You are on page 1of 46

1

BAB I PENDAHULUAN

Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi dan mengakibatkan metastasis.(7) Sel tumor berbentuk polimorfi dengan warna yang berbeda-beda (polikromasi) karena tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya distribusi kromatin inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang lebih rendah. Insidensi mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal. Susunan sel tidak teratur (anaplastik). Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma ganas, selnya tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan sekitar. (9) Selain bersifat menyusup, sel kanker dapat meninggalkan diri dari sel induknya dan masuk ke pembuluh limfe atau pembuluh darah, terutama kapiler. Sehingga terjadi penyebaran (metastasis) limfogen dan hematogen. (6) Akhirnya sel ganas ini dapat merusak bentuk dan fungsi dari organ yang bersangkutan. Tumor juga dapat menyumbat saluran tubuh dan mengakibatkan obstruksi. Oleh karena kadang kecepatan tumbuh sel kanker tidak seimbang

dengan pasokan darah, sehingga terjadi nekrosis yang mengakibatkan ulkus di permukaan tumor. (7,8) Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitupada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda. (9,10) Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause.

Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 10 %. Sekitar 10 15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6) Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7) Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya pada wanita. (17)

BAB II DAFTAR PUSTAKA A. Embriologi Payudara Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi susunan yang komplek pada wanita, tetapi rudimenter pada pria. Berasal dari penebalan epidermis pada permukaan ventral tubuh pada mudigah berumur 6 minggu. Penebalan bilateral timbul antara kuncup-kuncup ekstremitas atas dan bawah (17) Penebalan ini menjadi atrofik, kecuali bagian yang kelak menjadi puting susu. Pada trimester kedua kehidupan janin gencel-gencel sel dari stratum basalis epidermis tumbuh ke bawah dan menjadi duktus utama. Mula-mula padat, lalu berlumen sehingga terbentuk duktus-duktus yang rudimenter yang akan meluas pada daerah puting dan areola. Pada wanita pertumbuhan payudara waktu lahir belum selesai, dan pertumbuhan berjalan terus hingga masa pubertas. Pada pria pertumbuhan berhenti pada waktu lahir (17) Pada wanita menjelang menarche pertumbuhan bertambah dengan timbulnya percabangan duktus dan proliferasi stroma di antara duktus. Pada pubertas stroma bertambah dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi penonjolan keluar kecil-kecil, berbentuk kantung yang buntu, yaitu kuncup-kuncup kelenjar rudimenter (17)

B.

Anatomi Payudara

Gambar.1. Anatomi Payudara Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara

lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara (17) Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa a.interkostalis (17) Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut (17) Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n. torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila (17) Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat

sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler (17) Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral (17) C. Histologis dan Fisiologi Payudara Payudara merupakan kelenjar tubuloalveoler yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel gepeng berlapis. Sekresi dilakukan oleh kelenjar yang dilapisi oleh membrana basalis, mioepitel dan epitel kuboid selapis/epitel torak selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada puting susu (17) Ada 3 hal flsiologik yang mempengaruhi payudara yaitu: 1. pertumbuhan dan involusi berhubung dengan usia 2. perubahan berhubung dengan siklus haid

