You are on page 1of 9

+ Atasi Gusi Bengkak

Penyakit gusi adalah istilah awam dari penyakit periodontal. Penyakit ini bisa menyerang orang dewasa hingga akan-anak. Bila tidak diatasi dengan segera maka penyakit gusi dapat menyebabkan gigi lepas dan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti paru-paru, kanker dan lain-lain. Menurut Drg. Elizabeth Linda dari Klinik Gigi Dental Salon, Penyebab utama gusi bengkak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kebersihan mulut yang kurang misalnya menggosok gigi yang kurang benar arahnya, karang gigi yang tidak dicabut atau dibersihkan. Gusi yang sehat berwarna merah muda, bentuknya tidak menonjol di sela-sela gigi, tidak bengkak dan teksturnya seperti kulit jeruk, jika disentuh kenyal. Hubungan gigi dan gusi Secara umum bila gigi tidak disikat dan dibersihkan secara benar dan teratur, akan menimbulkan plak pada gigi. Plak adalah suatu lapisan yang mengandung makanan dan bakteri yang kemudian mengeras menjadi tartar atau karang gigi yang dapat menyebabkan penyakit gusi. Selain karang gigi yang tidak dibersihkan, gosok gigi tidak benar dan bersih dapat menyebabkan masih adanya sisa makanan yang menempel di pinggir gigi yang paling dekat dengan gusi. Bila dibiarkan semakin lama akan menumpuk dan dapat memicu gusi bengkak. Gejala gusi bengkak Secara umum penyakit gusi bengkak selalu diikuti dengan gejala tertentu. Gelaja gusi bengkak yang perlu diperhatikan dengan seksama antara lain: - Gusi nampak merah, bengkak - Sakit dan mudah berdarah bila disentuh - Nafas menjadi bau - Jika sudah parah akan menimbulkan peradangan pada gusi, hingga gigi goyang serta mudah lepas. Harus segera diatasi Gusi yang bengkak, kalau didiamkan saja akan sangat berbahaya. Keadaan yang satu itu berpeluang menjadi salah satu penyakit yang menyerang organ tubuh lainnya, yang paling menakutkan adalah kanker. Untuk mengatasi gusi bengkak dapat dimulai dengan memelihara kesehatan mulut, dengan cara menyikat gigi dengan benar. Sikat gigi sesuai anjuran minimal dua kali sehari dan bila perlu sehabis makan. Selain itu penting pula untuk rajin membersihkan karang gigi minimal empat bulan sekali hingga enam bulan sekali. Jangan lupa untuk membersihkan pula sisa-sisa makanan yang terselip diantara dua gigi, seperti dental floss. Bila ada sisa-sisa akar gigi yang berpotensi menjadi sumber bakteri maka harus segera dicabut. Kontrol rutin ke dokter gigipun perlu dilakukan minimal enam bulan atau setahun sekali.
*http://asnur-kesehatankita.blogspot.com/2008/08/atasi-gusi-bengkak.html*

Bapak yang saya hormati, yang insyaalloh selalu dalam lindungan Alloh SWT. Sariawan (stomatitis) adalah peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan yang terasa perih/sakit. Bercak ini dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan ini dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan ini sangat-sangat mengganggu sekali seperti pada saat kita makan dan minum. Sariawan dapat terjadi oleh kondisi mulut itu sendiri, seperti kebersihan mulut yang buruk, pemasangan gigi palsu dan kawat gigi, luka pada mulut karena makanan atau minuman yang terlalu panas, dan kondisi tubuh yang buruk atau dalam kondisi badan yang lemah (imunodefisiensi), dan juga disebabkan oleh adanya alergi atau infeksi setempat pada tubuh. Sariawan identik sekali dengan kekurangan vitamin C (defisiensi vit.C). Kekurangan vitamin itu memang mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek seperti yang bapak alami saat ini , yang akhirnya menyebabkan sariawan dan goyahnya gigi-geligi. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi jika kita sering mengonsumsi buah dan sayuran. Sariawan umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan penderita sulit untuk menelan makanan dan minuman, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam atau panas tubuh yang tinggi. Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan atau balita. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor psikologis/ psikis (seperti emosi dan stress) juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya sariawan. Kondisi lainnya yang diduga memicu sariawan yaitu kekurangan vitamin B, vitamin C, serta zat besi; luka tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur; luka karena menyikat gigi terlalu keras atau bulu-bulu sikat gigi yang sudah mengembang atau rusak; alergi terhadap suatu makanan (seperti cabai dan nanas); gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi); menurunnya kekebalan tubuh (setelah sakit atau stress yang berkepanjangan); dan adanya infeksi oleh berbagai mikroorganisme. Sariawan dapat diredakan atau disembuhkan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini, sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan. Jika sariawan sudah terlanjur parah, dapat digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila disertai dengan demam). Sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 3-4 hari. Namun, bila sariawan tidak kunjung sembuh, segera periksakan ke dokter, karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut. Banyak berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menyembuhkan terjadinya sariawan, antara lain yaitu menghindari kondisi stress; sering mengonsumsi buah dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin B, vitamin C, dan zat besi; menjaga kesehatan atau kebersihan gigi dan mulut yaitu salah satunya dengan membersihkan mulut pada saat berwudhu,saat mandi dan sebelum tidur; serta menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada rongga mulut (terutama hindarilah merokok). Dan jangan lupa perbanyak selalu mengkonsumsi

