata ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memelihara lingkungan alam. Ekowisata adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, tidak hanya bermanfaat untuk kelestarian lingkungan tetapi juga diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diberdayakan dengan konsep ekowisata di dalam pariwisata. Kesejahteraan merupakan tujuan yang ingin dicapai ketika kita berbicara pembangunan. Sehingga melalui penelitian ini penulis bermaksud meneliti tentang tingkat kesejahteraan masyarakat di desa ekowisata. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan ukuran tentang tingkat kebahagiaan masyarakat, tingkat rasa aman masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat di Desa Sibetan, Bali. 2. Orisinalitas Penelitian tentang ekowisata di Desa Sibetan, Bali sendiri memang telah beberapa kali dilakukan, tetapi dalam penelitian kali ini merupakan penelitian asli dengan judul dan rumusan masalah yang baru. 3. Relevansi dengan Ilmu Sosiatri Pemberdayaan masyarakat sekarang merupakan salah satu kajian yang ada di dalan jurusan Ilmu Sosiatri, sehinga jelas relevansi kajian ini dengan Ilmu Sosiatri. Penelitian ini sebenarnya bisa dilakukan di mana saja, tetapi ada beberapa hal yang ingin diukur dalam Desa Ekowisata di Sibetan. Kami ingin menguji kebenaran teori dalam masyarakat Sibetan dengan konsep Ekowisata dan tentunya memiliki kebiasaan yang khas dibandingkan dengan desa-desa lainnya.

C.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian 1. Tujuan operasional


a. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum I Jurusan Ilmu

Sosiatri di Fisipol UGM.


b. Sesuai dengan kajian Ilmu Sosiatri maka penelitian ini di harapkan dapat memberikan

kontribusi bagi pengembangan Ilmu Sosiatri di bidang pemberdayaan masyarakat di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemikiran bagi penelitian selanjutnya. 2. Tujuan Substansial Untuk mengetahui pengaruh tingkat kebahagiaan masyarakat, tingkat rasa aman masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat dalam program ekowisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Sibetan, Bali. 3. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi JED (Jaringan Ekowisata Desa) sebagai fasilitator dalam program ekowisata agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sibetan. 2. Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran dan referensi yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi jurusan Ilmu Sosiatri diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang salah satu aktivitas pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan yang menjadi ruang lingkup kajian Ilmu Sosiatri. D. LATAR BELAKANG MASALAH Pulau Bali terkenal dengan keindahan pariwisatanya. Tidak heran sektor tersebut banyak menarik perhatian dari berbagai kalangan, baik masyarakat lokal maupun investor dari dalam dan luar negeri untuk mengembangkan usahanya di bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan penggerak utama ekonomi di Pulau Bali. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan pariwisata di Bali ternyata telah mampu menggeser kegiatan pertanian yang awalnya merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat Bali dan juga kegiatan pelestarian lingkungan. Lahan pertanian perlahanlahan telah dialihfungsikan untuk
3

fasilitas pariwisata. Pembangunan atas nama industri pariwisata menjadikan masyarakat Bali dan lingkungannya menjadi objek eksploitasi. Kegiatan pertanian dipaksa untuk mengalah. Sawah sebagai lahan pertanian harus direlakan untuk menjadi bangunan hotel dan saluran irigasi pun ditutup sebagai sarana pembangunan jalan. Apabila ditilik lebih dalam, hal ini sangat memprihatinkan. Perlahan namun pasti, kegiatan pariwisata di Bali mulai merambah pada eksploitasi dan perusakan sumber daya yang terdapat di daerah tersebut. Hal ini tentunya melahirkan permasalahan baru dalam dunia pariwisata di Bali. Sehingga, untuk mencoba mengatasi permasalahan tersebut, maka tercetuslah ide pengembangan pariwisata kerakyatan. Program pariwisata ini menitikberatkan pada isu pelestarian lingkungan yang selama ini terpinggirkan oleh arus deras kapitalisme pariwisata. Program ini dikenal dengan istilah ekowisata. Hal ini bertujuan agar petani tidak melupakan pertanian akibat aktivitas pariwisata.2 Di dalamnya, masyarakat lokal diikutsertakan dalam pengelolaan pariwisata berbasis komunitas, pendidikan, budaya, dan lingkungan. Keempat basis tersebut harus berjalan seimbang, yaitu :
(1) komunitas setempat harus terlibat sejak penyusunan hingga evaluasi wisata, (2) wisata ini harus menjadi media belajar bagi turis maupun pengelolanya, (3) budaya setempat harus diberi tempat agar tetap bertahan di tengah derasnya budaya lain, serta (4) kegiatan wisata ini harus memperhatikan kelestarian lingkungan.3

Desa Sibetan, yang terkenal dengan buah salaknya, terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Timur. Desa Sibetan berjarak sekitar 83 km dari Denpasar atau 15 km dari Amlapura dan luas wilayah Desa Sibetan seluas 11,25 Km2. Letak Desa Sibetan sangat strategis karena berdekatan dengan Kota Amlapura, Kota Semarapura, Kota Bangli, dan Kota Gianyar, dan cukup dekat juga dengan Kota Denpasar. Dari segi hubungan transportasi dapat digolongkan sangat lancar karena dihubungkan dengan jalur utama Amlapura - Sibetan Rendang - Besakih yang merupakan salah satu jalur mata rantai obyek wisata di Kabupaten Karangasem. Panorama Gunung Agung di sebelah utara Desa Sibetan dan bentangan laut luas di sebelah selatan desa ini membuat Sibetan menjadi salah satu objek wisata andalan Karangasem. Sibetan adalah hamparan perbukitan yang membujur ke laut di ketinggian 400-600 m di satas
2

ibid http://www.balebengong.net/jalan-jalan/2009/02/08/ekowisata-mengawinkan-pariwisata-dan-pertanian.html

