You are on page 1of 20

BAB I Aliran Jabariah dan Qodariah A.

Pendahuluan Dalam pandangan para mutakallimin, seringkali perbincangan tentang manusia hampir selalu berujung pada tema-tema relasi teologis, seperti hubungan antara makhluk dengan Kholik. Tema-tema seperti itu, meskipun berat untuk dipikirkan, selalu menarik untuk di bicarakan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena manusia pada dasarnya merupakan makhluk religius, makhluk yang memiliki kesadaran keberagamaan yang pada tingkat tertentu dapat menjadi spirit yang sangat dominan. Seluruh kehendaknya digerakkan oleh kekuatan raksasa yang sering kali sulit dikendalikan. Bahkan kekuatan rasio sekalipun tidak lagi mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan penyeimbang sehingga akhirnya ia pasrah atas kehendak itu. Munculnya kekuatan religi ini pada manusia sekaligus mencerminkan adanya batas-batas kehendak manusia, yang karena ketidak berdayaannya ia menjadi makhluk yang sangat fatalistic, dan hanya bergerak pada ketergantungan spiritual yang hampir tidak mengenal batas. Dalam sejarah peradaban umat manusia, watak teologis seperti ini pernah dituduh sebagai sumber utama ketertinggalan dan keterbelakangan. Sehingga muncul suatu asumsi bahwa ikhtiar

membangkitkan karsa manusia hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan citra teologis itu pada pandangan yang lebih rasional.Kedua, karena manusia juga pada saat yang sama merupakan makhluk rasional, makhluk yang berdasarkan fitrah penciptaannya dipandang memiliki kelebihan eksklusif. Fasilitas akal yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada manusia telah membentuk dirinya sebagai makhluk yang bebas dan merdeka. Kebebasan dan kemerdekaan berfikir inilah yang pada gilirannya telah memberikan warna pluralisik, baik pada tatanan sosial maupun spiritual. Pola-pola berpikir teologis di atas, tanpa disadari kini telah melengkapi khazanah pemikiran Islam yang sangat progresif. Bahkan lebih dari itu, kehadiran produk berpikir tersebut, telah pula membentuk semacam mazhab teologi yang secara dikotomik terbelah pada kekuatan Qodariah dan Jabariah.
1

Seperti apa yang telah diterangkan pada posisi atau kondisi kejadian Qodariah, kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak manusia. Pada posisi atau kondisi kejadian Jabariah, kehendak Tuhan terlaksana melewati kehendak kompleks yaitu kehendak alam lingkungan yang unsurnya komplek, dimana manusia juga menjadi salah satu unsurnya. Berdasarkan argumen diatas, maka makalah ini mencoba mengulas tentang kedua paham tersebut, bagaimana asal-usulnya, siapa tokoh-tokohnya, bentuk ajaran-ajarannya, dan aspekaspek lain dalam kaitannya dengan Sejarah Pemikiran Islam. Paling tidak, kajian ini mampu memberi pendalam pemahaman kita terhadap faham Jabariah dan Qodariah.

BAB II B. 1. Pembahasan Aliran Jabariah Latar Belakang Munculnya Aliran Jabariah Kata Jabariah berasal dari kata Jabara yang berarti Memaksa.Didalam Al-Munjid , dijelaskan bahwa nama Jabariah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.1kalau dikatakan ,Allah mempunyai sifat Al-jabbar (dalam bentuk Mubalaghah),itu artinya Allah Maha Memaksa. ungkap Al-Insan majbur (bentuk isim maful) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa .selanjutnya,Kata Jabara (bentuk pertama),setelah ditarik menjadi jabariah (dengan menambah nisbah),memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme).lebih lanjut Asy-Syahratsani menegas bahwa paham Al-Jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkan nya kepada Allah .2 Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai asal usul kemunculan dan perkembangan Jabariah ,perlu dijelaskan mengenai orang yang melahirkan dan menyebarluaskan faham Aljabar dan dalam situasi apa saja faham ini muncul. Faham Al-Jabar pertama sekali diperkenalkan oleh Jad bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari kurasan.dalam sejarah Teologi Islam ,jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan Aliran Jahmiyah dalam kalangan Murjiah .Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-haris dan selalu menemani nya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayah. 3namun,dalam

perkembangannya ,faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-Husain bin Muhammad An-Najjar dan Jad Dirrar. Mengenai kemunculan faham al-jabar ini ,para ahli sejarah pemikiran mengkajinya melalui pendekatan geokultural bangsa Arab.diantara para ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin .ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir

