Universitas Lakidende Kelurahan Asinua Kecamatan Unhaa Kab. Konawe Sultra. UPT. Asinua Jaya merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Konawe yang merupakan lokasi penelitian saya. By Imran Yunus 2013
Universitas Lakidende Kelurahan Asinua Kecamatan Unhaa Kab. Konawe Sultra. UPT. Asinua Jaya merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Konawe yang merupakan lokasi penelitian saya. By Imran Yunus 2013
Universitas Lakidende Kelurahan Asinua Kecamatan Unhaa Kab. Konawe Sultra. UPT. Asinua Jaya merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Konawe yang merupakan lokasi penelitian saya. By Imran Yunus 2013
UBI JALAR (Ipomea batatas. L) DI DESA UPT. ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE OLEH : I M R A N 208301027 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAKIDENDE UNAAHA 2013 ii HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian : Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) di Desa UPT. Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe. Nama Mahasiswa : I MR A N Nomor Stambuk : 208 301 027 Program Studi : Agribisnis Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir. SIRAJUDDIN MILAWATI SARANANI, SP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Ir. SIRAJUDDIN iii KATA PENGANTAR Puji Syukur Senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Ubi jalar (Ipomea batatas L.) Di Desa UPT. Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dan tahapan dalam proses penyelesaian program Starata Satu (S-1) pada Fakultas Pertanian Universitas Lakidende. Penelitian ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan sesui pada waktunya tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor Universitas Lakidende selaku pimpinan dalam universitas 2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lakidende, selaku pimpinan dalam lingkup fakultas. 3. Bapak Ir. Sirajuddin selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini. 4. Ibu Milawati Saranani, SP selaku dosen Pembimbing II yang telah turut serta dalam meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini. 5. Pegawai Administrasi dalam lingkup Fakultas pertanian yang telah mendukung penulis dalam mengukuti pendidikan 6. Rekan-Rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan olehnya itu penulis ucapaknya terima kasih yang sebesar-besarnya. iv 7. Terkhusus Asdar, SP, MP dan Hasrima, S. Kep, Ns yang tiada henti-hentinya memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 8. Ayahanda (Alm) Yunus, A.Ma dan Ibunda Harlian yang telah banyak berkorban sejak awal masuk kuliah sampai pada saat ini olehnya itu untuk sementara hanya karya tulis ini yang dapat ananda persembahkan. 9. Keluargaku tercinta Reni Yunus, S.Si, M.Sc dan Ikhwal, S.Tp, M.Si, Ridawati, S.Pd, M.Eng dan Udin Saputra, SH, Ilman, SP, Ilham, Afivah, Iksan, Fahmi, Akil, Naila yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun moril olehnya itu penulis persembahkan karya tulis ini. Unaaha, Oktober 2013 Penulis v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................ iii DAFTAR ISI .............................................................................................. v I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.3. Rumusan Masalah .......................................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan .................................................................................... 4 2.2. Usahatani ...................................................................................... 12 2.3. Ubi Jalar ........................................................................................ 15 2.4. Usahatani Ubi Jalar ....................................................................... 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 30 3.2. Populasi Penelitian ........................................................................ 30 3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 30 3.4. Variabel Yang Diamati .................................................................. 31 3.5. Analisis Data ................................................................................. 31 3.6. Konsep Operasional ...................................................................... 32 IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan ................................................................................... 33 4.2. Saran ............................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar dan memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk-produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun untuk barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan. Pangan dapat didefinisikan sebagai kebutuhan pokok manusia, sehingga semua orang pasti menginginkan kecukupan pangannya. Kebutuhan akan pangan ini berkembang seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk suatu wilayah terkhusus Sulawesi Tenggara. Pangan berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi ubi jalar. Ubi jalar merupakan bahan substitusi bagi beras dan jagung. Bagi orang Indonesia ubi jalar merupakan makanan pokok setelah beras dan jagung. 2 Ubi jalar merupakan tanaman palawija yang mengandung sumber karbohidrat yang cukup potensial sebagai bahan penganekaragaman pangan dan agroindustri. Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga kaya akan vitamin A dan C serta mineral Ca. Pengolahan ubi jalar menjadi bentuk setengah jadi misalnya tepung dan pati sangat memungkinkan komoditas ini dapat disimpan lebih lama dan lebih praktis sehingga kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri menjadi lebih terjamin. Disamping sebagai bahan konsumsi juga banyak digunakan sebagai pakan ternak. Kebutuhan ubi jalar akan terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi. Peningkatan produksi ubi jalar juga ditujukan untuk peningkatan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja. Dalam peningkatan pembangunan di sektor pertanian, merupakan suatu tantangan dalam peningkatan secara kontiniu produksi usahatani yang senatiasa menguntungkan sehingga kesejahteraan baik petani maupun masyarakat luas terus meningkat. Pengembangan tanaman ubi jalar di Sulawesi Tenggara khususnya di Desa UPT. Asinua Jaya adalah merupakan salah satu wilayah yang berpotensi seiring dengan luas lahan budidaya yang memadai serta sarana dan prasaran yang menunjang. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pendapatan Usahatani Ubi jalar di Desa UPT. Asinua Jaya Kec. Asinua Kabupaten Konawe. 3 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bahwa seberapa besar pendapatan pada usahatani ubi jalar di Desa UPT Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani ubi jalar pada petani di Desa UPT Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khususnya dan petani pada umumnya dalam hal ini sebagai sumber informasi dalam upaya pengembangan usahatani ubi jalar. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Menurut Renville (2003), Pendapatan merupakan selisih total jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha, sedangkan laba bersih adalah jumlah pendapatan setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani (Firman dkk., 2010), dimana pendapatan tunai merupakan hasil perhitungan dari pengurangan jumlah penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai usahatani. Tujuan utama dari analisis pendapatan usahatani adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Firman dkk., 2010). Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran selama usahatani dikerjakan atau dijalankan dalam waktu yang telah ditentukan dan penerimaan (hasil produksi x harga jual). Sehingga dari dua faktor tersebut dapat dianalisis pendapatan yang diperoleh petani baik itu pendapatan bersih maupun pendapatan kotor karena melibatkan perhitungan biaya yang tidak tunai dan biaya yang diperhitungkan sesuai dengan perhitungan pendapatan usahatani. Besarnya pendapatan petani yang diperoleh merupakan ukuran keberhasilan dari sesuatu yang dikelola dengan jumlah dan bentuk pendapatan 5 yang mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Lebih lanjut dikatakan oleh Fadholi dalam Harmawati (2011), bahwa besarnya pendapatan tunai dari usahatani dapat menggambarkan kemajuan ekonomi usahatani spesialisasi dan pembagian kerja. Selanjutnya besarnya tingkat pendapatan ini juga dapat digunakan untuk membandingkan keberhasilan petani yang satu terhadap petani yang lain. Pendapatan petani timbul bila perbandingan jumlah penerimaan dari hasil produksi lebih besar dibadingkan dengan jumlah biaya atau pengeluaran selama proses produksi. Selanjutnya dari pendapat Soeharjo dan Dahlan dalam Harmawati (2011), menyatakan bahwa pendapatan sebagai selisih dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Jadi dapat diketahui nilai pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani, yaitu dengan mengetahui besarnya penerimaan yang dikali dengan harga yang berlangsung, kemudian dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan sejak dari pengolahan tanah sampai pasca panen. Secara ekonomi, masalah pendapatan adalah merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara atau daerah. Oleh karena itu yang dimaksud dengan pendapatan dapat dijelaskan dari dua sisi yaitu : rumah tangga negara atau individu yang dikenal dengan pendapatan nasional atau regional, dan rumah tangga masyarakat atau individu yang dikenal dengan pendapaan masyarakat atau individu yang dikenal dengan sebutan pendapatan masyarakat. Ada beberapa yang mempengaruhi pendapatan antara lain : 6 a. Modal Dalam perkembangan usaha modal mempunyai arti yang sangat penting karena masalah modal merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat modal itu mengandung berbagai aspek penting dalam kelangsungan usaha. Modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar perusahaan yang terdiri atas kas piutang dan persediaan. Dalam memperoleh dan menggunakan harta lancar kadang timbul kewajiban yang harus segera dibayar, maka sebagian harta lancarnya yang dimiliki perusahaan akan digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. b. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan seluruh produk dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa. Menurut Benggolo dalam Agus (2011), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yakni berumur 15-54 tahun, namun di Indonesia yang dipakai adalah seluruh penduduk yang berumur l0 tahun keatas. Selanjutnya dikatakan bahwa tenaga kerja adalah jumlah penduduk suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap mereka dau mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. c. Peralatan Kerja Peralatan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi barang dan jasa senantiasa disesuaikan dengan pertimbangan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sebagaimana faktor produksi lainnya, peralatan juga ikut memegang peranan penting yang akan menentukan berhasil tidaknya produksi. 7 d. Keahlian Dalam suatu negara atau daerah cukup tersedia faktor produksi tanah, modal dan tenaga kerja yang belum dapat menjadi jaminan dalam suatu proses produksi yang terlaksana penuh karena faktor produksi tersebut belum mampu menghasilkan seperti yang diinginkan. Menurut Soekartawi (1995), bahwa besar kecilnya pendapatan sangat dipengaruhi tiga faktor yaitu : faktor produksi, harga dan biaya produksi. Dengan menaikkan produksi maka pendapatan usahatani bertambah seiring dengan jumlah produksi, tetapi mutu produksi naik bukan berarti harga satuan naik pula. Semakin tinggi jumlah produksi yang dihasilkan dan diikuti oleh pendapatan yang besar, dapat merangsang badan usaha yang bersangkutan untuk menaikkan produksi secara terus-menerus. Menurut Tohir dalam Harmawati (2011), bahwa pendapatan dalam spesialisasi pembagian kerja bagi seorang petani umunnya kurang mengetahui pasti berapa besar biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan sejumlah produksi yang optimal. Analisis pendapatan dapat menyumbangkan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan petani berhasil atau tidak. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usaha disebut pendapatan bersih usahatani menyangkut imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan fakfor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Karena itu merupakan ukuran keuntungan usaha tani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Karena modal tidak dihitung 8 sebagai pengeluaran, maka perbandingan tidak dikacaukan oleh perbedaan tingkat uang. Bagaimanpun juga, pendapatan bersih usaha tani merupakan langkah untuk menghitung ukuran-ukuran keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi, l995). Dengan cara mengurangi nilai berbagai komponen sumber daya dari pendapatan bersih usahatani, maka pengembalian hasil yang diperoleh lainnya dapat dihitung. Mengukur dan menilai faktor produksi pengelolaan tidak mudah, karena itu umumnya faktor produksi ini tidak dinilai, tetapi dicerminkan dengan makin tingginya atau makin rendahnya pengembalian hasil yang diperoleh faktor produksi lainnya. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian pada akhirnya akan dinilai dari tingkat pendapatan yang diperoleh. Pendapatan adalah keseluruhan nilai produksi dari suatu usahatani dalam jangka waktu tertentu yang dinilai dengan uang setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa produksi. Bentuk dan jumlah pada kualitas mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberi kesempatan pada petani agar dapat melanjutkan usahanya karena dalam kegiatan itu seorang petani bertindak sebagai pengelola penanaman modal pada usahataninya, maka pendapatan dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerja sama antara faktor-faktor produksi dalam kegiatan pengelolaan usahatani. Tingkat kemakmuran keluarga petani dapat diukur dengan pendapatan keluarga petani itu sendiri. Hal ini seiring dengan pendapat Poerwadarminta dalam Agus (2011), menyatakan bahwa kesejahteraan berarti kemakmuran atau kesenangan hidup sedangkan kemakmuran berarti sudah cukup. Maka jelas lah 9 bahwa setiap peningkatan akan membawa harapan bagi peningkatan atau perbaikan taraf hidup penduduk, oleh sebab itu tidak berlebihan dikatakan bahwa pendapatan merupakan jantung kehidupan seseorang. 