Professional Documents
Culture Documents
Klasifikasi
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur Tengah.
Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitasuniversitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Rne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi. Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti pengetahuan). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat an sich masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Sidharta Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
Bagaimana hubungan antara obyek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Pertanyaan pertanyaan ini disebut landasan ontologism. 2. Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu ? Apa kriterianya ? Cara/ teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
2
pengetahuan yang berupa ilmu ? Pertanyaan-pertanyaan ini disebut landasan epistemologis. 3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional ? pertanyaan-pertanyaan ini adalah landasan aksiologis
Pembahasan tentang ilmu ekonomi dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan berkaitan dengan apakah ilmu ekonomi memiliki klaim kuat sebagai sebuah disiplin ilmu tertentu yang memiliki aspek metodologis dan epistemologis yang menghasilkan pengetahuan empiris. Aspek kritis yang menjadi perdebatan tentang hal tersebut adalah terkait dengan struktur dan justifikasi teori dalam ilmu ekonomi.
(Marchi, 1988; Caldwell, 1991; Boland, 1992). Kelemahan ini selanjutnya diatasi oleh Imre Lakatos (1970) yang kemudian dikenal dengan Lakatonian, yang memperkenalkan konsep theoretically progressive. Lakatos menekankan pada appraising historical series of theories yang berbeda dengan Popperian yang bersifat appraising theories. Akibatnya, pandangan Lakatos lebih banyak diterima pada pembahasan aspek metodologis dalam ilmu ekonomi dibandingkan dengan Popperian. Sekalipun demikian, pandangan Lakatos ini belum dapat menyajikan penjelasan yang memuaskan tentang aspek metodologis dan empirikal untuk menyatakan klaim tentang scientific ilmu ekonomi sekuat klaim scientific dalam ilmu alam.Sepanjang sejarahnya, ilmu ekonomi telah menjadi subyek kritik dari aspek sosiologis dan metodologis.
Konsepsi lainnya dalam ekonomi normatif adalah efisiensi. Konsepsi ini memiliki pembahasan yang cukup luas dalam ekonomi dalam hubungannya dengan kesejahteraan. Sekalipun ekonomi kesejahteraan dan efisiensi mendominasi ekonomi normatif, para ekonom tidak hanya memfokukan pada pembahasan tersebut. Melalui kolaborasi dengan para filosof, ekonom normatif telah menghasilkan sejumlah kontribusi penting dalam karya kontemporer di bidang etika dan filsafat normatif dalam ilmu sosial dan politik. Diantaranya adalah teori pilihan sosial dan teori permainan
proyek ini belum didukung sepenuhnya oleh kemauan politis para pemimpin negaranegara Muslim. Sebagaimana Barat memaksakan dominasi ilmu pengetahuan mereka kepada dunia maka pengembangan Islamisasi pengetahuan sesungguhnya bukan sekadar kegiatan ilmiah atau pemuasan hasrat kecendekiaan (intellectual exercises) belaka namun lebih dari hal itu sangat memerlukan dukungan politis dan kebijakan pemerintah negara-negara Muslim. Tetapi justru di sini masalahnya, jika di Barat sebuah teori ekonomi, misalnya teori ekonomi moneter, sering dimanfaatkan sebagai kebijakan pembangunan nasional maka teori ekonomi Islam tampaknya masih jauh panggang dari api. Alih-alih menjadi dasar kebijakan nasional, pengembangan teoritis ilmu ekonomi Islam itu sendiri masih dililit banyak polemik. Jadi, tantangan ke depan pengembangan Islamisasi pengetahuan berpulang kepada kemampuan para ilmuwan Muslim itu sendiri untuk membuat teori-teori ilmiah Islam yang kuat dan kredibel didukung oleh kemauan para pemimpin Muslim untuk menjadikannya sebagai basis kebijakan pembangunan nasional. Kolaborasi yang intensif di antara keduanya diharapkan secara efektif dapat membuahkan hasil-hasil yang optimal. Kedua, tidak dapat dipungkiri bahwa masalah metodologi masih menjadi kendala lain dalam meperoleh hasil optimal kesuksesan pengembangan Islamisasi pengetahuan. Di kalangan para eksponennya sendiri hal ini tampak belum mampu dipecahkan secara tuntas. Ketiga, kurangnya wahana atau media untuk mempraktekkan hasil-hasil islamisasi juga menjadi hambatan tersendiri bagi berkembangnya ilmu pengetahuan modern yang sudah terislamkan (Islamized knowledge). Kemungkinan besar hal ini terkait dengan aspek metode pengembangan teori yang berbeda dengan metode Barat. Dalam tradisi Barat sebuah teori pengetahuan didasarkan pada fakta-fakta yang berlaku di masyarakat dan selanjutnya validitas teori tersebut dikonfrontasikan kembali dengan fakta-fakta yang dulunya pernah menjadi basis pengamatan. Jika ternyata teori yang dibangun berlawanan dengan fakta-fakta yang ada maka teori tersebut akan ditolak atau mengalami revisi sesuai dengan fakta.