1 2

Luwis Maluf, Al-Munjid fi al-lughah wa Al-Alam, Beirut ,Dar Al-Masyriq.1998,hal.78 Asy-syahratnasy , Al-Mihal Wa An Nihal ,Darul Fikr,Beirut hal.85 3 Ibid

sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka .4ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Lebih lanjut ,Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian ,masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan sendiri .mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya ,mereka banyak bergantung pada kehendak alam.hal ini membawa mereka kepada Sikap Fatalism.5 Sebenarnya benih-benih faham Al-jabar sudah muncul jauh sebelum kedua tokoh diatas .Benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini: a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir Tuhan .Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut , agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir.6 b. Khalifah Umar Bin khatab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri . Ketika diinterogasi,pencuri itu berkata Tuhan telah menentukan aku mencuri. Mendengar ucapan itu ,Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan .oleh karena itu ,Umar memberi dua jenis hukuman kepada pencuri itu.pertama ,hukuman potong tangan karena mencuri .kedua hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.7 c. Khalifah Ali Bin Abi Thalib seusai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua tentang qadar (ketentuan)Tuhan dalam kaitannya dengan pahala dan siksa.Orang tua itu bertanya , Bila perjalanan (menuju perang Shiffin) itu terjadi dengan qadha dan Qadar Tuhan ,tak ada pahala sebagai balasan nya. Ali menjelaskan bahwa qadha dan Qadar itu merupakan paksaan ,batallah pahala dan siksa ,gugur pulalah makna janji dan ancaman Tuhan ,serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujian Nya bagi orang-orang baik.8

Ahmad Amin, Fajr IslamMaktab An-nahdhah Al-Misriyah li Ashhabiha Hasan Muhammad Wa Auladihi ,Cairo 1924 hal.4 5 Nasutian ,Loc.cit 6 Aziz Dahlan, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam,Beuneubi Cipta ,Jakarta ,1987 hlm 27-29 7 Ali Mustafa Al-Ghurabi, Tariq Al-Firaq Al-Islamiyah, kairo .1958 hlm 15 8 Ibid ,hlm 28

d.

Pada pemerintahan Daulah Bani Umayah ,pandangan tentang al-jabar semakin cuat kepermukaan .Abdullah Bin Abbas ,melalui suratnya ,memberikan reaksi keras kepada penduduk Syiria yang diduga berfaham Al-Jabariah .9

Paparan menjelaskan bahwa bibit faham Al-jabariah telah muncul sejak awal periode Islam .namun Al-jabar sebagai suatu pola piker atau aliran yangb dianut ,dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah ,yakni oleh kedua tokoh yang telah disebut diatas .10 Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariah ,ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing,yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit.11 Namun ,tanpa pengaruh asing itu,faham Al-Jabariah akan muncul juga dikalangan umat islam .di dalam Al-Quran sendiri terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan faham ini,misalnya: Firman Allah SWT Surah Al-Anam (6) ayat 111 yang berbunyi;

Artinya: 111. Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Q.S.Ash-Shaffat{37}:96)

Artinya: 096. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

Ahmad Abdul Rozak, ilmu kalam, pustaka setia hlm 65 Harun Nasution , islam ditinjau dari berbagai aspek ,UI press cet VI ,Jakarta ,1986 hlm 37 11 Sahiludin A,Nasir, Pengantar Ilmu Kalam , Rajawali ,1991,Jakarta hlm 133
10

(Q.S.Al-Anfal{8]:17)

Artinya: 017. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Q.S.Al-Insan {76}:30)

Artinya: 030. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Hadist Rasullullah SAW

: :) (
Artinya:Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra.berkata:Rasullullah Saw bersabda , Tidak beriman seseorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaranajaran yang aku bawa. (Hadist Shahih,kami riwayatkan dalam kitab Al-Hajjah dengan sanad yang shahih). Ayat ayat tersebut terkesan membawa seseorang pada alam pikiran Jabariah .mungkin inilah yang menyebabkan pola pikir Jabariah masih tetap ada dikalangan umat Islam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada.