1.1.1. Produksi Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari bekerjanya faktor-faktor produksi secara sekaligus yakni tanah, tenaga kerja, dan modal. Tingginya produksi yang diikuti oleh semakin besarnya pendapatan akan lebih merangsang petani dalam meningkatkan produksinya. Produksi merupakan sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Selanjutnya Soekartawi (1995), menyatakan bahwa hasil akhir dari suatu produksi adalah produk atau output, produksi dalam pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas dimana kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha dilaksanakan dengan kurang baik. 1.1.2. Penerimaan Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam menjalankan usaha (Renvilte Siagian, 2003). Pada hakekatnya perkataan penerimaan (revenue) merupakan sinonim dari pendapatm(income). Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari pengertian kedua perkataan tersebut tidak ada perbedaan yang prinsip. Dimana penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima 10 dari sumber tertentu. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa penerimaan adalah sebagian dari keseluruhan pendapatan (Wasis, 1992). Soekartawi (2005) menyatakan bahwa total penerimaan usahatani diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Bila keadaan memungkinkan,maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertanianya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik yang harganya relatif tinggi dan akhimya juga akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu : (1) hasil penjualan tanaman,temak, ikan atau produksi yang dijual, (2) produksi yang konsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan, (3) kenaikan nilai inventaris. Besar kecilnya pendapatan dalam usahatani ditentukan efisiensi biaya produksi, pengadaan bahan, faktor produksi dan efisiensi-efisiensi biaya tata niaga. Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam menjalankan usaha Kasmir dan Jakfar (2005). 1.1.3. Biaya Biaya adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan pengorbanan ekonomi merupakan sarana produksi yang habis terpakai selama satu siklus produksi. Biaya yang diperlukan merupakan suatu pengorbanan yang perlu biaya dan dapat diperkirakan, dimana biaya yang digunakan dapat dipastikan pada saat pelaksanaannya, dan dapat diukur serta harus dapat dihitung jumlahnya dan dinyatakan dalam bentuk uang pada waktu penghitungan. 11 Lebih lanjut Makhruf dalam Agus (2011), menyatakan beberapa komponen biaya suatu usahatani yaitu : Biaya sarana produksi, biaya bunga, modal, biaya tanah,biaya alat-alat produksi yang tahan lama,biaya tenaga kerja. Biaya tetap adalah biaya yang ada hubungannya dengan usahatani sebagai aparat produksi, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah-ubah sejalan dengan proses produksi. Suatu usahatani dikatakan sukses apabila pendapatan yang diperoleh sebanding dengan seluruh pengorbanan yang digunakan selama proses produksi. Dalam hal ini nilai dari pendapatan mempunyai hasil untuk membayar semua pembelian sarana produksi,bunga, modal, dan upah tenaga kerja maupun bentuk- bentuk upah lainnya. Olehnya itu untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya perbaikan dalam proses produksi maupun menghitung pengelolaan serta bebas pula menjual hasil usahataninya pada tingkat harga yang tinggi, dengan demikian penerimaan yang diperoleh akan lebih tinggi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahataninya. Biaya merupakan pengorbanan ekonomi yang diukur dengan satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang kemungkinan akan tejadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya adalah semua jenis pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha penjualan. Biaya-biaya tersebut terbagi menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri atas biaya sewa lahan, upah tenaga kerja, biaya listrik,dan pemeliharaan gedung. Sedangkan biaya tidak tetap terdiri atas biaya pengadaan benih dan bibit, biaya transportasi, biaya administrasi, biaya retribusi dan pajak hasil penjualan (Renville Siagian, 2003). 12 Pada dasarnya setiap produksi tidak terlepas dari penggunan atau pengeluaran biaya. Biaya mempunyai peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan produksi ataupun usahatani. Dalam suatu perencanaan produksi ataupun usahatani. Dalam suatu perencanaan produksi pertanian ataupun produksi lainnya, persoalan biaya menempati kedudukan yarg amat penting, karena pengambilan keputusan menggunakan pertimbangan-pertimbangan. Biaya sering menjadi masalah bagi petani terutama dalam pengadaan sarana produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam usahataninya (Mosher, 2004). 2.2. Usahatani Usahatani adalah suatu kegitan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faklor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Hadija. dkk, 2009). Tujuan usahatani adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Apabila motif berusahatani ditujukan dengan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik melalui atau tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga. Bila motif berusahatani didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besamya, maka usahatani yang demikian disebut komersial. Selanjutnya Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa 13 usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sedangkan usahatani menurut Soeharjo dalam Harmawati (2011), adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada lapangan pertanian. Mosher (2004) menyatakan bahwa usahatani adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tari atau bagian usaha lainnya bercocok tanam/memelihara ternak dalam kegiatan usahataninya. Seorang petani mempunyai peran sebagai penggerak/pelaksana dari seluruh kegiatan yang diperlukan untuk pertanian. Ini berarti pertanian yang menggerakkan setiap elemen yang akan menghasilkan suatu produk. Anwas (1992), menyatakan bahwa setiap usaha dalam berusahatani memerlukan pengusahaan sumberdaya yang meliputi tenaga kerja, modal, tanah, sarana produksi serta alat-alat lainnya. Usahatani yang dimaksud disini adalah suatu kegiatan produksi dalam bidang pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, petemakan dan perikanan). Usahatani mempunyai suatu ciri yang utama adalah adanya ketergantungan kepada alam atau lingkungan. Petani secara individu tidak dapat mempengaruhi keadaan lingkungan misalnya keadaan iklim, harga barang sebab pada umumnya hasil pertanian berada dalam persaingan pasar sempurna. Selanjutnya Tohir dalam Harmawati (2011), menyatakan bahwa pada hakikatnya tindakan pengelolaan usahatani diarahkan pada keseimbangan faktor produksi sedemikian rupa sehingga diperoleh peningkatan produksi sebesar mungkin. 