You are on page 1of 23

MAKALAH

DISASTER MENEJEMEN GUNUNG BERAPI


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Disaster Menejemen

Disusun Oleh: Eva Aprilia Dewi Syadam Cifta Hendarna Trias Yuniardi Unang Rahayu Sandi Yudha Gumilar Erik Suhendra Deborawati Mandaweri

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) REGULER STIKES JENDERAL AHMAD YANI CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak ditemui gunung api yang aktif. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan IndoAustralia. Kedua lempeng tersebut bertumbukan mengakibatkan banyak terbentuk gunung api di Jawa bagian selatan dan Sumatera bagian barat. Salah satu gunung yang terbentuk di daerah pertemuan lempeng tersebut masih aktif. Gunung tersebut adalah gunung Merapi yang terletak di Jawa bagian selatan tepatnya terletak di Magelang, Klaten dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung Merapi merupakan jenis gunung api basaltic andesitic. Gunung ini merupakan gunung api strato karena letusannya yang bersifat efusif. Karena itu gunung ini memiliki bawah permukaan yang berlapis. Gunung ini masih terus berkativitas hingga saat ini. Untuk memantau aktivitas kegempaan vulkanik gunung Merapi terdapat beberapa stasiun seismik yang dipasang, antara lain: stasiun Deles, Plawangan, Pusung London, dan Klatakan. Selain aktivitas kegempaan vulkanik gempa tektonik jauh yang disebabkan oleh tumbukan lempeng dapat terekam oleh seismograf yang terdapat di stasiun seismik gunung Merapi. Oleh karena sering terjadinya peningkatan aktivitas gunung berapi di Indonesia, maka Indonesia sering menjadi lahan nikmat terjadinya suatu bencana alam yang menimbulkan korban jiwa,harta dan benda. Maka dengan tugas ini akan dibahas tentang bagaimana mtigasi dan penanganan bencana gunung berapi sehingga kerusakan dan kerugian bisa diminimalisir.

B. TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Disaster Bencana, juga agar kita menjadi paham mengenai gunung berap serta penanganan gunung berapi.

C. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah Pengertian Gunung berapi 2. Apa sajakah Penyebab Gunung berapi meletus? 3. Gejala-gejala apa sajakah yang tampak pada gunung berapi yang akan meletus? 4. Apasajakah Dampak dari Gunung berapi yang meletus? 5. Bagaimanakah Mekanisme meletusnya Gunung berapi? 6. Bagaimanakah Mitigasi bencana gunung berapi yang meletus? 7. Seperti apakah penanganan gunung berapi yang meletus berdasarkan prinsip 5M?

D. METODE PENYUSUNAN DATA Dalam penyusunan data makalah ini kami menggunakan berbagai metode, antara lain: a.) Metode Studi Pustaka Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang Gunung berapi. Serta referensi referensi lainnya. b.) Metode Searching Dalam penulisan makalah ini, kami juga sebagian memperoleh data melalui searching di internet mengenai materi gunung berapi.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN Gunung api adalah rekahan pada kerak bumi, tempat keluarnya lelehan batuan cair (yang disebut magma) dan gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Kata volcano (gunungapi) berasal dari nama sebuah pulau Romawi kuno bernama vulcano yang terletak di baratdaya pantai Itali. Bangsa Romawi percaya bahwa Vulcan, dewa api dan pembuat senjata, menggunakan gunung api di pulau tersebut. Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. B. TIPE ERUPSI GUNUNG BERAPI Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, kuat atau lemahnya letusan dan tinggi tiang asap, gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: a. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana. b. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua. c. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar.

C. STRUKTUR GUNUNG BERAPI Struktur gunung api, terdiri atas: a. Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau depresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar. b. Kaldera, bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera. c. Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara rekahan disebut graben. d. Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

D. BENTUK GUNUNG BERAPI a. Bentuk kerucut, dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya. b. Bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah. c. Kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria.

E. PENYEBAB GUNUNG BERAPI MELETUS Letusan gunung merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Gunung yang dapat meletus hanyalah gunungan berstatus sebagai gunung api saja, adapun gunung tidak semua berstatus gunung api. bahkan jumlah gunung biasa lebih banyak dari gunung berapi.

Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan rekahan mendekati permukaan bumi.

Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km. Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan materialmaterial vulkanik berasal. Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada

bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut.

Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan. F. TANDA DAN GEJALA GUNUNG BERAPI MELETUS Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain: a. Suhu di sekitar gunung naik. b. Mata air menjadi kering c. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa) d. Tumbuhan di sekitar gunung layu e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi G. TINGKAT BAHAYA GUNUNG BERAPI
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia Status

Makna Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang

Tindakan Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara

AWAS

menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar

harian Piket penuh

Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh

SIAGA

Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas

WASPADA

NORMAL

Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan

H. DAMPAK MELETUSNYA GUNUNG BERAPI Dampak Negative Akibat Gunung Merapi a. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu(Total Suspended Particulate atau Particulate Matter). b. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain. c. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya. d. timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA e. 64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan ketebalan hingga satu meter. f. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak

pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu. g. Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya. h. Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis. i. Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton. j. Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi 30 persen. k. Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi Indonesia.

Dampak Positive Akibat Gunung Merapi Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak positif. Meskipun untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara signifikan

tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu : a. Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin. b. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung. c. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.

I. PROSES MELETUSNYA GUNUNG BERAPI Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua,

gempabumi dan gunungapi. Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7-35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga

kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.

Penampang bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari oksida yang tidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman lk. 200 km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada bagian atas mantel. (Modifikasi dari Krafft, 1989; Sigurdsson, 2000).

Gunung api terbentuk akibat pergerakan lempeng yang menimbulkan empat busur gunungapi berbeda sebagai berikut: a. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera. b. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua. c. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. d. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.

Penampang diagram yang memperlihatkan proses gunungapi terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera. (Modifikasi dari Sigurdsson, 2000)

Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili, 1974). J. MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI 1. Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung antara lain adalah : a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancamanancamannya b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman c. Membuat sistem peringatan dini d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang f. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan

kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi 2. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah : a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan b. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas c. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya d. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak e. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung f. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan 3. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah : a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu b. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan

c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian

K. DISASTER CYCLE 1) Tahap Pencegahan Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari bencana alam. Contoh-contoh kegiatannya pada tahap ini adalah: a. Mengajarkan kepada warga masyarakat tentang tanda-tanda gunng berapi akan meletus b. Mengajarkan simulasi bencana kepada warga sekitar gunung berapi c. Pembuatan jalur evakuasi apabila terjadi bencana d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak mengalir ke pemukiman warga e. Pembangunan fasilitas instalasi sirine peringatan bagi masyarakat di sekitar kaki Gunung Merapi sebagai early warning

system (EWS). Mitigasi fisik ini diharapkan berfungsi sebagai penanda darurat bagi masyarakat untuk bersiap diri pada saat ancaman datang secara tiba tiba. Jika alarm EWS bunyi, masyarakat harus segera meninggalkan kawasan siaga bencana Gunung Merapi pada radius aman yang telah ditetapkan oleh pemerintah. f. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman g. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan

informasi status gunung api h. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang

2) Tahap Tanggap Darurat Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok yang sebaiknya dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang diangap aman dan ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap inidilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana. Secara operasional,pada tahap tanggap darurat ini dialihkan pada kegiatan: a. Penanganan korban bencana termasuk menguburkan korban yang meninggal dan menangani korban yang luka-luka. b. Penanganan pengungsi c. Pemberian bantuan darurat d. Pelayanan Kesehatan, sanitasi dan air bersih e. Penyiapan penampungan sementara f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, serta memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para korban.

3) Tahap Rehabilitasi Dalam tahap rehabilitasi,upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bagunan ibadah, bangunan sekolah,infrastruktur sosial dasar, serta prasaranan dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.

Sasaran utama tahap rehabilitasi adalah memperbaki pelayanan masyarakat atau publik sampai pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan penyelesaian berbagai

permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/psikologis melalui penanganan trauman korban bencana.

4) Tahap Rekonstruksi Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruks adalah pembangunan kembali sarana,prasarana serta fasilitas umumynag rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakatkembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya

masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama d tahap ini adalah terbangunya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin juga melibatkan masayakat dalam setiap proses. Contonya : Pembanguan perkampungan-perkampunan baru dikaki gunung merapi dalam radius yang lebih aman.