2.

Tokoh-Tokoh Tunci Dan Ajaran-Ajaran Dasar Menurut Asy-syahratsani , Jabariah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian ,ekstrim

dan moderat.12 Diantara doktrin Jabariah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya .misalnya,kalau seseorang mencuri ,perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendak sendiri,tetapi timbul karena Qadha dan Qadar Tuhan yang menghendaki demikian .13Diantara pemuka Jabariah ekstrim adalah berikut: a) Jahm bin Shofwan (Al-jahmiyyah) Nama lengkap adalah Abu Mahrus jaham bin Shafwan .ia berasal dari Khurasan , bertempat tinggal di Khufah ;ia seorang daI yang fasih dan lincah (orator);Ia menjabat sebagai sekretaris Harist bin Surais ,seorang mawali yang menentang pemerintah Bani Umayah di Khurasan,Ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan agama. Sebagai seorang penganut dan penyebar faham jabariah ,banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat,seperti ke Tirmidzi dan Balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut: 1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.Ia tidak mempunyai daya ,tidak mempunyai kehendak sendiri,dan tidak mempunyai pilihan.pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih terkenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan Neraka ,konsep iman,kalam Tuhan,meniadakan sifat Tuhan(Nahyu As-sifat),dan melihat Tuhan di Akhirat. 2. 3. Surga dan Neraka tidak kekal.Tidak ada yang kekal selain Tuhan. Iman adalah marifat atau membenarkan dalam hati.Dalam hal

ini,pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murjiah. 4. Kalam Tuhan adalah mahluk .Allah Maha suci dari sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara,mendengar dan melihat.Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak.

12

Asy-Syahrastani, Al-MIhal Wa Al-Nihal , Aliran-Aliran Teologi dalam Sejarah Umat Islam,PT.Bina Ilmu 2003 hlm.71 13 Nasution ,op.cit.hlm 34

Dengan demikian ,dalam beberapa hal,pendapat

Jahm hampir sama dengan

Murjiah, Muktazilah ,dan Asyariyah.itulah sebabnya para pengkritik dan sejarawan menyebutnya dengan Al-Mutazili,Al-MurjiI,dan Al-Asyari. b. Jad bin Dirham Al-Jad adalah seorang Maulana Bani Hakim,tinggal di Damaskus .Ia

dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang sedang membicarakan Teologi.Semula ia percaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah ,tetapi setelah tampak pikiran pikirannya yang kontroversial ,Bani Umayah menolak nya .Kemudian Al-Jad lari ke Kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm,serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebar luaskan. Doktrin pokok Ja,d secara umum sama dengan pikiran Jahm,Al-Ghuraby menjelaskannya sebagai berikut .14 1. Al-quran itu adalah Makhluk .oleh karena itu ,dia baru.sesuatu yang baru itu tidak dapat disifatkan kapada Allah SWT. 2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan Makhluk ,seperti berbicara,melihat,dan mendengar. 3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berbeda dengan Jabariah Ekstrim,Jabariah Moderat mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia ,baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik,tetapi manusia mempunyai bagian didalamnya.Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya .inilah yang dimaksud dengan kasab(acquistin).15 Menurut Faham Kasab,manusia tidaklah majbur(dipaksa oleh Tuhan),tidak seperti Wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan ,tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan.

14 15

Al-Ghuraby,op.cit;hlm28-29 Nasution.op.cit;hlm 35

Yang termasuk tokoh Jabariah moderat adalah berikut ini: a) An-Najjar (An-Najjariyah) Nama lengkapnya adalah Husein bin Muhammad An-Najjar (Wafat 230 H).Para pengikut nya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah .Diantara pendapat-pendapat nya adalah : 1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia,tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan perbuatan itu.itulah yang disebut dengan Kasab dalam teori Al-Asyary.16Dengan demikian ,manusia dalam pandangan An-najjar tidak lagi seperti wayang yang digerakkan bergantung pada dalang ,sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. 2. Tuhan tidak dapat dilihat di Akhirat.Akan tetapi ,An-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (marifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan .17 b) Adh-dhirar Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr.Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husein An-Najjar ,yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang . Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan nya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.18secara tegas .Dhirar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan ,artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan oleh Tuhan ,tetapi juga oleh manusia itu sendiri.Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.19 Mengenai ruyat Tuhan di Akhirat ,Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di Akhirat melalui indra keenam .Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah nabi adalah Ijtihad.hadist ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum. 20

