Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK GOODWILL:
Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami laporan keuangan yang ada. Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi tiap Negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi para analis, auditor, investor, dan kreditur yang lingkup kerjanya melewati batas Negara. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas Negara, sumber daya produksi (misalnya uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke Negara lain misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di Negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Agar pemahaman laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu aturan atau standar yang seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu konvergensi. Dengan adanya konvergensi diharapkan dapat menjembatani persepsi yang keliru dalam mengartikan laporan keuangan karena semua Negara aturannya seragam dengan pemahaman yang sama. Jadi dengan konvergensi, diharapkan tidak akan ada lagi persepsi yang salah dalam menginterpretasikan laporan keuangan. Maka berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengangkat judul Analisis Konvergensi PSAK ke IFRS.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana perbandingan antara PSAK sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.
1.3. Batasan Masalah Untuk batasan atau ruang lingkup masalah, data yang digunakan dalam pembahasan ini adalah buku PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan), PSAK 3 (Laporan Keuangan Interim), dan PSAK 16 (Aset Tetap), dan sebagai perbandingan digunakan datadata IFRS/ IAS yakni IAS 1 (Presentation of Financial Statement), IAS 34 (Interim Financial Report), dan IAS 16 (Property, Plant, and Equipment).
1.4. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa perubahan dalam penerapan PSAK 1, PSAK 3, dan PSAK 16 yang berbasis IFRS (IAS 1, IAS 34, dan IAS 16) dan membandingkannya. Ini merupakan salah satu cara dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi konvergensi IFRS.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi PSAK dan IFRS PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan dalam membuat laporan keuangan. Sedangkan IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global/ internasional. Indonesia sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan melakukan konvergensi IFRS kedalam PSAK. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 2. Mengurangi biaya SAK. 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. 5. Meningkatkan transparansi keuangan. 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
2.2. PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, persyaratan minimum, dan isi laporan keuangan. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
Secara umum perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dengan PSAK 1 (Revisi 1998): Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: Perihal 1. Referensi ED ED PSAK 1 (Revisi 2009) PSAK 1 (Revisi 2009) PSAK 1 (Revisi 1998) PSAK 1 (Revisi IAS of 1998) 1
Accounting
Policies (1997) GAAP 2. Terjemahan untuk liability 3. Definisi istilah Terdapat definisi istilah yang Tidak terdapat definisi istilah Liabilitas Kewajiban
digunakan, yaitu laporan keuangan yang digunakan. untuk tujuan umum, tidak praktis standar material, akuntansi catatan atas keuangan, laporan
keuangan,penghasilan komprehensif lain, pemilik, laba atau rugi. 4. Informasi disajikan laporan keuangan yang Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi: a. Aset b. Liabilitas c. Ekuitas d. Pendapatan dan e.Kontribusi kepada dari dan dalam Informasi yang disajikan
dalam laporan meliputi: a. Aset b. Kewajiban c. Ekuitas d. Pendapatan dan beban distribusi e. Arus kas dalam
pemilik
kapasitasnya sebagai pemilik f. Arus kas 5. Tanggung jawab Tidak mengatur mengenai pihak Manajemen bertanggung
atas keuangan
laporan yang
bertanggung
jawab
atas
atas
laporan
laporan keuangan. Komponen keuangan yang lengkap: a. Laporan yang (neraca) b. Laporan laba rugi komprehensif c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas e. Catatan atas laporan keuangan posisi
laporan
keuangan keuangan yang lengkap: a. Neraca b. Laporan laba rugi c. Laporan ekuitas d. Laporan arus kas atas laporan perubahan
f. Laporan posisi keuangan awal e. Catatan periode komparatif sajian akibat penerapan retrospektif, penyajian kembali, atau reklasifikasi pospos laporan keuangan 7. Kepatuhan terhadap SAK Entitas membuat keuangan
pernyataan Tidak diatur bahwa laporan keuangan pernyataan entitas atas SAK. yang memuat kepatuhan
diatur dari
adanya suatu
diijinkan jika kepatuhan atas PSAK penyimpangan tersebut bertentangan dengan tujuan PSAK laporan keuangan dalam KDPPLK.