permukaaan laut. Dengan temperature rata-rata 20 - 30 C dan rata-rata curah hujannya 1.567 mm-20.000 mm per tahun membuat daerah ini pantas mempunyai keunggulan komparatif berupa pertanian salak. Buah salak yang dihasilkan oleh Sibetan terkenal sebagai Salak Bali yang memiliki citarasa tersendiri dari buah sejenis di daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, Sibetan dikembangkan menjadi objek agrowisata tanaman salak. Vegetasi salak dengan beragam rasa pun ditemukan di desa ini. Luas kebun salak di Sibetan sekitar 1.125.000ha, dengan prosentase sekitar 81,12% dari total wilayah Sibetan. Ciri khas salak asli Sibetan dikenal manis dan empuk serta tidak bisa ditanam di tempat lain. Faktor geografis pendukung seperti kontur tanah yang khusus desa ini menyebabkan masyarakat percaya bahwa hal tersebut merupakan kelebihan Sibetan. Menurut sejarah yang diwariskan secara turun-temurun di Desa Sibetan, dahulu hanya dikenal empat jenis tanaman yaitu salak Bali, wani (mangga putih), sumaga Bali, dan jaka moding (enau moding). Sampai saat ini keempat populasi tanaman tersebut masih mendominasi keragaman hayati hutan Sibetan yang dipenuhi pohon salak. Hal itulah yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Sibetan. Di Sibetan masyarakat dapat menyaksikan jejeran pohon salak sepanjang jalan yang ditata rapi. Kemajuan teknologi membuat masyarakat sekitar untuk mengembangkan pertaniannya berupa regenerasi tanaman salak dari berbagai jenis salak yang telah diklasifikasikan menurut jenisnya. Hal ini memudahkan pengunjung untuk mengenal varietas tanaman salak yang ada. Pengunjung dapat memanen salak langsung dari pohonnya. Hingga saat ini Sibetan dapat disimpulkan sebagai penghasil utama salak bali. Selain keunggulan sebagai penghasil salak utama di Bali, Sibetan juga memiliki beberapa atraksi wisata sperti Genjek, Angklung, Gong Kebyar, dan Gambang. Daya tarik lain yang dimiliki Sibetan adalah adanya stop over di jalur lingkar desa yang banyak diminati wisatawan sebagai jalur tracking. Di jalur lingkar desa itu pula wisatwan dapat menikmati pemandangan indah, hijaunya perbukitan, serta birunya lautan, yang merupakan perpaduan panorama alam yang mengesankan.

Berdasarkan data yang diperoleh di Kantor Perbekel Sibetan, pada tahun 2007 jumlah KK miskin di Desa Sibetan sebanyak 170 KK. Sedangkan menurut SK Gubernur Bali terkait pencocokan dan penelitian (coklit) KK pra-KS dan KS 1 (miskin) pada tahun 2005/2006, ditemukan 649 KK miskin. Akan tetapi, berdasarkan SK Gubernur Bali pada tahun 2007, setelah dicoklit terakhir penduduk miskin ditetapkan sebanyak 819 KK. Banyaknya penduduk miskin juga dilihat dari keberadaan sarananya, di mana bangunan rumah penduduk nonpermanen sebanyak 230, sementara semipermanen 699 KK. Berkaitan dengan kebijaksaaan masyarakat setempat, sejak 28 Oktober 2004 mereka memasukkan aturan jual-beli lahan ke dalam awig-awig desa, seperti yang tercantum dalam UUD 45 pasal 23 ayat 16. Undang-undang tersebut berbunyi Barang siapa menjadi warga Sibetan apabila menjual, menggadaikan, meminjamkan, mengontrakkan, dan memberikan tanah kepada orang lain, yang mana tanah tersebut berada di wilayah desa adat Sibetan, harus mendapat persetujuan aparat desa adat Sibetan sesuai dengan keputusan rapat desa adat. Kalau ada yang melanggar wajib dikenakan sanksi agung artha besar kecil sesuai dengan keputusan desa adat Sibetan serta masalah tersebut dibicarakan di wilayah desa adat Sibetan. Jika ternyata ada tanah yang dipindahtangankan ke orang luar, si pembeli harus mengikuti semua aturan dan kegiatan adat di Desa Sibetan, termasuk ngayah atau bekerja secara sukarela untuk desa. Aparat desa yang dimaksud adalah tujuh kepala gria yang telah menandatangani awigawig, diantaranya adalah; kepala, sekretaris, dan bendahara desa; empat petinggi desa; sebelas ketua swaka ; serta 20 kepala banjar adat. Dikatakan pula bahwa mereka yang menempati tanah di Desa Adat Sibetan harus mengikuti keputusan desa adat Sibetan, seperti awig-awig, dan keputusan musyawarah desa. Semua hal tersebut dilakukan karena Sibetan sudah mulai berpikir untuk menjaga lahan milik mereka, supaya tidak dengan mudah berpindah tangan kepada orang luar. Proses pelegalan awig-awig desa juga diperkuat melalui lembaga negara, yaitu oleh Bupati Karangasem, termasuk juga Camat Bebandem, dua kepala desa dinas dan 22 kepala dusun, serta panitia pembangunan Desa Pekraman Sibetan. Pengaturan jual-beli lahan tidak hanya terjadi di Desa Sibetan, melainkan juga di Desa Adat Sibetan yang juga terletak di Kabupaten Karangasem. Tindakan yang dilakukan Sibetan untuk memasukkan aturan pengelolaan lahan ke dalam awig-awig desa
6