16 17

Asy-Syahratsani,Op.cit,hlm 89 Ibid 18 Nasution ,Teologi hlm,35 19 Asy-Syahratsani ,Loc.cit 20 ibid

C. 1.

Pembahasan Aliran Qodariah Latar Belakang Munculnya Aliran Qodariah Qadariah berasal dari bahasa Arab,yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan

kekuatan.21 Adapun menurut pengertian terminology,Qadariah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.Aliran ini berpendapat bahwa tiaptiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatan;Ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.berdasarkan pengertian tersebut ,dapat difahami bahwa qadariah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.dalam hal ini ,Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qodariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai Qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya,dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada Qadar Tuhan.22 Seharusnya ,sebutan Qadariah diberikan kepada Aliran yang berpendapat bahwa Qadar menentukan segala tingkah laku manusia ,baik yang bagus maupun yang jahat.Namun ,sebutan tersebut telah melekat kaum Sunni,yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Menurut Ahmad Amin,sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham Qadar oleh lawan mereka dengan merujuk Hadist yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariah Hadist itu berbunyi: Artinya: Kaum Qadariah adalah Majusinya umat Ini. 24 Kapan Qadariah muncul dan siapa tokoh-tokohnya?Merupakan dua tema yang masih diperdebatkan .Menurut Ahmad Amin ,ada ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariah pertama sekali dimunculkan oleh Mabad Al-Jauhadi dan Ghailan Ad-Dimasyqy.25Mabad adalah seorang tabaI yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada hasan Al-basri.Adapun
21 22

23

Luwis Maluf Al-YusuI, Al-Munjid, Al-khatahulikiyah ,Beirut ,1945 , hlm 436 Nasution , Teologi Islam,.hlm 31 23 Ahmad Amin , fajr Al-Islam , maktabah An-nahdhah Al-Misriyah LI ashhabiha Hasan Muhammad wa Auladihi,kairo,1924.hlm 284 24 Hadist ini terdapat di dalam Sunan Abu Daud, Kitab As-Sunnah, bab 16 ,fi Al-Qadr. 25 Ahmad Amin,op.cit,hlm 284

10

ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus .dan ayahnya menjadi Maula Usman bin Affan.26 Ibnu Natabah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun,seperti dikutip Ahmad Amin,member informasi lain bahwa yang pertama sekali memunculkan faham Qadariah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk islam dan balik lagi ke agama Kristen.Dari orang inilah,Mabad dan Ghailan mengambil faham ini.orang Irak yang dimaksud ,sebagaimana dikatakan Muhammad Ibnu Syuib yang memperoleh Informasi dari Al-AuzaI,adalah Susan.27 Sementara itu,W.Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan Hellmet Ritter dalam bahasa Jerman yang dipublikasikan melalui majalah Der Islam pada tahun1933. Artikel ini menjelaskan bahwa faham Qadariah terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al-Basri sekitar 700 M.Hasan Al-Basri (642-728) adalah anak seorang tahanan di Irak.Ia lahir di Madinah,tetapi pada tahun 657,pergi ke Basrah dan tinggal disana sampai akhir hayatnya.Apakah Hasan Al-Basri termasuk orang qodariah atau bukan,hal ini memang menjadi perdebatan .Namun yang jelas ,berdasarkan catatannya yang terdapat dalam kitab Risalah ini ia percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara baik dan buruk.Hasan Yakin bahwa manusia bebas memilih antara berbuat baik atau berbuat buruk. Mabad Al-Jauhani dan Ghailan ad-Dimasyqy,menurut Watt,adalah penganut Qadariah yang hidup setelah Hasan Al-Basri.28 dihubungkan dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-Itidal,seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Mabad Al-Jauhani pernah belajar pada Hasan Al-Bashri,maka sangat mungkin faham Qadariah ini mula-mula dikembangkan Hasan Al-Bashri.dengan demikian ,keterangan yang ditulis oleh Ibn Natabah dalam Syahrul Al-Uyum bahwa faham Qadariah berasal dari orang Irak Kristen yang masuk Islam dan kemudian kembali kepada Kristen ,adalah hasil rekayasa orang yang tidak sependapat dengan faham ini agar orang-orang tidak tertarik dengan pikiran Qadariah .lagi pula menurut Kremer ,seperti dikutip Iqnaz Goldziher,dikalangan Gereja Timur ketika itu terjadi perdebatan tentang butir doktrin Qodariah yang mencekan pikiran para teolognya.29