14 Dengan berdasarkan pendapat tersbut diatas, maka dapat dikatakan bahwa suatu usahatani pada dasarnya adalah merupakan usaha yang dijadikan oleh seorang petani diatas sebidang tanah dengan menggunakan faktor-faktor produksi, tenaga kerja dan modal untuk mendapatkan hasil produksi. Dalam membangun usaha ada 4 faktor produksi yang memegang peranan penting yaitu alam, modal, tanaga kerja dan pengelolaan. Faktor produksi ini sangat diperlukan untuk mendapatkan tingkat produksi tertentu, olehnya itu harus diatur penggunaannya sebaik mungkin (Harmawati, 2011). Pembangunan pertanian tidak terlepas dari keikut sertaan petani didalam mengelola usahanya dibidang pertanian. Petani adalah orang yang selalu berhubungan dengan tanah dan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti dinyatakan oleh Hernanto dalam Harmawati (2011), bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan dan kehidupannya dibidang pertanian. Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh kuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Sedangkan usahatani menurut Soeharjo dalam Harmawati (2011), adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kedalam lapangan pertanian. Upaya memperoleh pendapatan maksimal diperlukan pemilihan cabang usahatani yang tingkat produksinya dari satuan luas tertentu dan mempunyai prospek pemasaran yang paling menguntungkan. Mengelola usahataninya petani dihadapkan pada pengambilan keputusan yang diperoleh dari beberapa alternatif 15 yang tersedia. Petani sebagai pelaksana dan sebagai pengelola yang menentukan pola tanamnya dalam kurun waktu semusim atau yang sesuai dengan kebutuhannya. 2.3.Ubi Jalar (Ipomea batatas. L) Ubi jalar (Ipamoea batatas. L) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, maupun bahan baku industri. Dari segi nutrisi, ubi jalar merupakan sumber energi yang baik, mengandung protein, vitamin, dan mineral berkualitas tinggi (Horton dalam Zuraida et al., 2001). Di samping itu, ubi jalar rebus merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,06 mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg, P (47mg), Fe (0,7 mg), dan Ca (32 mg) dibandingkan dengan gizi yang terkandung di dalam nasi(Zuraida et al., 2001). Ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan produktivitas antara 15-30 t/ha umbi segar. Ubi jalar dapat tumbuh tanpa memilih jenis tanah karena hampir setiap jenis tanah cocok. Namun idealnya dalam budidaya sebaiknya mengacu syarat tumbuh tanaman ubi jalar. Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 3-8 bulan. Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral serta antosianin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak (BPTP, 2011). Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai bahan pangan sampingan. Sedangkan di Irian Jaya, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Komoditas 16 ini ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Luas panen ubu jalar di Indonesia sekitar 230.000 ha dengan produktivitas sekitar 10 ton/ha. Padahal dengan teknologi maju beberapa varietas unggul ubi jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah/ha (BPTP, 2011). Ubi jalar merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia tiap tahun seluas 229 hektar, tersebar di seluruh propinsi baik di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-ratanasional 10 ton/hektar. Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen masih sangat terbuka. Dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan varietas unggul nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton/hektar. Ubi jalar bisa ditanam sepanjang tahun baik secara terus menerus, bergantian maupun secara tumpang sari (Dwi, 2008). Menurut Zuraida dalam Dwi (2008), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Keistimewaan ubi jalar dalam hal kandungan gizi terletak pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibanding dengan jenis tanaman pangan lainnya. Namun, tidak semua varietas atau jenis ubi jalar mengandung beta karoten yang tinggi. Ubi jalar yang mengandung beta karoten yang tinggi hanya varietas ubi jalar yang daging umbinya jingga kemerah-merahan. Sedangkan varietas ubi jalar 17 yang daging umbinya berwarna kuning atau putih memiliki beta karoten lebih rendah Zuraida dalam Dwi (2008). 2.4.Usahatani Ubi Jalar 2.4.1. Pembibitan Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secaravegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru. a. Persyaratan Bibit Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul. b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih. c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur. d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar. e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari (BPP, 2010). Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas umbi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan. 18 b. Penyiapan Bibit Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut: a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal. b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari. c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk (BPP, 2010). 2.4.2. Pengolahan Media Tanam a. Persiapan Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama 1minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan. b) Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan. b. Pembentukan Bedengan Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan 19 jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan(pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar gulu 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah 40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar untuk lahan tegalan adalah sebagai berikut : 1). Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma) 2). Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar. 3). Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. 4). Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30- 40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. 5). Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan. Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat 20 menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp (BPP, 2010). 2.4.3. Teknik Penanaman a. Penentuan Pola Tanam Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpangsari dengan kacang tanah. Sistem monokultur meliputi : 1). Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.2). Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.3). Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga dangkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit). 4). Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl). Sedangkan sistem tumpangsari dilakukan dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpangsari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya diantara barisan tanaman ubi jalar atau di 21 sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm. b. Cara Penanaman Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan atau awal musim kemarau bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau. 2.4.4. Pemeliharaan Tanaman a. Penjarangan dan Penyulaman Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. 22 Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh. b. Penyiangan Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubijalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. c. Pembubunan Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: a) Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar. b) Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan. c) Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah. d. Pemupukan Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N ( 156 kg urea), 20 kg P2O5 (42 kg TSP), dan 23 110 kg K2O ( 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman didaerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha ( 50 kg TSP/ha) ditambah50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah. e. Pengairan dan Penyiraman Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu 24 seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang). 2.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Penggerek Batang Ubi Jalar yakni Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Didalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama > 5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan. Hama Boleng atau Lanas yakni Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang 25 tanaman ubi jalar yang sudah berumbi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak;(7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat. Tikus (Rattus sp) yakni Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk umbi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gropyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat. 26 b. Penyakit Kudis atau Scab yakni penyakit yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun- daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) teknik budidaya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat. Layu fusarium merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum F. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi disuatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium (BPP, 2010). 2.4.6. Panen a. Ciri dan Umur Panen Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. 27 Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi. b. Cara Panen Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut: a) Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen. b) Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan. c) Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak umbinya. d) Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil. e) Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel. f) Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit. g) Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil. c. Prakiraan Produksi Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) dapat menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah 28 perhektar. Varietas unggul seperti borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28 ton, dan kalasan antara 31,2-47,5 ton per hektar. 2.4.7. Pasca Panen a. Pengumpulan Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. b. Penyortiran dan Penggolongan Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. c. Penyimpanan Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut: a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3 hari. b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik. c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. 29 Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 % (BPP, 2010,13:16) d. Gambaran Peluang Agribisnis Selama ini masyarakat mengenal ubi jalar sebagai makanan pangan pengganti/tambahan dalam keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakat bawah. Akan tetapi saat ini potensi ubi jalar cukup baik yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan di Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia akan ubi jalar sebagai bahan baku berbagai industri. Begitu pula kebutuhan dalam negeri cukup tinggi dimana pada tahun 2000 ini Pemerintah merencanakan kebutuhan akan umbi-umbian sekitar 17 juta ton. Sedangkan rata- rata produksi ubi jalar dari tahun 1983-1991 hanya 1,8 juta ton (BPP, 2010, 14;16). 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2012, yang bertempat Desa UPT. Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe. Terpilihnya Desa UPT. Asinua Jaya sebagai lokasi penelitian atas dasar pertimbangan bahwa mata pencaharian sebagian besar penduduk merupakan petani tegalan dengan usahatani ubi jalar. 3.2. Populasi Penelitian Adapun yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah petani di Desa UPT. Asinua Jaya yang berusahatani ubi jalar. Penentuan sampel akan dilakukan dengan metode sensus yaitu dengan mengambil seluruh anggota populasi. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan dari petani responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar kuisioner. b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari institusi terkait dengan cara pencatatan data dari kantor Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Konawe, kantor Desa UPT Asinua Jaya dan kantor BP3K Kecamatan Asinua serta dari beberapa teori dan kutipan dari buku-buku dan artikel internet yang berhubungan dengan kajian penelitian. 31 3.4. Variabel Yang Diamati Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini yakni meliputi sebagai berikut: a. Variabel identitas responden meliputi: umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan garapan. b. Variabel karakteristik usahatani meliputi: pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya petani, produksi, harga produk dan biaya usahatani. 3.5. Analisis Data Data yang diperoleh akan dikumpulkan kemudian ditabulasi sesuai model analisis yang akan digunakan. a. Untuk mengetahui besarnya pendapatan petani responden digunakan analisis pendapatan yang diformulasikan sebagai berikut : I = TR TC Keterangan : I = Pendapatan TR = Penerimaan TC = Total Biaya (Soekratiwi, 1995) b. R/C Ratio merupakan merupakan Model analisis R/C ratio secara matematis diformulasikan sebagai berikut : = () () Dengan kriteria : Jika R/C ratio > 1 maka usahatani yang dikelola menguntungkan 32 Jika R/C ratio =1 maka usatratani yang dikelola tidak menguntungkan dan tidak merugikan Jika R/C <1 maka usahatani yang dikelola merugikan. 