air putih minimal 2 liter sehari. Insyaalloh dapat bermanfaat dan juga jaga selalu kondisi badan anda dengan istirahat yang cukup. *http://kliniksehat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=377&Itemid=18*

Periodontal pada Wanita Oleh : drg. Martha Mozartha Wanita memang unik. Sepanjang hidupnya, wanita mengalami beberapa kali perubahan hormonal mulai saat memasuki usia remaja hingga menjelang lanjut usia. Pada waktu-waktu tertentu itu, wanita perlu memberi perhatian ekstra terhadap dirinya sebab perubahan hormonal tersebut berpengaruh besar dalam hampir semua aspek kehidupannya, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Setidaknya ada empat situasi di dalam hidup seorang wanita di mana fluktuasi hormon membuatnya lebih rentan terhadap masalah gigi dan mulut, terutama penyakit periodontal. Situasi tersebut adalah selama pubertas, saat memasuki siklus menstruasi bulanan, selama kehamilan, dan menopause. Termasuk juga saat wanita menggunakan obatobatan kontrasepsi. Selain penyakit periodontal ada penyakit lain yang lebih umum dijumpai pada wanita dibandingkan pria menyangkut perubahan hormonal yang dialaminya, dan menimbulkan manifestasi di rongga mulut. Penyakit tersebut di antaranya osteoporosis dan xerostomia (dry mouth syndrome). PubertasMemasuki masa puber tidaklah mudah bagi para gadis remaja, tatkala datang menstruasi untuk pertama kalinya, dan jerawat di wajah mulai bermunculan. Pada saat pubertas, terjadi peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron secara drastis. Peningkatan ini menyebabkan meningkatnya aliran darah ke gusi, dan juga mengubah reaksi jaringan gusi terhadap bakteri dan iritan yang ada di dalam plak. Kondisi ini menyebabkan gusi berwarna lebih kemerahan, bengkak dan lebih mudah berdarah saat menyikat gigi atau mengunyah makanan yang keras. Untuk menyikapinya, kebiasaan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut idealnya sudah dibiasakan sejak dini sehingga pada datangnya masa puber yang juga membawa perubahan dalam rongga mulut tidak akan menjadi masalah yang berkelanjutan. Menstruasi Selama siklus menstruasi yang normalnya terjadi setiap bulan, terjadi perubahan hormonal khususnya peningkatan progesteron. Kondisi di rongga mulut yang berkaitan dengan perubahan tersebut di antaranya adalah gusi menjadi bengkak kemerahan dan mudah berdarah, meski hal ini tidak dialami oleh semua wanita. Umumnya peradangan gusi (gingivitis) tersebut terjadi pada 1-2 hari sebelum menstruasi kemudian berangsur menghilang begitu menstruasi dimulai. Selain itu juga dapat timbul ulkus atau luka seperti sariawan.