pada dasarnya bisa ditiru oleh desa lain. Hal ini merupakan satu bentuk kemajuan demokrasi, terutama dalam masalah pengaturan dan pengelolaan lahan. Berbagai potensi budaya dan sumber daya alam, seperti kebun salak, hutan, prosesi adat, sistem pemerintah, dan keunikan tradisi lainnya, sepenuhnya telah melekat dan dimiliki oleh masyarakat Sibetan. Keseimbangan alam, budaya, dan tradisi terus terjaga di tengah arus deras industri pariwisata. Tentunya hal ini menjadi modal sosial yang dimiliki oleh Desa Sibetan. Apalagi dengan dikembangkannya program ekowisata, yaitu pariwisata berbasis lingkungan dan pelestarian sumberdaya alam, menjadikan modal sosial yang dimiliki Desa Sibetan sebagai pendukung program tersebut. Fenomena menonjol yang terjadi pada masyarakat Sibetan adalah besarnya potensi sumber daya alam di bidang pertanian salak tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Pada saat musim panen tiba yang terjadi adalah merosotnya harga salak secara drastis yang menyebabkan dampak langsung berupa kerugian yang diderita oleh petani salak setempat. Merasa kesejahteraannya terancam, pemuda Desa Sibetan memilih untuk menghindari pekerjaan yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka, yaitu menjadi petani salak. Mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan di luar pertanian sebagai pekerjaan yang dianggap lebih menjanjikan jaminan keuangan. Hal ini semakin diperkuat dengan dengan predikat desa miskin yang diberikan pada Sibetan melalui SK Gubernur Bali pada tahun 2007. Setelah diadakan pencocokan dan penelitian penduduk miskin desa ini ditetapkan sebanyak 819 KK. Luasnya lahan yang dialokasikan untuk pertanian salak di Sibetan ternyata juga tidak menjamin kesejateraan masyarakat Sibetan. Kemalasan masyarakat sekitar untuk menanen hasil salak merekalah yang membuat mereka tetap bertahan dalam belenggu kemiskinan. Hal ini terlihat dimana mereka lebih memilih untuk mempekerjakan orang lain (di luar Desa Sibetan) untuk memanen salaknya. Tidak jarang warga sekitar membiarkan salak yang siap dipanen membusuk di pohon dan menjadi makanan ternak. Usaha diversifikasi untuk meningkatkan harga jual salak maupun menghindari terbuangnya hasil panen, telah dilakukan dengan pembuatan Wine Salak Bali.

Sumber daya melimpah yang dimiliki oleh Sibetan dan belum sempat teroptimalkan oleh masyararakat setempat mendapat perhatian serius dari Koperasi Sekunder JED (Jaringan Ekowisata Desa) yang membantu Sibetan dalam lingkup Ekowisata. JED bersama warga mencoba untuk melihat peluang wisata dari rimbunnya alam di sekitar Sibetan. Dimulai dengan menginventarisasi sumber daya yang dapat dijadikan sebagai penunjang ekowisata. Lalu JED bersama warga bersama-sama melakukan perencaanaan untuk menarik wisatawan berupa optimalisasi sumber daya utama berupa salak dan olahan salak lainnya. Selanjutnya JED bersama warga berusaha untuk melakukan implementasi dari apa yang telah mereka rencanakan untuk melaksanakan program ekowisata yang telah mereka rencanakan. Terakhir, mereka bersama-sama melakukan evaluasi dari apa yang telah mereka laksanakan. Contoh konkret dari langkah perencanaan adalah pemahaman prinsip ekowisata yang dilakukan oleh JED kepada warga. Melalui kegiatan ini terbentuklah sebuah pemahaman yang sama antarwarga tentang konsep ekowisata serta perbedaannya dengan pariwisata massal. Kemudian muncul kesepakatan diantara masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata di desa mereka sendiri. Kegiatan ini dilanjutkan dengan melakukan pertemuan informal untuk lebih memahami ekowisata. Selajutnya terdapat pelaksanaan dari apa saja yang telah direncanakan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan pemandu wisata local untuk dapat lebih meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar. Hasilnya terdapat pemahaman yang sama tentang alur dan etika memandu wisatawan, kesepakatan di antara anak muda untuk melakukan identifikasi potensi desa sebagai satu cara memahami wilayahnya sebagai syarat menjadi pemandu lokal. Pelatihan pengolahan dan penyajian makanan serta minuman dari buah salak. Masyarakat SIbetan mendapat pengetahuan dasar tentang kebersihan dan higienitas makanan, selain mendapat keterampilan mengolah makanan dan minuman berdasarkan potensi lokal, juga pengetahuan cara menyajikan makanan dan minuman lokal yang menarik. Selain itu masyarakat mendapat pengetahuan etika dasar menghadapi dan melayani tamu, tahu cara menata akomodasi, dan perlengkapannya, serta bisa memanfaatkan potensi lokal untuk menunjang akomodasi. Ditambah masyarakat diberdayakan untuk melakukan penganekaragaman potensi untuk mengurangi ketergantungan di desa ini.
8

Konsep pemberdayaan masyarakat yang ada pada program ekowisata, mengarahkan masyarakat Desa Sibetan untuk ikut terlibat langsung dan berpatisipasi aktif dalam pengembangan dan pelaksanaan program ekowisata di wilayah tersebut. Sehingga, sebagai salah satu desa ekowisata, Desa Sibetan dapat melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui program ekowisata bagi masyarakat di wilayah tersebut. Tentunya hal ini mampu mampu memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di Desa Sibetan dengan segala keunikan potensi yang dimilikinya. E. RUMUSAN MASALAH Mengacu dari alasan pemilihan judul dan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun rumusan masalahnya adalah apakah ada pengaruh antara tingkat kebahagiaan masyarakat, tingkat rasa aman masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kesejahteraan masyarakat, di desa ekowisata, Sibetan, Bali. F. KERANGKA TEORI Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.4 Terdapat tiga paradigma dalam ilmu sosial, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma prilaku sosial. Dalam penelitian ini kami menggunakan paradigma fakta sosial yaitu sesuatu yang menjadi objek penelitian yang tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif) tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.5 Teori yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah teori Welfare Theory: An Inroduction dari Tony Fitzpatrick. Dalam Welfare Theory: An Inroduction dari Tony Fitzpatrick mendefinisikan sistem kesejahteraan (welfare system) sebagai sebuah sistem sosioekonomis yang menggunakan prinsip-prinsip kesejahteraan dalam menciptakan perubahan sosial yang efektif; sebuah negara sejahtera (welfare state) diartikan di sini sebagai sebuah sistem kesejahteraan yang di dalamnya negara memainkan peranan sentral dalam mengarahkan perubahan (cf. Goodin, 1988: 11).
4