3.6.Konsep Operasional Untuk memudahkan dan memberikan batasan-batasan dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan konsep operasional yaitu : a. Petani responden adalah petani yang melaksanakan usahatani ubi jalar hingga penelitian ini berlangsung b. Umur petani adalah usia pada saat dilakukan dalam penelitian ini (tahun). c. Luas lahan adalah luas lahan yang dikelola petani (Ha). d. Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani mengusahakan ubi jalar (tahun). e. Tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal didalam satu rumah, hidupnya ditanggung oleh petani yang bersangkutan (jiwa). f. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani (Rp/Ha). g. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi(Rp/Ha). h. Produksi adalah jumlah keluaran yang dihasilkan oleh suatu usahatani (Kg/Ha). i. Biaya produksi adalah nilai seluruh masukan yang digunakan dalam suatu usahatani (Rp/Ha). 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Desa UPT. Asinua Jaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Asinua yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Konawe. Jarak Desa UPT. Asinua Jaya dengan ibu kota kabupaten 32 km dan dari ibu kota provinsi 92 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Asinua Jaya Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Anggohi Sebelah Timur berbatasan dengan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Dengan luas wilayah 500.85 Ha 4.1.2. Keadaan Iklim dan Tanah Jumlah bulan basah di Desa UPT. Asinua Jaya tidak menentu dari tahun ke tahun, tetapi pada umumnya berkisar antara November-Mei bulan basah sedangkan bulan kering antara Juni-Oktober dengan kelembaban tanah 28-31 0 C dan banyaknya curah hujan 2000-2500 mm/tahun. Dari beberapa jenis tanah di Kabupaten Konawe, jenis tanah di Desa UPT. Asinua Jaya adalah Kambisol Mediteran dengan jenis tanah antara lain : Tekstur Tanah : Lempung berpasir Struktur Tanah : Gumpal ingkat perkembangan lemah Dengan pH tanah antara 5.2-5.5 dan tofografi : 31 Datar : 191.25 Ha Gelombang : 160.10 Ha Bukit : 149.50 Ha Berdasarkan jenis tanah dan tingkat kesuburan maka desa UPT. Asinua Jaya secara umum dapat dikembangkan secara umum tanaman pangan dan tanaman hortikultura yang salah satunya komoditi Ubi Jalar. 4.2. Keadaan Penduduk 4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur Penduduk Desa UPT. Asinua Jaya sebanyak 785 jiwa, yang terdiri dari 440 jiwa laki-laki dan 345 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 203. Untuk jelasnya mengenai kelompok umur dapat dilihat pada tablel berikut : Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Desa UPT. Asinua Jaya tahun 2012 No Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase (%) 1 14 127 102 229 29.17 2 15-24 49 38 87 11.08 3 25-44 185 145 330 42.04 4 45-54 59 49 108 13.76 5 55 20 11 31 3.95 Jumlah 440 345 785 100 Sumber : Kantor Desa UPT Asinua Jaya, Tahun 2012 Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa usia 15-54 tahun meliputi 87 jiwa (11.08%), 330 jiwa (42.04%) dan 108 jiwa (13.76%) atau 525 Jiwa (66.88%) 32 merupakan usia dalam kisaran produktif. Sedangkan pada usia 14 tahun dan 55 tahun yang meliputi 229 jiwa (29.17%) dan 31 jiwa (3.95) atau 260 jiwa (33.12%) merupakan usia dalam kisaran yang kurang produktif. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di UPT. Asinua Jaya berada pada usia produktif (66.88%) sehingga diharapkan memiliki produktifitas kerja yang tinggi dan kemampuan untuk menyerap hal-hal baru akan lebih mudah guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan peningkatan ekonomi di Desa UPT. Asinua Jaya. 4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan Dalam rangka peningkatan kualitas sumber dayamanusia, pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang peningkatan kesejahteraan keluarga karena pendidikan berfungsi merubah alam berpikir dan bertindak. Untuk mencapai sumberdaya manusia dan merubah alam berpikir tersebut maka harus ditunjang fasilitas pendidikan yang memadai. Pendidikan akan merubah pola pikir masyarakat menjadi progresif, sehingga diharapkan masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki kemampuan berpikir lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk di Desa UPT. Asinua Jaya dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Belum Sekolah 86 10.96 2 Tidak Pernah Sekolah 132 16.82 3 Tidak Tamat SD 259 32.99 4 Tamat SD 130 16.56 33 5 Tamat SLTP 93 11.85 6 Tamat SLTA 81 10.32 7 Tamat Perguruan Tinggi 4 0.51 Jumlah 785 100 Sumber : Kantor Desa UPT Asinua Jaya, Tahun 2012 Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa UPT. Asinua Jaya berpendidikan formal baik Sekolah Dasar (SD), SLTP, SLTA serta sarjana. Hal ini sangat menunjang keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang dan khususnya pembangunan dibidang pertanian. 4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di UPT. Asinua Jaya cukup bervariasi terdiri dari petani, pedagang, pertukangan, pegawai negeri dan pensiunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di UPT. Asinua Jaya Tahun 2012. No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang (Jiwa) 1 Petani 492 2 Pedagang 8 3 Pertukangan 3 4 PNS 5 5 Pensiunan 2 Jumah 510 Sumber : Kantor Desa UPT Asinua Jaya, Tahun 2012 Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa UPT. Asinua Jaya bermata pencaharian sebagai petani yang berjumlah 495 jiwa. Hal 34 tersebut menunjukkan bahwa sumber utama penghasilan masyarakat di Desa UPT. Asinua Jaya adalah berasal dari sektor pertanian. 4.2.4. Pola Penggunaan Tanah Berdasarkan jenis tanah dan tingkat kesuburan maka di Desa UPT. Asinua Jaya secara umum dapat dikembangkan secara umum tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Untuk lebih jelasnya tentang pola pemanfaatan tanah di Desa UPT. Asinua Jaya disajian pada tabel berikut : Tabel 4.4. Pola Pemanfaatan Tanah Di Desa UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Pekarangan 50 12.5 2 Tegalan 150 37.5 3 Perkebunan 200 50 Jumlah 400 100 Sumber : Kantor Desa UPT Asinua Jaya, Tahun 2012 Pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa pemanfaatan tanah untuk lahan pekarangan seluas 50 Ha (12.5%), tegalan seluas 150 Ha (37.5%) dan perkebunan seluas 200 Ha (50%). Penggunaan lahan di Desa UPT. Asinua Jaya dimanfaatkan sebagai lokasi pertanaman ubi jalar baik di pekarangan maupun di tegalan. 