Gmbr. Periodontitis tahap awal, di mana terlihat gusi di sela-sela gigi telah mengalami pembengkakan, terutama di antara gigi insisif (seri) kedua dengan gigi kaninus (taring) sebelah kiri. Terlihat juga akumulasi plak dan kalkulus (karang gigi) di leher gigi yaitu daerah gigi yang berbatasan dengan gusi. Sumber: http://www.ahmedabadimplant.com/periodontitis.htm

Bagi wanita yang mengalami masalah gigi dan mulut seperti yang disebut di atas selama menstruasi, kesadaran akan penjagaan oral hygiene adalah kunci utama untuk tetap berada dalam kondisi prima setelah selesai menstruasi. Peradangan gusi dapat mengarah kepada peradangan jaringan periodontal yang dapat menyebabkan kerusakan periodontal termasuk gusi dan tulang alveolar. Kehamilan Gingivitis (peradangan gingiva/gusi) adalah masalah gigi dan mulut yang paling sering dijumpai saat masa kehamilan, yaitu dilaporkan sebanyak 60 hingga 75 % wanita hamil mengalaminya. Perubahan hormonal dan vaskular pada masa kehamilan dapat memperberat respon peradangan terhadap bakteri, terutama bila sang ibu memiliki kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Bila dilihat secara klinis tanda-tandanya pada dasarnya sama seperti gingivitis yang telah dijelaskan di atas yaitu gusi bengkak, merah, permukaannya mengkilat, mudah berdarah saat terkena sentuhan ringan. Perlekatan gusi ke gigi juga dapat terjadi kerusakan sehingga terjadi poket/saku gusi namun kedalamannya relatif dangkal. Perubahan gingiva tersebut paling nyata pada trimester pertama kehamilan yaitu kira-kira pada bulan kedua dan berlanjut hingga trimester ketiga yaitu pada menjelang kelahiran, terutama pada gigi depan. Keparahan penyakit gusi ini akan berangsur-angsur berkurang setelah melahirkan, namun pada ibu yang mengalami penyakit gusi cukup berat, kondisi gusi belum tentu kembali normal seperti sebelum kehamilan. Selain gingivitis, masalah lain yang cukup sering dijumpai pada wanita hamil adalah pembesaran gingiva (gusi) yang menyerupai benjolan sehingga sering disebut sebagai pregnancy tumor, atau epulis gravidarum. Biasanya terjadi di gusi di antara dua gigi (interdental), dan dilaporkan terjadi pada 10 % wanita hamil. Lesi ini paling sering terjadi pada daerah anterior yaitu di daerah gigi depan selama trimester kedua dan dapat berkembang dengan cepat meskipun umumnya diameter lesi ini berukuran tidak lebih dari 2 cm.

Gmbr. Pregnancy tumor pada wanita hamil. Kata-kata tumor disini bukan berarti kanker, namun merupakan penggambaran dari pembengkakan atau pembesaran jaringan yang terjadi secara spontan.

Lesi ini umumnya tidak disertai rasa sakit, dan akan menghilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Namun seringkali dibutuhkan prosedur pembedahan minor yaitu dengan cara eksisi untuk menghilangkan lesi ini dengan sempurna. Telah banyak literatur dan penelitian yang menyebutkan kaitan penyakit gusi dan kehamilan, di mana dikatakan ibu hamil yang menderita penyakit gusi dan periodontal lebih rentan untuk melahirkan bayi secara prematur dan berat badan lahir bayi kurang dari normal. Bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal tidak hanya bertempat di dalam rongga mulut saja namun dapat terbawa ke aliran darah. Bakteri tersebut berpotensi untuk menyebabkan masalah kesehatan di bagian tubuh yang lain, termasuk rahim ibu yang sedang mengandung. Perawatan gigi pada ibu yang sedang hamil sebisa mungkin dihindari, terutama pada saat trimester pertama saat sedang terjadi proses pembentukan janin. Selain itu prosedur perawatan yang memerlukan rontgen foto dan konsumsi obat-obatan juga sebaiknya dihindari karena beresiko terhadap kesehatan janin dan ibu. Bila ibu sudah memasuki trimester akhir di mana perut sudah semakin membesar, perawatan gigi tidak boleh terlalu lama karena ibu akan berada pada posisi berbaring dalam waktu yang cukup lama. Berat badan rahim dan janin dalam kandungan dapat menekan pembuluh darah balik, sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah dan berujung kepada hilangnya kesadaran. Dengan demikian, bagi para ibu yang merencanakan kehamilan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan rongga mulutnya. Pemeriksaan rutin ke dokter gigi sebaiknya dilakukan agar masalah gigi terdeteksi secara dini dan dapat dirawat sebelum ibu hamil. Menopause Memasuki usia lanjut yaitu akhir 40-an 50-an, seorang wanita akan mengalami proses alamiah yang disebut menopause sebagai salah satu bentuk dari proses penuaan. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth). Adanya kondisi mulut yang kering tersebut dapat mengarah kepada penyakit periodontal, karena saliva (air liur) tidak cukup untuk membilas sisa makanan sehingga kalkulus (karang gigi) lebih mudah terbentuk. Selain itu kurangnya saliva juga dapat menyebabkan karies lebih mudah terjadi, karena saliva juga berfungsi untuk menetralkan keasaman asam yang dihasilkan dari metabolisme bakteri yang ada di dalam mulut.