www.wikipedia.com/positivisme Catatan Mata Kuliah Praktikum I, 18 Maret 2009

Dalam Welfare Theory: An Inroduction dari Tony Fitzpatrick terdapat beberapa preposisi, yaitu preposissi kebahagiaan, keamanan, kebutuhan, ganjaran, dan perbandingan relatif. Akan tetapi preposisi pilihan, ganjaran dan perbandingan relatif tidak kami gunakan. Dalam penelitian ini kami hanya menggunakan tiga preposisi yang kami anggap sesuai dengan penelitian kami. Preposisi pertama tentang kebahagiaan, dalam teori ini menjelaskan definisi dangkal yang memandang kebahagiaan sebagai sebuah pengalaman mental dan fisik yang khusus dan bisa dikenali, seperti apa yang mungkin kita rasakan ketika kita memenangkan sebuah kompetisi atau pada saat kita berhasil mencuri sebuah ciuman. Meskipun kebahagiaan jelas mencakup pengalaman sementara semacam itu, ada juga definisi kedua yang lebih dalam. Definisi ini memandang kebahagiaan lebih dari sekadar keadaan yang dialami secara umum, sesuatu yang tidak selalu bisa direduksi menjadi perasaan atau euforia atau kesenangan tertentu tetapi lebih sering dianggap sebagai kepuasan atau pemenuhan. Definisi dangkal mengenai kebahagiaan hanya bisa menangkap sedikit makna dari kesejahteraan sehingga seseorang dikatakan sejahtera jika telah memenuhi pengertian kebahagiaan secara dangkal dan secara dalam. Preposisi kedua tentang rasa aman, dalam teori ini menjelaskan rasa aman adalah kandidat kesejahtreraan lainnya. Seseorang yang menikmati rasa aman terhadap pendapatan, pekerjaan, dan rumah akan terlihat berada dalam kondisi kesejahteraan yang lebih besar daripada seseorang yang mengalami ketidakamanan dan ketidakpastian. Rasa aman menyiratkan pemahaman bahwa keadaan seseorang tidak akan mengalami penurunan di masa yang akan datang dan antisipasi ini bisa berharga bahkan untuk seseorang yang keadaannya biasa saja. Preposisi ketiga tentang kebutuhan-kebutuhan, teori ini menjelaskan Jika definisi kebutuhan terlalu sederhana, yakni hanya meliputi esensi-esensi biologis seperti makanan, air, dan sebagainya, kita akan tetap tinggal dengan definisi kesejahteraan yang terbatas dan tidak asli; namun jika definisi kita terlalu mewah, yakni mengacu pada kebutuhan non-dasar, kesejahteraan menjadi terlalu kabur. Sehingga seseorang dapat dikatakan sejahtera jika memenuhi kebutuhan dasar, non dasar dan kebutuhan pilihan. Teori Welfare Theory: An Inroduction dari Tony Fitzpatrick yang dipakai dalam penelitian ini akan digunakan sebagai dasar teori dan mencoba menjelaskan apakah ada pengaruh pemberdayaan masyarakat di bidang ekowisata terhadap tingkat kesejahteraan di Desa Sibetan, Bali, sehingga di temukan vaiabel yang akan kami gunakan dalam penelitian ini yaitu, variabel
10

tingkat kebahagiaan, variabel tingkat keamanan, variabel tingkat kebutuhan dan variabel tingkat kesejahteraan.
1. Tingkat Kebahagiaan

Menurut Aristoteles, kebahagiaan adalah good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good money, and goodness. Kebahagiaan menurut Arman Pradiansyah, kebahagiaan sangat di pengaruhi oleh pilihan pikiran di setiap tindakan. Ada tujuh hukum kebahagiaan yang terbagi dalam tiga kategori: Hubungan dengan diri semdiri yang terdiri dari: Patience (kesabaran), Gratefullness (syukur), Simplicity (Sederhana). Hubungan dengan orang lain yang terdiri dari: Love (kasih), Giving (memberi), Forgiving (memaafkan), Hubungan dengan pencipta: surrender (berserah) . Sedangkan menurut Gross National Happiness (GNH), kebahagiaan meliputi: 1. Ekonomi Kondusif: semakin stabil kondisi ekonomi seseorang maka semakin bahagia orang tersebut. Ekonomi yang sehat dapat di ukur dari jumlah hutang, daya beli, dan pendapatan rata-rata. 2. Kesehatan lingkungan:Lingkungan yang sehat akan berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Kesehatan lingkungan diukur berdasarkan metric lingkungan seperti polusi, kebisingan, dan lalu lintas 3. Kondisi fisik yang baik: kondisi fisik yang baik dapat di ukur berdasarkan metrik kesehatan antara lain intensitas sakit. 4. Kesehatan mental: kesehatan mental sesorang akan berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan. Kondisi mental seseorang akan mempengaruhi pikiran seseorang. Kesehatan mental dapat di ukur dari kenaikan atau penurunan kebatinan seseorang. 5. Lingkungan kerja yang baik: kondisi lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh pada kondisi psikis seseorang. Semakin kondusif lingkungan kerja seseorang maka tingkat kebahagiaan juga semakin baik. Lingkungan kerja yang baik dapat diukur dari intensitas berpindah tempat kerja, lama menganggur, dan keluhan hukum yang berkaitan dengan pekerjaan. 6. Kehidupan sosial yang baik: kondisi sosial yang baik dapat diukur dari diskriminasi, keamanan, intensitas konflik, dan jaminan hukum.