26 27

ibid Al-bagdadi, Al-Farq bain Al-Firaq, Maktabah Muhammad Ali Subeih,Kairo ,hlm.18 28 Ibid hlm 28 29 Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, ilmu Kalam , Pustaka Setia hlm 72

11

Berkaitan dengan persoalan pertama kalinya Qadariah muncul,ada baiknya bila meninjau kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya.para peneliti sebelumnya pun belum sepakat mengenai hal ini karena penganut Qadariah ketika itu banyak sekali.sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan AlBasri.pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Natabah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam pendapatnya itu diambil oleh Mabad dan Ghailan.sebagian lain berpendapat bahwa faham ini muncul di Damaskus .Diduga disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak di pekerjakan di Istana-istana Khalifah. Faham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu.Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadi reaksi keras ini,pertama , seperti pendapat Harun Nasution ,karena masyarakat Arab sebelum Islam kelihatannya di pengaruhi oleh Faham Fatalis.kehidupan Bangsa Arab saat itu sangat sederhana dan jauh dari pengetahuan.Mereka selalu terpaksa mengalah kepada keganasan alam,panas yang menyengat ,serta tanag dan gunungnya yang gundul.mereka merasa dirinya lemah dan tak mampu menghadapi kesukaran hidup yang

ditimbulkan oleh alam sekelilingnya .faham ini terus di anut kendatipun mereka sudah beragama Islam.Karena itu,ketika faham Qodariah dikembangkan, meraka tidak apat menerimanya .faham Qodariah itu dianggap bertentangan dengan doktrin Islam. Kedua, tantangan dari pemerintah ketika itu.Tantangan ini sangat mungkin terjadi karena para pejabat pemerintah menganut faham Jabariah .ada kemungkinan juga penjabat pemerintah menganggap gerakan faham Qodariah sebagai suatu usaha menyebarkan faham dinamis dan daya kritis rakyat ,yang pada gilirannya mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang dianggap tidak sesuai , dan bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan. 2. Tokoh-tokoh kunci dan ajaran-ajaran dasar Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal,pembahasan masalah Qadariah disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mutazilah,sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.30 Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin Qadar lebih luas dikupas oleh kalangan Mutazilah sebab faham
30

ini juga menjadikan salah satu doktrin

Asy-Syahratsani,op.cit,hlm 85

12

Mutazilah.akibatnya,seringkali orang menamakan Qadariah dengan Mutazilah karena kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan. Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya.Manusia sendirilah yang melakukan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatanperbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.31Salah seorang pemuka Qadariah yang lain,An-Nazzam ,mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya.Selagi hidup manusia mempunyai daya,ia berkuasa atas segala perbuatannya. Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat difahami bahwa doktrin Qadariah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri,baik berbuat baik dan berbuat jahat .Oleh karena itu,ia berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.Dalam kaitan ini,bila seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat dan di beri ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat.itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri,bukan oleh takdir Tuhan.Sungguh tidak pantas ,manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dab kemampuannya sendiri. Faham takdir dalam pandangan Qadariah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu,yaitu faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu .Dalam perbuatan perbuatannya ,manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya.Dalam faham Qadariah ,takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya,sejak azali ,yaitu hokum yang dalam istilah Al-quran adalah sunnatullah . Secara alamiah,sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah.Manusia dalam dimensi Fisiknya tidak dapat berbuat lain,kecuali mengikuti hukum alam .misalnya ,manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas.Demikian juga ,manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, dan lain-lain.akan tetapi, manusia ditakdirkan mempunyai daya fikir yang
31