Oleh karena itu xerostomia (dry mouth) lebih sering dialami oleh wanita usia lanjut dibandingkan pria, dan dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang sering diresepkan bagi para lansia. Penurunan produksi estrogen yang terjadi saat menopause juga menyebabkan wanita lebih beresiko untuk mengalami penurunan densitas/kepadatan tulang, yang dapat mengarah kepada osteoporosis. Rusaknya tulang (dalam hal ini tulang rahang) dapat mengarah kepada goyangnya gigi geligi, diperparah dengan banyaknya kalkulus (karang gigi) yang menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dokter gigi berperan untuk deteksi osteoporosis secara dini, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa universitas. Pemeriksaan radiografis rutin yang dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang pada perawatan gigi dapat membantu mendeteksi adanya penurunan massa tulang yang menjadi indikasi osteoporosis. Namun hal ini membutuhkan sotware khusus dan juga keterampilan khusus dari dokter gigi ahli radiologi. Semua masalah gigi dan mulut yang telah dijelaskan di atas yang menyangkut perubahan hormonal yang dialami setiap wanita bukanlah suatu momok yang harus ditakuti, namun perlu disikapi secara bijak dengan mengambil langkah-langkah preventif sedari dini. Disadari atau tidak, masalah gigi dan mulut yang dialami seseorang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.[](MM)

Periodontitis Gambar 1 : Periodontitis Bila ini terjadi, gusi dapat mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan karena adanya kerusakan tulang. Penyebab Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis. Gambar 2. Plak dan karang gigi dapat menyebabkan periodontitis Gejala Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tandatanda yang dapat diperhatikan adalah : Definisi Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang). Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan. Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal. Gusi berdarah saat menyikat gigi Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak. Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi. Terdapat nanah di antara gigi dan gusi. Gigi goyang. Gambar 3. gusi yang turun akibat periodontitis Bila Anda menemukan tanda-tanda di atas, segera berkonsultasi dengan dokter gigi Anda. Pemeriksaan Dokter gigi biasanya akan melakukan pemeriksaan klinis pada jaringan gusi dan melihat apakah ada gigi-gigi yang mengalami kegoyangan. Hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan bawah saat

menggigit juga akan diperiksa. Gambar 4. Pemeriksaan kedalaman poket Kemudian dokter gigi akan melakukan pemeriksaan yang disebut periodontal probing, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket (kantong yang terbentuk di antara gusi dan gigi). Kedalaman poket ini dapat menjadi salah satu petunjuk seberapa jauh kerusakan yang terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiografik (x-rays) juga perlu dilakukan untuk melihat tingkat keparahan kerusakan tulang. Perawatan Pada kasus-kasus periodontitis yang belum begitu parah, biasanya perawatan yang diberikan adalah root planing dan kuretase, yaitu pengangkatan plak dan jaringan yang rusak dan mengalami peradangan di dalam poket dengan menggunakan kuret. Tujuan utamanya adalah menghilangkan semua bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan peradangan. Setelah tindakan ini, diharapkan gusi akan mengalami penyembuhan dan perlekatannya dengan gigi dapat kembali dengan baik. Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di bawahnya. Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. Pencegahan Periodontitis Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi. Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine. Lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut. Berhenti merokok Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan

pembersihan.
*http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/periodontitis.pdf*

You might also like