You are on page 1of 5

PENDAHULUAN Latar belakang Bengkuang (Pachyrhizus spp.

= yam bean) adalah tanaman polong termasuk hortikultura yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan karena manfaat dari tanaman bengkuang ini sangat banyak diantaranya adalah: 1) umbi bengkuang mengandung inulin yang tidak dapat dicerna sehingga dapat digunakan sebagai pengganti gula, 2) dapat diolah sebagai bahan makan, 3) sebagai bahan dasar obat untuk penyakit kanker, diabetes mellitus, nyeri perut, 4) sebagai bahan dasar kosmetik (Astawan, 2010) Bengkuang merupakan tanaman polong yang memiliki potensi industri yang cukup besar. Hasil analisis 100 g umbi segar memperlihatkan bahwa bengkuang (Pachyrhizus erosus) memiliki kandungan air sebesar 78%94%, 2.1 g10.7 g pati, 1 g2.2 g protein, 0.1 g0.8 g lemak, 14 g21 g vitamin C, dan 22 kalori 58 kalori energi (Sorensen, 1996). Berdasarkan asumsi rata-rata hasil 35 t/ ha, bobot kering berkisar 6%22% per 100 g ubi segar, kandungan pati 50% bahan kering dan protein 10%, kandungan pati dan protein yang dihasilkan oleh bengkuang per hektarnya mencapai 1.05 t 3.85 t pati dan 0.21 t 0.77 t protein. Fakta ini mengindikasikan bahwa bengkuang sebenarnya merupakan sumber pati dan protein yang cukup potensial, oleh karena itu, industri tepung kaya protein berbasis bengkuang sangat memungkinkan untuk dikembangkan (de Melo dkk., 1994). Padang merupakan salah satu daerah sentra produksi bengkuang yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu, Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2005 areal tanam mencapai 130 ha dengan rata-rata produksi 192 kuintal per hektar (total produksi 2.765 ton) Selain Padang, Kebumen juga merupakan sentra produksi bengkuang. Di Kebumen, menurut data BPS Kebumen (2005-2007) ada empat kecamatan sentra produksi bengkuang yang total produksinya berkisar 5,020-7,030 ton per tahun yakni, Prembun, Mirit, Bonorowom dan Padureso (Winarto, 2009) Di Sumatera Utara, di Kecamatan Binjai Timur merupakan salah satu sentra penanaman bengkuang. Namun penanaman bengkuang pada daerah ini tidak dapat diatur pola penanamannya karena kebutuhan akan benih tanaman belum dapat terpenuhi, hal ini disebabkan benih bengkuang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama pada tingkat petani. Pada saat penyimpanan benih bengkuang sangat cepat mengalami deteriorasi (kemunduran benih), sehingga benih yang digunakan berasal dari pertanaman sebelumnya. Cepatnya kemunduran benih selama

penyimpanan mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih bengkuang dalam jumlah yang memadai dan tepat pada waktunya sering menjadi kendala karena daya simpan yang rendah. Hal ini menyebabkan harga benih bengkuang di tingkat petani cukup tinggi (Rp. 50.000,-)/kg (wawancara langsung dengan petani) Salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih bermutu adalah penyimpanan. Penyimpanan benih kacang-kacangan di daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah. Sadjad (1980)

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa dalam waktu 3 bulan pada suhu kamar 30OC, benih kacangkacangan tidak dapat mempertahankan viabilitasnya pada kadar air 14%. Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran benih ini tidak dapat dicegah tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan faktor yang berpengaruh selama penyimpan seperti suhu, kadar air benih dan kelembaban. Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan penetapan kadar air yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih (Justice dan Bass, 1994). Tatipata dkk (2004), mengatakan benih kedelai yang disimpan dengan kadar air 10% dalam kantong plastik polietilen dan aluminium foil memiliki mutu yang tinggi selama penyimpanan 6 bulan. Hasil pengujian daya tumbuh benih kedelai dangan teknik penyimpanan pada kadar air dan suhu yang berbeda mengindikasikan hasil yang berbeda yaitu benih dengan kadar air 8 % dapat disimpan sampai 3 tahun dalam gudang biasa tanpa menurun daya kecambahnya. Namun, bila kadar airnya 12 % maka dalam waktu 1 tahun daya kecambah turun menjadi 60 % dan menjadi 0 % setelah 3 tahun (Kartono, 2004) Benih bengkuang cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan. Kay (1973), mengatakan kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. Untuk mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air.

Universitas Sumatera Utara

Bahan kemasan yang baik adalah bahan yang memiliki kekuatan dari tekanan, tahan terhadap kerusakan, dan tidak mudah robek (Redaksi Rineka Cipta, 1992). Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (seability), kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama (Robiin. 2007). Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mendapatkan penyimpanan benih bengkuang yang baik dengan menggunakan variasi kadar air awal benih dan kemasan yang berbeda. Perumusan Masalah `Kemunduran benih bengkuang selama penyimpanan sangat cepat, dimana dengan penyimpanan yang dilakukan petani, benih bengkuang hanya dapat disimpan selama 2 bulan. Kehilangan viabilitas benih yang cepat menyebabkan penurunan perkecambahan benih di lapangan. Oleh karena itu penyimpanan benih bengkuang yang akan ditanam perlu disimpan pada lingkungan yang menguntungkan, agar kualitas benih tetap tinggi sampai akhir penyimpanan. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih bengkuang adalah belum ditemukannya informasi yang tepat mengenai kadar air benih bengkuang untuk mempertahankan viabilitas selama penyimpanan dan wadah yang tepat untuk mempertahankan tingkat kadar air benih selama penyimpanan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menemukan cara simpan yang sederhana dan paling efektif untuk mempertahankan mutu benih tetap tinggi selama penyimpanan 4 bulan,

Universitas Sumatera Utara

serta mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang dialami benih selama penyimpanan. Hipotesis Penelitian 1 Kadar air benih yang semakin rendah akan mempertahankan viabilitas benih lebih baik selama penyimpanan. 2 Kemasan simpan yang berbeda memberikan pengaruh berbeda terhadap viabilitas benih bengkuang. 3 Kombinasi kadar air awal benih dengan kemasan memberikan pengaruh berbeda terhadap viabilitas benih bengkuang selama penyimpanan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani bengkuang untuk dapat memperpanjang waktu penyimpanan benih bengkuang secara sederhana dan efektif dengan mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi.

Universitas Sumatera Utara

You might also like