3. perubahan karena kehamilan dan laktasi

1. Pertumbuhan dan involusi Kelenjar payudara berasal dari penebalan epidermis. Menjelang menarche, maka pertumbuhan bertambah dengan dibentuknya percabangan duktus dan proliferasi stroma di antara duktus dan pada pubertas terjadi pertambahan stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi alveolus-alveolus. Pada saat menopause, payudara mengecil dan kurang padat. Pada usia ini tampak pengurangan jumlah dan besarnya lobulus serta tampak pertambahan jaringan elastik (17) 2. Perubahan karena siklus haid Sama dengan endometrium maka payudara juga dipengaruhi siklus haid. Pada masa proliferasi, setelah haid, pengaruh estrogen yang meningkat mengakibatkan proliferasi duktus dan epitel alveolus, duktus melebar dan hipertrofik. Setelah ovulasi, akibat pengaruh progesteron, stroma menjadi sembab dan bertambah selnya. Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan progesteron yang menurun, terjadi kerusakan sel. epitel, atrofi jaringan ikat, edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus dan kelenjar (17) 3. Perubahan karena kehamilan dan laktasi Beberapa saat setelah konsepsi, akibat kehamilan akan tampak pada payudara. Payudara akan menjadi penuh dan padat. Kelenjar payudara membesar oleh karena lobulus ukuran dan jumlahnya bertambah. Jaringan payudara seluruhnya terdiri atas unsur kelenjar, sehingga menyerupai pankreas, sedangkan stroma hanya sedikit. Kelenjar dilapisi oleh epitel kuboid selapis

dan pada trimester ketiga tampak adanya sekret. Vakuol lemak tampak dalam sel, dan segera setelah partus sekresi susu terjadi (17) Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormone, perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, masa klimacterium, sampai masa menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan hormone hipofisis menyebabkan duktus laktiferus berkembang. Perubahan kedua adalah perubahan yang sesuai dengan siklus menstruasi, sekitar hari ke delapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi terjadi pembesaran maksimal bahkan dapat timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi, tidak dilakukan. Pada waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat dilakukan (Hidayat S., 1997). penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat ratarata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler (17) Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila

10

kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral (17) 4. Definisi Tumor Payudara Secara onkologi (cabang ilmu kedokteran yang mempelajari perihal kanker), tumor payudara atau neoplasma adalah suatu pertumbuhan jaringan atau sel secara abnormal yang liar pada payudara (18) 5. Jenis Tumor Tumor pada payudara, secara umum dibagi 2 yaitu : 1. Fibroadenoma Mammae (FAM) 2. Tumor Ganas (Ca Mammae)

11

1. FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) a. Definisi Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6) Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.(2, 3, 5, 6)

12

Gambar 2. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan curved incision (3) b. Etiologi Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3) c. Patofisiologi Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik

mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan

13

kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4) Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang orang yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4) Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4) d. Gejala Klinis Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)

14

e.

Pemeriksaan Fisik Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,

diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(2,3,11) f. Pemeriksan Histopatologi Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat putih pada irisan, dengan bercak bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

Gambar 3. Makroskopik Fibroadenoma Payudara Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk

15

yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

Gambar 4. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma g. Pemeriksaan radiologik 1. Mammografi Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular

16

dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

Gambar 5. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas (13)

Gambar 6. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Kalsifikasi pada degenerasi fibroadenoma, tampak gambaran kalsifikasi kasar pada 2 degenaerasi fibroadenoma, tanda panah menunjukkan komponen haringan lunak yang terlihat sebagai satu massa (14)

Gambar 7. Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence
(14).

17

2. Ultrasonografi (USG) Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.(4,11)

Gambar 8. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma. (4)

18

3. Magnetic Resonances Imaging (MRI) Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-weighted.(4)

Gambar 9. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma (15)

h. Diagnosis Banding Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain : a) Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara

19

membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.(2,5,13)

Gambar 10. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi (14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor tersebut.(16)

Gambar 11. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses degeneresi kistik. (16)

20

b) Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.(11)

Gambar 12. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik posterior.(16)

Gambar 13. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16) c) Papilloma.

21

Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .(2,5,11)

Gambar 14. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (14)

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran duktus laktiferus.(16)

Gambar 15. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus laktiferus. (14)

22

i.

Penatalaksanaan Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.

Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3) 1. 2. 3. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar. Circumareolar Incision Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.(3) j. Prognosis Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara teratur.(6)

23

2. TUMOR GANAS PAYUDARA

a. Definisi Tumor ganas (Ca Mammae) Tumor ganas atau kanker adalah benjolan yang sifatnya ganas, merusak, pertumbuhan sel sangat cepat dan dapat berpindah tempat (metastasis). Sel kanker bersifat ganas karena sifatnya yang merusak jaringan dan organ disekitarnya sehingga menimbulkan rasa nyeri bagi penderita. (17)

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.(18) b. Faktor Resiko Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara antara lain (Gani, 1995) : 1. Faktor reproduksi. Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,

24

payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.(19) 2. Penggunaan hormon. Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. (19) 3. Penyakit fibrokistik. Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali. (19) 4. Obesitas. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita obes. (19) 5. Konsumsi lemak. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang

25

konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.(19) 6. Radiasi. Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas

meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur. (19) 7. Riwayat keluarga dan faktor genetik. Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. (19) c. Patofisiologi Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi: 1. Fase Inisiasi Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan

26

yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. (20) 2. Fase Promosi Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). (20) d. Klasifikasi, Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebarannya

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World On Health Organization)/AJCC disponsori (American Joint Cancer

Committee

cancer yang

oleh American

27

Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).(20) Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut : T (tumor size), ukuran tumor: T 0: tidak ditemukan tumor primer T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama N (node), kelenjar getah bening regional: N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

28

M (metastasis), penyebaran jauh: M x: metastasis jauh belum dapat dinilai M 0: tidak terdapat metastasis jauh M 1: terdapat metastasis jauh Klasifikasi kanker payudara menurut letak anatomisnya: Karsinoma In Situ (20%) Karsinoma duktal in situ Karsinoma lobules in situ Karsinoma Invasif (80%) Karsinoma duktal Karsinoma lobulus Karsinoma papillaris Karsinoma tubulus Dll In situ (hanya terlokalisis di tempat Invasive (kanker telah menyebar ke itu saja) daerah lain)

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut: Stadium 0 Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.(20) Stadium I Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.(20)

29

Gambar 16. Stadium I Cancer Stadium II A Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.(17)

Gambar 17. Stadium II A Stadium II B Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.

30

Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.(17)

Gambar 18. Stadium II B Stadium III A Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain. Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.(17)

Gambar 19. Stadium III A

31

Stadium III B Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.(17)

Gambar 20. Stadium III B Stadium III C Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.(17)

Gambar 21. Stadium III C

32

Stadium IV Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu: tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.(17)

Gambar 22. Stadium IV

e. Gejala Klinis Karsinoma payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut :
Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir. Tarikan pada kulit di atas tumor. Ulserasi atau koreng. Peaud orange. Discharge dari puting susu. Asimetri payudara. Retraksi puting susu. Elovasi dari puting susu. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

33

Satelit tumor di kulit. Eksim pada puting susu. Edema.

Gambar 23. Gejala karsinoma payudara

Tanda dan Gejala Nyeri - Berubah dengan daur menstruasi

Interpretasi

Penyebab fisiologi seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik

- Tidak tergantung daur menstruasi Benjolan di payudara - Keras

Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi

Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista Permukaan keras, berbenjol-benjol atau melekat pada kanker atau inflamasi nonenfektif

- Kenyal - Lunak Perubahan Kulit : - Bercawak

Kelainan fibrikistik Lipoma

Sangat mencurigakan karsinoma

34

- Benjolan kelihatan - Kulit jeruk - Kemerahan - Tukak Kelainan puting atau areola

Kista, karsinoma, fibroadenoma besar Di atas benjolan : kanker (tanda khas) Infeksi jika ganas Kanker lama (terutama pada orang tua)

Anamnesis

merupakan

wawancara

lansung

atau

melalui

perantara

sepengetahuan orang terdekat lain, tentang penyakit dan penderitanya (Andoko Prawiro Atmodjo, 1987). Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya akan timbul keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor ganas. Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada keadaan dimana tumor metastasis pada paru. Tumor ganas pada payudara disertai dengan rasa sakit di pinggang perlu dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang vertebra. Pada kasus yang meragukan anamnesis lebih banyak diarahkan pada indikasi golongan resiko (18) Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap permulaanpun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah mulai (18)

f. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri

35

yang hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang berulang-ulang karena kemungkinan dapat mempercepat penyebaran. a. Inspeksi Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit (21) Dapat dilihat juga : - Puting susu tertarik ke dalam. - Eksem pada puting susu. - Edema. - Peau dorange. - Ulserasi, satelit tumor di kulit. - Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985). b. Palpasi Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke arah paling distal (21)

Gambar 24. Pemeriksaan Payudara.

