You are on page 1of 11

Tn. B (30 tahun) datang ke RS Surya Dharma dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan bawah.

Di rumah sakit Tn. B didiagnosa mengalami Apendiksitis Akut dan dilakukan tindakan operasi apendiktomi. Post operasi Tn. B mendapat obat analgetik (pengurang rasa nyeri) sesuai program. Dari hasil pengkajian perawatan didapatkan data : Tn.B mengeluh sakit pada luka operasi, skala nyeri 4, wajah klien tampak meringis menahan nyeri. Klien memegangi luka post operasinya saat mau bergerak atau berpindah posisi, klien juga mengaduh saat berpindah posisi. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tidak konsentrasi dan lebih focus pada nyeri yang dirasakan. Klien juga mengatakan kurang nyaman karena badannya terasa panas. TTV, TD : 130/90 mmHg, RR : 26x/m, N : 120x/m, T : 38,6 0C. Setelah perawat melakukan pengkajian nyeri, maka perawat berencana untuk mengajarkan manajemen nyeri non farmakologis kepada Tn. B

Berdasarkan kasus di atas : 1. Tuliskan hasil pengkajian yang telah dilakukan perawat, golongkan data hasil pengkajian tersebut menjadi data subyektif dan data obyektif! Pembahasan : Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi data subyektif dan data obyektif. Data Subyektif 1. Klien mengeluh sakit pada luka operasi 2. Skala nyerinya 4 3. Klien mengatakan kurang nyaman karena badannya panas Data Obyektif 1. Klien tampak meringis menhan nyeri 2. Klien memegangi luka post operasinya saat mau bergerak 3. Klien mengaduh saat berpindah posisi 4. Klien tampak tidak konsentrasi 5. TTV : TD = 130/90 mmHg RR = 26x/m N = 120x/m

T = 38,6 0C

2. Klasifikasikan nyeri yang dialami Tn. B berdasarkan sumber, penyebab, lama/durasi, dan lokasi/letak nyeri! Pembahasan : Nyeri yang dialami oleh Tn. B dapat diklasifikasikan berdasarkan: a. Sumber Berdasarkan sumbernya nyeri yang dialami oleh Tn. B digolongkan menjadi nyeri: 1) Visceral Karena nyeri yang dialami oleh Tn. B disebabkan oleh luka akibat pembedahan pada organ dalam tepatnya pada bagian apendik. 2) Superfisial/ kutaneus Karena nyeri yang dialami oleh Tn.B juga disebabkan karena luka pada kulit akibat pembedahan yang sebelumnya dilakukan. b. Penyebab Berdasarkan penyebabnya, nyeri yang dialami Tn. B digolongkan menjadi nyeri fisik, karena nyeri yang dialaminya diakibatkan oleh rangsangan/stimulus fisik yaitu pembedahan. c. Lama/durasi : Berdasarkan lama/durasinya, nyeri yang dialami oleh Tn.B digolongkan menjadi nyeri akut. Ini karena nyeri tersebut terjadi setelah pembedahan yang dilakukan pada Tn. B dan nyeri tersebut memiliki durasi yang cepat dengan intensitas yang bervariasi. d. Lokasi/letak : Berdasarkan lokasi/letaknya, nyeri yang dialami Tn. B digolongkan ke dalam reffered pain. Ini karena nyeri yang dirasakan hanya pada bagian tubuh tertentu saja, yaitu pada luka post operasi, tepatnya di kuadran kanan bawah abdomen. 3. Jelaskan tentang mekanisme nyeri yang dialami Tn. B! Pembahasan : Mekanisme nyeri pang terjadi pada Tn. B dijelaskan seperti di bawah ini. Pada Tn. B terjadi kerusakan sel akibat stimulus fisik yaitu pembedahan. Akibatnya terjadi pelepasan substansi seperti histamine, bradikinin, dan kalium yang kemudian bergabung di

