You are on page 1of 15

http://anjaniriana72.blogspot.com/2012/11/isolasi-terpenoid.html isolasi terpenoid A.

PENGERTIAN SENYAWA TERPENOID Terpena merupakan suatu golonganhidrokarbonyang banyak dihasilkanolehtumbuhandan terutama terkandung padagetahdanvakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, Terpenoid ,merupakanmetabolit sekunder . Terpena dan terpenoid dihasilkan pula olehsejumlahhewan,terutamaseranggadan beberapa hewan laut Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawasenyawasteroidadalahturunanskualena, suatutriterpena; jugakarotendanretinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam,terpentin(turpentine).Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiriyang dihasilkanoleh tumbuhan. Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan produk rempah-rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umumsenyawa golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yangmengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama(nama latin) tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kalidiidentifikasi. Sebagai misal adalahcitral, diambil dari minyak yang diambil dari jeruk ( Citrus ). Contoh lain adalaheugenol, diambil dari minyak yang dihasilkanolehcengkeh( Eugenia aromatica).Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal inidapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalahisoprena(C5H8).Sebagian besar dan berbagai klas senyawa organik bahan alam yangterdapat dalam sekunder metabolisme tanaman mempakan terpena yangmencakup mono, sesqui, di-, tri dan senyawa poli-terpenoid. Nama terpen diberikan terhadap senyawa yang mempunyai pemmusan molekul C10H18 yang secara etimologi berasal dari pohon terebinth, Pistacia terebinthus. Tanamanconifer, ecalyptus dan buah jeruk kaya terpen volatil dengan berat molekulrendah. Volatilitas mereka yang mudah dikenal dalam tanaman yang berbauharum dan disamping itu terpen mudah sekali diisolasi dengan cara distilasi daridaun, batang dan bunga, yang kemudian dikenal dengan nama minyak "essential" atau disebut juga minyak atsiri. Banyak minyak atsiri yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti sebagai pengharum makanan, parfum, obat-obatan dansebagainya. Meskipun banyak minyak atsiri merupakan senyawa terpenoid,namun demikian pengertian tersebut tidak berlaku umum karena terdapat senyawanonterpenoid filiage dan bunga juga volatil dan berbau harum.Terpen mendapatkan tempat tersediri

dalam kimia organik-Cepatnya asetibilitas mereka, kelimpahan, mudahnya mereka diisolasi. relatif sederhanakomposisi mereka dan mudahnya dikenal serta transformasi yang sangat menarik menyebabkan senyawa terpen merupakan objek yang sangat disukai oleh pakar kimia organik. Pada akhir abad 1800 muncul banyak pakar terkenal dalam bidangorganik senyawa terpenoid seperti: Wallach, Perkin, Tiemann, Baeyer, Bredt,"Meerwein, Triebs, Ruzicha, Barfon, Jones dan masih banyak lagi. pada awaltahun 1900-an penelitian difokuskan pada pengungkapan struktur senyawa terpenyang umum, berikut penemuan-penemuan baru, kemudian mempelajari secaramendalam stereokimia, reaksi, tata ulang dan biosintesis dari senyawa-senyawayang sangat menarik. Senyawa terpenoid yang meliputi kimia steroid dankarotenoid sekarang merupakan bagian utama dalam bidang kimia organik dankimia organik bahan alam.Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman,tidak terikat dengan senyawa-senyawa lain, tetapi banyak diantara mereka yangterdapat sebagai glikosida, ester dari asam organik dan dalam beberapa hal terikatdengan protein. Anggota yang rendah (senyawa C10dan C15) sering dapatdiperoleh dengan cara-distilasi uap dari tanaman yang segar atau kering,sedangkan anggota yang lebih tinggi (C20atau lebih) biasanya diisolasi dengan cara ekstraksi dengan pelarut kemudian dipisahkan dan dimumikan dengan carakristalisasi, distilasi dan kromatografi. (Geissman, 1963). B.TIPE DAN STRUKTUR SENYAWA TERPENOID Terpena memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentukelompok tipe terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupadengan terpena") adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapatdinyatakan dengan rumus dasar. Kedua golongan ini menyusun banyak minyak atsiri. Hemiterpena, n=1, hanya isoprena. Hemiterpenoid, contohnya prenol,asam isovalerat. Monoterpena, n=2, contohnyamircen, limonen, danocimen. Monoterpenoid, contohnya geraniol. Seskuiterpena, n=3, contohnya farnesen. Seskuiterpenoid, contohnyafarnesol, kurkumen, bisabolol. Diterpena, n=4, contohnya cembren. Diterpenoid, contohnyakafestol. Triterpena, n=6, contohnyaskualena.