4.2.5. Keadaan Pertanian Penduduk Desa UPT. Asinua Jaya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dimana mengusahakan berbagai macam komoditi, meliputi : 35 a. Tanaman Pangan Pemanfaatan lahan pertanian oleh petani di Desa UPT Asinua Jaya cukup beragam akan komoditi yang dikembangkan. Untuk mengetahui keadaan tanaman pangan menurut jenis dan luas lahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5. Tanaman Pangan dan Hortikuktura di Desa UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Jagung 31 15.5 2 Ubi kayu 28 14 3 Kedelai 30 15 4 Ubi jalar 37 18.5 5 Kacang tanah 26 13 6 Terong 5 2.5 7 Kubis 10 5 8 Sawi 10 5 9 Bayam 8 4 10 Cabe 15 7.5 Jumlah 200 100 Sumber : BP3K Kecamatan Asinua, Tahun 2012 Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa luas lahan tanaman pangan di UPT Asinua Jaya seluas 200 Ha dengan jenis komoditi terluas adalah ubi jalar sebesar 37 Ha (18.5%). Hal ini disebabkan karena petani lebih cenderung untuk membudidayakan tanaman ubi jalar selain itu pula keadaan iklim dan keadaan tanah di UPT Asinua Jaya sangat berpotensi untuk dikembangkan ubi jalar juga dari segi pemeliharaan dan biaya yang tidak banyak di keluarkan. 36 b. Tanaman Perkebunan Dalam pemanfaatan lahan kering, di daerah penelitian diusahakan juga tanaman perkebunan, dimana sebagian besar penduduk telah memperoleh manfaat dari tanaman perkebunan yang diusahakan. Untuk mengetahui keadaan tanaman perkebunan menurut jenis dan luas lahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6. Tanaman Perkebunan Menurut Jenis dan Luas Lahan di UPT Asinua Jaya Tahun 2012 No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Kakao 60 30 2 Lada 50 25 3 Jati 43 21.5 4 Kelapa 20 10 5 Nilam 15 7.5 6 Cengkeh 10 5 7 Tembakau 2 1 Jumlah 200 100 Sumber : BP3K Kecamatan Asinua, Tahun 2012 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa luasan lahan tanaman perkebunan seluas 200 Ha dengan berbagai komoditi yang dikembangkan. Kako merupakan tanaman perkebunan yang terluas dikembangkan oleh petani di UPT. Asinua Jaya seluas 60 Ha (30%) kemudian menyusul komoditi lainnya. 4.2.6. Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Sarana dan prasaran sosial ekonomi dapat menunjang kegiatan masyarakat dalam pembangunan. Dalam hal ini daya dukung berbagai ketersediaan berbagai fasilitas social ekonomi dapat memperlancar/mempercepat proses pembangunan. 37 Disamping itu dapat membuka peluang dan kesempatan yang lebih luas dari berbagai alternatif pilihan dalam berusaha, baik di dalam maupun di luar wilayah responden. Untuk lebih jelasnya rincian mengenai sarana dan prasarana social ekonomi di Desa UPT. Asinua Jaya dapat di lihat pada tebel berikut : Tabel 4.7. Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi di Desa Asinua Jaya Tahun 2012 No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Keagamaan Mesjid/Mushollah 3 Unit 2 Kesehatan Balai Pengobatan Kesehatan 1 Unit 3 Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) 1 Unit Sekolah Dasar (SD) 1 Unit 4 Perdagangan Kios 8 Unit 5 Transportasi Mobil 3 Unit Motor 187 Unit Sepeda 58 Unit 6 Komunikasi TV 5 Unit Radio 200 Unit Sumber : Kantor Desa UPT Asinua Jaya, Tahun 2012 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa prasarana ekonomi atau kelembagaan ekonomi pedesaan di daerah penelitian, belum cukup memadai, ketersediaan kelembagaan ekonomi di daerah penelitian belum lengkap. 4.3. Identitas Respoden 4.3.1. Umur Umur dapat mendasari kemampuan fisik dalam bekerja serta mendasari pla pikir dalam menerima dan menerapkan teknologi baru. Pada umumnya yang 38 sehat jasmani dan berumur mudah memiliki kemampuan fisik yang lebih besarn dengan pola pikir yang kreatif dan responsif terhadap teknologi sehingga mereka akan lebih dinamis dalam mengelola usahataninya. Sebaliknya yang berumur tua, cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan apalagi yang menyangkut perubahan teknologi dalam suatu usahataninya. Dengan demikian petani yang berumur mudah lebih produktif dan cepat berkembang disbanding dengan petani yang berumur tua. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8. Keadaan Umur Responden Di Desa UPT Asinua Jaya Tahun 2012 No Umur Responden Tahun Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 15-24 5 25 2 25-44 8 40 3 45-54 7 35 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2012 Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusahatani ubi jalar pada usia produktif 15-54 tahun dengan jumlah 20 orang. Responden yang berumur 25-44 tahun berjumlah 8 orang (40%) dan 7 orang (35%) yang berumur 45-54 tahun. Sedangkan responden yang berumur 15-24 Tahun berjumlah 5 orang (25%). Dengan kondisi demikian, maka dapat dikatakan bahwa petani responden di Desa UPT. Asinua Jaya adalah petani yang produktif. 4.3.2. Pendidikan 39 Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan yang layak bagi petani cenderung dapat dengan lebih mudah menerima inovasi baru dan selalu berpikir secara rasional dalam bertindak dengan mempertimbangkan berbagai aspek keuntungan dan kerugian. Pada umumnya tingkat pendidikan yang rendah bukan saja menyebabkan pettani kurang mengerti informasi yang menyangkut pembaharuan dalam usahataninya, tetapi lebih jauh dari pada itu dapat menyebabkan petani sulit menerima apa yang dianjurkan. Sebaliknya petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan cakrawala berpikir yang lebih luas sehingga lebih cepat menerima teknologi baru yang dianjurkan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin efisien dia bekerja. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan petani responden di Desa UPT. Asinua Jaya dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD 1 5 2 SMP 7 35 3 SMA 10 50 4 D3/S1 2 10 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa responden yang telah mengenyam pendidikan formal dengan komposisi responden 1 orang (5%) tamat sekolah dasar (SD), 7 orang responden (35%) menamatkan pendidikannya di SMP dan 10 orang responden (50%) yang menamatkan pendidikannya di SMA serta 2 40 orang responden (10%) yang telah menyelesaikan pendidikannya diperguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan petani responden di wilayah penelitian pernah mengikuti pendidikan formal. Hal ini merupakan potensi sumberdaya yang diharapkan dapat dengan cepat memahami setiap informasi. 4.3.3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani memiliki peranan yang sangat penting bagi seorang petani dalam mengembangkan usahataninya dalam menerima dan menerapkan teknologi baru. Dengan kapasitas yang ada dalam diri dan dengan kondisi lingkungan yang memungkinkan. Menurut A. Soeharjo dan Dahlan Patong (1985), bahwa pengalaman berusahatani dikatakan cukup apabila telah menggeluti pekerjaan berusahatani selama 5-10 tahun, sedangkan 10 tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Untuk lebih jelasnya, pengalaman berusahatani petani responden di Desa UPT. Asinua Jaya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.10. Pengalaman Responden dalam Berusahatani di UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 6-8 3 15 2 9-10 7 35 3 >11 10 50 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2012 Pada tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa petani responden yang berusahatani ubi jalar sebesar 3 orang (15%) dan 7 orang (35%) merupakan petani dengan kategori cukup berpengalaman sedangkan pengalaman petani di atas 11 41 tahun sebanyak 10 orang (50%) dikategorikan sebagai petani berpengalaman. Dengan demikian sebagian besar petani yang berada di UPT. Asinua Jaya dan berusaha tani ubi jalar dengan pengalaman yang dimiliki dengan kategori cukup berpengalaman maka mereka mampu mengikuti proses alih teknologi dalam kegiatan penyuluhan yang dilaksananakan oleh petugas penyuluh lapangan dalam proses penyerapan dan aplikasinya dilapangan. 