You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Datang dan pergi, bertemu dan berpisah juga lahir dan mati adalah dua hal yang niscaya dialami oleh setiap manusia. Namun khusus kelahiran dan kematian bisa menimbulkan hukum bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang masih berkaitan dengannya baik yang ada berkaitan dengang Nasab (hak mewaris) maupun orang lain (bisa menerima wasiat) . Di negara kita ini, hukum waris yang berlaku secara nasioal belum terbentuk, dan hingga kini ada 3 (tiga) macam hukum waris yang berlaku dan diterima oleh masyarakat Indonesia, yakni hulum waris yang berdasarkan hukum Islam, hukum Adat dan hukum Perdata Eropa (BW). Hal ini adalah akibat warisan hukum yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda untuk Hindia Belanda dahulu. Kita sebagai negara yang telah lama merdeka dan berdaulat sudah tentu mendambakan adanya hukum waris sendiri yang berlaku secara nasional (seperti halnya hukum perkawinan dengan UU Nomor 2 Tahun1974), yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila dan sessuai pula dengan aspirasi yang benar-benar hidup di masyarakat. Karena itu menginggat bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Yang tentunya mengharapkan berlakunya hukum Islam di Indonesia, termasuk hukum warisnya bagi mereka yang beragama Islam, maka sudah selayaknya di dalam menyusun hukum waris nasional nanti dapatlah kiranya ketentuan-ketentuan pokok hukum waris Islam dimasukkan ke dalamnya, dengan memperhatikan pula pola budaya atau adat yang hidup di masyarakat yang bersangkutan.

Pendidikan agama islam

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Hukum mawaris? 2. Apa tujuan dan sumber hukum ilmu mawaris? 3. Bagaimana kedudukan dan hukumnya mempelajari ilmu mawaris? 4. Apa sebabnya seseorang diberikan warisan dan kapan warisan itu seharusnya

diberikan?
5. Sebutkan siapa saja yang berhak menerima waris dan bagaimana hijab dan

mahjubnya?
6. Hal apa saja yang dapat membatalkan diberikannya warisan dan bagaimana cara

pembagian hukum waris? 7. Apakah di dalam suatu UU terdapat pasal yang menjelaskan hukum waris dan sebutkan hikmahnya hukum waris?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui pengertian hukum waris 2. Mengetahui lebih luas tentang tujuan dan sumber hukum mawaris 3. Mengetahui kedudukan dan hukumnya mempelajari ilmu mawaris 4. Mengtahui sebabnya seseorang diberikan warisan dan kapan waktunya diberikan

warisan 5. Mengetahui siapa saja yang berhak menerima waris dan bagaimana hijab dan mahjubnya
6. Mengetahui Hal apa saja yang dapat membatalkan diberikannya warisan dan

bagaimana cara pembagian hukum waris? 7. Mengetahui pasal apa saja yang terdapat dalam UU yang menjelaskan hukum waris dan hikmahnya
Pendidikan agama islam 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian hukum waris Dari segi bahasa mawaris merupakan bentuk jamak dari mirats,artinya harta yang diwariskan. Dari segi istilah mawaris adalah ilmu tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris merupakan padanan dari ilmu Faraidh. Dari segi istilah faraidh adalah ilmu tentang bagaimana membagi harta peninggalan seseorang setelah ia meninggal dunia. Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah meninggal dunia diberikan kepada yang berhak berdasarlan Al-Quran dan Hadist, seperti keluarga dan masyarakat yang lebih berhak. 2.2 Tujuan Ilmu Mawaris Tujuan ilmu mawaris adalah membagi harta pusaka (warisan) sesuai dengan ketentuan nash (Al Quran dan sunnah) sesuai dengan keadilan sosial dan tugas serta tanggung jawab masing-masing ahli waris. 2.3 Sumber Hukum Ilmu Mawaris Adapun sumber hukum ilmu mawaris adalah Al Quran dan sunnah Rasul bukan bersumber kepada pendapat seseorang yang terlepas dari jiwa Al Quran maupun Sunnah Rasul. Adapun ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan masalah mawaris itu banyak sekali, diantaranya antara lain: Surat An Nisa ayat 7