Triterpenoid, contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa steroid. Tetraterpena, n=8, contohnya adalahlikopen,karoten Politerpena, n besar, contohnya adalahkaretdangetah perca Keterangan dalam gambar isoprena penol asam isovalerat

BIOSINTESIS SENYAWA TERPENOID Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalamproduk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalammodel kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asamasetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaaksinya adalah sebagaiberikut

Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asammevalonat. 2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid. 3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkantriterpenoid dan steroid. Mekanisme dari tahaptahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat. setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisenmenghasilkan asam asetoasetat.Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukankondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimanaditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa

monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dariGeranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama. Mekanisme biosintesa senyawaterpenoid adalah sebagai berikut

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TERPENOID Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melaluisokletasi dan maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi padaserbuk kering yang akan diuji dengan 5L nhexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarutmethanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksanadipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteridilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yangdilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mLMeller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam padasuhu 35C.suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan padapermukaan media Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasiselama 24 jam pada suhu 35C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri

http://triwidyaedelwis.blogspot.com/2012/03/metabolit-sekunder-terpenoid.html METABOLIT SEKUNDER TERPENOID A. Pengertian Terpenoid Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama

seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya

Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15) B. Sifat umum Terpenoid Sifat fisika dari terpenoid adalah : 1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap 2) Mempunyai bau yang khas 3) Indeks bias tinggi 4) Kebanyakan optik aktif 5) Kerapatan lebih kecil dari air 6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alkohol Sifat Kimia 1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik) 2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer. C. Biosintesis Terpenoid Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang diturunkan dari unit isoprene (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaaksinya adalah sebagaiberikut: Gambar 1. Jalur Asam Mevalonat Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan

dariGeranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama. Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar yaitu: 1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. 2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid. 3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.

Gambar 2. Mekanisme biosintesa senyawa terpenoid

D. Klasifikasi Terpenoid Berdasarkan mekanisme biosintesisnya, maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan sebagai berikut: No Jenis Senyawa Jumlah atom Karbon Sumber 1 Monoterpenoid 10 Minyak atsiri 2 Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri 3 Diterpenoid 20 Resin pinus 4 Triterpenoid 30 Damar 5 Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten 6 Politerpenoid 40 Karet alam 1. Monoterpenoid Monoterpenoid merupakan senyawa essence dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebratadan struktur senyawanya telah diketahui. Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prisnsip dasar penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersialyang banyak diperdagangkan. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder. Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banayak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu senyawa aromatik (aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan

penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketahui strukturnya. Dengan kata lainsaling mengaitkan gugus fungsi senyawa lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau senyawa yang diketahui strukturnya.

2. Seskuiterpenoid Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol. 3. Diterpenoid Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata. Tata nama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial.

Gambar 3. Resin pinus yang mengandung metabolit sekunder berupa diterpenoid dan dapat digunakan dalam produksi pernis dan parfum. 4. Triterpenoid Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon. Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat.

5. Tetraterpenoid Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul tetraterpenoid adalah

C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan biji kelapa sawit.

6. Polyterpenoid Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet. E. Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. 1. Sekletasi Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri. 2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35C. suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri. Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk. F. Manfaat Terpenoid 1) sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin) 2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid) 3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid). 4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid) 5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid) 6) penghasil karet (politerpenoid) 7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai

pigmen dalam fotosintesis 8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan 9) Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga. 10) Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus.

http://devinarisagita.wordpress.com/2012/08/14/isolasi-limonen-dari-kulit-jeruk/ ISOLASI LIMONEN DARI KULIT JERUK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki prospek kualitas yang baik. Di sisi lain, jeruk merupakan jenis buah berkhasiat tinggi dan bermanfaat bagi manusia dimana pada pemanfaatannya tidak hanya pada daging saja, akan tetapi bagian kulitnya juga bisa dimanfaatkan. Secara umum kulit buah jeruk memiliki komponen penyusun dari berbagai senyawa antara lain asam sitrat, asam amino, dan minyak atsiri. Dari ketiga senyawa diatas prosentase kandungan minyak atsiri lebih besar dari asam sitrat maupun asam amino.

Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang banyak dimanfaatkan di bidang perindustrian seperti minyak wangi/parfum, obat-obatan, kosmetik, dan makanan. Pada minyak atsiri sendiri terkandung beberapa komponen yaitu terpen, sesquiterpen, aldehida, ester, dan sterol dengan rincian komponen sebagai berikut : limonene (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), decanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%). Dari komponen-komponen tersebut limonene memiliki prosentase kandungan terbesar karena limonene merupakan suatu bahan aktif yang paling berperan dari semua senyawa yang dikandung dalam minyak atsiri. Limonene berfungsi untuk campuran bahan makanan, kosmetik, bahan tambahan perasa, aroma tambahan, dll.

Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa kandungan limonene pada kulit jeruk memiliki jumlah terbesar, maka kebutuhan akan limonene juga meningkat sehingga diperlukan cara yang efisien dan efektif untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, penulis mengusulkan metode yang tepat untuk mendapatkan limonene yang lebih murni melalui metode ekstraksi dan destilasi uap. 1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini dalah untuk mendapatkan limonen yang lebih murni dengan metode yang efektif dan efisien.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Limonen Limonen adalah hidrokarbon dan diklasifikasikan dalam terpene siklik. Limonen bisa diperoleh dari kulit jeruk. Limonen, seperti monoterpene lain, dapat diperoleh dari pohon tertentu. Limonen dapat didapatkan dari kulit buah jeruk, jintan, adas, dan seledri. Konsentrasi tipikal dari mono terpene di udara di hutan kayu adalah 1 sampai 10 g/m2 (Filipsson et al., 1998). Limonen dibentuk dari geranylpyrophosphate dengan proses siklisasi dari neryl carbocation atau senyawa equivalennya. Ada dua grade (jenis atau kelas) dari d-limonen yaitu food grade dan technical grade. Ketika jeruk dijus, minyak akan diekstrak dari kulit jeruk. Jus akan terpisah dari minyak dan minyak didistilasi untuk mendapatkan komponen tertentu. Hasil dari proses ini disebut food grade d-limonen yang kemurniannya 96 sampai 97% dan mempunyai aroma jeruk. Setelah proses jus, kulit akan diproses dengan ekstraktor. Lebih banyak minyak akan didapatkan dari kulit jeruk. Ketika uap terkondensasi lapisan minyak akan muncul di permukaan air. Hasil dari proses ini disebut technical grade dan didapatkan limonen dengan kemurnian 96 sampai 97% dan mempunyai aroma yang kuat. Kedua produk ini disebutorange terpenes. Food grade d-limonen digunakan untuk produk bagi konsumen sedangkan technical grade digunakan untuk industri (Anonim 2000). Secara kimiawi, kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3 .Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan -sinensial (0,01%). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Bahan aktif yang berperan terutama senyawa limonen yang dikandung minyak atsiri kulit jeruk. Limonen berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, dan bahkan bisa menghambaat pertumbuhan sel kanker. Selain limonen, minyak atsiri kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil dan terpinol yang berfungsi sebagai penenang (sedative). Ada pula senyawa sitronela yang berfungsi sebagai penenang dan dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk (Switaning,2010).

2.2 Ekstraksi Padat Cair Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert dari pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Prinsip kerja dari ekstraksi padat cair adalah jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut, maka diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi bila komponen sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstraksi soxhlet.

2.3 Destilasi Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan pada pendinginan ini, uap mengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat. Terdapat beberapa metode destilasi, yaitu:

A. Destilasi Uap-Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguapakan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Gambar Set-Up Destilasi Uap-Air

B. Destilasi Uap Destilasi uap untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya.

(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A%20060221/prinsip _perbedaan_titik_didih.html).

Gambar Set Alat Destilasi Uap BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:

1. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: kulit jeruk manis, Na2SO4 anhidrat, air mineral, es batu, tissue, kain belacu 1. Peralatan yang dibutuhkan antara lain: talenan, pisau, baskom, corong pisah dekantasi, motor sentrifus, tabung sentrifus, pengaduk kaca, beker glass 250 ml, gelas ukur, blender kering, mortal dan pistil, pipet tetes, pemeras jeruk dan timbangan.