dan Tidak diatur bagaimana memilih dan Terdapat menerapkan ketika tidak kebijakan diatur akuntansi bagaimana suatu menerapkan
dalam
kebijakan
akuntansi ketika PSAK. Hal tersebut akan diatur akuntansi ketika tidak diatur tidak diatur dalam PSAK 25, jika PSAK 25 dalam suatu PSAK.
sudah mengadopsi IAS 8 terkini. Tidak diatur kapan entitas sebaiknya Entitas mengeluarkan laporan keuangan mengeluarkan keuangan bulan neraca. paling sebaiknya laporan lama 4
setelah
tanggal
tersebut sebagai
dibiayai kembali
dalam 12 bulan setelah periode liabilitas jangka panjang. pelaporan diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek, jika entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali.
Pelanggaran perjanjian utang yang Tidak diatur mengenai hal yang mengakibatkan percepatan kreditur meminta tersebut. maka
pembayaran,
liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka pendek, meskipun kreditur mengijinkan selama penundaan 12 bulan
pembayaran
setelah tanggal pelaporan. 13. Pos luar biasa Penggunaan istilah pos luar biasa Penggunaan istilah pos luar tidak diperkenankan. 14. Pos-pos minimal yang Pos-pos berikut termasuk biasa diperkenankan. yang Pos-pos yang minimal
harus minimal disajikan dalam laporan laba disajikan dalam laporan laba
disajikan
dalam rugi (bagian dari laporan laba rugi rugi tidak termasuk: a. Beban keuangan b. Keuntungan kerugian dari atau operasi
laporan laba rugi komprehensif): komprehensif. a. Beban keuangan b. Keuntungan atau kerugian dari operasi yang dihentikan.
c. Bagian pendapatan komprehensif c. Bagian lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang menggunakan komprehensif
metode ekuitas.
2.2.1. Perbedaan ED PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dengan IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements ED PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements, kecuali untuk paragraf-paragraf berikut: 1. IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 2 mengenai ruang lingkup, yang mana ditambahkan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas syariah karena penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 2. IAS 1 paragraf 5, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas nirlaba dan entitas sektor publik, dihilangkan. Karena pelaporan keuangan entitas nirlaba diatur dalam PSAK 45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan entitas sektor publik diatur dalam standar akuntansi pemerintah bukan standar akuntansi keuangan. 3. IAS 1 paragraf 6, mengenai penerapan IAS 1 bagi entitas tanpa ekuitas (misalnya reksa dana) dan entitas yang modalnya bukan ekuitas (misalnya koperasi), dihilangkan. Karena penyajian laporan keuangan reksa dana diatur dalam PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana dan koperasi diatur dalam PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian. 8
4.
Implementation Guidance dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan posisi keuangan disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan (neraca) yang selama ini berlaku di Indonesia. Implementation Guidance tersebut menyajikan laporan posisi keuangan.
2.3. PSAK 3 (Laporan Keuangan Interim) Pernyataan ini diterapkan bagi entitas yang disyaratkan atau memilih untuk menerbitkan laporan keuangan interim sesuai SAK, tidak mengatur entitas yang disyaratkan menerbitkan laporan keuangan interim. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan, baik laporan keuangan lengkap atau laporan keuangan ringkas untuk suatu periode interim. Periode interim merupakan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun buku penuh. Secara umum perbedaan antara ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim dengan PSAK 3 (1994): Laporan Keuangan Interim adalah sebagai berikut: Perihal 1. Ruang lingkup ED PSAK 3 (revisi 2010) PSAK 3 (1994) yang
PSAK ini. b. Entitas yang diwajibkan atau memilih untuk menyajikan laporan keuangan interim
harus mengikuti ketentuan dalam PSAK ini. 2. Pandangan Laporan Interim terkait Tidak dijelaskan. Keuangan Laporan Keuangan Interim merupakan bagian integral dengan laporan keuangan tahunan. 3. Isi Laporan Keuangan Laporan Keuangan Interim Tidak dijelaskan.