kreatif.Demikian juga anggota tubuh lainnya dapat berlatih

Harun Nasution ,Teologi Islam hlm.31

13

sehingga dapat tampil membuat sesuatu.dengan daya fikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil ,manusia dapat meniru apa yang dimiliki oleh ikan sehingga dia dapat berenang dilautan lepas .Demikian juga,manusia dapat membuat benda lain yang dapat membantunya membawa barang seberat yang dibawa gajah,bahkan lebih dari itu.Disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki oleh manusia .Suatu hal yang benarbenar tidak sanggup diketahui adalah sejauh mana kebebasan yang dimiliki manusia?Siapa dapat membatasi daya imajinasi manusia ?Atau dengan pertanyaan lain ,dimana batas akhir kreativitas manusia?. Dengan pemahaman seperti ini ,kaum Qadariah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyadarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan.Doktrindoktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin Islam sendiri.Banyak ayat Al-quran yang dapat mendukung pendapat ini,misalnya surat Al-Kahfi (18)

Artinya: 029. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Dalam surah Ali Imran {3}:165 disebutkan :

14

Artinya: 165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam surat Ar-Rad {13}:11 disebutkan:

Artinya: Artinya: 011. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Dalam surat An-Nisa {4}:111 disebutkan :

Artinya: 111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Hadist Rasullullah SAW:

: :
Artinya:Dari Ibnu Abbas ra.Bahwa Rasullullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mengampuni umat atas kesalahan ,kelupaan,dan atas sesuatu yang dipaksakan kepadanya. (Hadist Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah ,Baihaqi ,dan lain-lain)

15

D.

Implikasinya pada masyarakat Islam Masalah teologi dalam Islam telah melewati sekian banyak tahapan sejarah ummat

manusia. Dari abad klasik hingga abad posmodernisme sekarang wacana teologi Islam nyatanya tidak terlalu beranjak jauh dari bentuk lahirnya, baik tema maupun bentuk metodologinya. Perdebatan transendental spekulatif mengenai sifat Tuhan, kebebasan manusia, apakah Alquran mahluk atau bukan tetap saja menjadi tema pokok dalam wacana teologi Islam. Hal ini bisa dipahami karena tema-tema pokok teologi berdasar pada masalah tersebut. Tetapi masalahnya adalah mengapa wacana teologi dalam Islam tidak beranjak dari tema-tema tersebut menuju pada tema yang lebih historis social, yang lebih dekat pada sisi praktis kehidupan manusia sekarang, misalnya tentang HAM, kemiskinan, demokrasi, kapitalisme, globalisasi ekonomi, pemanasan global, masalah perempuan dan lain sebagainya. Idealnya, seharusnya pengetahuan teologi dapat berdaya guna bagi kehidupan manusia sebab fungsi utama dari keilmuaan teologi adalah mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan benar. Dalam merespon tujuan tersebut wacana teologi wajib mengikuti dinamika zaman, sebab jika tidak demikian, maka teologi dikatakan tidak fungsional terhadap daya hidup ummat. Dengan demikian wacana teologi harus berbanding lurus dengan sisi sejarah dan realitas ummat. Pengembangan wacana teologi dari wacana dasarnya telah dilakukan oleh beberapa kalangan terbatas, semisal apa yang dilakukan oleh Hasan Hanafi dengan transfomasi teologi dari wacana transenden menuju wacana revolusi praktis untuk menggerakkan masyarakat Islam untuk mendapatkan kembali kejayaan sosialnya seperti yang pernah tecapai pada masa kejayaan Islam sebelumnya. Demikian juga apa yang serukan oleh Fazlurrahman, seorang pemikir Islam yang terusir dari Pakistan, kampung halamannya sendiri, menyatakan perlunya rekonstuksi sistematis pada bangunan keilmuan teologi Islam yang ada sekarang. Upaya-upaya perubahan, baik metode maupun tema teologi Islam telah diusahakan oleh pemikir-pemikir Islam neo modernism, sekalipun hanya dalam kalangan terbatas. Di antara usaha-usaha demikianlah, tema teologi Islam seharusnya menemukan kembali relevansinya. Jika dinamika tersebut diamati dimanakah posisi paham-paham teologi Islam di masa kini? Dan bagaimana seharusnya paham-paham tersebut berlaku? Dan di mana relevansi paham-paham tersebut dalam era masa kini?