3.2 Prosedur Penelitian 1. Ekstraksi Pres Dingin Kulit jeruk dicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam larutan NaHCO3 5% selama 10-14 jam. Setiap kilogram kulit jeruk direndam dengan 1 liter larutan NaHCO3. Setelah selesai direndam, kulit jeruk dirajang dengan ukuran 0,3-0,5 cm. Kulit jeruk yang telah dirajang dibungkus dengan kain blacu tebal, kemudian diperas dengan alat pres berulir, atau alat pres hidrolik. Mula-mula tekanan 200 kg per cm2, setelah itu tekanan dinaikkan secara pelan-pelan menjadi 400 kg per cm2. Selama pemerasan dilakukan penyemprotan dengan air dingin. Pemerasan dilakukan dua kali. Hasil yang diperoleh berupa emulsi minyak di dalam air yang disebut emulsi tipe O/W. Setelah diperoleh emulsi minyak dalam air maka harus dilakukan pemisahan minyak dari air dengan metode-metode dibawah ini :

a)

Dekantasi

Emulsi dimasukkan ke dalam botol dekantasi (pemisah fraksi air dan minyak emulsi). Setelah itu botol yang berisi emulsi disimpan di dalam lemari pendingin (4-7oC) selama 10- 24 jam. Fraksi air yang berada pada bagian bawah dibuang dengan cara pertama-tama tutup botol dekantasi dibuka, kemudian kran pengeluaran dibuka sampai semua fraksi air mengalir keluar. b) Sentrifugasi

Fraksi minyak yang tertinggal di botol dekantasi dipindahkan ke botol sentrifus. Kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 4000-6000 rpm selama 15 menit. Sisa fraksi air akan berada pada bagian bawah cairan si dalam botol sentrifus, dan fraksi minyak berada pada bagian atas. Fraksi minyak ini disebut sebagai minyak kulit jeruk.

c)

Pemberian Na2SO4

Minyak kulit jeruk diberi Na2SO4 anhidrat, kemudian diaduk-aduk. Setiap liter minyak diberi dengan 1-3 g Na2SO4 anhidrat. Setelah itu, minyak disaring untuk memisahkan Na2SO4. Pemberian senyawa tersebut bertujuan untuk mengikat air yang tidak dapat dipisahkan dengan dekantasi dan sentrifugasi. 1. Destilasi Limonen Metode destilasi yang digunakan adalah destilasi uap air dan destilasi uap. Kulit jeruk yang sudah dirajang dengan alat perajang (ukuran rata-rata 52 mm) dimasukkan ke dalam labu sampel (600650 gram kulit jeruk). Kelit jeruk kemudian didestilasi dengan aliran uap melewati kondensor sehingga mengembun dan membentuk destilat. Destilat dipisahkan dalam labu pemisah, minyak akan memisah dari air membentuk lapisan pada permukaan. Air pada bagian bawah dipisahkan dengan membuka kran labu pemisah. Minyak diberi Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air yang terikut dan ditampung dalam botol yang kedap air dan cahaya untuk menghindari oksidasi. Untuk pemisahan menggunakan metode destilasi uap yaitu digunakan labu dasar rata 1 liter sebagai pembangkit uap dan labu dasar bulat 250 mL sebagai labu destilasi serta pendingin air (pendingin Leibig) yang panjangnya 60-70 cm. Masukan zat sampel (kulit jeruk) ke dalam labu 250 mL. Jika sudah siap panaskan labu pembangkit uap secara perlahan-lahan sampai mendidih kemudian gunakan api yang besar sehingga uapnya masuk ke dalam labu yang mengandung zat sampel. Hentikan destilasi jika semua zat sampel telah terpisah dan tertampung dalam labu erlenmeyer sebagai penampung destilat. Masukan destilat ke dalam corong pisah, selanjutnya pisahkan zat sampel dari cairan pengotornya.

BAB IV PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Dari Kedua Metode Dari ketiga metode isolasi yang digunakan, metode destilasi uap-air menghasilkan rendemen minyak tertinggi, disusul oleh destilasi uap dan terendah metode ektraksi padat-cair. Metode destilasi menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dari pada metode ekstraksi padat cair karena adanya panas dan tekanan uap yang memecah dingin kantong minyak dengan lebih maksimal. Hasil rendemen yang didapat dari metode destilasi uap dan destilasi uap-air berbeda karena kondisi alat yang digunakan berbeda. Alat destilasi uap-air menggunakan sumber panas yang langsung mengenai bahan sehingga lebih efektif dalam mengekstraksi minyak dari kulit jeruk, sedangkan pada destilasi uap, uap harus dialirkan dari sumber uap ke bahan sehingga pada saat uap mencapai bahan energi panas yang dikandungnya sedikit berkurang.

Metode pres dingin hanya mengandalkan kekuatan alat pres untuk mengepres kulit jeruk dan mengeluarkan minyak. Dengan metode ini tidak semua kantong minyak pecah sehingga seluruh minyak dapat dikeluarkan. Kemampuan alat untuk mengeluarkan minyak juga sangat tergantunng pada ukuran kulit jeruk maka makin banyak kantong minyak yang sudah terpecah setelah perajangan.

You might also like