Interim
lengkap
atau
Laporan
Keuangan Interim ringkas. 4. Komponen Laporan Interim 5. Format Laporan Interim dan minimal Laporan posisi keuangan Tidak dijelaskan.
Keuangan ringkas dan laporan laba rugi komprehensif ringkas. isi a. Laporan keuangan interim Tidak dijelaskan. lengkap mengikuti PSAK 1. b. Laporan keuangan interim ringkas minimal mencakup judul dan subjudul dalam laporan keuangan tahunan dan catatan penjelasan.
Keuangan
catatan penjelasan tertentu dan informasi minimalnya. b. Pengungkapan terhadap SAK. kepatuhan
posisi
per periode interim dengan tahun buku sebelumnya. b. Laporan komprehensif, perubahan laba rugi laporan dan
ekuitas,
10
diterjadi
pada
terakhir dalam
diungkapkan
keuangan tahunan. 9. Pendapatan musiman, Pedapatan musiman, siklusan, Tidak dijelaskan. siklusan, dan tidak teratur dapat
diantisipasi atau ditangguhkan. tidak Beban yang tidak beraturan Tidak dijelaskan. dapat diantisipasi atau
beraturan
ditangguhkan.
2.3.1. Perbedaan ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim dengan IAS 34 Interim Financial Reporting per 1 Januari 2009 ED PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim mengadopsi seluruh IAS 34 Interim Financial Reporting per 1 Januari 2009, kecuali: 1. IAS 34 paragraf 1 yang menjadi ED PSAK 3 (revisi 2010) tentang ruang lingkup dengan menghilangkan anjuran untuk entitas yang menjual efeknya ke publik untuk menyajikan laporan keuangan interim. Hal ini sudah diatur oleh peraturan yang berlaku. 2. IAS 34 paragraf 14 tentang interaksi antara laporan keuangan interim dengan laporan keuangan interim, tidak diadopsi. Hal ini disesuaikan dengan pengaturan laporan keuangan konsolidasian dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. 3. IAS 34 paragraf 46 yang menjadi ED PSAK 3 (revisi 2010) tentang tanggal efektif dengan menghilangkan penerapan dini. Pertimbangannya penerapan dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRSs diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRSs menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara bertahap.
11
4.
IAS 34 paragraf 47 dan 48 tentang tanggal efektif untuk dampak amandemen IFRSs, tidak diadopsi. Hal ini tidak relevan karena IFRSs yang diamandemen belum diadopsi sebelumnya.
5.
IAS 34 appendix B paragraf B31-B33 yang menjadi ED PSAK 3 lampiran B paragraf B31-B33 tentang pelaporan keuangan interim pada ekonomi hiperinflasi dengan menghilangkan rujukan ke PSAK, karena ekonomi hiperinflasi belum diatur dalam PSAK tersendiri.
2.4. PSAK 16 (Aset Tetap) Aset tetap adalah aset berwujud (tangible) yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode, digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan biasanya disusutkan. Secara umum perbedaan antara ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap dengan PSAK 16 (2007): Aset Tetap adalah sebagai berikut: Perihal 1. Pengecualian terhadap lingkup ED PSAK 16 (revisi 2011) PSAK 16 (revisi 2007) mengatur ruang
diklasifikasikan lingkup untuk untuk hak untuk dijual penambangan dan tambang,
2009): Aset Tidak Lancar yang seperti minyak, gas alam, dimiliki untuk dijual dan operasi dan sumber daya alam yang dihentikan b. pengakuan dan sejenis yang tidak dapat pengukuran diperbarui.