Pendidikan agama islam

Yang artinya adalah bagi laki-laki ada bagian yang ditinggalkan oleh ibu,bapak dan kerabatnya.dan bagi wanita ada bagian dari harta yang ditinggalkan oleh ibu, bapak dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. Adapun dasar atau sumber hukum waris yang berasal dari Sunnah rasul antara lain yaitu:
A. Rasullaalh Bersabda bahwa bagi seseorang yang membunuh tidak mendapatkan hak

waris (HR. An Nasai)


B. Rasullalah bersabda bahwa seorang muslim tidak berhak mendapat bagian harta

warisan dari seorang kafir, dan sebaliknya seoang kafir tidak berhak mendapat bagian harta warisan dari seorang muslim (HR. Jamaah Ahli Hadist) 2.4 Kedudukan Ilmu Mawaris Harta perniagaan seseorang seringkali menimbulkan persengketaan dan pertengkaran dalam keluarga sehingga seringkali memutuskan hubungan silaturahmi atau tali persaudaraan dalam keluarga. Hal ini antara lain karena masing-masing ahli waris pada dasarnya ingin mendapatkan bagian yanng banyak bahkan kalau perlu semuanya utuhnya sedang yang lain tidak perlu mendapat bagian. Untuk menghindarihaltersebut maka allah menurunkan ketentuan dan aturan dalam mengatur pembagian harta warisan itu, dengan aturan dan ketentuan yang sudah pasti. Semua kebijaksanaan dalam hal ini berasal dari allah SWT. Karena ada kalanya manusia tidak dapat mengetahui hakikat sesuatu dan hanya allah sajalah yang mengetahuinya sebagaimana tersebut. dalam firmannya yaitu surat An Nisa ayat 11 yang berbunyi tentang orangtuamu dan anak-anakmu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat manfaatnya bagimu. Ini adalah ketentuan dari Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. 2.5 Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris Hukum mempelajari faraidh atau ilmu mawaris merupakan fardu kifayah. Kita umat islam wajib mengetahui tentang ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam hal yang berkaitan dengan ilmu faraidh atau ilmu mawaris tersebut.

Pendidikan agama islam

2.6 Sebab Waris Mewaris Tidak semua orang dapat waris mewarisi terhadap yang lain. Tetapi karena sebabsebab tertentu yang diatur oleh syariat islam, maka seseorang dengan orang lain dapt waris mewarisi.

Adapun sebab-sebab seseorang dapat mewarisi orang yang meninggal itu adalah:
A. Pertalian darah atau nasab (nasab haqiqi)

Adalah orang yang akan mewarisi itu ada hubungan darah dengan si mayat misalnya ayah, ibu, cucu, saudara dan sebagainya.
B. Perkawinan yang sah (persemendaan)

Adalah

perkawinan yang dilakukan dengan memenuhi segala syarat hukum

perkawinan yang diatur dalam agama islam. Dengan adanya perkawinan itu tadinya seorang istri atau suami sebelumnya tidak ada hak waris mewarisi menjadi dapat waris mewarisi antara keduanya sekalipun suaminya belum mempergauli istrinya.
C. Karena pemerdekaan atau wala (nasab hukmi)

Adalah apabila seseorang memerdekakan hamba sahaya maka meskipun diantara mereka tidak ada hubungan darah mereka dapat saling mewarisi. D. Adanya hubungan agama 2.7 Harta Benda Sebelum Diwariskan Bila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan sejumlah harta dan para ahli warisnya, maka harta tersebut tidak boleh langsung dibagikan kepada ahli warisnya itu, melainkan terlebih dahulu digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut: 1. Untuk pengurusan jenazah, seperti pembelian kain kafan, biaya memandikan, mengkafani, dan menguburkan.