5) Tahap Mitigasi 4. Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung antara lain adalah : i. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancamanancamannya j. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman k. Membuat sistem peringatan dini l. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api m. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang

n. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan o. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting p. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi 5. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah : g. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan h. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas i. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya j. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak k. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung l. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan 6. Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah : d. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu

e. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan f. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian

6) Tahap Penanggulangan Penanganan bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan setelah terjadi letusan. 1. Penanganan sebelum terjadi letusan a. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung berapi yang aktif b. Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunung Berapi yang didukung dengan Peta Geologi gunung berapi c. Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung berapi d. Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung berapi e. Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung berapi f. Melakukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dan pendukungnya seperti peningkatan sarana san prasarana 2. Penanganan saat terjadi letusan a. Memebentuk tim gerak cepat b. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan

didukung oleh penambahan peralatan yang memadai c. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan alur dan

frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur

3. Penanganan setelah terjadi letusan a. Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan b. Mengidentifikasi daerah yang terancam bencana c. Memberikan saran penanggulangan bencana d. Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang e. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak f. Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun g. Melanjutkan pemantauan secara berkesinambungan.

L. PENANGGULANAN BENCANA BERDASAR PRINSIP 5 M a. MAN Dalam penanggulangan bencana, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, di dalam penanggulangan bencana dibutuhkan sumber daya manusia untuk mengatasi masalah yang terjadi akibat bencana alam. Antara lain : organisasi-organisasi yang menangani bencana (BNPB dll), Dinas-dinas terkait, masyarakat, lembaga non

pemerintahan, perguruan tinggi, tentara, media dan sebagainya. b. Money Dari segi pendanaan, biaya penanggulangan meletusnya gunung berapi didasarkan pada APBD provinsi, APBN, serta bantuan lain yang tidak mengikat. Dapat disalurkan langsung kepada korban jiwa, ato melalui gubernur,bupati, dan walikota. c. Method (Mitigasi) Method adalah cara menanggulangi suatu bencana yang biasanya sudah dipersiapkan dan disusun pengorganisasiannya. Misalnya pada bencana gunung merapi ada tim Rapid Health team, Rapid Medical

Team, Rapid Logistic Support. Tim-tim tersebut biasanya langsung bertungas sesuai tanggung jawabnya masing-masing seperti menangani korban luka,korban meninggal,evakuasi,sarana dan prasarana lapangan yang dibutuhkan guna menunjang kelangsungan hidup korban dan tim. d. Matherial (Logistic) Dalam hal penyiapan logistik diserahkan kepada dinas sosial dan PMD setempat, misalnya melakukan penyiapan gudang stok bantuan, berupa : makanan, pakainan, peralatan masak dll. Dalam hal gangguan masalah kesehatan yang menyertai terjadinya bencana gunung meletus biasanya dinas kesehatan akan menyediakan stok masker dan obat-obatan. Intinya dalam prnsip penangganan matherial adalah penyimpanan barang-barang yang dibutuhkan apabila terjadi bencana, baik barang yang akan dipergunakan untuk untuk evakuasi korban,kantong

jenazah,peralatan

pengungsian

(shelter,selimut,pakaian),

peralatan untuk memasak guna memenuh kebutuhan dasar manusia, dan peralatan yang digunakan untuk pengobatan, serta bantuanbantuan. e. Machine Dari segi mesin, adalah barang-barang yang biasa digunakan guna mendukung penanganan bencana gunung berapi, seperti alat-alat berat guna mengevakuasi korban misal: ambulan lapangan,truk besar, alat penunjang telekomunikasi, alat penunjang pembuatan rumah sakit lapangan dll.

Tipe Gunung berapi

Bentuk Gunung Berapi

Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busur gunungapi. (Modifikasi dari Krafft, 1989)

BAB III PENUTUP Gunung merapi yaitu tempat-tempat di bumi di mana batuan cair dan panas menyembur melalui permukaannya. Tempat-tempat ini disebut gunungapi. Di bawah gunungapi terdapat ruang raksasa yang dipenuhi batuan panas (cair), yang disebut ruang magma. Di dalam ruang magma tekanan bertambah seperti tekanan dalam kaleng minuman bersoda yang digoncang-goncang. Abu, uap panas, dan batuan cair yang disebut lava keluar dari puncak gunungapi inilah yang disebut letusan Dari penjelasan yang telah disanpaikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya bencana alam yang terjadi dapat merugikan banyak pihak.

Selain itu, bencana yang terjadi pun bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Tapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Dan konseling untuk para korban bencana sangat dibutuhkan untuk memulihkan trauma yang terkena dampak letusan gunung merapi.

You might also like