11

7. Kehidupan politik

yang baik: dapat di ukur dari kualitas demokrasi lokal, kebebasan

individu, dan konflik antar golongan. Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kebahagiaan menurut Gross National Happiness (GNH).
2. Tingkat Rasa Aman

Menurut Koeswara (1989, 226) kebutuhan akan rasa aman (need of security) adalah kebutuhan individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa setiap individu akan selalu berusaha untuk memenuhi rasa amannya terhadap bahaya atau ancaman-ancaman yang ada di lingkungan sekitarnya.6 Melalui usaha tersebut, diharapkan ada pemenuhan terhadap rasa aman, yang bisa mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Menurut Anthony Giddens, pada zaman klasik, seseorang mencari cara bagaimana mendistribusikan kekayaan secara merata. Di zaman modern seperti sekarang ini banyak sekali resiko-resiko yang mengancam kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, sekarang ini manusia berusaha mencari keamanan untuk menghindar dari resiko-resiko itu. Ini merupakan usaha manusia untuk menghindari resiko buatan (dibuat oleh manusia itu sendiri). Seseorang yang dapat membeli alat-alat yang bisa memberikan rasa aman, dia akan dianggap sejahtera oleh karena rasa aman yang meliputinya. Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian rasa aman menurut Menurut Koeswara (1989, 226).

3. Tingkat Kebutuhan Kebutuhan menurut Imamul Arifin adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kesejahteraan.7

http://74.125.153.132/search?q=cache:gtYK1OnPDL8J:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/d3/pari/2003/jiunkpe-ns-d3-

2003-91300087-1614-maskapaichapter2.pdf+definisi+rasa+aman+maslow&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
7

http://books.google.co.id/books?id=_rNmRvug2CIC&pg=PA2&dq=pengertian%2Btentang %2Bkebutuhan#PPA2,M1

12

Kebutuhan menurut Philip Kotler (1985:20), A human need is a state of felt deprivation of some basic satisfaction. Dengan kata lain, kebutuhan adalah suatu pernyataan seseorang yang disebabkan kehilangan kepuasan yang mendasar baginya.8 Menurut Abraham Maslow, kebutuhan adalah motivasi manusia untuk mendapatkan sesuatu.9 Ada suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Dalam hal ini Maslow menyebutkan kebutuhan paling mendasar dari seseorang adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan nondasar yaitu kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan pilihan yaitu kebutuhan jiwa dan kebutuhan akan pertumbuhan. Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kebutuhan menurut Abraham Maslow karena lebih detail dalam melingkupi kebutuhan manusia.
4. Tingkat Kesejahteraan

Menurut HDI (Human Development Index) atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indikator kesejahteraan meliputi : a. Kesehatan. Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan b. Pendidikan. Produktivitas masyarakat akan semakin meningkat jika tingkat pendidikan dapat dimaksimalkan. c. Ekonomi. Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup masyarakat baik regional, nasional, dan internasional. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), indikator kesejahteraan meliputi : Kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya.
8

http://74.125.155.132/search?q=cache:lrY1VfBT2VcJ:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2003/jiunkpe-ns-s1Siagian, Sondang P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

2003-31499077-4952-magister-chapter2.pdf+pengertian%2Bkebutuhan&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id
9

13

Dalam penelitian ini kami menggunakan indikator kesejahteraan menurut HDI atau IPM karena indikator menurut HDI atau IPM berskala internasional. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan

antara

Tingkat

Kebahagiaan

Masyarakat

terhadap

Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat di Desa Ekowisata, Desa Sibetan, Bali. Pengertian kebahagiaan menurut Gross National Happiness adalah keadaan seseorang dimana kondisi ekonominya stabil, lingkungan sehat, kondisi fisiknya baik, kesehatan mentalnya baik, lingkungan kerja yang baik, kehidupan sosial yang baik, dan kehidupan politiknya baik. Dengan bertolak dari teori welfare, yang membedakan kebahagiaan menjadi definisi dangkal dan definisi dalam. Definisi dangkal bermakna bahwa kebahagiaan adalah perasaan senang ketika berhasil memperoleh atau mencapai sesuatu yang diinginkan. Sedangkan definisi dalam menjabarkan kebahagiaan sebagai sesuatu yang bukan hanya rasa puas atau senang tetapi lebih sebagai kepuasan atau pemenuhan. Dari definisi tersebut maka dapat dapat diartikan bahwa ketika seluruh indikator-indikator kebahagiaan yang terdapat pada GNH terpenuhi maka individu tersebut bahagia. Dalam program ekowisata, masyarakat dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan usaha pariwisata. Kebahagiaan seseorang akan berpengaruh terhadap keterlibatannya dalam program tersebut. Ketika dia tidak merasa bahagia maka individu tersebut akan mencari tempat atau sistem yang lain. Orang yang bahagia cenderung berpikiran positif. Dengan kondisi pikiran yang kondusif maka seseorang bisa beraktivitas lebih baik dan tentunya akan menghasilkan output yang lebih baik. Selain itu, masyarakat yang tingkat kebahagiaannya tinggi akan mampu meminimalisir konflik yang berpotensi timbul. Dengan demikian, tingkat kebahagiaan masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesejahteraannya.
2. Hubungan

antara

Tingkat

Rasa

Aman

Masyarakat

terhadap

Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat di Desa Ekowisata, Sibetan, Bali

14

Tingkat rasa aman dibutuhkan individu dalam pencapaian kebutuhannya untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Individu akan selalu berusaha untuk memenuhi rasa amannya terhadap bahaya atau ancaman-ancaman yang ada di lingkungan sekitarnya, di mana dalam hal ini adalah masyarakat Sibetan, Bali. Melalui modal sosial yang dimiliki, masyarakat memiliki cara tersendiri dalam pemenuhan rasa aman guna menghindari resiko-resiko yang berpotensi timbul akibat pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam program ekowisata di desa tersebut. Rasa aman yang dimiliki oleh masyarakat memiliki pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan sosial masyarakat itu sendiri. Ketika masyarakat terpenuhi kebutuhan dalam pencapaian rasa amannya, dimana hal ini terkait akan peraturan dan prosedur yang jelas, tindakan yang adil dan baik, dan jaminan atas pekerjaan serta pendapatan, maka dapat dikatakan mereka sejahtera. Sedangkan sebaliknya, masyarakat yang tidak merasa aman atas peraturan, tindakan, dan jaminan terhadap pekerjaan serta pendapatan yang dimilikinya, masyarakat tersebut dapat dikatakan tidak sejahtera seperti disebutkan dalam teori welfare.
3. Hubungan

