You are on page 1of 3

PENDIDIKAN DI ANTARA TIGA PILAR KEKUASAAN Ayu Konsep kekuasaan telah banyak didefinisikan oleh para ahli, misalnya

saja Bertra nd D. Russel yang mendefinisikan kekuasaan sebagai hasil pengaruh yang diinginka n. Russel juga membantah Freud yang menyatakan bahwa dorongan atau motivasi sese orang untuk berbuat sesuatu adalah dorongan seks, dengan mengeluarkan pernyataan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu lebih dikarenakan oleh doronga n untuk memperoleh atau memegang kekuasaan. Adapula Charles F. Andrian yang memb uat kekuasaan dimengerti sebagai penggunaan sejumlah sumberdaya (aset kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan dari orang lain, karena kekuasaan pada hakikatnya me rupakan suatu hubungan dimana pemegang kekuasaan menjalankan kontrol atas sejuml ah orang lain. Sementara itu, diskusi Foulcault tentang kekuasaan tidak terlepas dari relasinya dengan pengetahuan. Foulcault melihat relasi pengetahuan dan kek uasaan sangat erat dimana dia melihat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah bentu k dari kekuasaan yang dapat mengatur orang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mengatu r, mengontrol, bahkan menaklukkan sekelompok individu untuk kemudian membuat mer eka bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Itula h yang terjadi pada kita sebagai warga negara, dimana kehidupan kita sesungguhny a telah diatur oleh sebentuk kekuasaan yang terdistribusi berdasarkan tiga dim ensi utama, yaitu politik, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga dimensi ini dapat dikembangkan menjadi tiga pilar kekuasaan yang sangat berpengaruh, yaitu dimensi politik dengan pilarnya negara, dimensi ekonomi dengan pilarnya pasar, dan dime nsi sosial budaya dengan pilarnya civil society. Ketiga pilar kekuasaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : A. NEGARA Menurut para ahli, negara memiliki berbagai definisi yang diantaranya adalah : a). Perspektif State Centered Salah seorang ahli yang menganut perspektif state centered adalah Steven Krasner yang merumuskan negara sebagai sejumlah peran dan institusi yang memiliki doron gan dan tujuan khusus yang berbeda dari kepentingan kelompok tertentu manapun da lam masyarakat. b). Perspektif Society Centered Berbeda dengan sebelumnya, kali ini negara memiliki agenda kepentingan pribadi, baik sebagai kepentingan individu maupun kepentingan kelas, yang dapat dijelaska n sebagai berikut : 1. Pendekatan Utilitarian melihat negara sebagai refleksi dari kepentingan priba di. Seperti Erick Nordlinger dalam bukunya On The Otonomy of Democratic State ya ng melihat negara sebagai semua individu yang memegang jabatan ini, dimana jabat an tersebut memberikan kewenganan terhadap individu-individu untuk membuat dan m enjalankan keputusan-keputusan yang dapat mengikat pada sebagian atau keseluruha n dari sekmen-sekmen dalam masyarakat. 2. Pendekatan Marxian memandang negara pada awalnya sebagai bentuk dari kepentin gan pribadi dari para kapitalis yang berfungsi sebagai instrumen untuk meraih tu juan tertentu. Untuk Indonesia, ada dua pokok pengertian negara menurut Arief Budiman. Pertama, negara merupakan lembaga yang memiliki kekuasaan yang sangat besar di dalam masyarakat. Negara dapat memaksakan kehendaknya kepada warga, bahkan kalau perlu negara memiliki legitimasi untuk menggunakan kekerasan fisik dalam memaksakan ke patuhan masyarakat terhadap perintah-perintah yang dikeluarkannya. Kedua, kekuas aan yang sangat besar tersebut diperoleh karena negara merupakan pelembagaan dar i segenap kepentingan umum. Sebagai lembaga yang mewakili kepentingan umum ini, negara dapat memaksakan kehendaknya melawan kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok minoritas yang secara kuantitatif kecil artinya dibanding keseluruhan anggota masyarakat. B. PASAR Dalam bahasa latin pasar dapat ditelusuri melalui akar dari kata mercatus yang bermakn a berdagang atau tempat berdagang. Tedapat tiga makna yang berbeda didalam penge