nosiseptor ( reseptor yang merespon terhadap stimulus yang membahayakan). Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, kemudian akan menyebar di sepanjang serabut saraf perifer aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis. Di dalam kornu dorsalis dilepaskan neurotransmitter seperti substansi P sehingga impuls nyeri ditransmisikan ke medulla spinalis. Dari medulla spinalis informasi ditransmisi ke pusat yang lebih tinggi di otak. Di otak, sensasi nyeri tersebut akan dipersepsikan. Setelah itu, serabut saraf di otak akan mengirim kembali stimulus tersebut ke medulla spinalis, tepatnya ke tempat sinaps neuron motorik. Selanjutnya saraf motorik akan menyalurkan impuls tersebut kembali ke suatu otot atau kelenjar di dekat lokasi stimulasi, sehingga Tn. B akan mampu merasakan adanya nyeri. 4. Jelaskan tentang manajemen nyeri non farmakologis! Pembahasan : Manajemen nyeri non farmakologis meliputi, a. Relaksasi Relaksasi diartikan sebagai kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan juga stress. Teknik relaksasi adalah uapaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari. Pelatihan relaksasi dapat dilakukan untuk jangka waktu yang terbatas dan biasanya tidak memiliki efek samping. Carney (1983) mencatat bahwa penelitian menunjukan 60-70 % klien dengan nyeri kepala dapat mengurangi hingga 50 % nyerinya dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat meliputi meditasi, yoga, teknik imajinasi dan relaksasi progresif. b. Akupresur Akupresur adalah salah satu teknik pengobatan tradisional Asia yang sudah lama digunakan, yaitu dengan memperhatikan aliran energi dalam tubuh. Teknik ini dilakukan dengan mempelajari alur energy beserta titik-titiknya dalam tubuh, kemudian memberikan tekanan pada titik-titik tersebut sepanjang alur energi tergantung pada keluahan dan lokasi nyeri yang dialami. c. Distraksi Distraksi adalah mengalihkan perhatian pada hal lain sehingga akan dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri yang dirasakan. Distraksi bekerja member pengaruh paling baik untuk waktu yang singkat, yaitu untuk mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama menunggu kerja analgetik. Distraksi dapat dilakukan

melalui aktivitas-aktivitas yang dinikmati oleh klien, misalnya menyanyi, berdoa, mendengarkan musik, maupun bermain. d. Hypnosis diri Hypnosis diri adalah teknik yang menggunakan sugesti yang diberikan pada klien, dimana hypnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti yang positif. Dengan hypnosis diri, individu atau klien akan berkonsentrasi pada perasaan yang rileks dan damai, sehingga akan mampu mengurangi ketakutan, stress maupun nyeri yang dirasakan. e. Stimulasi kutaneus Stimulasi kutaneus adalah stimulasi yang diberikan pada kulit untuk mengurangi nyeri. Stimulasi ini dapat berupa masase, mandi air hangat, kompres air hangat atau dingin, dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar. 5. Pendidikan kesehatan apa yang perlu diberikan kepada Tn.B ? Pembahasan : Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada Tn. B dapat berupa pengetahuan tentang nyeri yang dialaminya seperti karakteristik nyeri, kemudian juga diberi pengetahuan tentang metode untuk mengatasi nyeri seperti metode nonfarmakologis, serta diberikan juga informasi mengenai keterbatasan aktifitas yang boleh maupun tidak boleh dilakukannya. 6. Bagaimana cara pengukuran nyeri yang bisa dilakukan pada Tn. B ? Pembahasan : Pada Tn. B, pengukuran nyeri dapat dilakukan melalui : a. Pengkajian perasaan yang dapat dilihat dari ekspresi wajah Tn. B, yaitu menggunakan skala wajah. b. Mengkaji tingkat keparahan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, seperti skala numerik, skala deskriptif, VAS (Visual Analog Score). c. Mengkaji kualitas nyeri, dengan meminta Tn. B untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakannya. Deskripsi yang dapat muncul seperti nyerinya terasa tajam, terasa tumpul, maupun yang lain. 7. Apa yang dimaksud dengan A,B,C,D,E pada pengkajian dan penatalaksanaan nyeri ? Pembahasan :