16

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya dimulia dari tinjauan epistemologi paham atau aliran dari teologi yang dimaksud. Dalam hal ini penulis telah menguraikan dengan singkat masalah epistemologi dari paham jabariah maupun qadariah (yang menjadi tema dalam makalah ini). Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa baik jabariah maupun qadariyah mempunyai peristiwa epistemologi yang berbeda. Epistemologi yang berbeda akan melahirkan cara pandang dan aksi yang berbeda pula. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan dalam pembahasan ini adalah pendekatan kronologis di masa pemerintahan khalifah Almamun, di mana pada masa tersebut aliran teologi muktazilah diadopsi sebagai paham resmi negara dan dapat dilihat beberapa kemajuan yang terkait dengan dimensi pemahaman teologi liberal tersebut. Pada masa itu perkembangan ilmu pengetahuan mengalami ekspansi hingga melewati batas-batas normative tradisi Islam sebelumnya. Meskipun secara politis ada beberapa masalah. Tetapi pengaruh aliran teologi muktazilah yang berpaham qadariah jelas memiliki implikasi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut. Terlepas dari perbedaan antara paham jabariah dan paham qadariah dalam memahami kewenangan Tuhan, di mana tema semacam ini dianggap sebagai tema pokok teologi Islam klasik, tetapi implikasi kedua paham ini akan ditinjau pada sisi realitas empiric ummat Islam. Tentu saja pendekatan ini telah dianggap cukup transformatif meskipun tetap saja masi diaggap kurang maksimal, karena realitas maju mundurnya ummat Islam pada masa kini belum tentu digerakkan oleh pemahaman apakah mereka berpaham jabariah ataukah berpaham qadariyah. Artinya korelasi paham teologi dengan gerak sejarah ummat Islam abad post modern sekarang sangat komplek untuk ditentukan. Hal itu terjadi karena abad ini adalah abad social-ekonomi dan politik yang penuh dengan siliweran isme-isme. Ada beberapa contoh yang dapat dilihat mengenai hal tersebut: di kampung saya hampir dapat dipastikan masyarakatnya menganut paham jabariah ekstrim, tetapi mereka mempunyai etos kerja yang sangat tinggi. Waktu (jam) kerja masyarakat tersebut dimulai dari jam 05:30, setelah shalat subuh. Yang petani berangkat ke sawah dan ladangnya yang pedagang berangkat ke pasar dan mereka masing-masing pulang ke rumahnya setelah hampir magrib. Jam istirahat hanya di waktu makan dan shalat saja. Penghasilan mereka rata-rata dibawah standar kehidupan ekonomi modern. Artinya keterkaitan antara paham jabariah yang dianut masyarakat di kampung saya memang kelihatan berbanding lurus dengan kondisi
17

keuangan mereka, karena mereka dianggap fatalism. Tetapi variable ini tidak berlaku mutlak jika diadakan survey lebih lanjut. Hasilnya adalah, kehidupan ekonomi mereka dapat saja lebih baik jika harga dari hasil tani mereka dinilai lebih layak oleh pasar. Faktanya tidak demikian, karena harga terkait dengan banyak variable lain, misalnya regulasi dan kebijakan pemerintah, mazhab ekonomi, kemampuan kompetisi dan lain-lain. Realitas ini membuktikan bahwa daya fungsi teologi Islam di masa sekarang, baik jabariah maupun qadariya dan paham lainnya, tidak maksimal khususnya dikalangan massa Islam. Hal ini dikarenakan perkembangan wacana teologi Islam mengalami stagnasi pemikiran. Amin Abdulah melihat masalah tersebut diakibatkan oleh beberapa factor. Yang petama, adalah hilangnnya daya kritis ummat terhadap masalah-masalah keagamaan termasuk soal teologi. Kedua, akibat trauma perseteruan pemikiran al-Gazali dan Ibnu Zina. Ketiga akibat dominasi pemikiran syariah formalistic. Dan tidak berkembangnya pemikiran filosofis dikalangan ummat Islam yang menghilangkan daya nalar ummat dalam melahirkan ide-ide segar. Keadaan ini menjadikan pemikiran teologi ummat Islam stagnan ditempat dan kehilangan tema di masa kini. Dalam posisi demikianlah persoalan paham teologi dipandang dan dicermati. Demikianpun tentang teologi jabariah maupun qadariah, tidak dapat dilepaskan dari persoalan tersebut. Peranan kedua model teologi ini akan dirasakan jika tema-tema yang diangkat bersentuhan langsung dengan problem massa Islam modern. Berbagai masalah social kemanusian yang mengemuka harus ditransformasikan lewat issu-issu teologi masyarakat. Sebab bagaimanapun potensi menggerakkan massa Islam harus lahir dari inti kepercayaan agamanya. Dan sebaliknya pula roh ajaran agama ini harus dapat mengubah dan mengantar ummatnya ke arah yang lebih baik.