rtian tersebut : 1). pasar dalam artian secara fisik; 2). dimaksudkan sebagai te mpat pengumpulan; dan 3). hak atau ketentuan yang legal tentang suatu pertemuan pada suatu market place. Adapula yang mencoba menelusuri pengertian pasar sebaga i kata sarapan dari bahasa parsi, yaitu bazar yang bermakna suatu pranata ekonomi seka ligus cara hidup suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencakupi segala asp ek dari masyarakat dan kehidupan sosial budayanya. Senada dengan yang diungkapka n oleh Geertz, pasar nyata sebenarnya tidak hanya menyangkut aspek-aspek ekonomi s proses jual beli barang saja, tetapi pasar merupakan pranata ekonomi dan sekal igus cara hidup. Dan dari sudut arus barang dan jasa, ciri khas pasar yang palin g menonjol adalah barang yang diperjual belikan. C. CIVIL SOCIETY Civil Society diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi masyarakat sipil, masyarakat warga kewargaan, dan masyarakat madani. Masyarakat warga kewargaan me rupakan terjemahan yang merujuk pada kata civic dalam pendidikian kewarganegaraa n sebelum tahun 1970an. Sementara masyarakat madani merupakan suatu terjemahan dari Civil Society yang diusulkan oleh Datuk Anwar Ibrahim, pada saat beliau men yampaikan ceramahnya pada simposium nasional dalam rangka forum ilmiah festival istiqlal tanggal 26 Desember 1995.Civil society merupakan suatu bentuk kehidupan masyarakat yang memiliki dan mendukung karakteristik yang membedakan dengan ma syarakat lain, yaitu : 1). Adanya ruang publik yang bebas; 2). Adanya pilar pene gak; 3). Memiliki budaya civil society seperti demokratis, toleransi,saling memp ercayai,saling menghargai, kritis dan rasional, adil, bertanggung jawab, partisi patoris, jujur, good governence, penyetaraan gender, dan counter balancing. Agar kesejahteraan, demokrasi, pembangunan ekonomi, hak asasi manusia, pendidika n, serta lingkungan yang sehat dan berkelanjutan bisa dicapai secara optimal,mak a prinsip sinergitas yang dibangun adalah, setiap pilar memberikan kontribusi op timal bagi semua pencapaian kemanusiaan diatas, baik sebagai individual mupun se bagai kolektifitas.Selanjutnya, setiap pilar memiliki kesadaran bahwa aktor yang berada didalamnya , disamping sebagai mahluk individual juga sebagai makhluk so sial, memiliki kemampuan untuk meralisasikan pencapaian optimal dari kesejahtera an, demokrasi, pembangunan ekonomi, hak asasi manusia, pendidikan, serta likunga n hidup sehat dan berkelanjutan. 1. Pendidikan dan Negara Menurut Andi Makkulua, pelaksanaan pendidikan selalu ditentukan oleh corak ideol ogi suatu negara. Dalam hal ini, ideologi dimaksudkan sebagai sekumpulan ajaran (the body of doctrine), mitos, simbol-simbol, dan lain-lain yang berbentuk nilai -nilai bagaimana sebuah cita-cita sosial (social ideals) hendak diwujudkan. Adap un, lembaga-lembaga pendidikan yang ada merupakan salah satu alat untuk mewujudk an cita-cita sosial tersebut. Ketika sebuah ideologi diterapkan dalam rangka menggapai cita -citanya, sebenarn ya ada kekuasaan politik yang berwenang mengatur kehidupan tertentu dalam masyar akat; termasuk di dalamnya adalah kehidupan atau pembangunan pendidikan. Sehingg a pada tataran inilah sesungguhnya pendidikan mengalami persinggungan dengan kek uasaan politik dari negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara mengatur kehidupa n pendidikan karena negara memiliki kepentingan terhadap pendidikan, sebagaimana dunia pendidikan juga menaruh harapan besar pada perhatian negara atasnya. Sementara itu bentuk nyata atas hubungan keterkaitan keduanya yang paling menonj ol adalah: pertama, dilihat dari sudut pandang kepentingan pendidikan, mereka me merlukan dukungan politik dari negara untuk terciptanya kelancaran usaha menuju cita-cita pendidikan sebagaimana harapan para konstituennya; kedua, dilihat dari sudut pandangan negara, ia membutuhkan pendidikan dalam rangka memenuhi kewaji bannya sebagaimana telah diamanatkan oleh konstitusi, agar mendapat citra positi f di mata masyarakat. Dengan adanya pendidikan, negara akan memperoleh legitimas i lebih kuat khususnya dari kalangan warga sekolah dan universitas. Selain itu, negara juga berkepentingan terhadap lembaga pendidikan untuk digunakan sebagai a gen dalam meningkatkan watak dan kesadaran jiwa nasionalisme (caracter and natio n building) para warga negara. 2. Pendidikan dan pasar