Antara Tingkat Kebutuhan Masyarakat dengan Kesejahteraan

Masyarakat di Desa Ekowisata, Sibetan, Bali Motivasi manusia untuk mendapatkan sesuatu seperti yang telah dicetuskan oleh Abraham Maslow, menjadikan manusia semakin hari semakin meningkatkan kemampuan mereka dalam rangka pemenuhan semua kebutuhan mereka. Pemenuhan terhadap semua kebutuhan inilah yang dapat mencerminkan kesejahteraan. Berbagai kebutuhan tersebut pun dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan dasar, kebutuhan nondasar, dan kebutuhan pilihan. Klasifikasi tersebut ada yang langsung menampakkan hubungannya dengan kesejahteraan namun ada yang kabur terhadap kesejahteraan. Tingkat kebutuhan dalam bidang ekowisata akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat Sibetan Bali. Motivasi yang terkandung dalam pemenuhan kebutuhan akan menjadi modal yang utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sibetan. Dengan adanya pemahaman terhadap apa yang dibutuhkan oleh masyarakat maka akan menjadikan masyarakat tersebut maksimal dalam mengelola ekowisata. Kebutuhan yang menyelimuti program ekowisata diharapkan akan memotivasi masyarakat bagaimana

15

seharusnya mereka mengaplikasikan program ekowisata dalam mengelola lingkungan mereka. Tony Fitzpatrick mengatakan dalam proposisinya bahwa jika seseorang dapat dikatakan sejahtera jika memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan nondasar, dan kebutuhan pilihan . Tindakan masyarakat dalam pelaksanaan ekowisata merupakan salah satu perwujudan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang beranekaragam. Kebutuhan yang beranekagam tersebut cenderung ingin dipenuhi secara keseluruhan meski tingkat kepuasannya berbeda. Apabila pemenuhan kebutuhan terhadap ekowisata memberikan hasil yang memuaskan maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukannya kembali. Kondisi memuaskan lalu ada pengulangan inilah yang dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat Sibetan. G. ASUMSI Dalam kehidupan ini setiap masyarakat pada dasarnya ingin meningkatkan kualitas hidup mereka. H. HIPOTESIS 1. Hipotesis Mayor Ada hubungan antara tingkat kebahagiaan masyarakat, tingkat rasa aman masyarakat, dan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kesejahteraan masyarakat di desa ekowisata, Sibetan, Bali 2. Hipotesis Minor

Semakin tinggi tingkat kebahagiaan masyarakat terhadap program ekowisata maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat rasa aman masyarakat terhadap program ekowisata maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat kebutuhan masyarakat terhadap program ekowisata maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat.

3.Hipotesis geometri verbal X1


16

X2 X3 Keterangan: 1. Variabel bebas

X1 : Variabel tingkat kebahagiaan masyarakat X2 : Variabel tingkat rasa aman masyarakat X3 : Variabel tingkat kebutuhan masyarakat 2 . Variabel terkait Y : Variabel tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Sibetan, Bali.

BAB II METODE PENELITIAN

17

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian survei, yaitu dengan cara menguji sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. A. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Tingkat Kebahagiaan Masyarakat Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kebahagiaan menurut Gross National Happiness(GNH), kebahagiaan meliputi: 1. Ekonomi Kondusif: semakin stabil kondisi ekonomi seseorang maka semakin bahagia orang tersebut. Ekonomi yang sehat dapat di ukur dari jumlah hutang, daya beli, dan pendapatan rata-rata. 4. Kesehatan lingkungan: Lingkungan yang sehat akan berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Kesehatan lingkungan diukur berdasarkan metrik lingkungan seperti polusi, kebisingan, dan lalu lintas 5. Kondisi fisik yang baik: kondisi fisik yang baik dapat diukur berdasarkan metrik kesehatan antara lain intensitas sakit. 6. Kesehatan mental: kesahatan mental sesorang akan berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan. Kondisi mental sesorang akan mempengaruhi pikiran sesorang. Kesehatan mental dapat diukur dari kenaikan atau penurunan kebatinan seseorang. 7. Lingkungan kerja yang baik: kondisi lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh pada kondisi psikis seseorang. Semakin kondusif lingkungan kerja seseorang maka tingkat kebahagiaan juga semakin baik. Lingkungan kerja yang baik dapat diukur dari intensitas berpindah tempat kerja, lama menganggur, dan keluhan hukum yang berkaitan dengan pekerjaan. 8. Kehidupan sosial yang baik: kondisi sosial yang baik dapat diukur dari diskriminasi, keamanan, intensitas konflik, dan jaminan hukum. 9. Kehidupan politik yang baik: dapat diukur dari kualitas demokrasi lokal, kebebasan individu, dan konflik antar golongan. 2. Tingkat Rasa Aman Masyarakat Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian rasa aman menurut Koeswara (1989, 226) kebutuhan akan rasa aman (need of security) adalah kebutuhan individu untuk
18

memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa setiap individu akan selalu berusaha untuk memenuhi rasa amannya terhadap bahaya atau ancaman-ancaman yang ada di lingkungan sekitarnya. 10 Melalui usaha tersebut, diharapkan ada pemenuhan terhadap rasa aman, yang bisa mempengaruhi kesejahteraan seseorang. 3. Tingkat Kebutuhan Masyarakat Dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kebutuhan menurut Abraham Maslow yang menjabarkan bahwa motivasi manusia untuk mendapatkan sesuatu, menjadikan manusia semakin hari semakin meningkatkan kemampuan mereka dalam rangka pemenuhan semua kebutuhan mereka. Pemenuhan terhadap semua kebutuhan inilah yang dapat mencerminkan kesejahteraan. Berbagai kebutuhan tersebut pun dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan dasar, kebutuhan nondasar, dan kebutuhan pilihan. 4. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Dalam penelitian ini kami menggunakan indikator kesejahteraan menurut HDI atau IPM. Menurut HDI (Human Development Index) atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indikator kesejahteraan meliputi :
a. Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. b. Pendidikan Produktivitas masyarakat akan semakin meningkat jika tingkat pendidikan dapat dimaksimalkan.
c. Ekonomi

Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup masyarakat baik regional, nasional, dan internasional.