12
Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber Daya Mineral) 2. Ruang lingkup Tidak properti mengatur investasi lagi mengenai Ruang lingkup mencakup sedang properti yang dibangun atau dikembangkan untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi. 3. Hibah Pemerintah Tidak mengatur syarat pengakuan Pengakuan aset tetap
yang
aset tetap yang berasal dari hibah. yang berasal dari hibah Hanya mengatur nilai tercatat aset pemerintah tetap yang dapat dikurangi dari syarat bahwa: hibah pemerintah. a. entitas memenuhi telah kondisi mempunyai
atau prasyarat hibah tersebut; b. hibah akan diperoleh. 4. Aset tetap yang Pengaturan untuk tersedia aset tetap dijual yang Mengatur perlakuan
tersedia dijual
untuk
karena sudah diatur dalam PSAK aset tetap yang tersedia 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar untuk dijual. yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
5. Depresiasi tanah
atas Menjelaskan
bahwa
umumnya tanah memiliki umur untuk ekonomis tidak terbatas sehingga diperoleh
dengan
13
dan
lainnya
Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada ISAK 25: Hak Atas Tanah
2.4.1. Perbedaan ED PSAK 16 (revisi 2011) dan IAS 16 (2009) ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 16 Property, Plant, and Equipment per Januari 2009, kecuali untuk hal-hal sebagai berikut: 1. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap paragraf 03 mengenai ruang lingkup dimana untuk aset biologik terkait aktivitas agrikultur termasuk dalam ruang lingkup PSAK 16 (revisi 2011). Hal ini berbeda dengan pengaturan yang ada dalam IAS 16 Property, Plant and Equipment paragraf 3 dimana aset biologik terkait aktivitas agrikultur dikecualikan dalam ruang lingkup. 2. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan tambahan pada paragraf 43 mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi yang tidak ada pengaturannya dalam IAS 16. 3. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan dalam IAS 16 paragraf 80 mengenai ketentuan transisi karena tidak relevan. 4. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan ketentuan transisi pada paragraf 82 yang tidak ada dalam IAS 16. 5. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan dalam IAS 16 paragraf 81, 81 A F mengenai tanggal efektif karena tidak relevan. 6. IAS 16 Property, Plant and Equipment paragraf 68A mengenai penghentian pengakuan menjadi paragraf 69 pada ED PSAK 16 (revisi 2011) dan nomor paragraf selanjutnya disesuaikan. 14
berkiblat
pada
standar
pelaporan keuangan
internasional atau IFRS. Konvergensi akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS sangat perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal. Pengakuan maksimal ini didapat dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. Mengapa harus mengadopsi IFRS? Karena dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal. Teknologi informasi yang berkembang pesat juga telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa antusiasme jutaan investor (bahkan milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia, misalnya investor dari America bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa/ di Singapore/ bahkan di Indonesia. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor dalam negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk investasi di indonesia. Nah, menurut pandangan penulis, berdasarkan studi komparatif, terdapat 14 titik perbedaan antara PSAK 1 tahun 1998 dan 2009. Beberapa tanggapan atas PSAK 1 (2009) yang penulis sajikan adalah dari 5 menjadi 6 laporan keuangan, perubahan istilah akuntansi yang baru, dinamika IFRS dan auditing, perubahan klasifikasi aset, penghapusan pos-pos luar biasa, dan waktu penerbitan laporan keuangan. Untuk PSAK 3 tahun 1994 dan 2010, penulis menemukan 10 titik perbedaan, diantaranya perihal ruang lingkup, isi, format, dan komponen minimal laporan keuangan interim, periode, pendapatan, dan beban. Untuk PSAK 16 tahun 2007 dan 2011 terdapat 5 titik perbedaan, diantaranya perihal pengecualian terhadap ruang lingkup, hibah pemerintah, aset tetap yang tersedia untuk dijual, dan depresiasi atas tanah. Perubahan yang dibawa IFRS ini merupakan penyempurnaan standar global yang tidak mengubah dasar-dasar akuntansi selama ini. 15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf
http://www.scribd.com/doc/110909597/MAKALAH-Perbandingan-IFRS-dengan-PSAK
http://yuliarahmiaccountingunand08.blogspot.com/2011/04/penyajian-laporankeuangan.html#!/2011/04/penyajian-laporan-keuangan.html
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK No. 1). Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Laporan Keuangan Interim (PSAK No. 3). Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Aset Tetap (PSAK No. 16). Jakarta: Salemba Empat.
16