36

Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari parasternal ke arah garis aksila ke belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola mammae dan papilla mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi tentang : 1) besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya, 2) hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan, 3) hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada perlengketan, 4) kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular 5) adanya tumor satelit (20)

Gambar 25. Kelenjar Getah Bening (KGB) sekitar payudara.

g. Pemeriksaan sitologi Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab

37

hasil negatif palsu sering terjadi

(18)

. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa

kanker payudara melalui tiga cara : Pemeriksan sekret dari puting susu. Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint). Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration). Biopsi Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan histopatologi positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah terapetik (17)

Gambar 26. sel2nya vesikuler. Tidak ada stroma jaringan ikat. Muskularis --> sel tumor udah menembus membrana basalis, udah menginvasi h. Pemeriksaan Radiologi 1. USG (Ultrasonografi) USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan

38

bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang. USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan mammografi. (20) Gambaran Ca mammae secara USG, ialah : 1. Lesi dengan batas tegas dan tidak teratur. 2. Struktur echo internal lemah dan heterogen. 3. Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada.

Gambar 27. USG Ca Mammae pada payudara kanan. 2. Mammografi Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa makrokalsifikasi tidak khas untuk karsinoma, bila secara klinis curiga terdapat tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa-apa maka pemeriksaan dapat dicoba dengan cara biopsi jaringan, demikian juga bila mammografi positif tetapi secara klinis tidak dicuriga adanya

39

tumor maka dapat dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut. Mammogram pada masa pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak (Hidayat S., 1997).

Gambar 28. Tampak lesi dengan densitas tinggi. Tampak penebalan dan retraksi kulit berdekatan dengan lesi tersebut.

i. Penatalaksanaan

1. Terapi bedah/Mastektomi Pasien yang pada awal terpi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah (21): 1) Mastektomi radikal Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi. 2) Mastektomi radikal modifikasi

40

Lingkup resseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. 3) Mastektomi total Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia. 4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah. 5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan

41

stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae.

2. Radiasi Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 3. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kankerTidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah kombinasi Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan. 4. Terapi hormonal Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum khemoterapi karena efek terapinya lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause, dengan cara ovarektomy bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti Tamoksifen atau Aminoglutetimid. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek sampingnya terlalu berat.

42

j. Pencegahan Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa: 1. Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. 2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki

siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografidiklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terusmenerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey

43

Pada

wanita

dengan

faktor

risiko

mendapat

rujukan

untuk

dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan

dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%. 3. Pencegahan tertier Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.2

44

k. Prognosis Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.1

45

BAB III KESIMPULAN

1. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. 2. Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. 3. Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma. 4. Kurva insidens karsinoma payudara berdasar usia angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun atau bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. 5. USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta untuk menentukan metastasis di hati. 6. Untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.

46

7. Perbedaan Tumor jinak dan tumor ganas

Tumor jinak Deferensiasi baik Tepi licin Menekan (ekspansif) Tumbuh perlahan Sedikit vaskuler Jarang timbul ulang Jarang nekrosis dan ulserasi Jarang efek sistemik kecuali neoplasma endokrin

Tumor ganas Diferensiasi buruk Tepi tidak rata Menyusup (invansif) Tumbuh cepat Vaskuler / sangat vaskuler Sering residif setelah dibuang Umumnya nekrosis dan ulserasi Umumnya efek sistemik

You might also like