18

BAB III Kesimpulan Kesimpulan makalah ini adalah : 1. Konsepsi paham jabariah menempatkan manusia pada posisi menerima segala kehendaknya sebagai kehendak kemutlakan Tuhan. Hal ini dapat dipahami berdasarkan cara paham teologi ini memproduksi klaim teologinya. 2. Konsepsi paham qadariyah menempatkan manusia sebagai mahluk bebas dalam berkehendak. Paham ini menggunakan akal (di luar teks sebagai cara memperoleh pengetahuan tentang kebebasan itu). 3. Peran dua teologi ini dalam dunia Islam masa kini tidak maksimal dikarenakan pada umumnya wacana teologi Islam tidak bersentuhan langsung dengan konteks massa muslim dewasa ini. Adapun kelebihan dan kekurangan Aliran Jabariyah antara lain sebagai berikut. Kelebihannya yaitu: 1. Kita menjadikan diri kita selalu menyandarkan segala tingkah laku dan perbuatan kepada Allah SWT 2. Menjadikan kita selalu rendah kepada Makhluk (Sifat Wara) Apa lagi kepada Allah SWT. 3. Menjadikan kita sadar akan kehebatan dan kebesaran Allah SWT. Kekurangannya yaitu: 1. Menjadi Fatalisme (rendah) kepada Manusia 2. Menjadi kita malas dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini 3. Tidak mau berusaha mengubah takdir yang dijanjikan Allah SWT. Adapun kelebihan dan kekurangan Aliran Qodariah antara lain sebagai berikut: Kelebihannya yaitu: 1. Menjadikan kita orang yang selalu berusaha dalam menjalankan hidup 2. Memiliki pemikiran yang tajam dalam memahami sesuatu 3. Dapat menciptakan ide-ide baru yang mendukung perubahan kehidupan Manusia.
19

Kekurangan yaitu: 1. Terlalu melebihkan Akal ketimbang Wahyu (Al-quran) 2. Merasa mampu menjalankan kehidupan tanpa bantuan orang lain 3. Merasa bangga terhadap yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah Amin,Falsafah Kalam,Pustaka pelajar,Yogyakarta,1995 Amin Ahmad,Fajr Al-Islam.Kairo;Maktabah An-Nasdhah Al-Misriyah Li Ashhabiha Hasan Muhammad wa Auladihi,1924 Ali ,Mukti ,Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan ,Mizan ,Bandung. Amal,Taufiq Adnan,dan MIzan,Bandung Syamsu Rizal Panggabean,Tafsir dan Konstektual Ayat,

Bagdadi,Abd Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad ,Al-Faraq Baim Al-Firaq,Maktabah Muhammad Ali Subeih wa Auladuhu ,Kairo ,tt Ghurabi ,Al-Tarikh Al-Farq Al-Islamiyah wa Nasatu Ilmu Kalam Inda Al-Muslimin ,Maktabah Muhammad Ali Shabih Wa Auladuh ,Mesir .tt Maluf ,Luwis ,Al-Munjid ,Al-Khathulikiyah,Beirut,1945 Nasution,Harun,Teologi Press,Jakarta,1986 Islam;Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,UI

Nasution,Harun,Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,UI Press,Jakarta,1986 Rozak ,DR.Abdul, ,M.Ag.DR.Rosihan Anwar,MAg, ilmu Kalam , Pustaka Setia hlm 72 Syahrastani,Al-Milal wa An- Nihal,Al-Dar Al-Fikr;Beirut tt Syekh.M.Nafis bin Idris Al-Banjarie, Ad-durrunnafis,Nur Ilmu Surabaya.1990

20

You might also like