4.3.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang ada pada usia produktif, dapat membantu dalam mengelola usahataninya, dimana mereka merupakan sumberdaya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang potensial dalam lingkungan keluarganya. Tanggungan keluarga atau anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan usahatani yang dilakukan oleh seseorang. Sebab, selain merupakan sumber tenaga kerja juga sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan pengambilan keputusan sehingga keputusannya merupakan keputusan keluarga. Penggolongan anggota keluarga menurut A. Soeharjo dan Patong (1985), bahwa apabila terdapat 1-4 jiwa juumlah anggota keluarga dikategorikan sebagai anggota keluarga kecil, jumlah anggota keluarga > 4 jiwa, dikategorikan sebagai keluarga besar. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan keluarga petani responden di Desa UPT. Asinua Jaya dapat di lihat pada tabel berikut : 42 Tabel 4.11. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa UPT. Asinua Jaya Tahun 2012 No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%) 1 1 2 3 15 2 3 4 8 40 3 > 5 9 45 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2012 Pada tabel 4.1 terlihat bahwa petani responden yang berusahatani ubi jalar memiliki jumlah tanggungan keluarga > 5. Hal ini berarti sebagian besar petani responden mempunyai jumkah anggota keluarga pada kategori besar. 4.3.5. Luas Lahan Garapan Luas lahan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu factor produksi yang penting dalam melakukan usahatani, karena luas lahan garapan turut menentukan besar kecilnya jumlah produk yang dihasilkan (output). Luas lahan pertanian dikategorikan dalam tiga, yaitu ; luas lahan garapan sempit (< 0.5 Ha), luas lahan garapan sedang (0.5 2.00 Ha). Luas lahan garapan petani ubi jalar di Desa UPT. Asinua Jaya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12. Luas Lahan Garapan Petani Responden di Desa UPT. Asinua Jaya tahun 2012 No Luas Lahan Garapan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 0.25-1 18 90 2 >1-2 2 10 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2012 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa luas lahan garapan petani usahatani ubi jalar dengan luasan 0.50-1 Ha sebanyak 18 orang (90%) dan sisanya 2 orang 43 responden (10%) dengan luasan >1-2 Ha. Keadaan tersebut mengambarkan bahwa petani memiliki potensi lahan yang cukup dalam pengembangan usahatani ubi jalar. Luas lahan yang dimiliki oleh petani responden di Desa UPT. Asinua Jaya tergolong dalam kategori sedang. 4.4. Biaya Produksi Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pengeluaran per usahatani untuk factor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya yang digunakan dalam kegiatan usahatani Desa UPT. Asinua Jaya. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya produksi oleh petani yang berusahatani ubi jalar dapat dilihat pada tabel berikut : No Jumlah Produksi (Kg/Ha) Harga Produksi (Rp/Kg) Penerimaan (Rp/Ha) Biaya Produksi (Rp/Ha) Pendapatan (Rp/Ha) 1 1155 6500 7507500 4405000 3.102.500 2 613 6500 3981250 2724500 1.256.750 3 1780 6500 11570000 9460000 2.110.000 4 2600 6500 16900000 9350000 7.550.000 5 1350 6500 8775000 4227500 4.547.500 6 1545 6500 10042500 5032000 5.010.500 7 1430 6500 9295000 5557500 3.737.500 8 651 6500 4228250 3129000 1.099.250 9 1300 6500 8450000 4190500 4.259.500 10 1224 6500 7956000 4518500 3.437.500 11 1670 6500 10855000 4713500 6.141.500 12 1551 6500 10081500 5214000 4.867.500 13 1490 6500 9685000 5753500 3.931.500 14 655 6500 4257500 3057500 1.200.000 15 1623 6500 10549500 4550500 5.999.000 16 1018 6500 6619600 5615900 1.003.700 17 1625 6500 10562500 6315500 4.247.000 18 2801 6500 18203250 9626500 8.576.750 19 1270 6500 8253375 5938250 2.315.125 44 20 1443 6500 9379825 6904050 2.475.775 Jumlah 28792.7 130000 187152550 110283700 76.868.850 Rata-Rata 1440 6500 9357627.5 5514185 3.843.442.5 Max 2800.5 6500 18203250 9626500 8.576.750 Min 612.5 6500 3981250 2724500 1.003.700 4.5. 33 IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Ubi jalar merupakan tanaman palawija yang banyak di kembangkan di Desa UPT. Asinua Jaya Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe. Ubi jalar mengandung karbohidrat, vitamin A dan C serta mineral Ca. Selain sebagai bahan konsumsi, ubi jalar juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan produk bahan induustri lainnya. Pembangunan pertanian tidak terlepas dari keikut sertaan petani didalam mengelola usahanya dibidang pertanian. Petani adalah orang yang selalu berhubungan dengan tanah dan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usahatani adalah suatu kegitan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faklor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin 4.2. Saran Keikut sertaan pemerintah dalam upaya mempertahankan dan meningktan ketahan pangan di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wujud dalam menanggulangi kemisikinan para petani khusunya petani ubi jalar yang berada di Desa UPT Asinua Jaya. 34 DAFTAR PUSTAKA Renville Siagian., 2003. Pengantar Manajemen Agribisnis. Cetakan Ketiga. Gadja Mada University Press. Yogyakarta. Firman Wahyudi, Lif Rahmat Fauzi, Rina Kusrina, Heni Habibah., 2010. Pola Usahatani Padi, Ubi Jalar, dan Katuk Untuk Mengakumulasi Modal dan Meningkatkan Pendapatan Petani. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Harmawati., 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oriza zativa L.) Sistem Tanam Pindah dan Tanam Benih Langsung di Desa Wukuaso Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Lakidende. Unaaha. Agus., 2011. Analisis Pemasaran Kopi Serbuk Di Pasar Sentral Wawotobi dan Pasar Sentral Unaaha Kabupaten Konawe. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lakidende. Unaaha. Soekartawi., 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Wasis., 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Alumni. Bandung Kasmir dan Jakfar., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Prenanda Media Group. Jakarta. Mosher Daniel., 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hadija dan Najamuddin., 2009. Analisa Usaha Jagung. Balisereal Maros. Sulawesi Selatan. BPP., 2010. Budidaya Pertanian Ubi Jalar (Ipomea batatas L.).Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. Dwi Bhekti Wulandari., 2008. Analisa Tanggapan dan Minat Petani Terhadap Usaha Pengolahan Ubi Jalar. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.