3. (3) distribusi kekayaan kepada masyarakat (tau^i al-tsarwah baina al-nas), melalui mekanisme syariah. Dalam sistem ekonomi Islam, tiga dasar tersebut harus terikat dengan syariah Islam, sebab segala aktivitas manusia (termasuk juga kegiatan ekonomi) wajib terikat atau tunduk kepada syariah Islam. Sesuai kaidah syariah, Ai-Ashlu fial-afdl al-taqajyudu bi al-hukm al-syari (Prinsip dasar mengenai perbuatan manusia, adalah wajib terikat dengan syariah Islam). Aqidah Islamiyah sebagai paradigma umum ekonomi Islam menerangkan bahwa Islam adalah agama dan sekaligus ideologi sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan tanpa kecuali, termasuk aspek ekonomi (lihat Qs. al-Maidah [5]: 3; Qs. an-Nahl [16]: 89). Paradigma sistem ekonomi Islam tersebut secara diametral bertentangan dengan paradigma lain seperti sistem ekonomi kapitalisme yang berdasarkan sekularisme dan liberalisme. Pertama, Kepemilikan. Berdasarkan sekularisme yang menafikan peran agama dalam ekonomi, maka dalam masalah kepemilikan, kapitalisme memandang bahwa asal usul adanya kepemilikan suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat (utility) yang melekat pada barang itu, yaitu sejauh mana ia dapat memuaskan kebutuhan manusia. Ini berbeda dengan ekonomi Islam, yang memandang bahwa asal-usul kepemilikan adalah adanya izin dari Allah SWT (id^n Asy-Sydri) kepada manusia untuk memanfaatkan suatu benda. Jika Allah mengmnkan, berarti boleh dimiliki. Tapi jika Allah tidak mengizinkan (yaitu mengharamkan sesuatu) berarti barang itu tidak boleh dimiliki. Kedua, Pemanfaatan kepemilikan. Kapitalisme tidak membuat batasan tatacaranya (kaifiyah- nya) dan tidak ada pula batasan jumlahnya (kamiyah-nya). Sebab pada dasarnya sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin dari paham kekebasan (freedom/liberalism) di bidang pemanfaatan hak milik. Sedangkan ekonomi Islam, menetapkan adanya batasan tatacara (kaifiyah-njz), tapi tidak membatasi jumlahnya (kamiyah-nyz). Seorang muslim boleh memiliki harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam. Ketiga, Distribusi kekayaan. Kapitalisme menyerahkannya kepada mekanisme pasar, yaitu melalui mekanisme harga keseimbangan yang terbentuk akibat interaksi penawaran (supply) dan permintaan (demand). Harga berfungsi secara informasional, yaitu memberi informasi kepada konsumen mengenai siapa yang mampu memperoleh atau tidak memperoleh suatu barang atau jasa. Pertama, Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta itanmiyatul mat) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan [asbab at-tamalluli). Mekanisme ini, misalnya ketentuan syariah yang: 1. Membolehkan manusia bekerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan 2. Memberikan kesempatan berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mat) melalui kegiatan investasi, seperti dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya
3. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al-milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat Kedua, non-ekonomi, adalah mekanisme yang berlangsung tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, tetapi melalui akrivitas non-produktif. Misalnya dengan jalan pemberian (hibah, shadakah, zakat, dan Iain-lain) atau warisan. Mekanisme nonekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi, yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang udak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata, balk yang disebabkan adanya sebab alamiah seperti bencana alam dan cacat fisik, maupun sebab non-alamiah, misalnya penyimpangan mekanisme ekonomi (seperti penimbunan). Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, dan memperkedl jurang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Mekanisme ini dilaksanakan secara bersama dan sinergis antara individu dan negara.
yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrem, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha Tujuan disyariatkannya ketentuan-ketentuan hukum dalam bidang ini adalah dalam rangka menjaga kepentingan orang-orang mukallaf terhadap harta mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang lain, dan dapat memanfaatkan harta miliknya itu untuk memenuhi kepentingan kehidupan mereka. Bahkan lebih jauh mereka dapat memperkembangkannya dengan baik tanpa dihadapkan pada kendala-kendala negatif yang dapat menekan dinamika pengembangan harta tersebut, dengan sikap eksploitatif kelompok lainnya. Menurut Atang Abd Hakim tujuan hukum berarti almaslahat adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai-nilai islam, yaitu keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmat li al-alamin), sehingga masyarakat Indonesia masa depan mengalami peningkatan kesejahteraan ekonomi di atas landasan prinsip syariah. Pemerataan kesejahteraan tidak berarti tingkat kesejahteraan masyarakat harus sama, tetapi kesejahteraan yang berkeadilan, kesejahteraan yang proporsional, yaitu kesejahteraan material dan immaterial Prinsip 1. Prinsip aqidah, atau prinsip tauhid. 2. Prinsip Keadilan, Mencakup seluruh aspek kehidupan 3. Prinsip Al-Ihsan (berbuat kebaikan), pemberian manfaat kepada orang lain lebih daripada hak orang lain itu. 4. Prinsip Al-Masuliyah (accountabillty), pertanggung jawaban yang meliputi beragam aspek, yakni: pertanggung jawaban anttara individu dengan individu (masuliyah al-afrad), pertanggung jawaban dalam masyarakat (masuliyah almujtama). 5. Prinsip keseimbangan Prinsip Al-Wasathiyah (al-itidal, moderat, keseimbangan), syariat islam mengakui hak pribadi dengan batas-batas tertentu. 6. Prinsip kejujuran dan kebenaran. Prinsip ini merupakan sendi akhlakul kariimah. Filsafat hukum fiqh muamalah atau falsafah al-tasyri fi al muamalat istilah sesuatu yang berkaitan dengan hukum islam meliputi tujuan hukum (maqashid), prinsip hukum (mabadi atau mahiyat), asas hukum atau usus al-hukm , kaidah hukum, dan washatiyyat wal harakiyah fi alhukm.
Secara Kronologis, perkembangan ilmu ekonomi seiring dengan munculnya para filosof ekonomi mulai dari mashab pra klasik, klasik, sosialis, Keynesian dan perekonomian masa kini.kata Ekonomi yang terdiri atas dua kata, yakni oikos dan nomos. Kata oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan/norma. Jadi kata ekonomi mengandung arti aturan-aturan rumah tangga. Secara teoritik perkembangan ilmu ekonomi muncul sekitar abad ke-6 sebelum masehi, dimana para filosof yunani kuno memberikan pengertian. Dalam perkembangan selanjutnya pemahaman ekonomi mulai berkembang, dimana dalam sejarah perkembangan ilmu ekonomi terdapat para ahli filsafat ekonomi (filosof) ekonomi yang jenius, mulai dari mashab pra kalsik hingga sekarang ini. Salah satu sistem perekonomian yang ada didunia adalah sistem ekonomi Kapitalis, yaitu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan pruduksi terutama untuk penjualan. Tujuan dari pemilikan pribadi tersebut adalah untuk mendapatkan suatu keuntungan yang lumayan dari penggunaan kekayaan pruduktif. Pemilikan, usaha bebas dan produksi untuk pasar, mencari keuntungan tidak hanya merupakan gejala ekonomi. Semua ini ikut menentukan segala aspek dalam masyarakat dan segala aspek kehidupan dan kebudayaan manusia. Tata nilai yang memadai kapitalisme ( terutama di negara Anglo Saxon ) adalah individualisme, kemajuan material dan kebebasan politik. Pertumbuhan kapitalisme, dan terutama industrialisasi oleh kapitalis, juga berarti melahirkan kelas pekerja yang besar dinegara yang lebih maju. Seiring berjalannya waktu, prospek kapitalisme tidak begitu cerah seluruhya segera sesudah terjadinya krisis finansial yang melanda Amerika Serikat yang kemudian berdampak bagi negara-negara lain. Banyak para kalangan yang mengatakan bahwa ini adalah saatnya kehancuran kapitalisme.
10
Prinsip Jual beli Motif Konsumsi Tujuan Konsumsi Motif untuk Produksi
Kebutuhan Keinginan Kemaslahatan Memaksimalkan utility Kebutuhan dan kewajiban Ego dan rasionalisme manusia Hubungan antar pelaku bisnis Ukhuwah Persaingan sejenis Perputaran Uang Real based ekonomi Monetary based ekonomi Keterkaitan sektor riil dan Sangat terkait satu dan lainnya Terpisah moneter Instrumen Moneter Bagi hasil, jual beli, ijarah Riba Indikator keberhasilan Pertumbuhan dan pemerataan Pertumbuhan ekonomi ekonomi Prinsip Pengeluaran Berdasarkan 3 tingkatan Tidak memperhatikan prioritas mashlahah (dharuriah, mashlahah Tahsiniyah dan Hajjiyah) Sumber keuangan negara Zakat, Infak, sedekah, usyr, Pajak dharibah, kharaj, pajak kondisional. Sasaran Penerima Pada zakat ditentukan 8 ashnaf Tanpa melihat ashnaf Tujuan Pembangunan Dampak Memprioritaskan pengentasan Kemajuan semata kemiskinan Sarana menciptakan keadilan Kesenjangan ekonomi
11
12