A : Ask Assess B : Believe C : Choose D : Deliver E : Empower Enable

= menanyakan secara teratur nyerinya = mengkaji nyeri secara sistematis = percaya pada apa yang dikatakan oleh klien maupun keluarganya = memilih cara pengontrolan nyeri yang tepat = berikan intervensi yang tepat = dayagunakan klien dan keluarganya = mampukan klien dan keluarganya mengontrol pengobatan

8. Apa yang dimaksud dengan P,Q,R,S,T pada pengkajian nyeri ? Pembahasan : P : Problem/provoking = menandakan masalah atau penyebab nyeri Q : Quality/quantity R : Region S : Skala T : Time = menandakan kualitas nyeri = menandakan lokasi/letak nyeri = menandakan tingkat keparahan nyeri = menandakan lama/durasi nyeri

9. Jelaskan tentang neurotransmitter dan neuromodulator nyeri! Pembahasan : Neurotransmitter dan neuromodulator merupakan neuroregulator, yaitu substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus saraf yang memegang peranan penting dalam suatu pengalaman nyeri. Yang termasuk neurotransmitter adalah substansi P yang dibutuhkan untuk mentransmisi impuls nyeri dari perifer ke pusat otak yang lebih tinggi, serotonin yang dilepas dari btang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat transmisi nyeri, dan prostaglandin yang dihasilkan dari pemecahan fosfolipid dalam membrane sel yang diyakini berguna untuk meningkatkan sensitivitas nyeri. Sedangkan neuromodulator meliputi endorphin dan dinorfin yang memberikan efek analgesic bila menyatu dengan reseptor opiate di otak, dan juga bradikinin yang mampu meningkatkan stimulus nyeri bila terikat pada reseptor pada saraf perifer. 10. Rute pemberian analgetik didasarkan pada kondisi pasien dan efek obat yang diinginkan. Jelaskan tentang rute pemberian analgetik! Pembahasan :

Rute pemberian analgetik didasarkan pada kondisi klien dan efek obat yang diinginkan. Analgetik dapat diberikan melalui rute parenteral, oral, rectal, transdermal dan melalui kateter epidural atau intraspinal. a. Rute parenteral Pemberian parenteral dapat memberikan efek lebih cepat dibandingkan pemberian secara oral tetapi durasi efeknya lebih pendek. Indikasi pemeberian parenteral adalah jika klien tidak diperbolehkan masukan per oral atau klien mengalami muntah. Pemberian analgetik melalui rute parenteral dapat melalui intramuscular , intravena maupun subkutan. Melalui rute intramuscular, obat memasuki aliran darah secara perlahan dan dimetabolisme secara lambat. Sedangkan rute intravena adalah alternative untuk suntikan opioid intramuscular. Dan melalui rute subkutan digunakan untuk pasien dengan nyeri berat seperti nyeri kanker yaitu infuse analgesic opioid. b. Rute oral Rute oral dipilih apabila klien mampu untuk meminum obat melalui mn tidak mulut. Cara pemberian ini relative mudah, non invasive dan tidak menyakitkan seperti injeksi. c. Rute rectal Pemberian melalui rute ini diindikasikan apabila klien tidak mampu menggunakan obatobat melalui rute-rute yang lainnya. Selain itu juga diindikasikan bagi klien yang memiliki masalah pendarahan seperti hemophilia. d. Rute transdermal Rute ini digunakan untuk mencapai kadar opioid yang konsisten dalam serum melalui absorpsi obat melalui kulit. e. Rute intraspinal Pemberian melalui rute ini, yaitu dengan memberikan injeksi ke dalam kanal spinal sehingga menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Rute ini digunakan untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia. 11. Apa saja efek yang membahayakan dari nyeri ? Pembahasan : Nyeri dapat memiliki efek seperti: a. Ketidaknyamanan