Pendidikan agama islam

2. Untuk biaya di waktu sakit, seperti biaya dirumah sakit, pembelian obat, dan biaya transportasi.
3. Untuk membayar hutang karena hutang sesama manusia wajib dibayar oleh yang

berhutang. 4. Untuk melaksanakan wasiat. 5. Membayar zakat

2.8 Macam-macam Ahli Waris Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima bagian dari harta warisan. Dan adapun macam-macam ahli waris dapat dikategorikan menjadi 3(tiga) golongan yaitu:
A. Dzawil furudh yaitu ahli waris yang mendapat bagian tertenyu, yaitu masing-masing

mendapat 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3, 1/6. 1. Ahli waris yang mendapatkan 1/2 adalah : Anak perempuan, apa bila sendirian tidak bersama saudara. Saudara perempuan tungal yang sekandung Cucu perempuan, jika tidak ada anak perempuan Suami, Jika tidak ada anak atau cucu.
6. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1//4. Yaitu :

Suami, jika ada anak atau cucu Istri, jika tidak ada anak atau cucu. 3. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/8 adalah ; Istri, jika suami meninggalkan anak atau cucu. 7. Ahli waris yang mendapatkan bagian 2/3 adalah :

Pendidikan agama islam

Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki. Dua cucu perempuan atau lebi dari anak laki-laki, jika tidak ada anak perempuan. Dua saudara perempuan atau lebih yang sekandung Dua orang saudara perempuan atau lebih yang seayah, jika tidak ada saudara perempuan yang sekandung. 8. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/3 adalah : Ibu, apabila yang meniggal tidak meninggalka anka atau cucu dari anak lakilaki dan tidak ada saudara. Dua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan. 9. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/6 adalah : Ibu, apabila yang meninggal mempuanyai anak atau cucu dari anak laki-laki atau saudara lebih dari satu. Ayah, jika yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki. Nenek, jika yang meninggal sudah tidak ada Ibu Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau lebih, jika bersama anak perempuan. B. Dzawil ashobah dibagi dua macam yaitu:
1. Ashobah binafsih ialah ashobah yang berhak mendapatkan semua harta atau

semua sisa yaitu 15 ahli waris pihak laki-laki. 2. Ashobah Maalghoir ialah ashobah yang berhak mendapatkan bagian apabila bersama orang lain. Seperti bersama saudara perempuan sekandung. Macam-macam ahli waris ashobah binafshi
a. Ahli waris dari pihak laki-laki : Anak lak-ilaki

Cucu laki-laki dari anak laki-laki


Pendidikan agama islam 7

Ayah Kakek dari pihak ayah Saudara laki-laki sekandung Saudara laki-laki seayah Saudara laki-laki seibu Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung ( keponakan) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah Saudara laki-laki ayah yang sekandung ( paman )
Saudara laki-laki seayah dengan ayah

Anak lai-laki saudara ayah yang laki-laki sekandung


Anak laki-laki saudara ayah yang seayah dengan ayah

Suami Lali-laki yang memerdekakan budak. Jika lima belas orang tersebut di atas masih ada semuanya, yang diprioritaskan ada tiga , yaitu ; Ayah, Anak laki-laki Suami.
b. Ahli waris dari pihak Perempuan :

Anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki-laki Ibu Nenek dari pihak ayah Nenenk diri pihak ibu Saudara perempuan sekandung Saudara peremmpuan seayah
Saudara perempuan seibu

Istri Perempuan yang memerdekakan budak


Pendidikan agama islam 8

Jika Sepuluh orang masih ada semua, maka yang diprioritaskan ada lima yaitu: Istri Anak perempuan Ibu Cucu perempuan dari anak laki-laki Saudara perempuan sekandung Jika dua 25 orang masih ada semua, maka yang diprioritaskan adalah sebagai perikut : Ibu Ayah Anak laki-laki Anak perempuan Suami atau istri Macam-macah ahli waris Ashobah Maal ghoiri, yaitu : a). Saudara perempuan sekandung seorang atau lebih, jika bersama anak atau cucu perempuan. b). Saudara perempuan seayah seorang atau lebih, jika bersama anak atau cucu perempuan yang seayah. 2.9 Hijab dan Muhajab ( Penghalang dan Terhalang)
Hijab artinya penghalang. Maksudnya ahli waris yang lebih dekat

dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh sehingga tidak dapat menerima atau dapat menerima tetapi bagian mereka berkurang. Macam-macam hijab yatu: Hijab Hirman : Ahli waris yang lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang jauh sehingga mereka para ahli waris yang jauh tidak mendapatkan bagiannya.
Pendidikan agama islam 9

Hijab Nuqsan : Ahli waris yang lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh sehingga para ahli waris yang lebih jauh bagiannya berkurang.