Saat kebijakan ekonomi pasar mulai diterapkan, modal-modal asing mulai antri dan membagi-bagi tiap lapak tanah kekayaan Indonesia. Tapi ada satu kendala yang ha rus diselesaikan, yaitu kekurangan tenaga ahli untuk menjalankan mesin-mesin bar u hasil dari infestasi asing yang dilakukan. Untuk itu satu-satunya solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah mengubah sistem pendidikan menjadi sistem pen didikan yang mengabdi pada kepentingan investor asing (kebutuhan pasar tenaga ke rja) yang tentunya mengubah orientasi sistem pendidikan. Pendidikan saat ini, selain berorientasi untuk memanusiakan manusia, juga berori entasi menghasilkan tenaga buruh murah untuk dipekerjakan di industri-industri b aru hasil investasi asing. Di sini, para peserta didik nyaris tidak diperbolehka n mempelajari sesuatu hal yang tidak dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Sehingg a banyak hal yang pada dasarnya dibutuhkan oleh para peserta didik untuk dipelaj ari malah dikurangi, dibuang bahkan tidak diajarkan karena dianggap tidak sesua i dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Penerapan sistem pendidikan dasar 9 tahun juga bisa jadi memiliki tujuan untuk m emenuhi kebutuhan tenaga kerja yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga lulusan seko lah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) yang upahnya akan lebih murah . Jika ditambah dengan orientasi sistem pendidikan yang tidak mengkaji tentang p ersoalan-persoalan umum masyarakat (tapi untuk kebutuhan pasar) dan cara menyele saikannya maka jelaslah bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini diformat sede mikian rupa untuk mengakomodasi kepentingan pengusaha dan penguasa. Bukan pendid ikan yang ditujukan untuk bagaimana memberikan sumbangsih demi memajukan kepenti ngan umum. 3. Pendidikan dan civil society Inti pendidikan adalah penyebaran dan penanaman nilai, dan dengan nilai-nilai te rsebut akan terbuka cakrawala pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman manusia terh adap lingkungan di sekitarnya. Melalui pendidikan yang merupakan instrumen strat egis dalam upaya membentuk dan mengembangkan potensi dan kualitas sumber daya ma nusia agar mampu mewujudkan perilaku yang diharapkan, terutama yang menggambarka n karakteristik civil society seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah denga n merevitalisasi peran guru, kepala sekolah, dan pengawas melalui lembaga pendid ikan tenaga kependidikan, pelatihan dalam jabatan, serta pembinaan kemampuan profesi. Karena melalui revitalisasi tersebut, para tenaga pengajar atau pendid ik akan lebih profesional dalam mengajar dan mendidik siswa sehingga mereka dapa t memiliki karakter yang diperlukan dalam pembentukan civil society. Referensi : Gatara, A.A Said dan Moh.Dzulkiah Said. 2007. Sosiologi Politik: Konsep dan Dina mika Perkembangan Kajian. Pustaka Setia. Bandung. Lawe610.2011. Sistem Pendidikan Pasar, Cara melawan, dan Solusinya. Diunduh dari website http://lawe610.wordpress.com pada 03 Januari 2013. Munadi, Muhammad. 2008. Civil Society dan Pendidikan Kita. Diunduh dari website http://muhammadmunadi.blogspot.com pada 03 Januari 2013. Rohman, Arif. 2010. Politik Pendidikan di Daerah dan Problem Desentralisasi Pend idikan. Makalah dipresentasikan pada Workshop Penyusunan Raperda Pendidikan Daer ah tanggal 4-6 Agustus 2010 di Grand Quality Hotel Yogyakarta.

You might also like