10

http://74.125.153.132/search?q=cache:gtYK1OnPDL8J:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/d3/pari/2003/jiunkpe-ns-

d3-2003-91300087-1614-maskapai chapter2.pdf+definisi+rasa+aman+maslow&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

19

B. DEFINISI OPERASIONAL

Variabel
Kebahagiaan

Sub Variabel
Fisik sehat Mental sehat Lingkungan sehat Kehidupan social yang baik

Indikator
Intensitas sakit Kondisi kebatinan Gangguan karena polusi/pencemaran Diskriminasi Intensitas konflik Hubungan keluarga

Dskriptor
Gangguan karena sakit Intensitas stress Gangguan karena pencemaran air, udara, suara Hubungan dengan kelompok/golongan lain Intensitas konflik Kualitas konflik Penyelesaian konflik Skala konflik Skala keharmonisan Penegakan hokum Pengambilan kebijakan Intensitas menghutang Keberpihakan peraturan terhadap masyarakat Kondisi dimana kepentingan bersama terakomodasi Dihargainya pendapat individu Pekerjaan yang tetap Kondisi penghasilan

Tingkat rasa aman

Kehidupan politik yang baik Kondisi ekonomi Peraturan dan prosedur yang jelas Tindakan yang adil dan baik

Jaminan hukum Kualitas demokrasi lokal Hutang Pertauran yang mengakomodir kepentingan masyarakat Perilaku orang di sekitarnya

Jaminan atas pekerjaan dan pendapatan

Mendapat pekerjaan yang layak Penghasilan Kodisi pekerjaan

Keamanan Kebutuhan Kebutuhan dasar

Kelayakan tempat bekerja Keberlanjutan pekerjaan di masa yang akan datang Sistem keamanan Intesitas ronda Terjadinya kasus kriminalitas Kebutuhan (fisiologis) Kebututan pangan terpenuhi Kebutuhan sandang terpenuhi
20

Kebutuhan non dasar

Kebutuhan sosial

Kebutuhan pilihan

Kebutuhan penghargaan Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan jiwa

Kebutuhan papan terpenuhi Menghargai diri sendiri Keterlibatan dalam masyarakat Intensitas mendapat penghargaan Perwujudan minat Perwujudan cinta kasih Kepentingan keagamaan Perwujudan rasa empati Kebutuhan estetika Preventif upaya pencegahan terhadap penyakit) Promotif (upaya peningkatan) Kuratif ( upaya pengobatan) Kepuasan pendidikan Usaha meningkatkan pendidikan keluarga Kepuasan akan pendapatan Kepemilikan barang

Tingkat Kesejahteraan Kesehatan mayarakat

Upaya kesehatan

Pendidikan

Ekonomi

Rata-rata lama sekolah Peningkatan pendidikan keluarga Keseimbangan daya beli dengan penghasilan

C. PENENTUAN STATUS VARIABEL Hubungan variabel digunakan untuk menerangkan suatu fenomena sosial tertentu untuk dipahami dan dianalisa lebih lanjut. Fenomena sosial dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu diketahui. Hubungan antar variabel yang paling mendasar adalah hubungan antara variabel bebas atau pengaruh (independent variabel) dengan variabel terikat atau terpengaruh (dependent variabel).
1. Variabel Pengaruh (Independent Variable) 21

X1 = Tingkat Kebahagiaan X2 = Tingkat Rasa Aman X3 = Tingkat Kebutuhan


2. Variabel Terpengaruh (Dependent Variable)

Y = Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Sibetan, Bali. D. POPULASI DAN SAMPEL Sugiyono (2000:97) mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sibetan, Bali yang berusia 15 tahun ke atas dan atau telah bekerja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara sistematik (systematic sampling) yakni suatu metode pengambilan sampel di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.11 D. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Kepustakaan Teknik pengumpulan data dengan kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendukung dalam menjelaskan fenomena serta melengkapi informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik ini digunakan dalam keseluruhan proses penelitian sejak perencanaan sampai dengan pelaporan. 2. Kuesioner Kuesioner merupakan hal pokok dalam pengumpulan data. Dalam kuesioner terdapat daftar pertanyaan yang diberikan pada responden. Hasil kuesioner tersebut akan dimasukkan ke dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan dalam penelitian. Tujuan pokok pembuata kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Dengan membuat daftar pertanyaan secara tertulis dengan tujuan pokok untuk memperoleh data informasi yang relevan.
11

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, 1989: hal. 160

22

3. Interview Guide Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dengan responden dan menjadi salah satu bagian terpenting untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Kegiatan wawancara dilakukan dengan tatap muka dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun. 4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan dan pencatatan data yang diperoleh dengan menggunakan media sebagai bentuk laporan baik secara tertulis maupun berupa foto, rekaman audio, dan audio-visual, yang kemudian akan digunakan sebagai data. Data ini biasanya data sekunder. E. TEKNIK PENENTUAN SKOR Dalam penelitian survei ini, jawaban yang diberikan oleh responden memiliki skor tertentu yang bergerak antara 1 sampai 3. Apabila diketahui suatu pertanyaan adalah favorable, maka jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1, tidak mengemukakan pendapat 2, dan jawaban paling mendukung diberi skor 3. Ada kemungkinan jawaban alternatif dengan skor 0, namun dalam penelitian kali ini tidak ada jawaban yang mendapat skor 0. Untuk menentukan tinggi rendahnya atau baik buruknya suatu variabel tertentu, maka terlebih dahulu ditentukan interval kategori, yakni selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah dibagi dengan banyaknya alternatif jawaban dalam skala.