Mahjub (Terhalang) yaitu ahli waris yang lebih jauh terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat sehingga sama sekali tidak dapat menerima atau menerima tetapi bagiannya berkurang.

2.10

Batalnya Hak Waris Adapun hal-hal yang dapat membatalkan atau menjadi penghalang

seseorang untuk waris mewarisi karena : Membunuh Yang dimaksud dengan membunuh adalah seseorang yang membunuh ahli warisnya (dengan cara) yang tidak dibenarkan oleh hukum. Murtad Yang dimaksud dengan murtad adalah bila seseorang pindah agama atau keluar dari agama islam. Disebabkan tindakan murtadnya itu maka seseorang batal dan kehilangan hak waris-mewarisi. Kafir atau berbeda agama Yang dimaksud dengan kafir adalah orang yang memeluk agama selain agama islam. Ketentuan dalam islam mengatakan bahwa dua orang berbeda agama tidak dapat saling mewarisi. Rasulullah bersabda:

Pendidikan agama islam

10

Yang artinya adalah orang islam tidak mewarisi orang kafir dan demikian juga orang kafir tidak dapat mewarisi orang islam(HR. Jamaah Ahli Hadist) Berstatus Hamba Sahaya Yang dimaksud hamba sahaya atau budak tidak dapat mewarisi dengan ahli warisnya adalah jiga seorang budak meninggal maka ayah atau ahli warisnya tidak dapat menerima bagian harta peninggalan budak itu karena harta budak itu adalah milik tuannya.

2.11 Contoh perhitungan waris Pak Yumnu meninggal dunia, Ia meninggalkan ahli waris , seorang istri, Ibu, Ayah, satu anak laki-laki, dua anak perempuan dan tiga orang saudara laki-laki. Harta peninggalannya Rp. 12. 400.000,-, hutang sebelum meninggal Rp. 100.000,-, wasiat Rp. 100.000,- dan biaya perawatan jenazah Rp. 200.000,- . Berapa bagian masingmasing? Jawab : Harta peninggalan Rp. 14.400.000,Kewajiban yang dikeluarkan : 1. Hutang Rp. 100.000,2. Wasiyat Rp. 100.000,3. Biaya perawatan Rp. 200.000,Jumlah Rp. 400.000,Harta waris Rp. 14.400 Rp. 400.000 = Rp. 12.000.000,Ahli waris : 1. Istri = 1/8 2. Ibu = 1/6 3. Ayah = 1/6
Pendidikan agama islam 11

4. Anak Laki-laki = Ashobah binafsih 5. Anak perempuan = Ashobah bil ghoiri 6. Saudara laki-laki = mahjub a. Istri 1/8 =3/24 x Rp. 12.000.000 =Rp. 1500.000,b. Ayah 1/6 =4/24 x Rp. 12.000.000 =Rp. 2.000.000,c. Ibu 1/6 =4/24 x Rp. 12.000.000 =Rp. 2.000.000,-

Jumlah =Rp. 5.500.000,-

Sisa =Rp. 12.000.000 Rp. 5.500.000,- =Rp. 6.500.000,Anak laki-laki = 2:1 = 2/3 x 6.500.000,- =Rp. 4.333.000 Anak perempuan 1/3 x 6.500.000 =Rp. 2.166.000 2.12 Warisan menurut UU No. 17 Tahun 1989