b. Gangguan pada sisitem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, serta system endokrin dan immunologi c. Penurunan mobilitas d. Kehilangan control dan kualitas hidup menurun 12. Berdasarkan kasus di atas, suhu tubuh Tn. B mengalami peningkatan, kira-kira bagaimana mekanisme terjadinya peningkatan suhu tubuh pada Tn. B ? Pembahasan : Pada Tn. B, peningkatan suhu tubuh yang terjadi dapat diakibatkan oleh reaksi psikologisnya terhadap nyeri. Setelah Tn. B sadar akan adanya nyeri akibat luka post operasi, maka akan timbul reaksi psikologis. Pada saat terjadi nyeri, saraf simpatik akan merangsang peningkatan frekuensi denyut jantung, yang akan berakibat pada terjadinya peningkatan transpor oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Dengan semakin meningkatnya jumlah oksigen dalam sel, kecepatan metabolisme tubuh pada Tn. B juga akan semakin bertambah, sehingga panas yang dihasilkan dari proses metabolisme menjadi semakin bertambah. Namun pada saat nyeri, saraf simpatik juga akan merangsang terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran panas menjadi terhambat. Karena produksi panas yang berlebih tidak bisa diimbangi oleh pengeluaran panas, akibatnya terjadi peningkatan suhu tubuh pada Tn. B. 13. Buatlah asuhan keperawatan pada Tn. B! Pembahasan : Asuhan keperawatan untuk Tn. B: 1) PENGKAJIAN Dari pengkajian didapatkan data seperti di bawah ini. Data Subyektif 1. Klien mengeluh sakit pada luka operasi 2. Skala nyerinya 4 3. Klien mengatakan kurang nyaman karena badannya panas Data Obyektif 1. Klien tampak meringis menhan nyeri 2. Klien memegangi luka post operasinya saat mau bergerak 3. Klien mengaduh saat berpindah posisi 4. Klien tampak tidak konsentrasi 5. TTV : TD = 130/90 mmHg RR = 26x/m N = 120x/m

T = 38,6 0C

2) DIAGNOSA Diagnose keperawatan yang diambil untuk Tn. B adalah: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal 2. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan nyeri 3) PERENCANAAN Diagnose Perencanaan Tujuan 1. Nyeri akut b/d agens cedera ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal Nyeri klien berkurang dan teratasi Hasil yg diharapkan TTV klien normal Klien mengatakan bahwa nyerinya berkuranghilang Status kenyamanan klien membaik Intervensi Mengkaji TTV klien Memberikan analgesik yang dianjurkan secara teratur Mengajak klien untuk melakukan manajemen nyeri nonfarmakologis 2. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d nyeri Klien mampu memahami kondisi penyakit dan metode pengobatannya Klien menyatakan pemahamannya dalam proses penyakit dan pengobatan Klien berpartisipasi dalam program pengobatan Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic Diskusikan

perawatan insisi, termasuk mengganti balutan dan pembatasan mandi Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis, seperti peningkatan rasa nyeri

4) IMPLEMENTASI Implementasi sudah dilaksanakan. 5) EVALUASI

KESIMPULAN
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananya pun tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya. Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu. Dengan memahami nyeri dengan lebih holistik, maka perawat dapat

mengembangkan strategi yang lebih baik untuk menangani nyeri. Penanganan/ manajemen nyeri bisa dilakukan dengan penanganan farmakologis maupun

nonfarmakologis. Penanganan farmakologis dilakukan dengan memberikan obatobatan analgesic, sedangkan penanganan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara relaksasi, akupresur, distraksi, maupun stimulus kutaneus (kulit).

DAFTAR PUSTAKA
Muttakin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan Klien. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Ed.4. Jakarta: EGC. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011 Nursing Outcomes Classification (NOC), Ed. 4. Nursing Interventions Classification (NIC), Ed. 4.

You might also like