Skor tertinggi skor terendah Indeks = Banyaknya alternatif jawaban D.TEKNIK ANALISA DATA 1. Korelasi Produk Moment
(12)

12

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 30)

23

Analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat). Rumus:
rxy =
(13)

[(nX ) (X )][(nY ) (Y )]
2 2 2 2

n XY (X )( ) Y

Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n = jumlah sampel14 X = variabel bebas Y = variabel terikat
2. Analisis Chi Square

Berfungsi untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel data yang diperoleh melalui observasi. Rumus:
X 2 =

( fo fh )
Fh
(15)

Keterangan: Db = (baris-1) (kolom-1) X = nilai Chi Square F = frekuensi observasi Fh = frekuensi harapan (Sidney Siegel, 1994: 130) Setelah mendapatkan hasil yang signifikan dari X maka untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara pertanyaan dari variabel satu dengan variabel lain diketahui dengan rumus:
13

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 30)
1424

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 30)
15

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 30)

24

CC =

X2 N+X2

(16)

Keterangan: CC = Koefisien kontingensi (0,5) N = Jumlah total Sedang untuk mengetahui tingkat asosiasi digunakan rumus sebagai berikut: Cc max = 1 1 / m Keterangan:
(17)

m = jumlah terkecil dari baris atau kolom Dari derajat hubungan tersebut, maka dapat dikategorikan menjadi tiga: A. B. C. CC > 0,5 CCmax, maka derajat hubungan tinggi CC = 0,5 CCmax, maka derajat hubungan sedang CC < 0,5 CCmax, maka derajat hubungan rendah

DAFTAR PUSTAKA Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung Moeliono, M. Anton,dkk. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Nurhadi.2007. Mengembangkan Jaminan Sosial Mengentaskan Kemiskinan.Yogyakarta : Media Wacana Hamid, Farida. Kamus Ilmiah Populer Lengkap : Apollo, 2006

16

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 31)
17

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri (hal 31)

25

Tim Perumus Praktikum I 2006. Partisipasi Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah. Yogyakarta : Sosiatri Tim Praktikum I Jurusan Ilmu Sosiatri. 2005. Partisipasi Perempuan Bali dalam Mengembangkan Sektor Perdagangan. Yogyakarta : Sosiatri Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Penerbit Pustaka LP3ES BPS. 2007. Indeks Pembangunan Manusia 2005-2006. Yogyakarta : Bidang IPDS BPS Propinsi DIY Bappeda BPS. 2008. Analisis IPM Kulonprogo 2007. Yogyakarta : BPS Kabupaten Kulonprogo Indeks Pembangunan Manusia Kota Yogyakarta, 2007 BPS Kabupaten Sleman. 2008. IPM Kabupaten Sleman Tahun 2007. Yogyakarta : BPS Kabupaten Indeks Kesejahteraan Rakyat, 2007 Goble, Frank G. 1992. Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Siagian, Sondang P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT Rineka Cipta UMK 2009 Up Date 14 januari 2009 http://www.ahmadheryawan.com/kolom/94-kolom/1695-utang-dan-indeks-pembangunanmanusia-indonesia.html http://www.kabarindonesia.com/berita.php? pil=13&jd=Indonesia+Menempati+IPM+di+Urutan+ke-108&dn=20070908171659 http://www.haryono.com/article/article/pembangunan-manusia-indonesia-seutuhnya.html http://ikhwanalim.wordpress.com/2009/03/22/indeks-pembangunan-manusia/ http://www.mediaindonesia.com/read/2008/08/08/23364/92/14/Hanya_Terfokus_di_Bidang_Kur atif_HDI_Indonesia_Terus_Terpuruk http://www.balebengong.net/buku/2008/08/14/pengalaman-empat-desa-mengelolaekowisata.html http://www.balebengong.net/jalan-jalan/2009/02/08/ekowisata-mengawinkan-pariwisata-danpertanian.html http://www.vibizlife.com/travel_details.php? pg=travel&id=7228&sub=travel&awal=120&page=13
26

www.wikipedia.com/positivisme http://e-kuta.com/blog/index.php/wisata-agro-di-sibetan/ http://www.beritabali.com/index.php?reg=krm&kat=&s=news&id=200805140008 http://www.budpar.go.id/page.php?ic=568&id=2358 http://id.my-indonesia.info/direktori/sobi2Task,sobi2Details/catid,83/sobi2Id,229/ http://www.pemdakarangasem.go.id/inv_pariwisata.htm http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2007/2/5/d1.htm http://salakbaliku.com/ http://bliketut.com/?p=247 http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/248.php http://www.bisnisbali.com/2008/06/28/news/agrohobi/ax.html http://balesekaa.com/2009/05/02/peluang-investasi/ http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/1/17/b4.htm http://www.karangasembangkit.org/index.php?option=com_content&task=view&id=563&Item d=54 http://www.karangasembangkit.org/index.php? option=com_content&task=view&id=563&Itemid=54 http://saradbali.com/edisi106/inspirasi.htm http://www.karangasembangkit.org/index.php? option=com_content&task=view&id=666&Itemid=54 http://karangasemkab.go.id/index.php/tour_destination/detail/1/tour_destination/index

http://www.suaramasyarakatadat.com/sma.php?ses=&id=6 http://liburan.info/content/view/466/43/lang,indonesian/ http://ssantoso.blogspot.com/2007/09/paradigma-dalam-ilmu-sosiologi.html

27

http://de-kill.blogspot.com/2009/05/sosiologi-perspektif-fakta-sosial.html http://nurhadi13.wordpress.com/2009/04/04/membelah-bali-timur/ http://www.parisada.org/index.php?Itemid=29&id=903&option=com_content&task=view http://erhanana.wordpress.com/2008/11/12/perusakan-itu-bernama-pembangunan/ http://jokermerah.net/forum/showthread.php?t=2452 http://www.iim-edu.org/grossnationalhappiness/ http://blog.jafisnet.com/2008/12/13/the-7-laws-oh-happiness.html http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=10564&Itemid=12 http://74.125.153.132/search? q=cache:gtYK1OnPDL8J:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/d3/pari/2003/jiunkpe-ns-d3-200391300087-1614-maskapai chapter2.pdf+definisi+rasa+aman+maslow&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a Parros dalam Materi Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat 18 Februari 2009 Catatan Mata Kuliah Praktikum I, 18 Maret 2009

28

You might also like