1. Hak Orang Islam Tentang Warisan Menurut UU No. 7 Tahun 1989 adalah :
Pasal 176 : Anak Perempuan jika hanya seorang maka ia mendapat

sepuluh bagian, tetapi apabila dua orang atau lebih mereka bersamasama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan bersama anak laki-laki, bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan perempuan. Pasal 177 : seorang ayah mendapat serertiga bagian jika pewaris tidak meninggalkan anak. Jika ada anak , ayah mendapat seperenam bagian. 2. Peranan Pengadilan Agama Dalam Penerapan Warisan Menurut UU No. 7 Tahun 1989 pasal 187 ayat 1 dan 2, peranan pengadilan dalam warisan adalah:
Pendidikan agama islam 12

Apabila muwaris meninggalkan harta, warisan , dengan tugas :

muwaris semasa hidupnya

dapat menunjuk ahli waris sebagai pelaksana pembagian harta

Mencatat harta peninggalan, baik benda bergerak atau tidak kemudian disahkan oleh ahli waris yang lain, apabila perlu dinilai harganya dengan uang.

Menghitung jumlah pengeluaran untuk kepentingan pewaris yang nanti diperiksa oleh pengadilan agama.

Sisa dari pengeluaran yang dimaksud merupakan harta warisan yang harus dibagikan kepada waris yang berhak. 2.13 Hikmah Mawaris
1. Dalam membagi harta benda, akandapat mengatur dengan tertib dan dapat

memelihara kelanjutan harta benda tersebut dari generasi ke generaasi yang lainnya dengan baik. 2. Dapat menebalkan nilai-nilai peri kemanusiaan,kebersamaan dan demokrasi diantara manusia dalam soal harta benda. 3. Dengan mempelajari ilmu waris, berarti seorang muslim telah ikut memeliharan dan melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam al quran. 4. Dapat terhindar dari perpecahan antar keluarga apabila dalam pembagian warisan berlaku adil. 5. Dapat memelihara harta peninggalan dengan baik sehingga harta tersebut menjadi amal jariyah bagi almarhum. 6. Dengan harta yang ditinggalkan oleh orangtuanya , kehidupan anak-anaknya akan terjamin. 7. Dengan pembagian yang adil maka masing-masing anggota keluarga merasakan kepuasannya dan hidup dengan tentram.
8. Dengan mengetahui ilmu mawaris , maka setiap anggota keluarga akan

memahami hak-hak dirinya dan hak-hak orang lain, sehingga tidak akan terjadi perebutan terhadap harta warisan tersebut. 9. Untuk menghindari sikap serakah dan tamak. 10. Menghindari timbulnya fitnah.
Pendidikan agama islam 13

11. Menjaga , mengangkat harkat dan martabat seorang wanita, karena sebelum islam wanita tidak berhak memperoleh warisan.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah meninggal dunia diberikan kepada yang berhak berdasarlan Al-Quran dan Hadist, seperti keluarga dan masyarakat yang lebih berhak. Tujuan ilmu mawaris adalah membagi harta pusaka (warisan) sesuai dengan ketentuan nash (Al Quran dan sunnah). Adapun sumber hukum ilmu mawaris adalah Al Quran dan sunnah Rasul, Hukum mempelajari faraidh atau ilmu mawaris merupakan fardu kifayah. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan atau menjadi penghalang seseorang untuk waris mewarisi karena Membunuh, murtad, kafir atau berbeda agama, dan berstatus hamba sahaya dan hikmahnya mawaris adalah Dengan mengetahui ilmu mawaris , maka setiap anggota keluarga akan memahami hak-hak dirinya dan hak-hak orang lain, sehingga tidak akan terjadi perebutan terhadap harta warisan tersebut .Untuk menghindari sikap serakah , tamak dan fitnah juga menjaga , mengangkat harkat dan martabat seorang wanita, karena sebelum islam wanita tidak berhak memperoleh warisan.

Pendidikan agama islam

14

DAPTAR PUSTAKA
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/hukum-waris-islam-di-indonesia.html http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Waris http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Waris Rasdiyanah, Andi. 1994. Pendidikan Agama Islam .Bandung: Lubuk Agung

Pendidikan agama islam

15

You might also like